Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patologi Manusia Lanjut yang
diampu oleh Dr.Retno Tri Wulandari, M.Gizi

Disusun Oleh:

Devi Fitri Anggraini (P1337431216049)

PRODI DIV GIZI REGULER B SEMESTER IV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Jl. Wolter Monginsidi 115 Pedurungan Tengah, Pedurungan, Semarang

Telp/Fax : 024-6710378

Website : www.poltekkes-smg.ac.id E-mail : gizi@poltekkes-smg.ac.id

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah mengenai penyakit gagal
jantung kongestif (CHF).

Makalah ini kami susun semaksimal mungkin dengan bantuan pertolongan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang penyakit gagal jantung kongestif dan
manfaatnya untuk masyarakan ini bisa memberi manafaat utaupun inpirasi pada pembaca.

. Semarang, 10 Maret 2018

. Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. Pengertian Gagal Jantung Kongestif ............................................................................... 6
B. Penyebab Gagal Jantung Kongestif ................................................................................ 6
Kelainan otot jantung ...................................................................................................... 6
C. Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif ........................................................................... 7
D. Tanda dan Gejala ............................................................................................................ 8
E. Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif .............................................................................. 9
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gagal Jantung Kongestif ....................................... 9
G. Komplikasi .................................................................................................................... 11
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 12
I. Penatalaksanaan Diit ..................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 17
A. Simpulan ....................................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas.
Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi
menunjukksn bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului dan menyertai gagal
jantung.Kondisi tersebut dinamakan faktor resiko. Faktor resiko yang ada dapat
dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi dan faktor resiko yang
non modifiable yang merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat dikontrol.
Contohnya ras dan jenis kelamin. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana
jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama definisi gagal adalah
relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada
fungsi pompa jantung secara keseluruhan.(Nurhadi, 2003).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Risiko gagal jantung kongestif akan meningkat pada orang
lanjut usia karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. Gagal jantung kongestif
ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit lain, seperti
hipertensi, penyebab katup jantung, kardiomiopati, dan lain-lain.
Pada saat ini gagal jantung kongestif merupakan satu-satumya penyakit
kardiovaskular yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko kematian
akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang
akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung
kongestif merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di
rumah sakit meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal. (R.
Miftah, 2004)
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki
peringkat yang tinggi, menurut WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk
Amerika menderita gagal jantung kongestif. Sedangkan pada tahun 2005 di Jawa
Tengah terdapat 520 penderita gagal jantung kongestif. Pada umumnya, penyakit gagal
jantung kongestif diderita lansia berusia diatas 50 tahun. Insiden ini akan terus
bertambah setiap tahun pada lansia yang berusia diatas 50 tahun. Sebagian besar lansia
yang didiagnosis gagal jantung kongestif tidak dapat hidu lebih dari 5 tahun. (Charlie,
2005).
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah makalah ini yang akan menguraikan
mengenai konsep penyakit gagal jantung kongestif serta menjelaskan penatalaksanaan
diit pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan gagal jantung kongestif?
2. Apa penyebab gagal jantung kongestif?
3. Bagaimana patofisiologi gagal jantung kongestif?
4. Bagaimana tanda dan gejala gagal jantung kongestif?
5. Apa sajakah klasifikasi gagal jantung kongestif?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gagal jantung kongestif?
7. Apa saja komplikasi pada pasien yang mengalami gagal jantung kongestif ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami gagal jantung kongestif?
9. Bagaimana penatalaksanaan diit pada pasien dengan gangguan gagal jantung
kongestif?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan gagal jantung kongestif
2. Untuk mengetahui penyebab gagal jantung kongestif
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit gagal jantung kongestif
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal jantung kongestif
5. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit gagal jantung kongestif
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gagal jantung kongestif
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien gagal
jantung kongestif
8. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gagal jantung
kongestif
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan diit pada pasien gagal jantung kongestif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gagal Jantung Kongestif


Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah yang adekut untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
(Smeltzer & Bare,2001), Waren dan Stead dalam Sodeman,1991 (Renardi,1992).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan
pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi. Gagal jantung adalah suatu keadaan
patofisiologis dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk
kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. (Paul Wood, 1958). Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih
banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal.Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang lemah tidak mampu memompa dengan kuat.
Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya sebagian
fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.Penyakit gagal
jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan “Heart Failure atau Cardiac
Failure”, merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang dipompa
oleh jantung seseorang setiap menitnya (cardiac output) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal metabolisme tubuh.

B. Penyebab Gagal Jantung Kongestif


 Kelainan otot jantung
Penyebab terbanyak, akan menurunkan kontraktilitas jantung. Kondisi
penyebab kelainan fungsi otot ini adalah aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit ot ot degeneratif atau inflamasi.
 Aterosklerosis koroner
Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya alirandarah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis karena penumpuka asam laktat. Infark
miokardium biasanya tanda terjadinya gagal jantung.
 Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung sehingga mengakibatkan hipertropi serabut
otot jantung (hipertropi miokard). Sebenarnya hipertropi miokard termasuk
mekanisme kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi
hipertropi otot jantung ini tidak berfungsi normal sehingga terjadi gagal jantung.
 Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Kondisi ini merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
 Penyakit jantung lain
Penyakit jantung yang sebenarnya tidak mempengaruhi jantung secara
langsung, seperti: gangguan aliran darah melalui jantung (ex: stenosiskatup
semiluner), ketidakmampua jantung mengisi darah (ex: tamponade perikardium,
perikarditaskonstriktif, stenosis katup AV), pengosongan jantung abnormal (ex:
insufisiensi katup AV), peningkatan mendadak afterload karena meningkatnya
tekanan darah sistemik (hipertensi”maligna” menyebabkan gagal jantung meski
tidak ada hipertropi miokardial.
 Faktor Sisitemik
Meningkatnya laju metabolisme (ex: demam, tirotoksikosis), hipoksia dan
anemia memrlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia/anemia dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung,
Asidosis (respiratorius&metabolik) & abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung. Disritmia jantung dapat terjadi secara sendirinya atau
sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.

C. Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif


Jantung normal dapat merespon penigkatan kebutuhan metabolisme menggunakan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan cardiac output. Ini meliputi: respon
sistem saraf simpatik terhadap baroreseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan
pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan volume,
vasokonstruksi arteri renal dan aktivasi sistem renin-angiotensin, dan respon terhadap
serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorpsi cairan.
Mekanisme gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung
sehingga curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung
baik: CO = HR x SV (CO: Cardiac Output/curah jantun, HR: Heart Rate/frekuensi
jantung, SV: Stroke Volume). Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme
kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan , maka volume sekuncup
jantung yang mempertahankan curah jantung. Pada gagal jantung dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang
dancurah jantung normal masih dapat dipertahankan. Tiga faktor yang mempengaruhi
volume sekuncup adalah preload, kontraktilitas, dan afterload.
a. Preload, adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot jantung
b. Konteraktilitas, mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium.
c. Afterload, mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol

D. Tanda dan Gejala


Ada beberapa gejala yang menunjukkan bahwa seseorang mengidap gagal
jantung kongestif. Meski pada tahap awal gejalanya mungkin tidak akan berdampak
kepada kondisi kesehatan secara umum, namun seiring memburuknya kondisi yang
diderita, maka gejalanya kian nyata.
Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seorang pengidap
gagal jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal. Pada tahap ini,
pasien mengalami:
 Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.
 Mudah lelah.
 Kenaikan berat badan yang signifikan.
 Makin sering ingin buang air kecil, terutama saat malam hari.
Jika kondisi penderita terus memburuk, muncul beberapa gejala seperti di bawah ini.
 Denyut jantung tidak teratur.
 Paru-paru sesak sehingga menyebabkan batuk.
 Napas berbunyi.
 Sesak napas karena paru-paru dipenuhi cairan.
Selanjutnya, jika penderita mengalami gejala seperti di bawah ini, maka gagal jantung
kongestif bisa dikatakan sudah mencapai kondisi parah.
 Menjalarnya rasa nyeri di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini bisa juga
menandakan adanya serangan jantung.
 Kulit menjadi kebiru-biruan karena paru-paru mengalami kekurangan oksigen.
 Tarikan napas yang pendek dan cepat.
 Mengalami pingsan.

E. Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif


Klasifikasi gagal jantung kongestif menurut New York Heart Association:
1. NYHA I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan.
2. NYHA II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau
aktifitas sehari-hari.
3. NYHA II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
4. NYHA IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gagal Jantung Kongestif


Beberapa faktor yang memicu terjadinya Congestive Heart Failure adalah
sebagai berikut:
1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
2. Beban tekanan berlebihan atau pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel atau isi sekuncup.
3. Beban volume berlebihan atau pembebanan diastolik (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload)
akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam ventrikel
meninggi. Prinsip Frank Starling; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai
dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai
melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun kembali.
4. Peningkatan kebutuhan metabolik atau peningkatan kebutuhan yang berlebihan
(demand overload)
Beban kebutuhan metabolik meningkat melebihi kemampuan daya kerja
jantung dimana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal
jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
5. Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam
ventrikel atau pada aliran balik vena (venous return)akan menyebabkan pengeluaran
atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
6. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
1) Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
2) Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung.
3) Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
7. Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
8. Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Semua situasi diatas dapat menyebabkan gagal jantung kiri atau kanan. Penyebab
yang spesifik untuk gagal jantung kanan antara lain:
a. Gagal jantung
b. Hipertensi par
c. PPOM

G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan gangguan Congestive Heart
Failure dapat berupa:
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani.Kerusakan ginjal dari gagal jantung
dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan
pada katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu
banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di
jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan seseorangakan
mengembangkan pembekuan darah yang dapat meningkatkan risiko terkena
serangan jantung atau stroke.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat d ilakukan untuk
menegakkan diagnosa CHF yaitu:
1. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.
2. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
3. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
8. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
9. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
11. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung.
I. Penatalaksanaan Diit
Terapi gizi bagi pasien –pasien gagal jantung kongestif (decompensasi jantung)
harus berfokos pada keseimbangan status cairan dan elektrolit :
1. Pemantauan status kalium jika pasien mendapatkan terapi deuretik; pada
hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang
banyak mengandung kalium seperti kacang hijau atau suplemen kalium.
2. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natrium perhari (konsumsi garam
yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairansehingga menambah berat gejala
edema yang biasa terjadi pada decompensasi jantung ). Diet rendah natrium
merupakan kontraindikasi pada salt-depleting renal diseases seperti pielenofritis
yang menggangu fungsi tubulus ginjal dalam menyerap natrium.
3. Penyusuain pembatasan cairan dilakukan menurut :
 Respons pasien terhadap pengobatan
 Kepatuhan terhadap pembatasan natrium
 Intensitas / prorestifitas penyakit
Pasien gagal jantung kongestif harus dianjurkan untuk membaca label pada kemasan
makanan sehingga mengetahui adanya natrium yang tersembunyi dlam bentuk bahan –
bahan aditif / pengawet makanan. Daftar makanan yang tinggi natrium dan kalium
dapat ditemukan masing – masing dalam tabel 3-14 dan 3-15. Obat – obatan juga dapat
mengandung natrium dalam jumlah yang berarti ( barbiturat, antibiotik, alkalires
lambung, dll ) dan dengan demikian pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang
kandungan natrium dalam obat – obatan yang digunakan .
Pasien gagal jantung kongestif yang lanjut dapat menderita kakeksia ( cardiac cahexia)
berat dan penurunan masa lemak maupun otot. Etiologi kakeksia jantung ini mencakup
anoreksia, hipermetabolisme yang berhubungan dengan kargiomegali, dan kehilangan
nitrogen yang berhubungan dengan hipoksia / malabsorpsi. Terapi kakeksia jantung
memerlukan dukungan gizi yang agresif yang umumnya mencakup enteral feeding
untuk membantu asupan oral. Kalau perlu , furmula enteral bagi keperluan ini
mengandung unsur – unsur gizi elemental seperti peptida , maltodekstrin dan minyak
rantai sedang (MCT) agar kalori yang cukup dapat diberikan tanpa memboroskan
banyak energi untuk menyerap unsur – unsur tersebut.
Nutrisi preventif
Untuk mencegah penyakit koroner/ kardiovaskuler,kita perlu memperhatikan beberapa
hal berikut ini:
1. Mempertahankan kadar kolestrol total <200 mg/dL rasio kolesterol total: HDL
kolesterol <4,5 LDL-kolesterol <100 mg/dL (bila pasien pernah mengalami
serangan jantung koroner atau menderita penyakit diabetes)
2. Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkaran perut kurang dari 80cm
(pada wanita) serta kurang dari 90cm (pada laki-laki) jika hal ini di mungkinkan
(lihat Bab 5).
3. Mengurangi asupan lemak penuh hingga kurang dari 5% dari total kalori atau
gunakan hanya 2-3 sendok makan minyak( khususnya minyak nabati yang
mengandung asam lemak tak-jenuh) per hari.hindari makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh seperti tercantum dalam tabel 3-2. Cara memasak yang
baik untuk mengurangi asupan lemak ini adalah merebus, mengukus,
menanak,menumis,memanggang,membakar dan memepes.
4. Tingkatkan asupan lemak tak-jenuh tunggal (MUFA),seperti minyak zaitun,minyak
kanola,minyak kacang dan alpukat,hingga sekitar 20% dari total kalori per hari.
Makan makanan yang mengandung asam lemak omega-3 seperti ikan laut (lihat
tabel 3-3) dan minyak tak jenuh-ganda (PUFA) dalam jumlah sekitar 10% dari total
kalori per hari. Dalam penelitian diet jantung di Lyon (Lyon Diet Heart
Study),prancis,terhadap 600 orang responden dengan riwayat serangan jantung
koroner ternyata diet mediteranian yang terdiri atas menu sayuran,buah,sereal
utuh,ikan dan minyak zaitun atau kanola sebagai sumber ternyata menghasilkan
angka insidensi serangan jantung ulang yang lebih kecil bila di bandingkan dengan
kelompok sama yang makan biasa(Lorgeril M.et al,1999).
5. Jika kadar trigliserida tinggi,kurang konsumsi hidratarang sederhana seperti gula
pasir,gula aren,madu,dan makanan manis lainnya.perbanyak konsumsi hidratarang
kompleks seperti sayuran,buah,dan sereal/ bijian yang utuh serta makanan berserat
lainnya (agar-agar,kolang-kaling,selasih,rumput laut,cincau).
6. Jika kadar homosistein dalam darah tinggi,diet yang dapat di lakukan untuk
menurunkannya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan nabati yang kaya
akan asam folat dan vitamin B6 seperti sayuran hijau serta biji-bijian atau kacang-
kacangan yang utuh.
7. Tingkatkan asupan serat pangan hingga 35 gram/ hari dengan konsumsi jenis-jenis
makanan seperti di sebutkan di atas (lihat pula tabel 3-19)
8. Makan makanan yang banyak mengandung nutrient antioksidan seperti vitamin E,C
dan beta-karoten (tabel 3-4,3-7,3-13,dan 3-18) yang akan mengurangi kadar LDL
teroksidasi. LDL teroksidasi lebih sukar difagositosis oleh sel-sel fagosit seperti
makrofag dari pada LDL biasa sehingga bentuk teroksidasi ini lebih bertahan dalam
serum.
9. Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E per hari.
10. Lakukan olahraga aerobic selama 30 menit per hari.

Nutrisi Kuratif
Terapi nutrisi harus di tujukan kepada hal-hal berikut ini:
1. Lakukan penimbangan berat badan dengan memperhatikan lingkaran perut
2. Kurangi asupan kolesterol hingga <300 mg/dL. Pada pasien diabetes dengan
dislipidemia, asupan kolesterolnya harus dikurangi hingga di bawah 200 mg/ hari.
3. Kurangi asupan total lemak hingga kurang-lebih 20% dari total kalori.
4. Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori.
5. Tingkatkan asupan serat, khususnya serat larut,hingga 25-35 gram per hari untuk
mengikat kolesterol yang di hasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu
sehingga kolesterol ini tidak di serap kembali oleh usus.
6. Tingkatkan konsumsi ikan,khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak omega-
3,paling tidak 2-3 kali seminggu.
7. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan ikan
atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai mengandung soya-
lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar LDL kolesterol.)
8. Terapi diet dan olahraga harus di coba terlebih dahulu sebelum menggunakan obat-
obat penurun kolesterol

Syarat diet
1. Energi sesuai dengan kebutuhan, bila kegemukan diturunkan.
2. Lemak: <30%. Perhatikan konsumsi Lemak jenuh antara 7-10% dari energi total.
3. Protein 10-20% kebutuhan total energi.
4. Kolesterol <300mg.
5. KH sedang 50-60% kebutuhan total energi.
6. Vitamin dan mineral cukup. Perlu suplemen vitamin bila konsumsi makanan ≤
1200 kkal/hari

Bahan makanan yang tidak dianjurkan


1. Produk makanan jadi: cake, pie, pastries, biskuit, kue-kue berlemak.
2. Daging berlemak, kambing, babi, jerohan, otak, sosis, sardin, kuning telur 3
butir/minggu, susu whole, keju, es krim.
3. Nabati dimasak dengan santan, minyak, sayuran dan buah diawet
4. Mayones, salad dressing dari telur, mentega dll.

Jenis Diet
1. Diet jantung I: unt ps jantung akut spt MCI ( Myocardium infarc) atau
dekompensasi kordis berat. Bentuk makanan berupa cairan 1-1,5 l/hari. Diberikan
beberapa hari.
2. Diet jantung II: bentuk makanan saring atau bubur. Setelah masa akut
terlewati. Bila ada odema diberikan rendah garam.
3. Diet jantung III: bentuk makanan lunak atau biasa. Kondisi tidak berat. RG bila ada
odema dan hipertensi.
4. Diet jantung IV: bentuk makanan biasa. Perpindahan dari DJ III. Keadaan baik. RG
bila ada odema dan hipertensi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari data dan fakta yang telah dijabarkan di atas maka penulis memberikan
kesimpulan bahwa gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekut untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi. Ada beberapa gejala yang menunjukkan bahwa seseorang mengidap gagal
jantung kongestif meliputi tiga tahapan gejala, yaitu gejala yang pertama adalah gejala
tahap awal. Pada tahap ini, pasien mengalami pembengkakan kaki dan pergelangan kaki
serta mudah lelah. Kemudian pada tahap kedua denyut jantung tidak teratur, paru-paru
sesak sehingga menyebabkan batuk, napas berbunyi Selanjutnya, jika penderita
mengalami gejala menjalarnya rasa nyeri di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini
bisa juga menandakan adanya serangan jantung maka gagal jantung kongestif bisa
dikatakan sudah mencapai kondisi parah.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi. Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan gangguan
Congestive Heart Failure ialah akan timbul masalah hati, kerusakan atau kegagalan
ginjal, serta masalah katup jantung.
Peran kita sebagai ahli gizi ialah dengan memnberikan diit yang bertujuan
untuk Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung,
menurunkan berat badan bila terlalu gemuk, mencegah atau menghilangkan
penimbunan garam atau air

B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat atau pembaca,
agar dapat menjaga kesehatan organ jantung sehingga proses metabolisme di dalam
tubuh manusia dapat berjalan dengan baik dan seimbang, dan dapat menghindari resiko
kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner, suddarth. 1994. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
2. “Gagal Jantung Kongestif: Pembuuh Diam-Diam”. http://www.alodokter.com/gagal-
jantung-kongestif-pembunuh-diam-diam (diakses tanggal 10 Maret 2018)
3. Muhlisin, Ahmad. “CHF (Congestive Heart Failure) Gagal Jantung Kongestif”.
https://mediskus.com/chf-gagal-jantung-kongestif (diakses tanggal 10 Maret 2018)
4. Soeparman . (1987). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
5. Patofisiologi:Konsep klinis proses-proses penyakit.Sylvia Anderson Price, Lorraine
McCarty Wilson;alih bahasa, Brahm U.Pendit…[et.al.];editor edisi bahasa
Indonesia,Huriawati Hartanto…[et al.].-Ed.6-Jakarta:EGC,2005

Anda mungkin juga menyukai