PENDAHULUAN
2.2.2 Pengadaan
Pengadaan adalah proses menyediakan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan
kesehatan. Pengadaan obat yang efektif menjamin tersedianyan obat dengan jumlah yang
tepat, harga yang layak dan terjamin kualitasnya. Tujuan pengadaan adalah untuk
menyediakan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dan bermutu tinggi pada waktu
yang tepat. Obat-obat tersebut dapat didapatkan dengan cara membeli, sumbangan, atau
membuat di pabrik. Pengadaan obat di Puskesmas biasanya dengan cara membeli sendiri
atau diberi dari pusat berdasarkan permintaan. Kegiatan pengadaan meliputi :
1. Memilih metode pengadaan
Dapat dilakukan melalui pelelangan terbatas, pelelangan umum, penunjukan
langsung, perundingan kompetisi, dan pengadaan langsung. Pelelangan/penawaran
terbatas, bila hanya melibatkan pemasok dari pabrik/instansi tertentu yang memenuhi
peryaratan yang ditentukan oleh peminta obat. Pelelangan umum, bila semua pabrik
obat dapat mengikuti penawaran yang diberikan oleh si pembeli obat. Perundingan
kompetisi yaitu pembeli memilih minimal 3 pemasok kemudian melakukan
perundingan dengan para pemasok untuk mendapatkan harga obat yang termurah dan
pelayanan terbaik Pengadaan langsung, merupakan metode paling sederhana tetapi
biasanya mahal dengan cara membeli langsung pada pemasok dengan harga yang
telah ditetapkan oleh pemasok atau berunding lebih dulu. Metode tni biasanya untuk
obat-obat yang tidak diproduksi oleh pabrik lain.
Metode pengadaan yang tepat berdampak pada perolehan obat dengan jumlah,
waktu yang tepat dan harga yang wajar.
2. Memilih pemasok dan membuat dokumen kontrak.
Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati karena mempengaruhi kualitas dan
biaya obat yang dibutuhkan.
3. Memantau/mengecek pesanan obat.
Kegiatan ini bertujuan obat cepat dikirim, bila kedatangannya terlambat bisa
segera ditangani.
4. Menerima dan memeriksa obat.
Kegiatan ini meliputi memeriksa obat yang diterima (nama/kemasan, jumlah obat,
obat yang sudah atau belum diterima), membuat berita acara penerimaan obat, obat
yang tidak memenuhi syarat dikembalikan ke pemasok , membuat catatan harian
penerimaan obat.
5. Melakukan pembayaran
Dalam pengadaan dapat muncul masalah-masalah antara lain jumlah obat tidak
mencukupi kebutuhan karena anggaran obat terbatas, periaku pemasok kurang baik
berakibat obat yang dipesan tidak sesuai permintaan/diganti, kualitas obat yang
diberikan rendah sehingga obat mudah rusak, jadwal penerimaan obat tidak sesuai
denga pesanan berakibat stok kosong.
Masalah yang sering timbul dalam proses pengadaan;
- Keterbatasan anggaran sehingga jumlah obat yang diadakan tidak mencukupi
kebutuhan.
- Pemilihan pemasok (supplier) yang kurang berkualitas, misalnya karena jenis obat
yang direncanakan tidak dapat dipenuhi oleh pemasok yang bersangkutan lalu
diambil kesepakatan untuk mengganti yang lain.
- Obat yang diadakan kualitasnya tidak memenuhi syarat sehingga mengalami
kerusakan sebelum dipakai.
- Jadwal penerimaan barang tidak dapat diandalkan karena tidak sesuai dengan jadwal
pemesanan.
2.2.3 Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan
yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Penyimpanan bertujuan memelihara mutu
obat, mencegah kehilangan/kerusakan/pencurian/terbuang, menghindari penggunaan obat
yang salah, menjaga kelangsungan persediaan, dan memudahkan pencarian dan
pengawasan. Kegiatan dalam penyimpanan meliputi:
1) Pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat
Bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan dan
pengawasan
a. Dasar arah arus penerimaan dan pengeluaran obat (FIFO = First In First Out,
obat yang pertama/lebih dulu masuk dikeluarkan lebih dulu)
b. Jenis obat yang disimpan (narkotik, obat luar, obat yang harus disimpan
dalam suhu tertentu)
c. Mengatur obat secara alfabetis dan menurut bentuk sediaan obat
d. Menyusun stok obat
2) Pengamatan mutu obat
Untuk mengamati adanya obat yang kadaluwarsa dan rusak. Diamati
secara visual adanya perubahan yang muncul.
3) Pencatatan stok obat
Masalah yang sering timbul pada tahap pennyimpanan:
- Koordinasi gudang/tempat penyimpanan buruk
- Kekeliruan pengelolaan stock
2.2.4 Distribusi
Distribusi adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman
obat-obat yang bermutu dari gudang secara merata dan teratur untuk memenuhi
permintaan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan penyebaran obat dapat
terlaksana secara merata dan teratur dan menjamin mum dan efisiensi penggunaan obat.
Kegiatannya meliputi melakukan distribusi dengan suatu sistem sesuai dengan jenis
daerah tersebut ( misal sistem distribusi obat di kabupaten, sektor swasta, rumah sakit,
dan lain-lain), perencanaan dan distribusi, pengiriman, menyiapkan dokumen pengiriman,
memeriksa kualitas obat sebelum dikirim, dan mencatat setiap pengiriman obat pada
kartu stok obat.
Masalah yang sering timbul pada tahap pendistribusian
- Transportasi tidak melindungi mutu obat
Benar Obat
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau
format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan
obat perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat.
Perawat melakukan ini 3x yaitu :
1. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2. Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika terjadi kesalahan,
perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada
kebanyakan kasus, intsruksi obat telah diubah. Namun,pertanyaan klien bisa
mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut
sampai program dokter dipriksa kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum
dikemas dapat dikembalikan ketempat penyimpanan, jika belum dibuka.
Benar Dosis
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih
besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan
suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi,
resiko kesalahan meningkat pada situasi ini, perawat harus memeriksa perhitungan
dosis yang dilakukan oleh perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat
menyiapkan obat dengan menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya
melakukan perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan didapur
dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin
bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi
pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan
jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat secara
berurutan, namun hanya jika bagian ke2 telah kembali dikemas dan dilabel. Alat
penghancur harus selalu dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan.
Obat yang dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang
sangat sedikit.
Benar waktu pemberian
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu
dalam 1 hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh, diprohgramkan 2 obat,
satu q8h ( setiap 8 jam ) dan yang lain tid ( 3 kali sehari ). Ke 2 obat diberikan 3x dalam
24 jam. Tujuan dokter memberikan obat q8h dalam hitungan jam ialah mempertahankan
kadar terapeutik obat. setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat
yang harus dengan interval sering. Contoh, obat qid (4x sehari) dapat diberikan pada
pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00; obat tid dapat diberikan pada pukul 08.00, 14.00,
dan 20.00.
Apabila seorang perawat bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka
obat yang harus bekerja pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan. Misalnya,
insulin harus diberikan pada interval yang tepat sebelum makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu
pemberian yang tepat. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal dari pada
yang biasa mereka lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah
prosedur dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu
waktu dimana klien dapat memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat
nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat menunggu
sampai nyeri klien menjadi parah maka efek anal gesik mungkin tidak cukup. Perawat
mungkin perlu meminta dokter menambah analgesik prn.
Pelaporan obat yang digunakan dapat dilakukan per triwulan atau per semester
atau per tahun tergantung kondisi daerah/tempat pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi
dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya
yang tersedia dalam suatu sistem. (Anonim, 2002).
Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk menjamin;
a. Terencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f. Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan 5 tahap pengelolaan obat, yaitu
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, penggunaan dan pelaporan.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang akan selalu berhubungan dengan manusia, sudah
sepantasnya kita;
1) Teliti dalam pengelolaan obat sesuai dengan tugas kita sebagai seorang perawat
2) Selalu melakukan pendokumentasian dengan rapi, benar, dan tepat
3) Teliti dalam pemberian obat
4) Ikutilah tata cara pemberian obat secara benar berdasarkan ilmu keperawatan yang kita
dapatkan
5) Jangan pernah menutupi kesalahan dalam pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Managing Drug Supply. The selection, Procurement, Distribution and Use
of Pharmaceuticals, Second ed. Kumarian Press, USA
Anonim, 1996. Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas, Dirjend.Pengawasan Obat dan
Makanan Depke RI, Jakarta Delfia Megasari. Diakses pada 4 April 2016.
Setyawati, Nur Falah. 2015. Dasar-dasar Farmakologi Keperawatan.Yogyakarta : Nafsi
Publisher
Yuliawati, Putu Indah. 2015. Pengelolaan Obat. http://www.academia.edu /
6871116/pengelolaan_obat. Diakses pada 4 Februari 2016