Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Critical jurnal review ini yang berbentuk makalah ini berisi tentang
kesimpulan dari perbandingan yang saya lakukan pada ketiga jurnal ini. Dimana
jurnal pertama dan kedua ini memiliki judul yang berbeda akan tetapi kaitannya
tetap sama.

Pada jurnal pertama ini membahas tentang Emosi Negatif Siswa Kelas XI
SMAN 1 Sungai Limau. Jurnal pembanding kedua tentang layanan konseling
individu dalam mengatasi emosi negatif siswa tunanetra di MAN Maguwoharjo.
Dan yang terakhir jurnal ketiga tentang Pengaruh Tipe Pengasuh Lingkungan
Sekolah Dan Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja.

Dalam critical jurnal review ini, saya akan memaparkan masalah tersebut
lewat pembahasan berikut. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi penyusun khususnya

A. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penulisan critical jurnal review ini


dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana review maupun ringkasan jurnal tersebut ?


2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut ?

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical
jurnal review iniadalah untuk mengajak pembaca lebih memahami secara
mendalam mengenai ketiga jurnal tersebut

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas jurnal

Identitas jurnal yang akan direview adalah sebagai berikut.

Judul 1

Judul jurnal : Emosi Negatif Siswa Kelas XI SMAN 1 Sungai Limau

Penulis : Risa Yuliani

Volume : 2 Nomor 1 Januari 2013

Penerbit : Jurnal Ilmiah Konseling

Jurnal 2
Judul jurnal : Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi Emosi Negatif
Siswa Tunanetra di MAN Maguwoharjo

Penulis : Utik Mukaromah


A. Said Hasan Basri

Volume : Vol. 12, No. 2 Desember 2015

Penerbit : Jurnal Hisbah,

Jurnal 3
Judul jurnal : Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran
Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja

Penulis : Woro Priatini


Melly Latifah dan Suprihatin Guhardja
Volume : Vol. No 1 Januari 2008

Penerbit : Jurnal Psikologi

2
B. Review Jurnal

Emosi Negatif Siswa Kelas XI SMAN 1 Sungai Limau


Pendahuluan
Periode perkembangan siswa SMA dapat dikategorikan berada pada usia
remaja. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2006:9) mengemukakan bahwa
remaja adalah suatu masa dimana; individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan
seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Dari penjelasan di atas bahwa masa remaja merupakan masa yang
kompleks. Di mana remaja mengalami periode transisi dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Dalam masa ini individu mengalami banyak tantangan
perkembangannya, baik dari dalam diri maupun luar diri terutama lingkungan
sosial. Diantara perkembangan yang di alami oleh remaja adalah perkembangan
intelegensi, emosi, sosial, dan moral.
Remaja selalu berusaha untuk bisa berkuasa diantara teman-teman lainnya.
Untuk menunjukkan pada orang lain bahwa remaja punya kekuatan yang lebih
dari yang lainnya. Zulkifli (2006) pada masa remaja ini, keadaan emosi remaja
masih labil, ketika mereka bahagia mereka lupa diri kerena tidak mampu menahan
emosi yang meletup-letup, bahkan remaja mudah terjerumus kedalam tindakan
yang tidak bermoral seperti tawuran, mengejek-ejek temannya dan sebagainya.
Berdasarkan wawancara dengan satu orang guru mata pelajaran pada bulan
April 2012 di SMAN 1 Sungai Limau, ada sekitar 12 orang siswa dalam satu
kelas yang mengalami emosi negative seperti; masih ada siswa kurang
menghargai sopan santun, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain,
mudah dipengaruhi, sulit bergaul dan sering menyalahkan orang lain atas
kegagalan yang dialami.

3
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif . Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMAN 1 Sungai Limau yang berjumlah 304 orang dan
jumlah sampel sebanyak 75 orang dengan menggunakan teknik random sampling.
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisa
presentase.

Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian emosi negatif siswa yang paling menonjol


ditampilkan siswa yaitu pada emosi marah dengan persentase 43,8% yang
dikategorikan tinggi. Pada aspek diperlakukan orangtua sebagai anak kecil dengan
persentase 44,9% yang dikategorikan tinggi. Pada aspek terganggu penyesuaian
sosial dengan persentase 55,6% yang dikategorikan tinggi. Pada\ aspek bersabar
dan menjadi pemaaf dengan persentase 50,7% yang dikategorikan tinggi.

Pembahasan
Bentuk-bentuk emosi negatif
Hasil penelitian tentang emosi negative dilihat dari bentuk-bentuk emosi
negatif yang terdiri dari emosi marah, muak, malu, rasa bersalah, sedih dan takut.
Pada bentuk-bentuk emosi negatif paling menonjol yang dialami siswa yaitu
emosi marah dengan persentase 43,8% tergolong pada kategori tinggi. Dari setiap
item dan indikator, emosi negative yang dialami siswa yang dilihat dari indicator
marah dikarenakan karena remaja sering dipermalukan, di hina di pojokkan
dihadapan teman-teman sebaya lainnya, dan bentuk emosi remaja ini bisa di
tonjolkan melalui, berkelahi, dengan mencaci-maki, ataupun dengan ungkapan
verbal lainnya. Hal ini senada dengan pendapat (Enung Fatimah 2006:106) “rasa
marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting diantara emosi-
emosi yang memainkan perasaan menonjol dalam perkembangan kepribadian
remaja”.

4
Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Emosi Negatif
Hasil penelitian tentang emosi negative berdasarkan dampak emosi negatif
dilihat dari diperlakukan orangtua sebagai anak kecil, dilarang bergaul dengan
lawan jenis, terlalu banyak dirintangi daripada disokong, diperlakukan orangtua
secara anak kecil, diperlakukan orangtua secara tidak adil, merasa kebutuhan tidak
dipenuhi orangtua. Paling menonjol dialami siswa yaitu diperlakukan orang tua
sebagai anak kecil dengan persentase 44,9% tergolong pada kategori tinggi,
dimana remaja belum diberi kebebasan oleh orang tua dalam mengambil
keputusan, kurang dihargai pendapatnya dirumah sehingga menimbulkan emosi
negatif yang dialami remaja.

Dampak Emosi Negatif


Hasil penelitian tentang emosi negative berdasarkan dampak emosi negatif
dilihat dari melemahkan semangat, mengganggu konsentrasi belajar, terganggu
penyesuaian sosial, suasana emosional yang diterima dan dialami remaja semasa
kecilnya, paling menonjol dialami siswa pada dampak emosi negatif yaitu
terganggunya penyesuaian sosial dengan persentase 55,6% yang tergolong pada
kategori tinggi. Menurut (Syamsu Yusuf, 2004:198) penyesuaian sosial dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi, dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian ini,
baik dalam lingkungan keluarga, sosial dan masyarakat. Emosi negatif dapat
menggangu penyesuaian sosial bagi remaja misalnya sesorang siswa merasa
cemburu kepada teman atau orang yang merasa dekatnya ini akan akan
berdampak pada perkembangan emosinya.

Upaya yang Dilakukan Siswa untuk Mengendalikan Emosi Negatif


Hasil penelitian tentang emosi negative berdasarkan upaya yang dilakukan
untuk mengendalikan emosi negatif dilihat dari berfikir positif, menghargai
pendapat orang lain, bersabar dan menjadi pemaaf, mengalihkan perhatian, dan
pengetahuan, wawasan dan IMTAQ, paling menonjol dialami siswa pada upaya
untuk mengendalikan emosi negatif yaitu bersabar dan menjadi pemaaf dengan
persentase 50,7% tergolong pada kategori tinggi.

5
Dari hasil penelitian terungkap bahwa siswa sudah berupaya dalam
mengendalikan emosi negatifnya, siswa menyatakan akan berusaha sabar dengan
masalah yang dihadapinya dan akan memaafkan orang lain walaupun orang
tersebut sudah berbuat jahat kepadanya. Ada beberapa tahap atau cara untuk
mengendalikan emosi seseorang khususnya bagi remaja dan dewasa. Menurut
Syaodih (2010:56) ”seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau
menarik diri secara reflektif dari suatu emosi dan berdasarkan pada pertimbangan
informasi dan kegunaannya”.

Simpulan dan Saran


Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
emosi negative siswa dilihat dari bentuk-bentuk emosi negatif, faktor yang
menyebabkan timbulnya emosi negatif, dampak emosi negatif dan upaya yang
dilakukan untuk mengendalikan emosi negatif dikategorikan tinggi, hal ini dapat
dilihat dari siswa yang tidak menyetujui pernyataan yang berkaitan dengan aspek
tersebut.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan sebagai berikut: (1)
diharapkan kepada siswa agar dapat memanfaatkan guru BK dalam
menyelesaikan permasalahannya yang berhubungan dengan emosi negative, (2)
orangtua hendaknya dapat memahami perkembangan emosi remaja sehingga tidak
menimbulkan emosi negative bagi remaja, (3) guru BK hendaknya agar mampu
merancang program layanan BK khususnya untuk mengendalikan emosi negatif
siswa, (4) diharapkan kepada siswa untuk meningkatkan upaya yang dilakukan
untuk mengendalikan emosi negative kearah yang lebih.

6
Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi Emosi Negatif Siswa
Tunanetra di MAN Maguwoharjo

Pendahuluan
Tunanetra sering menunjukkan perilaku atau kepribadian yang negatif,
seperti rendah diri, murung, putus asa dan lain-lain. Selain itu, tunanetra juga
sering menunjukkan perilaku atau kepribadian yang tidak semestinya, seperti
kepribadian atau perilaku stereotip, yaitu menekan-nekan matanya, menggeleng-
gelengkan kepalanya, menggerak-gerakan badannya, membuat suara-suara
dengan salah satu bagian tubuhnya (jari) dan bahkan ada juga perilaku atau
kepribadian yang khas pada tunanetra.
Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk siswa yang
diberikan oleh guru BK baik secara individu atau pribadi maupun kelompok, yang
bertujuan untuk merubah perilaku siswa menjadi lebih baik, mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegah masalah
tersebut agar tidak dialami oleh siswa.
MAN Maguwoharjo adalah salah satu sekolah inklusi yang ada di
Yogyakarta, saat ini terdapat beberapa siswa berkebutuhan khusus sekolah di
MAN Maguwoharjo diantaranya enam siswa tunanetra dan dua siswa tunadaksa,
dari keenam siswa tunanetra ini ada beberapa siswa yang mempunyai emosi
negatif. Dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah layanan konseling
individu yang dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi emosi negatif siswa
tunanetra, akibat emosionalnya tersebut mereka tidak mempunyai banyak teman
di sekolah, prestasi belajar menurun dan cenderung menyendiri.
Pada hasil observasi awal, dari enam siswa tunanetra yang ada di MAN
Maguwoharjo, dua diantaranya memiliki emosi negatif, dua siswa ini suka
menyendiri, prestasi belajar menurun, dan kurang bersosialisasi dengan teman-
temannya, bahkan ada pula yang sering berantem dengan temannya karena kurang
bisa mengendalikan emosinya.

7
Pengertian Layanan Konseling Individu
Layanan konseling individu adalah layanan konseling yang
diselenggarakan oleh pembimbing (konselor) terhadap seorang konseli dalam
rangka pengentasan masalah pribadi konseli. Konseling perorangan berlangsung
dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor
dengan konseli (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami konseling.
Layanan konseling individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh konselor
atau guru BK dalam rangka membantu konseli atau siswa yang memerlukan
bantuan dalam menyelesaikan masalah, layanan konseling individu dilakukan
secara langsung atau tatap muka. Dalam hal ini layanan konseling individu
dilakukan oleh guru BK MAN Maguwoharjo dalam mengatasi emosi negatif
siswa tunanetra.

Metode Layanan Konseling Individu


Layanan konseling individu mempunyai beberapa metode yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh konselor terhadap
konseli. Dalam metode konseling individu, setidaknya ada tiga cara konseling
yang biasa dilakukan, yaitu:5
a. Konseling Direktif (Directive Counseling)
Konseling yang menggunakan metode ini, dalam prosesnya yang aktif atau
paling berperan adalah konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha
mengarahkan konseli. sesuai dengan masalahnya. Selain itu konselor juga
memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada konseli.
b. Konseling Nondirektif (Non-Directive Counseling)
Dalam praktik konseling nondirektif, konselor hanya menampung
pembicaraan. Konseli bebas berbicara sedangkan konselor menampung dan
mengarahkan. Metode ini tentu sulit diterapkan untuk siswa yang berkepribadian
tertutup, karena siswa yang berkepribadian tertutup biasanya pendiam dan sulit
untk diajak berbicara. Cara ini juga belum bisa diterapkan secara efektif untuk
murid Sekolah Dasar dan dalam keadaan tertentu siswa SMP. Metode ini bisa
diterapkan secara efektif untuk siswa tingkatan SMA dan mahasiswa di Perguruan
Tinggi.

8
c. Konseling Eklektif (Eclective Counseling)
Siswa di sekolah memiliki tipe-tipe kepribadian yang tidak sama. Oleh
sebab itu, tidak mungkin diterapkan metode konseling direktif saja atau
nondirektif saja. Agar konseling berhasil secara efektif dan efisien, tentu harus
melihat siswa yang dibantu atau dibimbing dan melihat masalah yang dihadapi
siswa dan melihat situasi konseling. Apabila terhadap siswa tertentu tidak bisa
diterapkan metode direktif maka mungkin bisa diterapkan metode nondirektif,
atau penggabungan metode tersebut yang disebut dengan metode eklektif.
Penerapan metode dalam konseling ini adalah dalam keadaan tertentu konselor
menasehati dan mengarahkan konseli (siswa) sesuai dengan masalahnya, dan
dalam keadaan yang lain konselor memberikan kebebasan kepada konseli untuk
berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja.

Jenis-Jenis Emosi Dasar Manusia


Emosi sebagai suatu kondisi kesadaran yang kompleks, di dalam emosi
terdapat berbagai jenis emosi, ada yang positif dan negatif. Emosi positif dan
emosi negatif diantaranya sebagai berikut :
a. Emosi Senang
Emosi senang atau bahagia umumnya diidentifikasikan sebagai segala
sesuatu yang membuat kesenangan dalam hidupnya. Perasaan senang yang
meliputi cinta, puas, gembira, dan bahagia adalah kondisi-kondisi yang senantiasa
didambakan oleh manusia. Emosi senang diperlihatkan oleh air muka yang
berseri-seri yang dapat diamati oleh orang lain yang melihatnya.
b. Emosi Marah
Marah adalah emosi yang paling populer dalam percakapan sehari-hari.
Banyak perilaku yang menyertai emosi marah, mulai dari tindakan diam atau
menarik diri, hingga tindakan agresif yang bisa mencederai atau mengancam
nyawa orang lain. Pemicunya juga sangat beragam, dari hal-hal yang sangat
remeh hingga yang memberatkan.Pada umumnya emosi marah pada manusia
dikenali melalui perubahan raut muka, nada suara yang berat, anggota badan
bergetar, atau sedia menyerang.

9
c. Emosi Sedih
Selain diliputi perasaan senang dan marah, manusia juga dirundung
kesedihan. Banyak hal yang bisa membuat orang bersedih, kegagalan, kesulitan,
kecelakaan, kematian dan sebagainya. Dalam Al-Quran diperjelas model-model
ekspresi emosi sedih yang diperankan oleh manusia. Pertama, ekspresi emosi
sedih dengan cucuran air mata yang memancarkan perasaan yang dialaminya.
Kedua, tangis yang dibuat-buat untuk membuat kesan kesedihan (sandiwara).
Ketiga, ekspresi sedih dalam bentuk perilaku menarik diri disertai mata yang
berkaca-kaca.
d. Emosi Takut
Emosi takut dalam penuturan Al-Quran memiliki skala yang cukup luas,
tidak terbatas pada ketakutan di dunia, semisal ketakutan pada kelaparan,
kehilangan jiwa dan harta, bencana alam, kematian dan sebagainya, tapi juga
ketakutan pada kesengsaraan di akhirat. Hal ini menjadi pembeda yang tegas
antara orang beriman yang percaya dengan kehidupan di akhirat dengan yang
tidak.

Hasil dan Pembahasan


Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi selama di lapangan
didapatkan beberapa informasi mengenai jenis-jenis emosi negatif siswa tunanetra
dan metode ataupun cara yang digunakan guru BK dalam mengatasi emosi negatif
siswa tunanetra di MAN Maguwoharjo.

Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis-jenis emosi negatif siswa tunanetra di MAN Maguwoharjo yaitu emosi
marah, emosi sedih, emosi takut dan emosi benci,

2. Metode layanan konseling individu yang digunakan oleh guru BK yaitu


menyesuaikan masalah dan karakteristik siswa, dalam penelitian ini penyelesaian
masalahan terkait dengan emosi negatif siswa tunanetra yaitu menggunakan
metode direktif dan eklektif.

10
Pengaruh Tipe Pengasuhan, lingkungan Sekolah, dan Peran Teman
Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja

Pendahuluan
Kemampuan berpikir (kecerdasan kognitif) merupakan aspek penting dari
sumberdaya manusia. Namun demikian, individu yang mempunyai kecerdasan
kognitif tinggi tidak menjamin kesuksesannya dalam karir jika tidak dibarengi
kecerdasan emosional ( Emotional Intellegence /EI). Oleh sebab itu, EI sangatlah
penting agar kecerdasan koginitif dapat diarahkan secara produktif (Goleman
2003).
Beberapa fakta menunjukkan banyak remaja yang tidak cerdas secara
emosional, mudah terpengaruh hal-hal yang negatif. Hal ini dapat dilihat dari
kasus perkelahian pelajar yang disebabkan aksi balas dendam, warisan kebencian
dari kakak kelas, saling tatap, dan tersenggol tanpa sengaja yang semua itu
menyebabkan terganggunya keamanan dan menimbulkan kerugian (Fakhruddin
1999).

Tujuan
Tujuan Umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh tipe pengasuhan, lingkungan sekolah dan teman sebaya terhadap
kecerdasan emosional remaja.
Tujuan Khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik anak,
tipe pengasuhan emosional, lingkungan sekolah, peran teman sebaya dan
kecerdasan emosional.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pengasuhan emosional
dan kecerdasan emosional

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi orangtua dan
pihak sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional remaja.

11
Tinjauan Pustaka
Anak Usia Remaja
Masa remaja menurut Garison dan Garison (Hasselt & Hersen 1987)
adalah masa ‘in between periode’, yaitu masa dimana individu tidak bisa\
digolongkan lagi sebagai anak-anak, namun belum matang jika digolongkan
menjadi orang dewasa.

Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Remaja


Masa remaja adalah masa dimana pertumbuhan fisiologis seseorang
mengalami puncaknya. Pertumbuhan fisiologis ini terdiri dari perubahan internal
dan eksternal.

Perkembangan Sosial Remaja


Perkembangan sosial remaja diawali oleh proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat). Lingkungan keluarga sangat
penting bagi perkembangan sosial remaja. Perlakuan orangtua dalam bentuk
pengasuhan sejak dini sampai remaja berdampak pada pembentukan kepribadian
anak yang akan terus dibawa dalam kehidupannya di kemudian hari.

Perkembangan Kecerdasan Emosional Remaja


Keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan kognitif
saja, tetapi ditentukan pula oleh kecerdasan emosionalnya. Individu yang
memiliki IQ tinggi, akan lebih berhasil jika disertai kecerdasan emosional.
Menurut Salovey dan Myer (Goleman 2003), kecerdasan emosional dibagi
menjadi lima aspek kemampuan yaitu : 1) mengenal emosi diri, 2) mengelola
emosi, 3) memotivasi diri, 4) empati, 5) membina hubungan.

Metode Penelitian
Disain, Tempat dan Waktu Penelitian
Disain penelitian adalah crosssectional. Penelitian dilakukan di Kota
Bogor. Waktu penelitian berlangsung mulai bulan Februari sampai Desember
2004. Pengambilan data di lapang dilakukan pada bulan Juli sampai November
2004.

12
Cara Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk di Sekolah
Menengah Atas (SMA) di kota Bogor. Pengambilan contoh dilakukan secara
purposif. Untuk mendapatkan contoh yang mewakili keragaman populasi, maka
contoh diambil dari SMA favorit dan bukan favorit dari SMA negeri maupun
swasta, masing-masing satu sekolah. Penilaian SMA favorit dan bukan favorit
berdasarkan nilai ratarata Ujian Akhir Nasional (UAN) yang dicapai, fasilitas
yang tersedia di sekolah dan banyaknya jumlah siswa yang diterima di perguruan
tinggi negeri. Informasi tersebut didapat dari Dinas Pendidikan dan Pengajar-an
(Dinas P dan P) Kota Bogor.

Jenis dan Cara Pengambilan Data


Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer sebagian diperoleh melalui wawancara terstruktur kepada ibu contoh. Data
ini meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, usia orangtua, pendidikan
orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga) dan tipe pengasuhan
emosional yang diterapkan orangtua kepada anaknya.

Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensial.
Mengingat jumlah pertanyaan untuk setiap variabel yang diteliti tidak sama, dan
untuk memperoleh pengertian yang sama terhadap nilai skor suatu variabel maka
standarisasi dilakukan.

Hasil dan Pembahasan


Karakteristik Contoh dan Keluarga
Contoh
Contoh terdiri dari anak laki-laki (45%) dan anak perempuan (55%). Usia
contoh berkisar antara 16-19 tahun. Persentase terbesar usia contoh berusia 17
tahun (69%), diikuti usia 18 tahun (19%), usia 16 tahun (11%) dan seorang
berusia 19 tahun. Rata-rata usia contoh 17.10 ± SD 0.58. Dari hasil penelitian
diketahui besar keluarga berkisar antara 3-10 orang, dengan rata-rata 5.53 ± 1.43.

13
Tipe Pengasuhan Emosional
Dari hasil penelitian ditemukan enam tipe pengasuhan. Persentase terbesar
orangtua menerapkan tipe pengasuhan pelatih emosi (36.0%), diikuti oleh tipe
laissez-faire (30.0%).

Lingkungan Sekolah
Dari hasil penelitian didapat mayoritas contoh (53%) berpendapat disiplin
di sekolahnya termasuk kategori sedang, 44 persen contoh menyatakan baik dan
sisanya (3%) menyatakan kurang. Hal ini memberikan gambaran masih
diperlukan penegakan disiplin dilaksanakan di sekolah-sekolah menengah atas di
Kota Bogor.

Simpulan dan Saran


Mengingat hasil penelitian telah mengungkapkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional adalah tipe pengasuhan pelatih
emosi, lingkungan sekolah yang menerapkan disiplin, adanya pembelajaran
emosional di sekolah, dan fungsi komparasi sosial dari teman sebaya, maka
disarankan kepada:
1. Orangtua untuk menerapkan pengasuhan pelatih emosi. Di samping itu,
orangtua hendaknya memantau pergaulan anaknya agar anak selektif dalam
memilih teman. Hal ini berkaitan dengan faktor teman sebaya sebagai sumber
informasi dalam berperilaku.
2. Pihak sekolah sebagai lingkungan kedua, perlu menciptakan lingkungan
sekolah dengan disiplin yang baik. Sekolah juga hendaknya menyisipkan materi
pembelajaran emosional lebih banyak lagi dalam materi pelajaran dan perilaku
yang ditunjukkan oleh guru. Guru juga hendaknya lebih menerapkan tipe
hubungan guru pelatih emosi.
3. Anak-anak remaja untuk bergaul dengan anak sebaya lain yang memiliki
kecerdasan emosional yang baik

14
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

A. Kelebihan jurnal
Jurnal 1
Kelebihan pada jurnal pertama yang berjudul Emosi Negatif Siswa Kelas
XI SMAN 1 Sungai Limau ini adalah terletak pada materi penjelasan yang cukup
lengkap serta sudah dipaparkan dalam jurnal ini, kemudian kelebihan pada jurnal
ini juga dalam bagian penutupnya diberi kesimpulan dan saran nya. sebagian
jurnal yang saya dapat tidak dipisahkan namun disatuksn secara utuh.
Dan yang terakhir jurnal ini sangat terpercaya karena penulis
mencantumkan Sembilan referensi/daftar rujukan sehingga jurnal tersebut sangat
memikat.

Jurnal 2
Berikutnya kelebihan ada jurnal kedua yang berjudul Layanan Konseling
Individu dalam Mengatasi Emosi Negatif Siswa Tunanetra di MAN Maguwoharjo
ini sangat terlihat pada tiap-tiap kalimat yang manakala tiap kalimat ini sangat
menarik dan tersusun rapi sehingga adanya minat pembaca ingin sekali
membacanya.
Kemudian jurnal ini juga memiliki daftar pustaka atau referensi yang tidak
palah banyak sekali namun sangat sesuai dengan judulnya juga. Kelebihan
berikutnya terletak pada segi kepenulisan sang penulis yang cukup baik dan tidak
bertele-tele dalam menulis jurnal ini serta member point-point penting kedalam
jurnal dengan uraian yang terperinci dan mudah dimengerti.

Jurnal 3
Dan yang terakhir kelebihan pada jurnal ketiga ini yang berjudul Pengaruh
Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah dan Peran Teman Sebata terhadap
Kecerdasan Emosional Remaja ini sangat sesuai sekali serta penulisan kalimatnya
sangat rapi dan terperinci sehingga memudahkan kita dalam membaca. Kelebihan
yang terakhir pada daftar pustaka pada jurnal ini sudah dicantumkan.

15
B. Kekurangan jurnal

Jurnal 1
Abstrak ini ditampilkan bahasa inggris, yang mana akan membuat
pembaca sedikit bingung atau kemungkinan terjadinya kekaburan makna karena
tidak semua pembaca dapat berbahasa asing. Kekurangan ini juga dibagian
sistematika penulisan jurnal ini tidak dibuat abjad sebingga ketika saya
mereviewnya sangat kebingungan

Jurnal 2
Pada jurnal kedua ini sangat datar sekali. Saya kebingungan dalam
menempatkan sistematika penulisan jurnal ini sehingga saya mengalami kesulitan
dalam mereviewnya. Kemudian pada bagian penutupnya tidak dipisahkan
kesimpulan dan saran-sarannya.

Jurnal 3
Pada jurnal kedua ini seperti pada jurnal pertama dimana dibagian
abstraknya memakai bahasa asing (Inggris) . tidak semua orang pandai
mengartikan makna dalam abtrak ini akan tetapi sebagian orang juga sudah paham
arti dalam abtrak ini. Pada bagian sistematika penulisan jurnal seharusnya diberi
abjad selanjutnya pada bagian penutupnya seharusnya dipisahkan bagian
kesimpulan maupun sarannya. Jangan disatukan seharusnya dipisahkan.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap karya tulis pastinya memiliki cirri-ciri yang berbeda-beda antar satu
dengan yang lain baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya maupun
kekurangannya. Jurnal pasti mengandung informasi yang sudah dipaparkan
dengan jelas oleh penulisnya terlepas dari kekurangan yang terkandung dalam
setiap jurnal akan membawa keuntungan bagi pembaca dalam mendapatkan
informasi lebih.
Dalam ketiga jurnal ini, terkandung informasi yang sangat melimpah dan
berguna yang manakala membuat pembaca menjadi tertarik untuk membaca atau
menganalisis jurnal ini seperti yang saya lakukan ini. Diatas telah saya sampaikan
ringkasan dan juga kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jurnal yang
diharakan dapat menjadi perbandingan antara opini atas pembaca jurnal tersebut

B. Saran
Didalam kelebihan dari ketiga jurnal tersebut agar lebih dipertahankan
dan diperkuat lagi, dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi
mencapai hasil yang lebih maksimal

17

Anda mungkin juga menyukai

  • BBBB
    BBBB
    Dokumen15 halaman
    BBBB
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Silabus Bab 1
    Silabus Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Silabus Bab 1
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen4 halaman
    Lampiran 1
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 3 Dan 3 A
    Lampiran 3 Dan 3 A
    Dokumen40 halaman
    Lampiran 3 Dan 3 A
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Cover+Kata Pengantar
    Cover+Kata Pengantar
    Dokumen24 halaman
    Cover+Kata Pengantar
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 35
    Lampiran 35
    Dokumen6 halaman
    Lampiran 35
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Prosem Kelas Vii
    Prosem Kelas Vii
    Dokumen7 halaman
    Prosem Kelas Vii
    Simson Voeller Pardosi
    Belum ada peringkat
  • Kritikan Buku
    Kritikan Buku
    Dokumen35 halaman
    Kritikan Buku
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Review
    Review
    Dokumen1 halaman
    Review
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • PKM
    PKM
    Dokumen24 halaman
    PKM
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Mini
    Mini
    Dokumen6 halaman
    Mini
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Kritikan Buku
    Kritikan Buku
    Dokumen13 halaman
    Kritikan Buku
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Bab
    Bab
    Dokumen8 halaman
    Bab
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Kritikan
    Kritikan
    Dokumen11 halaman
    Kritikan
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Kritikan Buku
    Kritikan Buku
    Dokumen13 halaman
    Kritikan Buku
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Bab
    Bab
    Dokumen8 halaman
    Bab
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Bab Pembahasan PKM
    Bab Pembahasan PKM
    Dokumen17 halaman
    Bab Pembahasan PKM
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • SKT
    SKT
    Dokumen1 halaman
    SKT
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Bab Pembahasan PKM
    Bab Pembahasan PKM
    Dokumen17 halaman
    Bab Pembahasan PKM
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen17 halaman
    Judul
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Authors
    Authors
    Dokumen4 halaman
    Authors
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • SKT
    SKT
    Dokumen1 halaman
    SKT
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Perbaikan RPP 3
    Perbaikan RPP 3
    Dokumen15 halaman
    Perbaikan RPP 3
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Program Semester
    Program Semester
    Dokumen6 halaman
    Program Semester
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Program Semester
    Program Semester
    Dokumen6 halaman
    Program Semester
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Program Tahunan Gladis
    Program Tahunan Gladis
    Dokumen3 halaman
    Program Tahunan Gladis
    Claudia Beatrix Lumban Gaol
    Belum ada peringkat