Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Obat merupakan komponen yang penting dalam upaya pelayanan kesehatan, baik
di pusat pelayanan kesehatan primer maupun ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi pokok yang harus terjaga ketersediaanya.
Penyediaan obat sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu menjamin
tersedianya obat dengan mutu terjamin dan tersedia merata dan teratur sehingga mudah
diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.
Gudang Obat Farmasi dijadikan satu wadah, sarana, personal dan
mekanisme pengelolaan obat, ada pelatihan lanjutan bagi petugas terlatih dan
sebagainya.Adanya Otonomi daerah membuka berbagai peluang terjadi perubahan yang
sangatmendasar di masing- masing Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan
obat.
Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,tahap
pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan. Pengadaan obat adalah
salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat.Tujuan pengadaan obat
adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan
dengan mutu yang terjamin serta dapatdiperoleh pada saat yang diperlukan.
Pengadaan obat dalam sehari-hari disebut juga pembelian, merupakan titik awal
dari pengendalian persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak tepat, maka pengendalian
akan sulit dikontrol.
Berdasarkan latar belakang di atas disusunlah makalah ini, yang nantinya
diharapkan dapat digunakan sebagai pengenalan pengelolaan obat.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa pengertian pengelolaan obat?
b. Apa saja tahapan pengelolaan obat serta masalah yang sering timbul dalam setiap
tahapnya?
1.3 Tujuan
a. Memahami pengertian pengelolaan obat
b. Memahami tahapan pengelolaan obat serta masalah yang sering timbul di dalam
masing-masing tahapnya
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat sebagai pengenal kepada mahasiswa mengenai
pengelolaan obat, yang nantinya akan diaplikasikan pada setiap praktek keperawatan di
rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pengelolaan obat


Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi
dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya
yang tersedia dalam suatu sistem. (Anonim, 2002).
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara
optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan
alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana,
sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim, 2001).

2.2 Tahapan pengelolaan obat


Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a. Terencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai jenis,
jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
g. Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat
kegiatan yaitu :
a. Perumusan kebutuhan (selection)/Perencanaan
b. Pengadaan (procurement)
c. Penyimpanan
d. Distribusi (distribution)
e. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use) dan Pelaporan
Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi
manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk
kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen
penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b. Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung
pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan
perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian
masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
 Seleksi meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial
ekonimi masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa
yang harus tersedia.
 Penyimpanan merupakan kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan
obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman.
 Pengadaan meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan
pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian,
penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
 Distribusi meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan
penyimpanan
 Penggunaan meliputi pelayanan farmasi.
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang
dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini
pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan
dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau
keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera
dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.
2.2.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi/pemilihan obat dan menetukan
jumlah obat dalam rangka pengadaan obat untuk tempat pelayanan kesehatan dan subunit
pelayanan kesehatan lainnya. Perencanaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah
obat yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari kekosongan obat meningkatkan
penggunaan obat secara rasional dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
1 Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan :
a. Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
d. Meningkatkan efesiensi penggunaan obat
2. Kegiatan pokok perencanaan meliputi :
a. Persiapan. memilih obat yang dibutuhkan
 Pemilihan jenis obat
Untuk pelayanan kesehatan pemerintah, obat yang dipilih harus sesuai dengan
jenis obat yang terdapat dalam Daftar Obat Essensial Nasional. Ada berbagai daftar obat
yang mengacu dari DOEN yaitu Daftar Obat Inpres,
Askes, Daftar Obat Transmigrasi, dan Daftar Obat Generik. Obat yang dipilih
harus sesuai dengan kebutuhan di tempat pelayaan kesehatan Contoh : bila di tempat
tersebut tidak pernah ada kasus malaria maka tidak perlu memilih obat tersebut.
 Kriteria pemilihan
Sebelum memilih obat sebaiknya mengetahui gambaran pola penyakit,
karakteristik pasien ( wanita hamil, anak-anak, usia lanjut) dan tenaga kesehatan yang
melayani di wilayah pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini berkaitan dengan jenis atau
golongan obat yang akan dipilih. Sebagai contoh bila pemberi obat di suatu pelayanan
kesehatan seorang paramedis tentu obat yang diberikan untuk tempat tersebut adalah
obat yang pemberiannya tidak harus dengan resep dokter ( bebas atau bebas terbatas).
Demikian pula bila pemakai obat sebagian besar adalah wanita hamil dan lansia obat yng
dipilih adalah yang aman untuk orang-orang tersebut.
Kemudian kumpulkan informasi tentang daftar obat yang tersedia (PHB/Askes,
transmigrasi), harga, dan pola penggunaannya.

 Proses memilih obat


Proses memilih jenis obat dapat dilakukan oleh seorang petugas maupun suatu
komite yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu (dokter, apoteker, asisten apoteker,
konsultan farmakologi, petugas administrasi). Keuntungan dibentuknya komite adalah
mencegah keputusan bersifat subyektif.
 Memilih bentuk obat
Obat tersedia dalam berbagai bentuk sediaan obat misalnya kapsul, tanlet, sirup,
salep krim dan lain-lain. Kecenderungan memilih bentuk sediaan tertentu yang harganya
mahal akan berakibat hanya sedikit jumlah obat yang didapatkan.
b. Perhitungan kebutuhan obat.
Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan jumlah obat yang akan dibeli.
Ada 2 metode untuk memperkirakan kebutuhan obat, namun tidak ada yang
terbaik/terburuk dari keduanya karena memang tidak ada metode yang terbaik
untuk menentukan kebutuhan obat yaitu
 Metode konsumsi
Metode ini didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk
menghitung kebutuhan obat menggunakan metode ini diperlukan sumber data dan jenis
data. Di Puskesmas, sumber data yang diperlukan adalah pencatatan dan pelaporan obat
(LB1,LB4, Kartu stok) atau hasil pertemuan pars dokter puskesmas, Ka GFK dan
instansi lain yang terkait.
Jana (Inpres, Askes, APBD TK I, H), daftar obat, stok awal, penerimaan,
pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak/kadaluwarsa, kekosongan obat dan stok
pengaman.
Kelebihan metode ini :
- Data akurat, metode paling mudah
- Tidak perlu data penyakit dan standar pengobatan
- Kekurangan dan kelebihan obat sangat kecil
Kekurangan :
- Sulit mengumpulkan data konsumsi obat dan jumlah kontak/kunjungan pasien
- Tidak dapat untuk dasar penggunaan obat dan perbaikan peresepan
- Sulit menetukan kelebihan/kekurangan/kehilangan obat
 Metode Epidemiologi
Metode ini didasarkan atas jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar
pengobatan yang ada. Langkah-langkah metode ini adalah
1) Pengumpulan dan pengolahan data meliputi : menetukan jumlah penduduk
yang akan dilayani dan menentukan jumlah kunjungan kasus berdasakan
frekuensi penyakit
2) Menyediakan standar/pedoman pengobatan
3) Menghitung perkiraan kebutuhan obat
Kelebihan :
- Perkiraan mendekati kebenaran
- Dapat digunakan untuk program yang Baru
- Penggunan standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki penggunaan
obat.
Kekurangan :
- Membutuhkan waktu dan tenaga yang trampil
- Sulit mendapatkan data penyakit
- Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan
- Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama
3. Masalah yang sering muncul pada tahap perencanaan
- Jumlah obat tertentu ternyata terlalu banyak dipesan
- Jenis obat tertentu tidak pernah digunakan
- Kehabisan jenis obat tertentu
- Obat yang datang tidak sesuai dengan yang dipesan
- Harga obat yang dipesan terlalu mahal

2.2.2 Pengadaan
Pengadaan adalah proses menyediakan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan
kesehatan. Pengadaan obat yang efektif menjamin tersedianyan obat dengan jumlah yang
tepat, harga yang layak dan terjamin kualitasnya. Tujuan pengadaan adalah untuk
menyediakan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dan bermutu tinggi pada waktu
yang tepat. Obat-obat tersebut dapat didapatkan dengan cara membeli, sumbangan, atau
membuat di pabrik. Pengadaan obat di Puskesmas biasanya dengan cara membeli sendiri
atau diberi dari pusat berdasarkan permintaan. Kegiatan pengadaan meliputi :
1. Memilih metode pengadaan
Dapat dilakukan melalui pelelangan terbatas, pelelangan umum, penunjukan
langsung, perundingan kompetisi, dan pengadaan langsung. Pelelangan/penawaran
terbatas, bila hanya melibatkan pemasok dari pabrik/instansi tertentu yang memenuhi
peryaratan yang ditentukan oleh peminta obat. Pelelangan umum, bila semua pabrik
obat dapat mengikuti penawaran yang diberikan oleh si pembeli obat. Perundingan
kompetisi yaitu pembeli memilih minimal 3 pemasok kemudian melakukan
perundingan dengan para pemasok untuk mendapatkan harga obat yang termurah dan
pelayanan terbaik Pengadaan langsung, merupakan metode paling sederhana tetapi
biasanya mahal dengan cara membeli langsung pada pemasok dengan harga yang
telah ditetapkan oleh pemasok atau berunding lebih dulu. Metode tni biasanya untuk
obat-obat yang tidak diproduksi oleh pabrik lain.
Metode pengadaan yang tepat berdampak pada perolehan obat dengan jumlah,
waktu yang tepat dan harga yang wajar.
2. Memilih pemasok dan membuat dokumen kontrak.
Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati karena mempengaruhi kualitas dan
biaya obat yang dibutuhkan.
3. Memantau/mengecek pesanan obat.
Kegiatan ini bertujuan obat cepat dikirim, bila kedatangannya terlambat bisa
segera ditangani.
4. Menerima dan memeriksa obat.
Kegiatan ini meliputi memeriksa obat yang diterima (nama/kemasan, jumlah obat,
obat yang sudah atau belum diterima), membuat berita acara penerimaan obat, obat
yang tidak memenuhi syarat dikembalikan ke pemasok , membuat catatan harian
penerimaan obat.
5. Melakukan pembayaran
Dalam pengadaan dapat muncul masalah-masalah antara lain jumlah obat tidak
mencukupi kebutuhan karena anggaran obat terbatas, periaku pemasok kurang baik
berakibat obat yang dipesan tidak sesuai permintaan/diganti, kualitas obat yang
diberikan rendah sehingga obat mudah rusak, jadwal penerimaan obat tidak sesuai
denga pesanan berakibat stok kosong.
 Masalah yang sering timbul dalam proses pengadaan;
- Keterbatasan anggaran sehingga jumlah obat yang diadakan tidak mencukupi
kebutuhan.
- Pemilihan pemasok (supplier) yang kurang berkualitas, misalnya karena jenis obat
yang direncanakan tidak dapat dipenuhi oleh pemasok yang bersangkutan lalu
diambil kesepakatan untuk mengganti yang lain.
- Obat yang diadakan kualitasnya tidak memenuhi syarat sehingga mengalami
kerusakan sebelum dipakai.
- Jadwal penerimaan barang tidak dapat diandalkan karena tidak sesuai dengan jadwal
pemesanan.

2.2.3 Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan
yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Penyimpanan bertujuan memelihara mutu
obat, mencegah kehilangan/kerusakan/pencurian/terbuang, menghindari penggunaan obat
yang salah, menjaga kelangsungan persediaan, dan memudahkan pencarian dan
pengawasan. Kegiatan dalam penyimpanan meliputi:
1) Pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat
Bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan dan
pengawasan
a. Dasar arah arus penerimaan dan pengeluaran obat (FIFO = First In First Out,
obat yang pertama/lebih dulu masuk dikeluarkan lebih dulu)
b. Jenis obat yang disimpan (narkotik, obat luar, obat yang harus disimpan
dalam suhu tertentu)
c. Mengatur obat secara alfabetis dan menurut bentuk sediaan obat
d. Menyusun stok obat
2) Pengamatan mutu obat
Untuk mengamati adanya obat yang kadaluwarsa dan rusak. Diamati
secara visual adanya perubahan yang muncul.
3) Pencatatan stok obat
 Masalah yang sering timbul pada tahap pennyimpanan:
- Koordinasi gudang/tempat penyimpanan buruk
- Kekeliruan pengelolaan stock

2.2.4 Distribusi
Distribusi adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman
obat-obat yang bermutu dari gudang secara merata dan teratur untuk memenuhi
permintaan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan penyebaran obat dapat
terlaksana secara merata dan teratur dan menjamin mum dan efisiensi penggunaan obat.
Kegiatannya meliputi melakukan distribusi dengan suatu sistem sesuai dengan jenis
daerah tersebut ( misal sistem distribusi obat di kabupaten, sektor swasta, rumah sakit,
dan lain-lain), perencanaan dan distribusi, pengiriman, menyiapkan dokumen pengiriman,
memeriksa kualitas obat sebelum dikirim, dan mencatat setiap pengiriman obat pada
kartu stok obat.
 Masalah yang sering timbul pada tahap pendistribusian
- Transportasi tidak melindungi mutu obat

2.2.5 Penggunaan dan pelaporan


Penggunaan berupa penyerahan obat kepada pasien. Proses penggunaan obat
dimulai dengan penetapan diagnosis dan penulisan resep obat yang rasional (diagnosis,
dosis, dan lama pemberian tepat, harga murah) oleh dokter. Dihindari peresepan yang
tidak rasional (polifarmasi, penggunaan salah/tidak efektif). Selanjutnya petugas kamar
obat atau apotek akan menyerah kan obat sesuai yang ditulis dalam resep kepada pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah pengemasan obat, pemberian label dan
informasikan pada pasien tentang bagaimana cara pemberian obat & dosis sehingga akan
membuat pasien patuh/taat dalam mengkonsumsi obat.
Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat.
Perawat harus memberikan perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya
tidak melakukan tugas lain ketika memberikan obat.perawat menggunakan “enam benar”
pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang aman. Lima benar pemberian obat
sebagai berikut :
1. Benar Klien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar waktu pemberian
5. Benar cara pemberian
6. Benar pendokumentasian
 Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah meyakinkan bahwa
obat tersebut diberikan kepada klien yang benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit
atau lingkungan perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat
pada banyak klien. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa
kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi
klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien,
perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien
menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar. Hal ini sangat penting bahkan jika
perawat telah merawat klien selama beberapa hari. Supaya klien tidak merasa tidak
nyaman, perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara rutin
perawat harus meidentifikasi nama klien.

 Benar Obat
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau
format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan
obat perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat.
Perawat melakukan ini 3x yaitu :
1. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2. Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika terjadi kesalahan,
perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada
kebanyakan kasus, intsruksi obat telah diubah. Namun,pertanyaan klien bisa
mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut
sampai program dokter dipriksa kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum
dikemas dapat dikembalikan ketempat penyimpanan, jika belum dibuka.
 Benar Dosis
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih
besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan
suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi,
resiko kesalahan meningkat pada situasi ini, perawat harus memeriksa perhitungan
dosis yang dilakukan oleh perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat
menyiapkan obat dengan menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya
melakukan perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan didapur
dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin
bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi
pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan
jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat secara
berurutan, namun hanya jika bagian ke2 telah kembali dikemas dan dilabel. Alat
penghancur harus selalu dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan.
Obat yang dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang
sangat sedikit.
 Benar waktu pemberian
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu
dalam 1 hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh, diprohgramkan 2 obat,
satu q8h ( setiap 8 jam ) dan yang lain tid ( 3 kali sehari ). Ke 2 obat diberikan 3x dalam
24 jam. Tujuan dokter memberikan obat q8h dalam hitungan jam ialah mempertahankan
kadar terapeutik obat. setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat
yang harus dengan interval sering. Contoh, obat qid (4x sehari) dapat diberikan pada
pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00; obat tid dapat diberikan pada pukul 08.00, 14.00,
dan 20.00.
Apabila seorang perawat bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka
obat yang harus bekerja pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan. Misalnya,
insulin harus diberikan pada interval yang tepat sebelum makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu
pemberian yang tepat. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal dari pada
yang biasa mereka lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah
prosedur dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu
waktu dimana klien dapat memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat
nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat menunggu
sampai nyeri klien menjadi parah maka efek anal gesik mungkin tidak cukup. Perawat
mungkin perlu meminta dokter menambah analgesik prn.
Pelaporan obat yang digunakan dapat dilakukan per triwulan atau per semester
atau per tahun tergantung kondisi daerah/tempat pelayanan kesehatan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi
dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya
yang tersedia dalam suatu sistem. (Anonim, 2002).
Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk menjamin;
a. Terencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f. Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan 5 tahap pengelolaan obat, yaitu
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, penggunaan dan pelaporan.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang akan selalu berhubungan dengan manusia, sudah
sepantasnya kita;
1) Teliti dalam pengelolaan obat sesuai dengan tugas kita sebagai seorang perawat
2) Selalu melakukan pendokumentasian dengan rapi, benar, dan tepat
3) Teliti dalam pemberian obat
4) Ikutilah tata cara pemberian obat secara benar berdasarkan ilmu keperawatan yang kita
dapatkan
5) Jangan pernah menutupi kesalahan dalam pemberian obat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Managing Drug Supply. The selection, Procurement, Distribution and Use
of Pharmaceuticals, Second ed. Kumarian Press, USA
Anonim, 1996. Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas, Dirjend.Pengawasan Obat dan
Makanan Depke RI, Jakarta Delfia Megasari. Diakses pada 4 April 2016.
Setyawati, Nur Falah. 2015. Dasar-dasar Farmakologi Keperawatan.Yogyakarta : Nafsi
Publisher
Yuliawati, Putu Indah. 2015. Pengelolaan Obat. http://www.academia.edu /
6871116/pengelolaan_obat. Diakses pada 4 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai