PENDAHULUAN
Critical jurnal review ini yang berbentuk makalah ini berisi tentang
kesimpulan dari perbandingan yang saya lakukan pada ketiga jurnal ini. Dimana
jurnal pertama dan kedua ini memiliki judul yang berbeda akan tetapi kaitannya
tetap sama.
Pada jurnal pertama ini membahas tentang Emosi Negatif Siswa Kelas XI
SMAN 1 Sungai Limau. Jurnal pembanding kedua tentang layanan konseling
individu dalam mengatasi emosi negatif siswa tunanetra di MAN Maguwoharjo.
Dan yang terakhir jurnal ketiga tentang Pengaruh Tipe Pengasuh Lingkungan
Sekolah Dan Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja.
Dalam critical jurnal review ini, saya akan memaparkan masalah tersebut
lewat pembahasan berikut. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi penyusun khususnya
A. Perumusan Masalah
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical
jurnal review iniadalah untuk mengajak pembaca lebih memahami secara
mendalam mengenai ketiga jurnal tersebut
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas jurnal
Judul 1
Jurnal 2
Judul jurnal : Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi Emosi Negatif
Siswa Tunanetra di MAN Maguwoharjo
Jurnal 3
Judul jurnal : Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran
Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja
2
B. Review Jurnal
3
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif . Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMAN 1 Sungai Limau yang berjumlah 304 orang dan
jumlah sampel sebanyak 75 orang dengan menggunakan teknik random sampling.
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisa
presentase.
Hasil Penelitian
Pembahasan
Bentuk-bentuk emosi negatif
Hasil penelitian tentang emosi negative dilihat dari bentuk-bentuk emosi
negatif yang terdiri dari emosi marah, muak, malu, rasa bersalah, sedih dan takut.
Pada bentuk-bentuk emosi negatif paling menonjol yang dialami siswa yaitu
emosi marah dengan persentase 43,8% tergolong pada kategori tinggi. Dari setiap
item dan indikator, emosi negative yang dialami siswa yang dilihat dari indicator
marah dikarenakan karena remaja sering dipermalukan, di hina di pojokkan
dihadapan teman-teman sebaya lainnya, dan bentuk emosi remaja ini bisa di
tonjolkan melalui, berkelahi, dengan mencaci-maki, ataupun dengan ungkapan
verbal lainnya. Hal ini senada dengan pendapat (Enung Fatimah 2006:106) “rasa
marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting diantara emosi-
emosi yang memainkan perasaan menonjol dalam perkembangan kepribadian
remaja”.
4
Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Emosi Negatif
Hasil penelitian tentang emosi negative berdasarkan dampak emosi negatif
dilihat dari diperlakukan orangtua sebagai anak kecil, dilarang bergaul dengan
lawan jenis, terlalu banyak dirintangi daripada disokong, diperlakukan orangtua
secara anak kecil, diperlakukan orangtua secara tidak adil, merasa kebutuhan tidak
dipenuhi orangtua. Paling menonjol dialami siswa yaitu diperlakukan orang tua
sebagai anak kecil dengan persentase 44,9% tergolong pada kategori tinggi,
dimana remaja belum diberi kebebasan oleh orang tua dalam mengambil
keputusan, kurang dihargai pendapatnya dirumah sehingga menimbulkan emosi
negatif yang dialami remaja.
5
Dari hasil penelitian terungkap bahwa siswa sudah berupaya dalam
mengendalikan emosi negatifnya, siswa menyatakan akan berusaha sabar dengan
masalah yang dihadapinya dan akan memaafkan orang lain walaupun orang
tersebut sudah berbuat jahat kepadanya. Ada beberapa tahap atau cara untuk
mengendalikan emosi seseorang khususnya bagi remaja dan dewasa. Menurut
Syaodih (2010:56) ”seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau
menarik diri secara reflektif dari suatu emosi dan berdasarkan pada pertimbangan
informasi dan kegunaannya”.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan sebagai berikut: (1)
diharapkan kepada siswa agar dapat memanfaatkan guru BK dalam
menyelesaikan permasalahannya yang berhubungan dengan emosi negative, (2)
orangtua hendaknya dapat memahami perkembangan emosi remaja sehingga tidak
menimbulkan emosi negative bagi remaja, (3) guru BK hendaknya agar mampu
merancang program layanan BK khususnya untuk mengendalikan emosi negatif
siswa, (4) diharapkan kepada siswa untuk meningkatkan upaya yang dilakukan
untuk mengendalikan emosi negative kearah yang lebih.
6
Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi Emosi Negatif Siswa
Tunanetra di MAN Maguwoharjo
Pendahuluan
Tunanetra sering menunjukkan perilaku atau kepribadian yang negatif,
seperti rendah diri, murung, putus asa dan lain-lain. Selain itu, tunanetra juga
sering menunjukkan perilaku atau kepribadian yang tidak semestinya, seperti
kepribadian atau perilaku stereotip, yaitu menekan-nekan matanya, menggeleng-
gelengkan kepalanya, menggerak-gerakan badannya, membuat suara-suara
dengan salah satu bagian tubuhnya (jari) dan bahkan ada juga perilaku atau
kepribadian yang khas pada tunanetra.
Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk siswa yang
diberikan oleh guru BK baik secara individu atau pribadi maupun kelompok, yang
bertujuan untuk merubah perilaku siswa menjadi lebih baik, mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegah masalah
tersebut agar tidak dialami oleh siswa.
MAN Maguwoharjo adalah salah satu sekolah inklusi yang ada di
Yogyakarta, saat ini terdapat beberapa siswa berkebutuhan khusus sekolah di
MAN Maguwoharjo diantaranya enam siswa tunanetra dan dua siswa tunadaksa,
dari keenam siswa tunanetra ini ada beberapa siswa yang mempunyai emosi
negatif. Dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah layanan konseling
individu yang dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi emosi negatif siswa
tunanetra, akibat emosionalnya tersebut mereka tidak mempunyai banyak teman
di sekolah, prestasi belajar menurun dan cenderung menyendiri.
Pada hasil observasi awal, dari enam siswa tunanetra yang ada di MAN
Maguwoharjo, dua diantaranya memiliki emosi negatif, dua siswa ini suka
menyendiri, prestasi belajar menurun, dan kurang bersosialisasi dengan teman-
temannya, bahkan ada pula yang sering berantem dengan temannya karena kurang
bisa mengendalikan emosinya.
7
Pengertian Layanan Konseling Individu
Layanan konseling individu adalah layanan konseling yang
diselenggarakan oleh pembimbing (konselor) terhadap seorang konseli dalam
rangka pengentasan masalah pribadi konseli. Konseling perorangan berlangsung
dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor
dengan konseli (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami konseling.
Layanan konseling individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh konselor
atau guru BK dalam rangka membantu konseli atau siswa yang memerlukan
bantuan dalam menyelesaikan masalah, layanan konseling individu dilakukan
secara langsung atau tatap muka. Dalam hal ini layanan konseling individu
dilakukan oleh guru BK MAN Maguwoharjo dalam mengatasi emosi negatif
siswa tunanetra.
8
c. Konseling Eklektif (Eclective Counseling)
Siswa di sekolah memiliki tipe-tipe kepribadian yang tidak sama. Oleh
sebab itu, tidak mungkin diterapkan metode konseling direktif saja atau
nondirektif saja. Agar konseling berhasil secara efektif dan efisien, tentu harus
melihat siswa yang dibantu atau dibimbing dan melihat masalah yang dihadapi
siswa dan melihat situasi konseling. Apabila terhadap siswa tertentu tidak bisa
diterapkan metode direktif maka mungkin bisa diterapkan metode nondirektif,
atau penggabungan metode tersebut yang disebut dengan metode eklektif.
Penerapan metode dalam konseling ini adalah dalam keadaan tertentu konselor
menasehati dan mengarahkan konseli (siswa) sesuai dengan masalahnya, dan
dalam keadaan yang lain konselor memberikan kebebasan kepada konseli untuk
berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja.
9
c. Emosi Sedih
Selain diliputi perasaan senang dan marah, manusia juga dirundung
kesedihan. Banyak hal yang bisa membuat orang bersedih, kegagalan, kesulitan,
kecelakaan, kematian dan sebagainya. Dalam Al-Quran diperjelas model-model
ekspresi emosi sedih yang diperankan oleh manusia. Pertama, ekspresi emosi
sedih dengan cucuran air mata yang memancarkan perasaan yang dialaminya.
Kedua, tangis yang dibuat-buat untuk membuat kesan kesedihan (sandiwara).
Ketiga, ekspresi sedih dalam bentuk perilaku menarik diri disertai mata yang
berkaca-kaca.
d. Emosi Takut
Emosi takut dalam penuturan Al-Quran memiliki skala yang cukup luas,
tidak terbatas pada ketakutan di dunia, semisal ketakutan pada kelaparan,
kehilangan jiwa dan harta, bencana alam, kematian dan sebagainya, tapi juga
ketakutan pada kesengsaraan di akhirat. Hal ini menjadi pembeda yang tegas
antara orang beriman yang percaya dengan kehidupan di akhirat dengan yang
tidak.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis-jenis emosi negatif siswa tunanetra di MAN Maguwoharjo yaitu emosi
marah, emosi sedih, emosi takut dan emosi benci,
10
Pengaruh Tipe Pengasuhan, lingkungan Sekolah, dan Peran Teman
Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja
Pendahuluan
Kemampuan berpikir (kecerdasan kognitif) merupakan aspek penting dari
sumberdaya manusia. Namun demikian, individu yang mempunyai kecerdasan
kognitif tinggi tidak menjamin kesuksesannya dalam karir jika tidak dibarengi
kecerdasan emosional ( Emotional Intellegence /EI). Oleh sebab itu, EI sangatlah
penting agar kecerdasan koginitif dapat diarahkan secara produktif (Goleman
2003).
Beberapa fakta menunjukkan banyak remaja yang tidak cerdas secara
emosional, mudah terpengaruh hal-hal yang negatif. Hal ini dapat dilihat dari
kasus perkelahian pelajar yang disebabkan aksi balas dendam, warisan kebencian
dari kakak kelas, saling tatap, dan tersenggol tanpa sengaja yang semua itu
menyebabkan terganggunya keamanan dan menimbulkan kerugian (Fakhruddin
1999).
Tujuan
Tujuan Umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh tipe pengasuhan, lingkungan sekolah dan teman sebaya terhadap
kecerdasan emosional remaja.
Tujuan Khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik anak,
tipe pengasuhan emosional, lingkungan sekolah, peran teman sebaya dan
kecerdasan emosional.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pengasuhan emosional
dan kecerdasan emosional
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi orangtua dan
pihak sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional remaja.
11
Tinjauan Pustaka
Anak Usia Remaja
Masa remaja menurut Garison dan Garison (Hasselt & Hersen 1987)
adalah masa ‘in between periode’, yaitu masa dimana individu tidak bisa\
digolongkan lagi sebagai anak-anak, namun belum matang jika digolongkan
menjadi orang dewasa.
Metode Penelitian
Disain, Tempat dan Waktu Penelitian
Disain penelitian adalah crosssectional. Penelitian dilakukan di Kota
Bogor. Waktu penelitian berlangsung mulai bulan Februari sampai Desember
2004. Pengambilan data di lapang dilakukan pada bulan Juli sampai November
2004.
12
Cara Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk di Sekolah
Menengah Atas (SMA) di kota Bogor. Pengambilan contoh dilakukan secara
purposif. Untuk mendapatkan contoh yang mewakili keragaman populasi, maka
contoh diambil dari SMA favorit dan bukan favorit dari SMA negeri maupun
swasta, masing-masing satu sekolah. Penilaian SMA favorit dan bukan favorit
berdasarkan nilai ratarata Ujian Akhir Nasional (UAN) yang dicapai, fasilitas
yang tersedia di sekolah dan banyaknya jumlah siswa yang diterima di perguruan
tinggi negeri. Informasi tersebut didapat dari Dinas Pendidikan dan Pengajar-an
(Dinas P dan P) Kota Bogor.
13
Tipe Pengasuhan Emosional
Dari hasil penelitian ditemukan enam tipe pengasuhan. Persentase terbesar
orangtua menerapkan tipe pengasuhan pelatih emosi (36.0%), diikuti oleh tipe
laissez-faire (30.0%).
Lingkungan Sekolah
Dari hasil penelitian didapat mayoritas contoh (53%) berpendapat disiplin
di sekolahnya termasuk kategori sedang, 44 persen contoh menyatakan baik dan
sisanya (3%) menyatakan kurang. Hal ini memberikan gambaran masih
diperlukan penegakan disiplin dilaksanakan di sekolah-sekolah menengah atas di
Kota Bogor.
14
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
A. Kelebihan jurnal
Jurnal 1
Kelebihan pada jurnal pertama yang berjudul Emosi Negatif Siswa Kelas
XI SMAN 1 Sungai Limau ini adalah terletak pada materi penjelasan yang cukup
lengkap serta sudah dipaparkan dalam jurnal ini, kemudian kelebihan pada jurnal
ini juga dalam bagian penutupnya diberi kesimpulan dan saran nya. sebagian
jurnal yang saya dapat tidak dipisahkan namun disatuksn secara utuh.
Dan yang terakhir jurnal ini sangat terpercaya karena penulis
mencantumkan Sembilan referensi/daftar rujukan sehingga jurnal tersebut sangat
memikat.
Jurnal 2
Berikutnya kelebihan ada jurnal kedua yang berjudul Layanan Konseling
Individu dalam Mengatasi Emosi Negatif Siswa Tunanetra di MAN Maguwoharjo
ini sangat terlihat pada tiap-tiap kalimat yang manakala tiap kalimat ini sangat
menarik dan tersusun rapi sehingga adanya minat pembaca ingin sekali
membacanya.
Kemudian jurnal ini juga memiliki daftar pustaka atau referensi yang tidak
palah banyak sekali namun sangat sesuai dengan judulnya juga. Kelebihan
berikutnya terletak pada segi kepenulisan sang penulis yang cukup baik dan tidak
bertele-tele dalam menulis jurnal ini serta member point-point penting kedalam
jurnal dengan uraian yang terperinci dan mudah dimengerti.
Jurnal 3
Dan yang terakhir kelebihan pada jurnal ketiga ini yang berjudul Pengaruh
Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah dan Peran Teman Sebata terhadap
Kecerdasan Emosional Remaja ini sangat sesuai sekali serta penulisan kalimatnya
sangat rapi dan terperinci sehingga memudahkan kita dalam membaca. Kelebihan
yang terakhir pada daftar pustaka pada jurnal ini sudah dicantumkan.
15
B. Kekurangan jurnal
Jurnal 1
Abstrak ini ditampilkan bahasa inggris, yang mana akan membuat
pembaca sedikit bingung atau kemungkinan terjadinya kekaburan makna karena
tidak semua pembaca dapat berbahasa asing. Kekurangan ini juga dibagian
sistematika penulisan jurnal ini tidak dibuat abjad sebingga ketika saya
mereviewnya sangat kebingungan
Jurnal 2
Pada jurnal kedua ini sangat datar sekali. Saya kebingungan dalam
menempatkan sistematika penulisan jurnal ini sehingga saya mengalami kesulitan
dalam mereviewnya. Kemudian pada bagian penutupnya tidak dipisahkan
kesimpulan dan saran-sarannya.
Jurnal 3
Pada jurnal kedua ini seperti pada jurnal pertama dimana dibagian
abstraknya memakai bahasa asing (Inggris) . tidak semua orang pandai
mengartikan makna dalam abtrak ini akan tetapi sebagian orang juga sudah paham
arti dalam abtrak ini. Pada bagian sistematika penulisan jurnal seharusnya diberi
abjad selanjutnya pada bagian penutupnya seharusnya dipisahkan bagian
kesimpulan maupun sarannya. Jangan disatukan seharusnya dipisahkan.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap karya tulis pastinya memiliki cirri-ciri yang berbeda-beda antar satu
dengan yang lain baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya maupun
kekurangannya. Jurnal pasti mengandung informasi yang sudah dipaparkan
dengan jelas oleh penulisnya terlepas dari kekurangan yang terkandung dalam
setiap jurnal akan membawa keuntungan bagi pembaca dalam mendapatkan
informasi lebih.
Dalam ketiga jurnal ini, terkandung informasi yang sangat melimpah dan
berguna yang manakala membuat pembaca menjadi tertarik untuk membaca atau
menganalisis jurnal ini seperti yang saya lakukan ini. Diatas telah saya sampaikan
ringkasan dan juga kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jurnal yang
diharakan dapat menjadi perbandingan antara opini atas pembaca jurnal tersebut
B. Saran
Didalam kelebihan dari ketiga jurnal tersebut agar lebih dipertahankan
dan diperkuat lagi, dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi
mencapai hasil yang lebih maksimal
17