Anda di halaman 1dari 4

MANFAAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DALAM

MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN PENCEGAHAN KECACATAN


PASIEN KUSTA
(The Benefit of Family Nursing Care in Improve Knowledge and Prevent The
Deformity of Leprosy Patient)

Nursalam*, Makhfudli*, Indra Alamsyah**

ABSTRACT

Introduction : Leprosy is one of contagious illness which generates complex situation. The
main problem of this study was faced by family in taking care of leprosy. Purpose of this
research was to analyze the effect of applied family nursing care to knowledge and prevent
dissability patient of leprosy. Method : Design used in this reseach was pre experiment. The
population of this study was all family and patient of leprosy in Puskesmas Taliwang-Nusa
Tenggara Barat, whom deal directly with the client. Data were analyzed using wilcoxon signed
rank test and fisher exact probability test with level of significance α ≤ 0,05. Result : Results
showed that applied family nursing care is an early preventing and continued care is one of the
methods to increase family knowledge and prevent the dissability of leprosy reaction to the
patient.Discussion : It is recomended that the involvement of the family in caring is important.

Keywords: Family nursing care, family knowledge, leprosy patient’s dissability.

*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257E-mail: nursalam_psik@yahoo.com
** Puskesmas Taliwang, Dinkes Sumbawa Barat

PENDAHULUAN Data dari Wasor Kusta Dinas


Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat,
Asuhan keperawatan keluarga penderita kusta yang ditangani oleh Dinas
merupakan proses kompleks menggunakan Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
pendekatan sistematik untuk bekerjasama belum mengalami penurunan yang
dengan keluarga dan individu sebagai signifikan. Periode tahun 2007 sampai
anggota keluarga. Pelaksanaan asuhan Oktober 2008 tercatat sebanyak 20 kasus
keperawatan keluarga membangkitkan yang telah dan sedang ditangani. Perawat
minat dan kepercayaan diri keluarga untuk Pemegang Program (P2) Kusta Puskesmas
mengadakan perbaikan kearah perilaku Taliwang mengungkapkan bahwa sampai
hidup sehat (Mubarak, 2006 : 297). dengan Oktober 2008 jumlah penderita
Pengetahuan keluarga tentang pencegahan yang sudah Release From Treatment (RFT)
cacat dini dan perawatan cacat lanjut sebanyak 3 penderita dan yang sedang
membantu perawat dalam menyelesaikan dirawat berjumlah 12 kasus dengan rincian
masalah cacat akibat kusta. 1 (8,3 %) orang tidak cacat, 3 (25 %) orang
Kusta adalah salah satu penyakit cacat tingkat satu dan 8 (66,6 %) orang
menular yang menimbulkan masalah yang cacat tingkat dua.
sangat kompleks (Depkes. R.I, 2002). Kecacatan atau kerusakan pada
Prevalensi kusta di Kabupaten Sumbawa penderita kusta disebabkan oleh kerusakan
Barat 1,2 kasus/10.000 penduduk fungsi saraf tepi pada tubuh manusia, baik
sedangkan di tingkat Puskesmas Taliwang karena kuman kusta maupun karena
prevalensi lebih tinggi yaitu 2,3 terjadinya peradangan sewaktu reaksi
kasus/10.000 penduduk (Dinkes. KSB, leprae. Kerusakan saraf tepi, akan
2008). menyebabkan gangguan fungsi saraf tepi

79
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 79-82

meliputi sensorik, motorik dan otonom. Design). Populasi penelitian adalah


Kelainan fungsi sensorik menyebabkan keluarga dan pasien kusta yang sedang
terjadinya kurang/mati rasa (anestesi). mengikuti program pengobatan di
Kelainan fungsi motorik menyebabkan Puskesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa
kekuatan otot tangan dan kaki menjadi Barat dengan besar sampel sebanyak 12
lemah dan lumpuh serta semakin lama otot keluarga.
mengecil (atropi). Kelainan fungsi otonom Instrumen yang digunakan dalam
menyebabkan terjadinya gangguan pada pengumpulan data pelaksanaan asuhan
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan keperawatan keluarga menggunakan
gangguan sirkulasi darah sehingga kulit lembar kuesioner dan observasi terstruktur.
menjadi kering, menebal, mengeras dan Untuk penilaian pengetahuan, pengukuran
akhirnya dapat pecah-pecah. Masyarakat menggunakan kuesioner dengan bentuk
mengenal penyakit kusta karena adanya pertanyaan multiple choice mengacu pada
cacat. Kusta merupakan masalah kesehatan Satuan Acara Penyuluhan (SAP). Analisis
masyarakat tidak lain karena cacatnya, data menggunakan statistik fisher exact
sedangkan hampir semua cacat dan probability dengan nilai kemaknaan α ≤
kerusakan yang menetap dapat dicegah 0,05
(Depkes. R.I, 2006).
Keluarga merupakan perantara HASIL PENELITIAN
yang efektif dan mudah untuk berbagai
usaha-usaha kesehatan masyarakat. Asuhan keperawatan keluarga
Perawat dapat menjangkau masyarakat adalah tahap dari proses keperawatan
hanya melalui keluarga yang berperan dimana perawat membangkitkan minat
merawat pasien, mengambil keputusan dan keluarga untuk mengadakan perbaikan
merupakan lingkungan yang serasi untuk kearah perilaku hidup sehat. Hasil
mengembangkan potensi tiap individu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dalam keluarga. didapatkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan keluarga tentang penyakit
BAHAN DAN METODE PENELITIAN kusta yaitu pada penilaian setelah diberikan
asuhan keperawatan keluarga pengetahuan
Metode penelitian yang digunakan keluarga pada kategori cukup dan baik.
Pra-eksperimental dengan rancangan Tidak ada keluarga yang berpengetahuan
penelitian Pra-Pasca Test dalam satu kurang (tabel.1).
kelompok (One-Group Pre-Post Test

Tabel 1. Pengaruh pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga terhadap pengetahuan keluarga


di wilayah kerja Puskesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat tanggal 8
Desember 2008 – 8 Januari 2009
Penilaian Sebelum Penilaian Sesudah
Kategori Nilai Kategori Nilai
Mean 58,33 72,50
SD 0,492 15,125 0,522 9,653
Wilcoxon Signed Rank test p=0,002

Tabel 2. Pengaruh pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga terhadap pencegahan kecacatan


kusta di wilayah kerja Puskesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat tanggal 8
Desember 2008 – 8 Januari 2009
Penilaian pencegahan kecacatan kusta
Sebelum Sesudah
Mean 5 4
SD 0,515 0,515
Fisher Exact p= 0,027
Keterangan :
p = signifikansi

80
Manfaat Asuhan Keperawatan Keluarga (Nursalam)

PEMBAHASAN mempelajari perilaku yang lebih tinggi.


Menurut peneliti pendapat ini relevan
Terdapat perubahan yang dengan data umum responden yang
bermakna pada pengetahuan keluarga memiliki tingkat pendidikan, sosial dan
tentang pencegahan cacat dini dan ekonomi yang relatif rendah sehingga
perawatan cacat lanjut, seperti yang kemampuan untuk menjangkau ranah
ditunjukkan dalam tabel 1. Artinya, ada kognitf yang lebih tinggi lebih sulit atau
pengaruh (p = 0,002) antara pelaksanaan membutuhkan waktu yang lebih lama.
asuhan keperawatan keluarga dengan Dalam hal pencegahan kecacatan
pengetahuan keluarga. pasien kusta terdapat perubahan yang
Pemberian penyuluhan kesehatan signifikan kearah yang lebih baik, hal ini
dengan menggunakan berbagai media alat ditunjukkan dengan hasil analisa uji fisher
bantu dan tatacara penyampaian exact probability, didapatkan nilai p=0,027
pendidikan kesehatan membantu keluarga yang berarti hipotesis penelitian ini
untuk lebih cepat dan mudah memahami diterima. Nilai tersebut menunjukkan
pesan yang disampaikan oleh perawat bahwa keluarga yang telah memiliki
keluarga. Demontrasi tindakan pengetahuan yang cukup tentang
keperawatan akan membantu keluarga pencegahan cacat dini dan perawatan cacat
mengingat kembali materi yang diberikan. lanjut melaksanakan tindakan perawatan
Melaksanakan kunjungan rumah dapat keluarga mempengaruhi hasil pencegahan
menilai secara langsung tentang perawatan kecacatan kusta.
cacat dini dan lanjut sehingga dapat Pengetahuan responden (output
memberikan masukan pada keluarga. indicator) akan mempengaruhi (outcome
Keluarga yang memiliki motivasi indicator) yakni kondisi (reaksi dan
berprestasi dan motivasi instrinsik kecacatan kusta) sebagai fokus dari hasil
kemungkinan keluarga akan berusaha kinerja pada akhir periode waktu atau
belajar dengan sungguh-sungguh sehingga aktifitas yang merefleksikan keberhasilan
tingkat kepatuhan kearah perilaku positif atau aktifitas dan keputusan yang telah
akan semakin meningkat. Hal ini berarti dilaksanakan.
petugas kesehatan hanya perlu memelihara Menurut Depkes (2005) tujuan
semangat, perasaan dan keterlibatan ranah pencegahan cacat lanjut adalah agar cacat
afektif tinggi, dalam hal ini guna yang sudah terlanjur ada, tidak akan
memelihara keterlibatan belajar keluarga, bertambah berat. Hal ini dapat dicapai
motivasi intrinsik bersifat memelihara diri dengan melatih keluarga dan penderita
sendiri, dan dengan ketiga sifat tersebut membiasakan diri melakukan perawatan
perawat harus memelihara keterlibatan diri secara mandiri. Memberikan latihan
keluarga dalam belajar. perawatan diri akan memperbaiki
Dalam kaitannya dengan gambaran atau persepsi terhadap kesehatan
penanganan reaksi dan kecacatan akibat dan kebersihan, serta menciptakan
kusta, pengetahuan keluarga dijadikan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
sebagai output indicator yang merupakan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan
proses dan aktifitas antara dan hipotesis relaksasi dapat dilakukan untuk
dari hubungan sebab-akibat strategi menghilangkan kelelahan serta mencegah
(Nursalam, 2007) dari keluarga untuk infeksi, mencegah gangguan sirkulasi
memperbaiki kemampuan internalnya. Hal darah, dan mempertahankan integritas pada
ini diperkuat oleh pendapat Bloom yang jaringan (Alimul. H., 2006 : 116-117).
dikutip oleh Dimyati dan Mujiono (2002 :
27) bahwa ranah afektif terdiri dari SIMPULAN DAN SARAN
pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam Simpulan
jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya
perilaku pengetahuan tergolong terendah Asuhan keperawatan keluarga
dan prilaku evaluasi tergolong tertinggi. berdampak pada pengetahuan keluarga
Perilaku terendah merupakan perilaku yang yang ditunjukkan pada penilaian
harus dimiliki terlebih dahulu sebelum pengetahuan keluarga (pencegahan cacat

81
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 79-82

dini dan perawatan cacat lanjut) dan Departemen Kesehatan R.I. d, 2006. Modul
pencegahan kecacatan pasien kusta yang 4: Kecacatan Dan Pencegahan
ditunjukkan pada perubahan hasil Cacat. Makasar: Pusat Latihan Kusta
pencatatan pencegahan kecacatan pasien Nasional (PLKN).
kusta (reaksi kusta dan tingkat kecacatan). Departemen Kesehatan R.I. e, 2004. Modul
5: Pencatatan Dan Pelaporan
Saran Program P2 Kusta. Makasar: Pusat
Latihan Kusta Nasional (PLKN).
Peneliti menyarankan agar 1) Departemen Kesehatan R.I. f, 2004. Modul
selama pasien kusta menjalani terapi MDT 6: PKM. Makasar: Pusat Latihan
hendaknya keluarga dilibatkan dalam Kusta Nasional (PLKN).
perawatan kesehatan anggota keluarga Departemen Kesehatan R.I. g, 2006. Modul
yang sakit, 2) pencegahan terjadinya 7: Supervisi (Bimbingan Teknis),
kecacatan dan mengurangi kecacatan pada Monitoring Dan Evaluasi. Makasar:
penderita kusta membutuhkan rencana Pusat Latihan Kusta Nasional
strategi yang lebih terintegrasi dengan (PLKN).
melibatkan pasien, keluarga dan petugas Departemen Kesehatan R.I. h, 2006.
kesehatan 3) perawat pemegang program Panduan Pelayanan Keperawatan
kusta perlu melaksanakan beberapa Kesehatan di Rumah. Jakarta:
alternatif kegiatan upaya penyuluhan Direktorat Bina Pelayanan
kesehatan melalui: media leaflet/booklet, Keperawatan Direktorat Jenderal
melakukan demonstrasi cara perawatan diri Bina Pelayanan Medik.
dan kunjungan rumah serta diskusi dengan Departemen Kesehatan R.I i, 2002. Buku
pasien kusta dan keluarganya tentang Panduan Pelaksanaan Program
penyakit kusta dan cara penanganannya. Kusta Bagi Petugas Unit Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Direktorat
Kosasih., A., dkk (2006). Kusta. Makalah
KEPUSTAKAAN Kesehatan
Mubarak, W.I., (2005). Pengantar
Alimul. H., 2006. Pengantar Kebutuhan Keperawatan Komunitas 1. Jakarta:
Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Sagung Seto, hlm. 50- 60.
Dan Proses Keperawatan, Jakarta: Mubarak., dkk., 2006. Pengantar
Salemba Medika, hlm.116 – 117. Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Departemen Kesehatan R.I a, 2007. Modul Sagung Seto, hlm. 141-145, 150-159,
Pelatihan Program P2 Kusta Bagi 255-269, 285-303, 304-307.
Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Nursalam c., 2007. Perencanaan
Sub Direktorat Kusta dan Frambusia. Pelayanan Keperawatan di Rumah
Departemen Kesehatan R.I b, 2006. Modul Sakit Dengan Metode Balance
1: Epidemiologi dan Program. Scorecard (BSC). Makalah
Makasar: Pusat Latihan Kusta Keperawatan.
Nasional (PLKN).
Departemen Kesehatan R.I. c, 2006. Modul
3: Reaksi Kusta. Makasar: Pusat
Latihan Kusta Nasional (PLKN).

82

Anda mungkin juga menyukai