Anda di halaman 1dari 34

Nama :

NIM :

PENUNTUN PRAKTIKUM
2016

Oleh ; Tim Penanggung Jawab Praktikum


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNTAD
DAFTAR ISI

No. Halaman

COVER ..................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2
TATA TERTIB………….. ....................................................................................................3
1. DESKRIPSI LOKASI ................................................................................................ 4

2. PERSIAPAN PROFIL TANAH ................................................................................11

3. DESKRIPSI PROFIL .................................................................................................14

4. EVALUASI LAHAN .................................................................................................24

LAMPIRAN

2
TATA TERTIB

1. Praktikan harus menguasai percobaan yang akan dipraktekan


2. Sebelum melakukan praktikum, para praktikan sudah mempersiapkan alat/perlengkapan
yang dibutuhkan selama praktikum berlangsung seperti lap halus, lap kasar, sikat tabung
dan jas praktikum
3. Praktikan sudah harus berada dilaboratorium atau lokasi praktek 5 menit sebelum
praktikum dimulai
4. Setiap praktikan wajib menjaga sopan santun dan ketertiban selama proses praktikum
5. Ketidak hadiran peserta (75% dari tatap muka) tampa alasan yang kuat pada waktu yang
telah di jadwalkan akan dinyatakan gugur.
6. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium atau
lokasi
7. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan merokok dan tidak menganggu
temannya
8. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan meminjam alat dari temannya tanpa
seizin dengan dosen/asisten
9. Alat- alat yang dirusak atau dipecahkan oleh praktikan harus diganti paling lambat satu
minggu kemudian
10. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja kerja dan
alat-alat praktikum serta mengatur kembali letak bahan-bahan praktikum.
11. Hal- hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian

Palu, …… September 2016


Kepala Laboratorium
Unit Ilmu Tanah Faperta Untad

Dr. Ir. Danang Widjajanto, M.S


NIP. 19650106 199403 1 001

3
Pendahuluan
Deskripsi lokasi atau seringkali disebut juga informasi umum wilayah meliputi
keterangan lokasi titik pengamatan, yang meliputi nama daerah secara administrasi (mulai dari
tingkat yang paling rendah, nama dukuh/kampung, desa, kecamatan dst), posisi geografis,
keadaan wilayah (landskap) dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan
tanah (genesis), potensi lahan, dan penggunaan lahan.
A. Alat
Peralatan yang diperlukan dalam deskripsi lokasi yaitu sebagai berikut:
NO NAMA ALAT GAMBAR
1. Kompas

2. GPS

3. Klinometer

4
4. Stereoskop Saku

5. Buku catatan

6. Buku Keys to Soil


Taxonomy

7. Lembar Deskripsi
Lokasi (Lampiran 1)

B. PENTUNJUK TEKNIS PEGISIAN KARTU DESKRIPSI LOKASI


Ini berupa penjelasan atas beberapa istilah yang terdapat di dalam formulir pengamatan
tanah di lapang yang dikeluarkan oleh LPT. Bogor dan disesuaikan dengan pengertahuan
pengamat sebagai tingkat pemula.
KETERANGAN UMUM
Keterangan umum ialah keterangan segi administrasi pencatatan penampang:
 Nomor pemeta – tanda sandi pemeta/pengirim dengan nomor urut penampang.
 Tanggal – hari pengambilan contoh tanah.
 Pemeta – nama pemeta lengkap.
 Lokasi – nama desa, kecamatan, kabupaten.
 Cuaca – keaadaan cuaca waktu pengamatan penampang dan pengambilan contoh tanah
<S = sekarang> dan sehari sebelumnya <K = kemarin>.

5
 FISIOGRAFI
Adalah menunjukkan bentuk permukaan daerah di pandang sebagai penciri suatu
satuan fisiografi. Mengingat pengaruhnya terhadap perkembangan tanah, satuan
fisiologi digunakan dalam menyusun satua peta tanah :
- EKSPLOIRASI (1 : 1.000.000), menggunakan satuan fisiografi tingkat tinggi
(jenis): Dataran (Plain), Volkam (Volkano), Lipatan (Folded mountain), Blok
(Block mountain), dan Intrusi (Intrusion).
- Tinjau (1 : 250.000), menggunakan satuan fisiografi tingkat tengah (macam) :
Dataran (Costal & Alluvial palin), Daerah aliran (Stream belt), Volkam (Volcano),
Lipatan (Folded mountain), Patahan ( Foult & Block mountain), Angkatan (Uplift
mountain), dan Intrusi (Intrusion)
- Tingkat mendalam (1 : 50.000), menggunakan satuan fisiografi tingkat rendah
(Rupa): Dataran pantai, Dataran pasang surut, Beting pantai, Bukit pasir pantai,
Dataran alluvial, Fan alluvial, Jalur aliran, Tanggul alam, Teras sungai, Daerah
miander, Daerah banjir, Pantai karang, Bukit karang, dan Bukit karsit
 RELIEF/TOPOGRAFI
Adalah perbedaan elevasi (tinggi tempat) didalam suatu bidang tanah.
Relief dibedakan atas :
a. Relief datar
Permukaan tanah yang datar atau hamper datar, tidak tampak adanya tanda tanda
Run Off atau keadaan erosi, tidak terjadi tempat penggenangan air/penimbunan
baha yang dihanyutkan
b. Relief miring
Permukaan tanah yang miring, adanya tanda tanda Run Off yang lambat, erosi yang
kecil.
c. Relief curam
Permukaan tanah curam, tanda tanda Run Off dan erosi nampak jelas
d. Relief cekung
Permukaan tanah yang cekung, tempat tertimbunnya air dan bahan endapan.
e. Relief cembung
Aliran air dipermukaan tanah mengalir kesemua jurusan seolah olah dating dari
suatu pusat.

6
f. Berbukit
Menunjukkan permukaan tanah yang berbukit bukit, dimana bukit kecil disebut
bergelombang dan jika klebih kecil lagi disebut berombak.
 LERENG
Lereng ialah sudut yang dibentuk oleh permukaan daerah dengan bidang
horizontal, diukur dengan Abney Level dinyatakan dalam %. Berdasarkan kemiringan
lereng dibagi atas:
a. Lereng Tunggal
- Datar <3% :A
- Agak Landai 3-8% :B
- Landai 8-15% :C
- Agak Curam 15-30% :D
- Curam 30-50% :E
- Sangat Curam 50-100% :F
- Terjal 100-150% :G
- Sangat Terjal >150% :H
b. Lereng Berganda (kompleks)
Kelas I Kelas II
- Datar 0–1% 1–3%
- Berombak 3–5% 5–8%
- Bergelombang 8 – 10 % 10 – 15 %
- Berbukit 15 – 20 % 20 – 30 %
- Curam 30 – 40 % 40 – 50 %
- Sangat Curam 50 – 70 % 70 – 100 %
- Terjal 100-150 % 125-150 %
- Sangat Terjal >150 % >150 %
 DRAINASE
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah, atau keadaan tanah
yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Pengertian drainase meliputi :
drainase pemukaan, drainase penampang dan permeabilitas.

7
Drainase permukaan dibagi atas:
a. Sangat cepat
Air hujan yang jatuh terus mengalir dipermukaaan, sedikit sekali yang meresap
kedalam penampang; daerah berbukit dengan berproitas agak jelek.
b. Cepat
Sebagian besar air hujan jatuh mengalir di permukaan, sebagian kecil meresap
kedalam penampang; daerah bukit dengan berporositas agak jelak.
c. Sedang
Air hujan yang jatuh untuk sementara tinggal di permukaan atau meresap kedalam
penampang. Kandungan air optimal bagi banyak tanaman, daerah berombak sampai
bergelombang dengan tanah berporositas sedang sampai baik.
d. Lambat
Air sebagian besar tergenang dipermukaan, kemudian meresap kedalam
penampang atau menguap; daerah datar atau sedikit melandai, dengantanah
berporositas jelek.
e. Sangat lambat
Seluruh air tergenang dipermukaan, kemudian meresap kedalam penampang atau
meguap; daerah datar atau sedikit cekung dengan tanah berporositas jelek.
f. Tergenang
Sama sekali tidak ada air yang mengalir dipermukaan, seluruhnya tergenang; daerah
cekung dengan porositas suatu lapisan tanah jelek sekali.
Di dalam tanah di bagi atas :
a. Tanpa peresapan air, sehingga terus menerus jenuh air.
b. Sangat Lambat, Terlalu lamat untuk pertumbuhan tanaman yang optimal di
daerah basah, kareana tanah di daerah perakaran tetap jenuh air. Tanah tanah yang
mempuyai profil yang penuh denga bercak bercak, permukaan air tanah tinggi.
c. Lambat
Masih menghambat pertumbuhna tanaman, karena permukaan jenuh air untuk satu
dua minggu
d. Sedang
Sudah tak menghambat pertumbuhan tanaman yang optimal, penjenuhan air di
daerah perakaran terbatas.

8
e. Cepat
Peresapan air terjadi segera, tetapi penjenuhan air masih beberapa jam, terlalu cepat
untuk pertumbuhan tanaman optimal.
f. Sangat cepat
Peresapan air melalui profil tanah terlalu cepat untuk pertumbuhan tanaman,
sehingga tanah sampai kedalaman tertentu tak pernah jenuh air.
Permeabilitas di tentukan dengan menghitung dalamnya perembesan air (dalam cm)
pada jumlah berat tanah tertentu dalam keadaan jenuh air dalam satu jam.
Kelas Permeabilitas (cm/jam)
- Sangat lambat : <0,125
- Lambat : 0,125 – 0,50
- Agak Lambat : 0,500 – 2,00
- Sedang : 2,000 – 6,25
- Agak cepat : 6,250 – 12,5
- Cepat : 12,50 – 25,0
- Sangat cepat : >25,00
Gley
Menunjukkan adanya proses produksi yang telah lanjut, penyebab :
- Naik turun air tanah
- Seepage (turunnya air samping)
- Lapisan padat/padas
- Turunnya air dari atas sangat lambat oleh kedapnya massa tanah.
 VEGETASI
Vegetasi di bedakan atas :
- Rimba belantara, hutan yang belumdi ganggu manusia.
- Hutan produksi atau perkebunan pohon pohonan; kumpulan pohon pohon yang
hamper menyerupai hutan tetapi sudah untuk mendapatkan hasilnya.
- Sabana: Padang rumput dengan beberapa kumpulan pohon pohonan.
- Padang semak belukar: kumpulan semak belukar yang liar.
- Padang rumput: Hamparan rumput rumputan, leguminosa atau vegetasi perdu.
- Perkebunan rakyat atau tanah pertanian yang telah banyak di pengaruhi tindakan
manusia untuk mendapatkan hasil.

9
 PENGHANYUTAN
Penghanyutan dibedakan atas :
- Tidak tampak : tanpa menunjukkan bekas erosi
- Sedikit : sudah jelas bekas erosi permukaan diantara vegetasi.
- Sedang : sudah jelas bekas erosi dan beberap alur.
- Hebat : sudah banyak bekas erosi alur dengan satu dua parit.
- Berparit : sudah ada satu parit erosi yang dalam atau beberapa parit erosi
yang agak dalam dan masih dapat dibedakan atas bentuk V dan U.

10
Pendahuluan

Deskripsi pedon biasanya didasarkan pada pengamatan suatu profil tanah sehingga sifatsifat
suatu pedon diproyeksikan/diperhitungkan dari sifat-sifat suatu profil tanah. Lebar dari suatu
profil tanah dapat berkisar dari beberapa desimeter hingga beberapa meter, setidaktidaknya
harus cukup lebar untuk mencakup satuan struktur tanah yang paling besar.
Horizon tanah adalah lapisan yang kurang-lebih sejajar permukaan tanah yang dibedakan
dengan lapisan-lapisan yang berdekatan oleh sifat-sifat khas yang dihasilkan dari proses
pembentukan tanah. Istilah lapisan (tidak sama dengan horizon) digunakan jika semua sifatnya
diyakini berasal dari bahan induk. Apabila lubang pada tanah telah digali dan dibersihkan
sehingga profil tanah dapat terlihat dengan jelas, segera ditentukan horizon-horizon/lapisan-
lapisan yang ada, kemudian dilakukan pemotretan sebelum penampang 11 lastic 11
diusik/dirusak dalam proses pencatatan deskripsi. Penghitungan jumlah batu dan kerikil untuk
mengestimasi volume batu atau fragmen kasar lainnya juga dilakukan sebelum profil tanah
dideskripsi lebih lanjut.
Kenampakan horizontal masing-masing horizon sangat penting karena dapat
menyingkapkan satuan struktur yang mungkin terabaikan. Pola warna dalam satuan struktur,
variasi ukuran partikel dari bagian luar ke bagian dalam dari satuan struktur serta pola
bagaimana akar menembus satuan struktur seringkali terlihat lebih jelas dalam penampang
horizontal.
C. Alat
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan dan pengamatan profil tanah yaitu
sebagai berikut:
NO NAMA ALAT GAMBAR
1. Cankul

11
2. Sekop

3. Ganco untuk tanah


berbatu

4. Bor tanah

5. Palu geologi

D. Pemilihan Lokasi Profil Tanah

Lokasi profil tanah harus di tempat yang sesuai dengan tujuan kajian yang dilakukan.
Lokasi profil tanah harus mewakili satuan taksonomi tanahnya dalam satuan peta tanah (SPT)
yang ada. Sebaiknya digali di tengah-tengah SPT serta berada pada tengah-tengah kisaran sifat
(range in characteristic) dari taksa tanah yang diwakili.

12
Penentuan lokasi profil tanah harus diawali dengan pengecekan melalui pengamatan pada
beberapa minipit dan pemboran terlebih dahulu untuk mendapatkan kisaran sifat tanah yang
ada. Setelah ditemukan lokasi yang sesuai, baru dilakukan penggalian profil.

Lokasi profil tanah sebaiknya:

1. berada jauh dari lokasi bekas penimbunan sampah, pupuk, tanah galian atau bekas bangunan,
kuburan, pesemaian, tempat sampah, atau bahan lainnya.

2. berjarak >50 m dari perumahan, pekarangan, gudang, pabrik, bengkel, jalan, saluran air, atau
bangunan lainnya.

3. agak jauh dari pohon besar agar akar pohon tidak menyulitkan penggalian profil tanah.

4. pada lahan berlereng, profil tanah digali mengarah pada arah lereng sehinga bidang
pengamatan berada di bagian lereng atas.

Pemilihan lokasi pengamatan profil tanah perlu diperhatikan betul, karena akan menentukan
ketelitian pengamatan. Profil tanah dibuat pada tempat-tempat tetentu dengan memperhatikan
beberapa hal berikut ini:

- Ukuran profil tanah hendaklah cukup besar, agar pengamatan (deskripsi) dapat dilakukan
dengan leluasa. Ukuran profil tanah yang umum adalah 2 m (panjang) x 1 m (lebar) x 1,8 m
(dalam). Jika pada kedalaman kurang dari 1,8 m dijumpai batuan induk yang keras sekali,
penggalian dapat dihentikan hingga kedalaman tersebut.

- Bagian lebar profil merupakan sisi (bidang) yang akan dideskripsi, oleh karena itu usahakan
agar bagian ini menghadap 13lastic sinar matahari agar 13lasti terang (tidak ternaungi). Jangan
membuang tanah hasil galian ke permukaan bidang yanag akan dideskripsi, agar bagian
permukaan bersih sesuai kondisi alaminya.

- Apabila profil terdapat pada lahan yang berlereng/miring, maka sisi penampang yang diamati
adalah sisi dinding di bagian lereng atas.

13
Pendahuluan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengamatan/deskripsi profil
tanah adalah sebagai berikut:
 Bidang (sisi) profil tanah yang akan diamati harus bersih dan tidak ternaungi.
 Hindari melakukan pengamatan (terutama warna tanah) pada waktu hujan, atau
pada waktu sinar matahari kurang terang (pagi atau sore hari).
 Jika keadaan tanah sangat kering, sebaiknya bidang yang akan diamati disemprot
dengan air agar lembab.
 Jika air tanahnya dangkal, maka air dalam profil tanah harus dikuras agar tidak
mengganggu pengamatan.
Hodgson (1978) mengemukakan bahwa profil tanah perlu dideskripsikan karena alasan
berikut ini:
 Sebagai dasar untuk melakukan klasifikasi bagi tujuan ilmiah atau praktikal
 Untuk menggambarkan atau mewakili daerah dari delineasi tanah (satuan peta)
pada suatu peta tanah
 Untuk mewakili suatu kelas profil sebagaimana didefinisikan di dalam
klasifikasi khusus
 Untuk mendeskripsikan tanah pada suatu plot percobaan
 Untuk mendeskripsikan tanah dalam hubungannya dengan vegetasi sebagai
bagian dari kajian ilmiah vegetasi tersebut, misalnya dalam kajian sifat tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi
 Untuk menjelaskan (klarifikasi) masalah rekomendasi yang bersifat praktikal;
deskripsi berhubungan dengan contoh-contoh tanah yang diambil untuk
beberapa tujuan khusus
 Sebagai bagian dari program pengambilan contoh untuk kajian probabilitas.

14
A. Alat dan Bahan :
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam deskripsi profil tanah yaitu sebagai
berikut:
NO NAMA ALAT GAMBAR
1. Pisau tanah

2. Kaca-pembesar
(pembesaran 10 x)

3. Buku ‘Munsell Colour


Chart’

4. Botol air

15
5. Meteran (Roll meter) 2
meter

6. Sabuk Profil (meteran


berukuran lebar 3 – 5
cm, panjang 3 meter)

7. Pengukur pH (pH meter


Truog, atau kertas
lakmus)

8. Meja-dada (sebagai alas


untuk menulis)

9. Alat-alat tulis (Ball


point + Pensil + Spidol
Permanent, stip dll)

10. Kamera

16
11. Larutan HCl, dan H2O

12. Kantong 17lastic tebal


berkapasitas 2 kg

13 Ring sample

14. Palu-palu

15. Kartu Label

16. Lembar Deskripsi


Profil (Lampiran 2)

17
17. Karet gelang

18. Stapler

B. Prosedur/cara kerja
Lakukan orientasi pada seluruh profil tanah dimulai dari bagian atas hingga ke bagian
terdalam, dan perhatikan perbedaan-perbedaan sifat tanah yang ada dalam setiap lapisan tanah.
Selanjutnya lakukan hal-hal berikut:
1. Gunakan pisau untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah untuk mengetahui perbedaan
konsistensi atau kepadatan dari keseluruhan profil tanah. Perbedaan kekerasan
(kepadatan) tanah bisa digunakan sebagai salah satu kriteria untuk membedakan
horizon tanah.
2. Tarik batas berdasarkan perbedaan-perbedaan yang terlihat jelas, misalnya warna. Jika
warna dan tekstur tanah tidak berbeda, maka perbedaan konsistensi, struktur,
kenampakan redoksimorfik, dan kandungan bahan kasar dapat digunakan sebagai dasar
penarikan batas horizon.
3. Setelah horizon ditentukan, letakkan meteran tegak lurus dengan bagian ujung (0 cm)
berada persis di permukaan tanah, untuk mengetahui kedalaman dan ketebalan tiap
horizon atau lapisan.
4. Lakukan pemotretan profil tanah, dan usahakan agar skala bagian atas dan bagian dalam
profil tanah kurang lebih sama. Apabila tanah terlalu kering, sebaiknya bidang profil
yang akan dipotret disemprot dengan air sehingga agak lembab.
5. Selanjutnya lakukan deskripsi dan pencatatan hasil deskripsi pada kartu profil tanah.

18
C. Petunjuk Teknis Kartu Deskripsi Profil
 Batas Lapisan
Jelas tidaknya batas lapisan dibedakan atas :
a = Abrubt = sangat jelas, lebar peralihan 2 cm
c = Clear = Jelas, lebar peralihan 2 – 5 cm
g = Gradual = Berangsur, lebar peralihan 2 – 5 cm
d = Diffuse = Kabur, lebar peralihan 12 cm
Topografi batas lapisan dibagi atas :
b = Broken = patah
s = Smooth = rata lurus teratur.
w = Wavy = berombak
i = Irreguler = Tak beraturan
 TEKSTUR = Perbandingan
Pembagian tekstur terdiri dari
s = Sand = Pasir
gr = granulair = Butiran
cl = clay = Liat
si = silt = Berdebu
l = loam = Lempung
Hasil perbandingan ketiga zarah tanah tersebut yaitu berupa beberapa kelas tekstur
tanah seperti:
- Kasar = ( pasir dan berpasir)
- Agak kasar = ( lempung berpasir)
- Sedang = ( Lempung, Lempung berdebu, dan debu)
- Agak halus = ( lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu)
- Halus = ( liat berpasir, liat berdebu, dan liat)
 STRUKTUR TANAH
Susunan pengikatan partikel tanah satu sama lainnya. Penamatan struktur tanah dibagi
atas 3 bagian yaitu :
a. Pengamatan kuat lemahnya bentuk agregat tanah dinyatakan sebagai derajat
struktur (grade) sebagai berikut:
0 = Tak beragregat yang strukturnya berbutir tunggal.

19
1 = Lemah, mudah hancur pecah pecah yang lebih kecil. Sangat lemah sampai
agak lemah.
2 = Cukupan, sudah berbentuk ped dan jelas, masih dapat dipecahkan.
3 = Kuat, telah membuat ped yang tahan lama, jika di pecah agak terasa ada
tahanan yang di bedakan atas kuat dan cukup kuat.
b. Pengamatan besarnya agregat tanah dinyatakan sebagai klas sebagai berikut:
VF = Very fine = Sangat halus
F = Fine = Halus
M = Medium = Sedang
C = Coarse = Kasar.
c. Pengamatan bentuk dan susunan agregat dinyatakan dalam pembagian tipe struktur
sebagai berikut :
P = Platy = Berbentuk lempeng
cp = Columnar platy = Berbentuk tiang
ab = Angular blocky = kubus bersudut
b = Blocky = Kubus
sb = Sub Blocky = Kubus membulat
g = Granulair = Butir butir lepas
cr = Crumb = Remah
l = Loose = Berbutir tunggal
m = Massif = Pejal.
 KONSISTENSI
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adhesi diantar partikel partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk dan ekanan dan berbagai
kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi di tentukan dengan memeras, memijad atau memirid dengan tangan,
menentukan knsistensi di lapangan dilakukan dengan 3 taraf kelembaban yaitu basah,
lembab, dan kering.
a. Tanah dalam keadaan basah,
so (tidak lekat) = non sticky, taka da adhesi atau tidak ada tanah
yang tertinggal pada jari.
Ss (agak lekat) = slightly sticky, tanah tertinggal pada salah satu

20
jari.
S (lekat) = sticky tanah tertinggal pada kedua jari dan kalau
di pijat memapar.
Vs (sangat lekat) = very sticky, sukar untuk melepaskan kedua
belah jari
Plastisitas (plastic): derajat kohesi tanah atau daya berubah bentuk tanpa retak bila
di pirit antara ibu jari dan telunjuk.
p (plastic) = liat dapat membentuk gilingan gilingan kecil
yang mudah dirubah bentuknya.
Po (non plastic) = Tak liat, tak dapat membentuk gilingan kecil atau
glintir tanah, massa tanah mudah berubah bentuk
Ps (slighcly plastic) = agak liat, dapat berbentuk gilingan gilingan kecil
yang mudah berubah bentuk
Vp (very plastic) = sangat liat, dapat berbentuk glintir tanah,
terhadap tekanan.
b. Tanah dalam keadaan lembab
L (loose) = lepas lepas, taka da adhesi butir butir tanah.
Vf(very friable) = sangat gembur, jika dipijat mudah hancur
F (friable) = gembur, jika dipijit kuat baru ancur
Vt (very firm) =sangat teguh, jika ditekan kuat yang menyakitkan baru hancur
Et (extremely) = luar basa teguhnya, pijatan yang sangat kuat baru
mengahncurkan
c. Tanah dalam keadaaan kering
L (loose) = lepas lepas taka da adhesi
S (shot) = luank, massa tanah kohesinya lemah dan di tekan sedkit
sudah hancur
Sh (slightlynhard) = agak keras, sedikit taha terhadap pijatan tangan
H (hard) = keras, baru dapat dipecahkan dengan tekanan kuat sekali.
Vh (very hard) = sangat keras, tak dapat di pecahkan dengan jari
Eh (extremely hard) = luar biasa keras, hanya dapat dipecahkan dengan di pukul
dengan palu atau benda keras.
 PERAKARAN

21
Akar tumbuh tmbuhan mempunyai hubungan yang penting dengan struktur tanah.
Dalam pengamatan dibedakan berdasarkan banyanknya dan besarnya akar.
a. Berdasarkan banyaknya :
Banyak sekali = jika hampir seluruh horizon dipenuhi dengan akar.
Banyak = jika banyaknya akar lebih dari sepertiga luas horizon
Sedang = jika akar menjalar dan nyata tampak disana sini
Sedikit = jika akar hanya sedkit.
Tidak ada
b. Berdasarkan besarnya
Besar = biasanya akar tunggang pohon kayu
Sedang = akar akar pohon lainya
Kecil = akar serabut, akar rambut atau akar rumput rumputan
 KARATAN
Karatan adalah gejala kelainan warna dalam tanah akibat proses reduksi dan oksidasi.
Karatan dalam penampang tanah ditentukan jumlah, ukuran, bandingan, batas, dan
bentuknya.
a. Jumlah
Sd sedikit = 2% dari luas permukaan
Bi biasa = 2 -20 % dari luas permukaan
Ba banyak = 20 % matruks masih nampak jelas
b. Ukuran
K kecil = Diameter 0,5 cm
S Sedang = Diameter 0,5 – 1,5 cm
B biasa = Diameter 1,5 cm matriks masih nampak jelas
c. Bandingan
B (baur) = warna matriks dan karatan hampir sama
J (jelas) = warna matriks dan karatan berbeda dalam hue
dan chroma
N (sangat jelas / nyata) = bintik bintik karatan merupakan gejala utama
dari horizon

d. Batas

22
J jelas = warna beralih tiba tiba
S sedang = warna peralihan <2 mm
K kabur = warna peralihan >2 mm
e. Bentuk
Bi bintik = hampir membulat, satu denga yang lainnya tidak
berhubungan
Bs bintik berganda= hampir membulat, satu denga lainnya bersambungan
Li lidan = Memanjang kecio membujur dari atas kebawah
Ap Api = lebar atau besar yang arahnya tidak menentu
Pi pipa = mulat memanjang

23
Pendahuluan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan
memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau
setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah
kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik
tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang
akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa
hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya
kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya
diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
Proses evaluasi lahan dan arahan penggunaannya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

A. Penyusunan karakteristik lahan


Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya diperoleh
dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi.
Karakteristik lahan diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk
wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah
30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit, banjir/genangan dan singkapan permukaan
(singkapan batuan di permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah
bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh
dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta
isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat
dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi
detail (1:25.000-1:50.000).

24
B. Persyaratan tumbuh tanaman
Persyaratan tumbuh dapat diperoleh dari berbagai referensi, seperti pada petunjuk teknis
evaluasi lahan untuk komunitas pertanian oleh Kementerian Pertanian (2011). Pada praktikum ini kita
akan coba mengefaluasi suatu lahan dimana tanaman yang kita jadikan sebagai acuan adalah
Jagung, Sawi, Kedelai, Kacang Tanah, dan Sorgum, dimana kriteria masing-masing tanaman
seperti pada lampiran 3 sampai 8.
C. Proses pencocokan (matching )
Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang
dilakukan dengan cara matching (mencocokan) antara karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah
(SPT) dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasinya dapat dilakukan dengan
bantuan komputer menggunakan program ALES ataupun secara manual. Evaluasi dengan cara
komputer akan memberikan hasil yang sangat cepat, walaupun tanaman yang dievaluasi cukup banyak.
Sedangkan dengan cara manual memerlukan waktu yang lebih lama, karena evaluasi dilakukan satu
persatu pada setiap SPT untuk setiap tanaman.
Hasil praktikum berupa kelas dan subkelas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan
oleh faktor pembatas terberat. Faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari
karakteristik lahannya. Hasil evaluasi lahan dinyatakan dalam kondisi aktual (kesesuaian lahan aktual)
dan kondisi potensial (kesesuaian lahan potensial).

25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Deskripsi Lokasi
Pemeta: SERI: TANDA SATUAN PADA PETA
Nomor Lapang :
Nomor LPT: FASE

Tanggal: / / Fisiografi:
Bahan Induk:
Formasi Geologi
Lembaran
Peta:
Potret Udara: RELIEF
Bukit/Rayap/Longsoran akibat
Makro: Erosi/gigal/Mounds
Kabupaten:
Kecamatan:
LERENG
Desa:
Tempat: Tunggal : Ganda

Tinggi dml: m
Bentuk : : Panjang

Eksposisi : : Letak
: Dilereng
Cuaca :
Sekarang:
Kemarin: DRAINASE
Permukaan : Didalam
Iklim :
Tipe(Koppen): Permeabilitas : : Gley
Curah Hujan mm/th
Bulan Kering bulan
Air Tanah/seepage Kelembaban

Vegetasi : Asli/bukan Asli


KEADAAN BATU: Permukaan/Lapisan ke… /Seluruh Penampang
Kecil : Ukuran: Besar: Ukuran:
Dominan:
Bentuk: Bentuk:
Sifat: homogen/heterogen Sifat: homogen/heterogen
Jumlah:Sedikit/Sedang/Banyak Jumlah:Sedikit/Sedang/Banyak
Spesifik:
EROSI/GENANGAN/BANJIR:Ringan-Sedang-Berat/Permanen-Insidentil
Pasang Surut bl/th
USAHA PENCEGAHAN :
PEGETAHUAN TANAH
Lama Pengunaan :
Tanaman Utama :
Sistim: Rotasi/Tumpang sari/Multiple Cropping Pupuk:Kandang/Kompos/Urea/TSP/KCl
Sumber air : Curah Hujan/Irigasi(Tehnis/Setengah Tehnis) Hasil:……

26
Nomor Lapisan
Simbo Lapisan
Dalam Lapisan(cm)
Batas Lapisan a g c d a g c d a g c d a g c d a g c d a g c d
Batas Topografi s w l b s w l b s w l b s w l b s w l b s w l b
Warna Munsell
gr gr gr gr gr gr
Tekstur s cl l s cl l s cl l s cl l s cl l s cl l
si si si si si si
Kandungan Bahan Kasar Fe Ca Fe Ca Fe Ca Fe Ca Fe Ca Fe Ca
(Kongkresi hablur/fakmen Mn B Mn B Mn B Mn B Mn B Mn B
V pl VF pl VF pl VF pl VF pl VF pl
0 F p 0 p 0 p 0 p 0 p 0 p
cp F cp F cp F cp F cp F cp
1 F b 1 b 1 b 1 b 1 b 1 b
sb M sb M sb M sb M sb M sb
2 M ab 2 ab 2 ab 2 ab 2 ab 2 ab
g C g C g C g C g C g
3 C cr 3 cr 3 cr 3 cr 3 cr 3 cr
V l VC l VC l VC l VC l VC l
C m m m m m m

Kode Struktur
Makro sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
Pori Tanah : Meso sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
Mikro sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
B L K B L K B L K B L K B L K B L K
ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s
s f sh s f sh s f sh s f sh s f sh s f sh
Konsistensi vs t h vs t h vs t h vs t h vs t h vs t h
po vt vt po vt vh po vt vh po vt vh po vt vh po vt vh
ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh
p p p p p p
vp vp vp vp vp vp
Jumlah sd bi ba sd bi ba sd bi ba sd bi ba sd bi ba sd bi ba
Ukuran k s b k s b k s b k s b k s b k s b
Karatan bandingan b j n b j n b j n b j n b j n b j n
Batas j s k j s k j s k j s k j s k j s k
Bentuk bi bs li bi bs li bi bs li bi bs li bi bs li bi bs li
ap pi fi ap pi fi ap pi fi ap pi fi ap pi fi ap pi fi
pH Lapang
Reaksi Terhadap HCl

27
Perakaran Halus Banyak Sedang Sedikit Sampai Cm
Kasar Banyak Sedang Sedikit Sampai Cm
Epipedon Mollic/Umbric/anthropic/palgen/histic/ochric : cm
Horizon Penciri Tanpa/argilic/natric/agric/spodic/cambic/oxic : cm
Horizon Tambahan Petro ferric/petro plinthic/calcic/ghyipsic/salic/albic/sulfuric/sulfidic cm
Padas Petro calsic/Petro ghipsic/fragipan/duripan cm
Sifat Sifat Lain Selaput liat/bidang kilir/plintit/fibric/hemic/sapric/sulfuric/celah

Catatan : 1. Tempratur Tanah :…………………………… (50 cm dari permukaan )


2. Tekstur Pasir (S) : halus/sedang/kasar/homogeny/heterogen
3. Gley (reaksi terhadap diperindil : nyata/baur, kedalaman (cm)
4. Pengukuran dengan (Lamotta/pH meter) :……………….
5. ……………………………………………..

L.P.T TANAH FAO/UNESCO USDA


KLASIFIKASI
……………….. ……………….. ………………….

28
Lampiran 3. JAGUNG (Zea mays)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 20 - 26 - 16 - 20 < 16
26 – 30 30 - 32 > 32
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan (mm) 500 – 1.200 1.200 - 1.600 > 1.600
400 - 500 300 – 400 < 300
Kelembaban (%) > 42 36 – 42 30 - 36 < 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat terham-
terhambat sedang bat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar kasar
halus, sedang
Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 60 40 – 60 25 - 40 < 25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35
pH H2O 5,8 - 7,8 5,5 - 5,8 < 5,5
7,8 – 8,2 > 8,2

C-organik (%) > 0,4 ≤ 0,4


Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <4 4-6 4-8 >8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 > 25
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 > F2
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

29
Lampiran 4. Sorgum (Shorgum bicolor)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 25 - 27 27 - 30 30 - 35 > 35
18 - 25 15 - 18 < 15

Ketinggian tempat dpl (m) < 200 200 – 1.200 1.200-2.000 > 2.000
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 400 - 900 300 - 400 130 - 500 < 150
900 - 1.200 1.200 - 1.400 > 1.400
Lamanya masa kering (bln) 4-8 8 - 8,5 8,5 - 9,5 > 9,5
2,5 - 4 1,5 - 2,5 < 1,5

Kelembaban (%) < 75 75 - 85 > 85


Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat terham-
terhambat sedang bat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar kasar
halus, sedang
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 60 40 - 60 25 - 40 < 25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik+ hemik, fibrik+ fibrik
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤16
Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35
pH H2O 5,5 - 8,2 5,3 - 5,5 < 5,3
8,2 - 8,5 > 8,5
C-organik (%) > 0,4 < 0,4
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 0,8 8 - 12 12 - 16 > 16
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 28 28 - 35 > 35
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
16 - 50 > 50
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 F1 F2 > F2
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

30
Lampiran 5.Kedelai (Glycine maximum)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 23 - 25 20 - 23 18 - 20 < 18
25 - 28 28 - 32 > 32
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 350 - 1.100 250 - 350 180 - 250 < 180
masa pertumbuhan 1.100 - 1.600 1.600-1.900 > 1.900
Kelembaban (%) 24 - 80 20 - 24 < 20
80 - 85 > 85
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat terham-
terhambat sedang bat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar kasar
halus, sedang
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 75 50 - 75 20 - 50 < 20
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,5 - 7,5 5,0 - 5,5 < 5,0
7,5 - 7,8 > 7,8
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <6 6-7 7-8 >8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 > 25
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 > F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

31
Lampiran 6. Kacang Tanah (Arachis hypogea)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 25 - 27 20 - 25 18 - 20 < 18
27 - 30 30 - 34 > 34
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 400 - 1.100 1.100 - 1.600 1.600 -1.900 > 1.900
masa pertumbuhan 300 - 400 200 - 300 < 200
Kelembaban (%) 50 - 80 > 80
< 50
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat terham-
terhambat sedang bat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - sangat halus, kasar
halus, sedang agak kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 75 50 - 75 25 - 50 < 25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 ≤ 35
pH H2O 6,0 - 7,0 5,0 - 6,0 < 5,0
7,0 - 7,5 > 7,5
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <4 4-6 6-8 >8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 10 10 - 15 15 - 20 > 20
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - berat sangat berat
sedang
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - - > F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

32
Lampiran 7. Sawi (Brassica rugosa FRAIN)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 16 - 22 22 - 28 28 - 35 > 35
13 - 16 4 - 13 <4
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 250 - 400 400 - 600 600 - 1.000 > 1.000
masa pertumbuhan 200 - 250 150 - 200 < 150
Kelembaban (%) 40 - 80 20 - 40 < 20
80 - 90 > 90
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat terham-
terhambat sedang bat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar kasar
halus, sedang
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 60 40 - 60 25 - 40 < 25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 6,0 - 7,0 5,7 - 6,0 < 5,7
7,0 - 7,6 > 7,6
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 1,5 1,5 - 4,5 4,5 - 7 >7
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 35 35 - 50 > 50
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 75 50 - 75 30 - 50 < 30
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - - > F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

33
Lampiran 9. Cabai Merah (Capsicum annuum)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 21 - 27 27 - 28 28 - 30 > 30
16 - 21 14 - 16 < 14
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 600 - 1.200 500 - 600 400 - 500 < 400
1.200 - 1.400 > 1.400
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat terham-
terhambat sedang bat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar kasar
halus, sedang
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 75 50 - 75 30 - 50 < 30
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 6,0 - 7,6 5,5 - 6,0 < 5,5
7,6 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 0,8 ≤ 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <3 3-5 5-7 >7
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 > 25
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 > F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

34

Anda mungkin juga menyukai