Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Individu Formatif 4
Disusun Oleh:
NIM : 3152111026
2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
Judul : Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada
Penulis : J. W. Batawi
ISSN : 2086-0404
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kesadaran siswa SLTA sebagai pemilih pemula dalam pilkada dalam konteks
berpolitik dan penerapan sekolah sebagai laboratorium demokrasi (School–Based
Democracy Education). Penelitian mengambil sampel siswa SLTA di wilayah
Wasile sebanyak 35 responden dan wilayah Maba sebanyak 40 responden.
Wilayah Wasile mengambil 3 sekolah sedangkan wilayah Maba sebanyak 6
sekolah yang berbeda. Responden adalah siswa yang telah melakukan
pemilihan/pencoblosan pada masa pilkada untuk memilih kepala dan wakil kepala
daerah di wilayah kabupaten Halmahera Timur (Haltim) tahun 2010. Penelitian ini
menggunakan metodologi observasi, wawancara langsung dan pengisian
kuesioner. Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa tingkat kesadaran siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada
menunjukan perbedaan yang didasarkan pada pemahaman dan pengalaman belajar
konsep berpolitik di tingkat persekolahan. Sedangkan 60 persen siswa senang
terdaftar sebagai pemilih pemula dalam pilkada. Sebagai pemilih pemula, siswa
dihadapkan pada persoalan psikologis yaitu menempatkan jati diri dan
pemahaman tentang belajar berpolitik yang banyak dipengaruhi oleh pergaulan
antar rekan sejawat dan lingkup persekolahan.
Kata kunci: kesadaran politik, pemilih pemula, pilkada, Halmahera Timur.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional merupakan pembatasan pengertian tentang hal-hal
yan perlu diamati. Sedangkan pengertian konsep itu sendiri adalah suatu
pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan (Koentjaraningrat,
1980). Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep
merupakan pembatasan terhadap variabel-veriabel penelitian untuk menentukan
indikatorindikator yang akan diteliti. Dengan demikian definisi konsepsional pada
Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada adalah suatu sikap yang
ditentukan adanya kepedulian terhadap budaya berpolitik yang baik dengan
mengikutsertakan secara aktif dalam memaknai pembelajaran berpolitik dan
memanfaatkannya dengan sikap pengendalian diri melalui pengembangan
pengalaman yang didapatkannya untuk bekal bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
B. Definisi Operasional
Menurut Koentjaraningrat (1980 76), definisi operasional adalah unsure
penelitian yang memberikan pengertian tentang cara mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku gejala
yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Dengan demikian variabel dalam penelitian ini mencakup kesadaran
politik dan pemaham siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada. Sedangkan
instrumen dikembangkan berdasarkan indikator sebagai berikut:
1. Sikap dan perilaku yang saling peduli, yaitu: suatu nilai dari perbuatan yang
timbal balik untuk dapat memperhatikan/menghiraukan sesuatu/lingkungan.
2. Partisipasi aktif, yaitu: perihal turut berperan serta di suatu kegiatan secara
giat/berusaha.
3. Kebermanfaatan yang diperolah yaitu: sesuatu hal/keadaan yang berguna untuk
dicapai.
4. Akses dan kontrol sosial, yaitu: pencapaian pengendalian berkenaan dengan
masyarakat.
5. Dampak yang didapat dari pengalaman, yaitu: pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat negatif atau positif dari pengalaman yang telah
didapatkannya.
Pada bab ini akan disampaikan data data hasil penelitian lapangan tentang
Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam pilkada; suatu refleksi School-Based
Democracy Education, melalui nilai sikap dan perilaku yang saling peduli,
partisipasi aktif, kebermanfaatan yang diperoleh, akses kontrol sosial, dampak
yang didapat dari pengalaman sebagai pemilih pemula dalam pilkada, dan
gambaran hasil kegiatan pembelajaran sosiologi di sekolah.
Indikator-indikator dijabarkan secara rinci berdasarkan konsep teori dan
diukur menggunakan instrumen skala Likert dengan 5 skala pernyataan yaitu,
skala 1 untuk menyatakan sangat tidak setuju, skala 2 tidak setuju, skala 3 cukup
setuju, skala 4 setuju dan skala 5 sangat setuju. Adapun pernyataaan yang
dikembangkan berdasarkan indicator sebagai berikut
1. Nilai sikap dan perilaku yang saling peduli (suatu nilai dari perbuatan
yang timbal balik untuk dapat memperhatikan / menghiraukan
sesuatu/lingkungan)
Diukur menggunakan pernyataanpernyataan seperti: “saya senang terdaftar
sebagai pemilih pemula dalam pilkada”, “memang sebaiknya seusia saya sudah
diwajibkan untuk ikut berpolitik”, “ikut berpolitik tidak hanya sebagai pemilih
pemula dalam pilkada”, “ikut pilkada hanya sebagai keisengan saja”, “karena
teman yang lain tidak ada yang jadi pemilih sehingga saya juga tidak memilih,
pada saat pilkada”, “saya dan kelompok teman bermain sedang ada kegiatan lain
sehingga lebih baik tidak memilih”, “saya disuruh datang ke TPS untuk
menyoblos padahal saya belum berpengalaman”, “saya berusaha mengajak teman
yang lain yang sudah terdaftar sebagai pemilih untuk ikut jadi pemilih”, “malas
ikut pilkada”, “criteria calon pilkada tidak ada yang sesuai dengan keinginan
saya”, “saya melakukan pencoblosan dalam pilkada karena saya ingin jadi warga
yang baik”.
Indikator nilai sikap dan perilaku yang peduli (suatu nilai dari perbuatan
yang timbal balik untuk dapat memperhatikan/ menghiraukan sesuatu/lingkungan)
mempunyai tingkat reabilitas = 0,76.
Deskripsi Responden
Responden adalah siswa SLTA yang telah melakukan kegiatan
pencoblosan untuk memilih kepala daerah dalam hal ini pilkada gubernur provinsi
Maluku Utara pada tahun 2009. Dari 75 siswa yang dimintai pengisian kuesioner,
sebanyak 48 responden dijaring dan memberikan pernyataannya secara terstruktur
dengan baik, selain interview/wawancara seputar fenomena pilkada. Sementara itu
untuk mendukung data, dilakukan observasi terhadap kegiatn program School-
Based Democracy Education pada guru, siswa, dan kepala sekoah. Jumlah guru
yang terlibat sebanyak 7 orang sedangkan siswa terbagi dalam, siswa pria
sebanyak 42 orang dan siswa wanita sebanyak 33 orang.
Refleksi School-Based Democracy Education
Kegiatan ini melibatkan guru, siswa dan kepala sekolah. Indikator yang
digunakan adalah mengidentifikasi mekanisme perubahan sosial budaya, seperti
pembangunan masyarakat di sektor politik. Program diarahkan pada pendekatan
School-Based Democracy Education, yaitu siswa ditugaskan untuk terlibat secara
langsung dalam menggali konsep berpolitik di lapangan dan mendiskusikan dalam
kelas. Dari hasil wawancara dengan pihak guru dan siswa dihasilkan:
1. Program School-Based Democracy
Education lebih bermakna jika melibatkan siswa sebagai subyek dan obyek dalam
kegiatan pilkada.
2. beberapa temuan di lapangan seputar kasus pilkada dapat dijadikan bahan
diskusi yang teridentifikasi secara menyeluruh
3. simulasi sangat penting dalam rangka pemahaman teknis dalam pilkada,
terutama bagi siswa yang baru sebagai pemilih pemula
4. daya kritis siswa terhadap karakter calon kepala daerah menjadi pola pikir yang
dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih. Sebagian besar dari hasil wawancar
ini siswa lebih mencermati pandangan visi dan misi calon kepala daerah yang
banyak dipampangkan dalam bentuk poster, spanduk, dan baliho.
5. Sebagai pemilih pragmatic mencerminkan bahwa pandangan siswa terhadap
fenomena tersebut terbagi kedalam kelompok pendukung dan menolak, yang
intinya bahwa melalui pembelajaran politik di sekolah pemahaman mereka
terhadap politik praktis menjadi konsep yaitu berpolitik bagi mereka adalah
pengakuan jati diri dengan kebebasan untuk menentukan diri sendiri Selain itu
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran demokrasi juga melibatkan pada
unsure pelajaran sosiologi. Intinya pelajaran ini diterapkan dengan pendekatan
pembelajaran aktif yang dikombinasikan dengan konsep lingkungan meluas atau
expanding environment approach.
Dengan model pembelajaran konstruktivisme tersebut didapatkan fungsi
guru, siswa dan sarana belajar secara sinergi, dengan memperhatikan:
1. Keseimbangan antara kognisi, keterampilan, afektifdan keseimbangan antara
deduktif dan induktif,
2. Penyajian materi menggunakan ilustrasi dan pemberian tugas secara aktif,
3. Proses pembelajaran dilakukan dengan upaya memfasilitasi tumbuhnya
dinamika kelompok di dalam kelas, sehingga terwujud siswa yang mandiri dalam
belajar. Sesuai dengan karaketer mata pelajaran sosiologi, strategi pembelajaran
yang diharapkan adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa denganp
pendekatan belajar aktif, yaitu siswa menjadi pusat kegitan belajar mengajar.
Siswa dirangsang untuk bertanya dan mencari pemecahan masalah serta didorong
untukmenafsirkan informasi yang diberikan oleh guru, sampai informasi tersebut
dapat diterima oleh akal sehat. peta hasil belajar rumpun pembelajaran demokrasi
yang dapt dikembangka untuk nilainilai demokrasi, meliputi
Tingkat Deskripsi Peta Hasil Belajar
1. Peserta didik menunjukkan kemampuan mengidentifikasi diri dan
keluarga (nama, tempat tinggal, umur)
2. Peserta didik menunjukkan kemampuan menggolongkan
peran-peran anggota keluarga dan sekolaj sesuai dengan
kedudukannya.
Peserta didik menunjukkan kemampuan untuk menempatkan
etika dan sopan santun dalam berinteraksi di rumah, sekolah,
dan lingkungan.
3. Peserta didik menunjukkan kemampuan mendeskripsikan
acuan-acuan yang berlaku di keluarga dan sekolah.
Peserta didik menunjukkan kemampuan mendeskprisikan
keanekaragaman etnis yang ada di lingkungan setempat.
Peserta didik men menunjukkan kemampuan mendeskprisikan
perubahan-perubahan dalam pranata keluarga.
4. Peserta didik menunjukkan kemampuan membandingkan berbagai
kelompok sosial di masyarakat.
5. Peserta didik menunjukkan kemampuan menerapkan nilai-nilai dan
norma-norma dalam menciptakan ketentuan hidup dalam masyarakat.
6. Peserta didik menunjukkan kemampuan menganalisis nilai dan norma
dalam membentuk ketentuan hidup bermasyarakat.
7. Peserta didik menunjukkan kemampuan menganalisis berbagai faktor
penyebab konflik sosial dan dampaknya serta memberikan alternative
pemecahannya.