Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Definisi
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37

42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik. Persalinan atau Partus adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015). Persalinan
adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010)

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh factor
hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan
nutrisi, perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron.
Dalam persalinan ada dua hormon yang mempengaruhi dan dominan yaitu:
1) Hormon estrogen : Meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti oxcytoksin, prostaglandin, dan rangsangan mekanisme.
2) Hormon progesteron : Menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar
menyebabkan relaksasi otot dan otot polos.
Teori yang menimbulkan adanya persalinan
1) Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu oleh karena itu setelah
melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
2) Teori penurunan progesteron : Proses penuaan plasenta, dimana terjadi penimbunan jaringan
ikat, penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi kebuntuan menyebabkan produksi
progesteron mengalami penurunan.
3) Teori oxcytoksin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan
pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas kontraksi rahim.
4) Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu dikeluarkan decidua
dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
5) Tekanan kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken house dapat menimbulkan
kontraksi rahim dan reflek mengejan.
C. KLASIFIKASI
1) Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat forceps, vacum,
dan sectio caesarea
3) Persalinan anjuran : bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan jalan
rangsangan yaitu : dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya
kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan
pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin,
rotasi eksterna.
Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi
ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa
nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan
berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap.
Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan
robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan
terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan
progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi
laktasi dimulai.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda Persalinan akan terjadi, maka menunjukkan tanda khusus bahwa
persalinan sudah dekat yaitu :
1) Terjadi lightening
Menjelang kehamilan 36 minggu pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi mulai masuk PAP yang disebabkan oleh :
a) Adanya kontraksi uterus Braxton Hick
b) Ketegangan dinding perut
c) Ketegangan ligamen rotundum
d) Gaya berat janin dimana kepala ada di bawah
e) Semua ini dirasakan oleh ibu dengan rasa sesak berkurang, bagian bawah rasa berat, terjadi
kesulitan berjalan dan sering kencing.
2) Terjadi his pendahuluan
Makin tuanya kehamilan pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga
menimbulkan kontraksi lebih sering yang disebut his palsu, sifatnya :
a) Pasien nyeri ringan di perut bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur dan durasinya lebih pendek
c) Tidak bertambah bila beraktivitas
Gejala-gejala Persalinan :
a) Adanya his (kontraksi rahim)
Sering dan teratur dengan frekuensi yang makin pendek dan sifatnya hilang timbul, his
dirasakan dari perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan berpengaruh terhadap
pembukaan servik.
b) Pengeluaran lendir dan darah
Adanya his terjadi perubahan servik berupa pendataran, penipisan dan pembukaan sehingga
timbul perdarahan akibat kapiler yang pecah, tanda ini disebut Bloody Show.
c) Adanya ketuban pecah
Pecahnya ketuban diharapkan persalinan terjadi dalam 24 jam.
d) Adanya perubahan servik : servik makin lunak, penipisan dan pembukaan.
F. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
Selama proses persalinan terbagi menjadi 4 tahap (kala), yaitu
1) Kala I
Kala I dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten : berlangsung lambat, pembukaan 0-3 cm lamanya ±7-8 jam .
b. Fase aktif : berlangsung cepat, lamanya ±6 jam, fase aktif dibagi menjadi 3 :
a) Akselerasi : ±2 jam (4-6 cm)
b) Dilatasi : ±2 jam (7-8 cm)
c) Deselerasi : ±2 jam (9-10 cm)
Tanda dan gejala :
a) HIS adekuat
b) Pembukaan minimal 3 cm
c) Ibu sudah mulai merasakan nyeri
d) Keluar lendir bercampur darah
Tindakan :
- Anjurkan klien jalan-jalan (apabila klien tidak terlalu merasakan nyeri), istirahat/tirah baring
(apabila klien merasakan nyeri).
- Perhatikan intake
2) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm), sampai bayi lahir. Waktunya :
a. Primi para : ±60 menit
b. Multi para : ±30 menit
Tanda dan gejala :
a) Labia mayora dan minora (fulfa) dan anus membuka
b) Kepala sudah nampak di fulfa
c) Perineum menonjol
d) Pembukaan lengkap 10 cm
e) HIS semakin kuat dan teratur
f) Perasaan ingin BAB
Tindakan :
- Perhatikan intake
- Anjurkan istirahat
- Atur posisi ibu (mengedan) berdiri-jongkok
- Atur posisi ibu dorse
- Pimpin ibu untuk mengedan
- Perhatikan vagina toucher (jangan terlalu sering lakukan vagina toucher)
- Kosongkan kandung kemih dan rectum
3) Kala III
Merupakan kala pelepasan/pengeluaran plasenta. Waktunya :
a. Primi para : ±30 menit
b. Multi para : ±15 menit
Tanda dan gejala :
a) Keluar darah secara tiba-tiba
b) Uterus membulat
c) TFU setinggi pusar
d) Tali pusar semakin memanjang
Tindakan :
- Lakukan management aktif
- Lakukan peregangan tali pusar tak terkendali
- Injeksi oksitosin
4) Kala IV
Masa dua jam setelah persalinan, masa ini untuk melakukan observasi karena sering terjadi
perdarahan 2 jam pertama setelah persalinan. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah:
a. Keadaan umum ibu
b. Tanda-tanda vital
c. Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
d. Jumlah perdarahan
Selama persalinan perdarahan yang normal tidak lebih dari 400 cc.
Tindakan :
- Perhatikan intake
- Hindari mobilisasi 8 jam
- Anjurkan perawatan nifas
- Perhatikan ruftur (robekan)
G. FAKTOR-FAKTOR DALAM PROSES PERSALINAN
1) Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah:
a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar):
a) His (kontraksi uterus): gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk
sementara waktu.
b) Retraksi: pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadi kontraksi
c) Tenaga sekunder (mengejan): kontraksi otot-otot dinding perut dan diafragma serta
ligmentous action terutama ligament rotundum
2) Passages (jalan lahir): tulang panggul, serviks, vagina dan dasar panggul
3) Passenger (janin): kepala janin, plasenta, selaput dan cairan ketuban.
4) Psikologis ibu.
5) Penolong .
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada
ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2) Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin,
plasenta dan uterus.
3) Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut
disebut fungtum maksimum.
4) Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada
kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada
saat yang sama.
I. 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
1) Melihat tanda dan gejala persalinan kala II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibumerasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensisal siap digunakan. Mematahkan
ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabumg suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3) Mengenakan baju penetup atau celemek plastic yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir dan megeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika
mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya
dengan saksama dengan caraa menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknk aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan yang kotor kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua
tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada
dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan
kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
dekontaminasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
a. Membimbing ibu untuk meneran saai ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
d. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
e. Menilai DJJ setiap 5 menit.
f. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2
jam) meneran untuk ibu primi para atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, rujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
g. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu
belum ingin menerann dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran,
merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm, letakkan handuk bersih di
atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hungga bahu anterior muncul di bawah arcus
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangam
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu -
bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan
pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali
pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika
bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk memeluk bayinya dengan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan
kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntuk.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan oksitosin 10 unit i.m di
gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada
tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus
dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 -10 c, dari vulva.
b. Jika plasenya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m
b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kanding kemih dengan menggunakan
teknik aseptik jika perlu.
c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30 menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plaenta dengan menggunakan
kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, melakukan telapak
tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban
untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan sgera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43) Mencelupkan kedua tangannyang memakai sarung tangan ke larutan klorin 0,5 % membilas
kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati
yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanha. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalina
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d.Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri
e. Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi
lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selamam satu
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10
menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir,ndan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga
untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam
ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60) Melengkapi partograf.
J. KOMPLIKASI DALAM PERSALINAN
1) Persalinan lama
2) Perdarahan pasca persalinan
3) Malpresentasi dan malposisi
4) Distosia bahu
5) Distensi uterus
6) Gawat janin
7) Prolapsus tali pusat
8) Demam dalam persalinan
9) Demam pasca persalinan

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

KALA I
A. Pengkajian
Secara Khusus :
1) Memeriksa tanda-tanda vital.
2) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan karakteristijk yang
mengambarkan kontraksi uterus :
a. Frekwensi
b. Internal
c. Intensitas
d. Durasi
e. Tonus istirat
3) Penipisan cerviks,evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan pertama dan seriong
diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
4) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan bahwa kekuatan
kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
5) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,letrak janin,penurunan
janin.
6) Pemeriksaan Vagina: membran,cerviks,foetus,station.
7) Tes diagnostik dan laboratorium
a. Specimen urin.
b. Tes darah.
c. Ruptur membran.
d. Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah
B. Diagnosa Keperawatan
Fase Laten
1) Nyeri b/d kontraksi uterus
2) Ketakutan b/d persalinan dan menjelang kelahiran

Fase Aktif
1) Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat
2) Cemas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada saat persalinan
C. Intervensi Keperawatan
Fase laten .
1) Nyeri b/d kontraksi uterus.
Tujuan : Klien mampu menyesuaikan diri dengan nyeri yang dirasakan akibat peningkatan
kontraksi uterus
Intervensi dan Rasional :
a. Observasi DJJ,his,pembukaan jalan lahir
R: Suatu gambaran mengenai kemajuan proses persalinan.
b. Ajarkan teknik relaksasi
R : Untuk mengurangi nyeri
c. Ajarkan ibu teknik mengedan yang baik
R: agar ibu tau cara mengedan yang baik
d. Lakukan masase pada tulang belakang saat adanya his
R: mengurangi nyeri pada ibu
e. Anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak adanya his
R: memenuhi cairan dan nutrisi pada ibu untuk persiapan persalinan.
2) Ketakutan b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien tidak takut dalam menjalani persalinan
Intervensi:
a. Perkenalkan diri pada klien dan berikan suport
R: Memperkenalkan diri merupakan salah satu pendekatan kepada klien dan suport yang
diberikan dapat menambah semangat hidup klien dalam menanti kelahiran
b. Komunikasikan peran seperti support perawatan dan pengetahuan perawat secara verbal dan
non verbal
R: Ibu akan lebih mengerti dan memahami tentang persalinan, peran perawat sehingga akan
mengurangi rasa takut dan klien akan tenang
c. Orientasikan klien ke lingkungan ( tempat persalinan )
R: Orientasi terhadap lingkungan membuat klien lebih mengetahui dan dapat beradaptasi
dengan lingkungan tempat persalinan sehiungga akan mengurangi rasa takut
Fase aktif
1) Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan : volume cairan adekuat
Intervensi :
a. Pertahankan kalori dan elekrolit
R: Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi selama proses persalinanuntuk mencegah
dehidrasi
b. Anjurkan minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada mual dan muntah
R: Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dan elekrolit
c. Berikan cairan IV secara rutin (dextrosa 5 dan RL)
R:Cairan lebih cepat diabsorbsi melalui lambung dibandingkan dengan makanan padat dan
untuk mencegah dehidrasi
2) Cemas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada saat persalinan
Tujuan : klien akan mengungkapkan cemas teratasi
Intervensi :
a. Jelaskan prosedur sebelum memulai melakukan tindakan
R: Mengingatkan pasien untuk mengendalikan dan mempersiapkan mentalnya, hal ini akan
mengurangi kecemasan yang dialami
b. Beri gambaran yang jelas tentang proses persalinan
R: Dengan gambaran yang jelas tentang persalinan, ibu akan lebih memahami dan mengerti
tentang proses persalinan sehingga akan mengurangi perasaan takut dan pasien akan tenang

KALA II
A. Pengkajian
1) Tanda yang menyertai kala II
Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan pada
rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka,
gelisah mengatakan saya ingin BAB< usaha keras tanpa disadari, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva.
2) Melakukan monitoring terhadap :
His ( frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas ), keadaan janin ( penurunan janin melalui vagina),
kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
3) Durasi kala II → kemajuan pada kala II :
Primigravida berlangsung 45– 60 menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum
2) Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh untuk BAB
3) Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin b/d penggunaan secara tetap manuver palpasi, posisi
kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
C. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum
Tujuan : ibu dapat menyesuaikan diri dengan nyeri yang dia rasakan
Intervensi:
a. Ajarkan teknik relaksasi
R: untuk mengurangi nyeri
b. Atur posisi ibu dengan posisi dorsal recumbent
R: Mempermudah kelancaran proses persalinan.
c. Ajarkan ibu cara mengedan yang baik
R: Memudahkan penurunan bagian terendah janin
d. Amati dan pantau kemajuan kala 2
R: Membantu mendapatkan gambaran jelas tentang kemajuan kala II
2) Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh untuk BAB
Tujuan :
- persepsi ibu terhadap pengalamannya melahirkan akan bersifat positif
- ibu akan berhenti terhadap kemungkinan BAB selama melahirkan
- ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu yang normal
Intervensi :
a. Beritahukan pada ibu, bahwa merupakan suatu hal yang biasa bagi ibu untuk memiliki
pergerakan bowel selama melahirkan
R: Motilitas gastro entestinal menurun dalam persalinan dan usaha yang ekspulsif diiringi
penurunan bagian terendah janin menyebabkan pengeluaran tinja
b. Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya dan menyumbat bila mungkin, sementara ibu
memberikan timbal balik yang positif dalam usaha mengedan.
3) Resiko tinggi cedera pada ibu dabn janian b/d penggunaan secara tetap manuver palpasi,
posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin
Intervensi:
a. Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk dengan bahu dan pungung
yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
b. Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah
c. Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi
d. Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang menyenangkan dan rileks
e. Bila perinium menonjol, anus membuka kepala anak terlihat didepan vulva saat kontraksi dan
tidak masuk maka penolong akan mulai memimpin persalinan
f. Penolong cuci tangan dan menggunakanm sarung tangan steril
g. Jika ada dorongan untuk meneran bantulah persalinan :
a) Melahirkan kepala
b) Periksa lilitan tali pusat pada leher
c) Melahirkan bahu depan dan belakang
d) Melahirkan badan bayi
e) Men jepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem tersebut
f) Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut ibu
g) Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya janin yang lain
h) Injeksi oksitoksin

KALA III
A. Pengkajian
1) Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
a. Adanya kontraksi vunds yang kuat
b. Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih sehingga plasenta
bergerak kebagian bawah
c. Keluarnya darah hitam dari introuterus
d. Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan keluar.
e. Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau rektal , atau membran
poetus terlihat pada introitus).
2) Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai , curah jantung meningkat
dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta berhenti.didapatkan melalui
pemeriksaan:
a. Suhu, nadi, dan pernafasan
b. Pemeriksaan terhadap perdarahan : warna darah dan jumlah darah
3) Tanda-tanda masalah potensial
Saat praktisi keperawatan primer mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda
dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
B. Diagnosa keperawatan
1) Koping individu tidak efektif b./d. selesainya proses persalinan yang berbahaya bagi neonatus
dan kurang pengalaman merasakan tahap ketiga persalinan
2) Resiko perdarahan b/d plasenta belum lahir.
3) Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang salam proses persalinan
C. Intervensi Keperawatan
1) Koping individu tidak efektif b./d. selesainya proses persalinan yang berbahaya bagi
neonatus dan kurang pengalaman merasakan tahap ketiga persalinan
Tujuan :
Pasien berpartisipasi secara aktif dalam pengeluaran plasenta
Intervensi:
a. Jelaskan pada ibu dan suaminya apa yang dioharapkan dalam tahap ke 3 dari persalinan
R: Untuk mendapatkan kerja sama
b. Pertahankan posisi ibu
R: Untuk memudahkan lahirnya plasenta
c. Tanyakan pada ibu jika ia ingin mengeluarkan plasenta dengan cara khusus
R: Mengikuti kebiasan budaya tertentu
2) Resiko perdarahan b/d plasenta belum lahir
Tujuan : tidak terjadi perdarahan dan plasenta lahir sempurna
Intervensi
a. Kosongkan kandung kemih
R: Agar tidak menekan jalan lahir dan plasenta lahir lengkap
b. Berikan masase pada fundus uteri.
R: mempertahankan kontraksi uterus sehingga plasenta dapat lahir
c. Lihat tanda lepasnya plasenta
R: mengetahui lepasanya plasenta dari endometrium
d. Lakukan pemeriksaan jalan lahir
R: Untuk mengetahui apakah ada robekan jalan lahir
e. Awasi perdarahan dan jalan lahir
R: Untuk mengawasi perdarahan yang terjadi.
3) Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang salam proses
persalinan
Tujuan : keseimbangan cairan diperetahankan dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi:
a. Monitor kehilangan cairan(darah urtine, pernafasan ) dan tanda-tanda vital, inspeksi turgor
kulit dan membran mukosa terhadap kekeringan
R: Untuk menilai status hidrasi.
b. Berikan cairan secara oral/parenteral sesuai anjuran dokter
R: Untuk mempertahankan hidrasi
c. Monitor keras lembutnya uterus setelah lepasnya plasenta
R: Untuk memastikan kontraksi uetrus yang adekuat dan mencegah kehilangan darah lebih
lanjut
d. Berikan obat-obatan sesuai anjuran dokter
R Untuk membantu kontraksi uterus

KALA IV
A. Pengkajian
Pemeriksaan pada kala IV
1) Tanda tanada vital
Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa potensial,komplikasi seperti
perdarahan dan hipertermia.
Pada kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah
melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan
mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
2) Pemeriksaan fundus dan tingginya,selama waktu itu pengosongan kandung kemih
mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.
3) Kandung kemih
Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung kemih menengang akan
mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan
mencegah peregangan kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak bisa
kencing.
4) Lochia
Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain dibawah bokong ibu.
Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
5) Perineum
Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring dan melenturkan
kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat
perineum.
6) Temperatur
Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan keadaan temperatur
ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama rentang waktu satu jam
pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
7) Kenyamanan
Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan selama persalinan akan
berpengaruh terhadap persepsi ketidak nyamanannya
8) Tanda-tanda potensial masalah
Karena pendarahan dapat menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada
adanya potensial komplikasi
B. Diagnosa . Keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia uteri setelah melahirkan
2) Nyeri b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalinan
3) Kelelahan b/d proses persalinan
C. Intervensi Keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia uterus setelah melahirkan
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi sampia klien pulang
Intervensi :
a. Monitor VS, warna kulit, dan tonus uterus
R: Penting untuk mengidentifikasi perubahan dalam vital sign dan tonus uterus segara untuk
menghentikan perdarahan post
b. Kaji posisi uterus dan lokhia yang keluar, masagge vundus uterus
R: Jika fundus tidak dirasakan pada pertengahan setinggi umblikus, ini menunjukan distansia
blas, Masase fundus uterus merangsang otot-otot uterus untuk berkontraksi
c. Kaji distansia kandung kemih
R: Distansia blas dapat mendorong uterus ke luar dari tempatnya dan menambah atonia
uterus
2) Nyeri b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalinan
Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi sebelum pulang, nyeri berkurang sampai hilang
Intervensi :
a. Anjurkan untuk merubah posisi selang seling dan menghindari duduk untuk beberapa waktu
R: Tekanan dari tempat satu posisi dapat menyebabkan bertambahnya nyeri
b. Berikan bantal untuk alas ketika duduk dikursi
R: Untuk meningkatkan kenyamanan
c. Pemberian analgetik sesuai program dokter
R: Analgetik bekerja pada bagian atas otak untuk mengurangi rasa nyeri
d. Beri penjelasan mengenai rasionalisasi dari nyeri dan masage uterus dengan halus
R: Penggunaan bantuan topokal meningkatkan kenyamanan di daerah perianal
3) Kelelahan b/d proses persalinan
Tujuan : Kelelahan dapat berkurang dan hilang
Intervensi:
a. Observasi TTV
R: Mengidentifikasi perkembangan kesehatan ibu
b. Beri makan dan minum
R: Memulihkan energi yang hilang saat persalinan
c. Anjurkan untuk istirahat
R: Mengurangi dan menghilangkan rasa lelah ibu.
d. Pindahkan ibu dikamar dan rawat gabung dengan bayinya

R: dapat tercipta hubungan yang harmonis antara ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai