Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan. Upaya untuk memberikan keperawatan
bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa tanggung jawab perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan
dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai
profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta
ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung. Dalam melakukan
praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan berinteraksi kepada
penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal
yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah
sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Gawat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak
segera di tolong akan mengalami kecacatan atau kematian. Sedangkan, darurat adalah
suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak
akan menyebabkan kematian / kecacatan. Sehingga. Effendy (1995), mendefinisikan
perawatan kegawat daruratan adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di
berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian keperawatan kritis/keperawatan gawat darurat ?
b. Apa saja prinsip-prinsip keperawatan kritis/keperawatan gawat darurat ?
c. Dilema yang seperti apa terjadi dalam keperawatan kritis/keperawatan gawat
darurat ?
d. Bagaimana keperawatan kritis/keperawatan gawat darurat ditinjau dari aspek
hukum ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1
a. Untuk mengetahui pengertian keperawatan kritis/keperawatan gawat darurat.
b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan kritis/keperawatan gawat
darurat.
c. Untuk mengetahui dilema yang terjadi dalam keperawatan kritis/keperawatan
gawat darurat.
d. Keperawatan kritis/keperawatan gawat darurat ditinjau dari aspek hukum.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Kritis/Keperawatan Gawat Darurat


Menurut (Krisanty Paula, 2009), Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang
untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul secara
tiba-tiba. Keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien, mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan (Wijaya, 2010).
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional keperawatan yang di
berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis

2
Pada Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan yang merupakan
suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan
kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan
dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui pendekatan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini aspek
etik sangat diperlukan dalam penerapan praktek keperawatan dimana tindakan mandiri
perawat professional melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok
atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.
Adapun tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat, yaitu :
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.

2.2 Prinsip-prinsip Keperawatan Kritis/Keperawatan Gawat Darurat


Menurut (Soekidjo. 2003), Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat yaitu:
1. Penanganan cepat dan tepat
2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
Meliputi tindakan :
Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan alat-alat.
Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun ketrampilan.

2.3 Dilema yang terjadi dalam Keperawatan Kritis/Keperawatan Gawat Darurat


Dilema etika menurut (Potter & Perry, 2005) adalah suatu masalah yang melibatkan
dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternative memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan
peranan penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin
perawat .Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilemmaetik,
untuk memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada
jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah.
Dilemaetik dapat bersifat personal ataupun profesional.

3
Kerangka pemecahan dilemmaetik adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
Membuat keputusan dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan
tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan
harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan
dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan
dengan dilemmaetis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa
marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional. Pada pasien
dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilemaetik, misalnya kematian batangotak,
penyakit terminal misalnya gagal ginjal

2.4 Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau dari Aspek Hukum


Menurut (Wijaya, 2010), Pemahaman terhadap aspek hukum dalam Keperawatan
Gawat Darurat bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin
keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena konsensus
universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat dipisahkan
dari pelayanan medik yang baik. Walaupun ada undang-undang yang mengatur tentang
keperawatan gawat darurat yaitu Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Informed
Consent menyatakan, dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat
yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan
persetujuan dari siapapun. (Per. Menkes, 1989).
Tetapi yang menjadi tuntutan hukum dalam praktek Keperawatan Gawat Darurat
biasanya berasal dari:
a. Kegagalan komunikasi
b. Ketidakmampuan mengatasi dilema dalam profesi
Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan Gawat Darurat
merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam kegawatdaruratan medik
yaitu:
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
b. Standar Operating Procedure
c. Kualifikasi tenaga medis
d. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
e. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
f. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)

4
g. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
h. Prinsip keadilan dan fairness
i. Kelalaian
j. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah
obat, salah dosis
k. Diagnosis kematian
l. Surat Keterangan Kematian
m. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse,
aborsi dan kerahasiaan informasi pasien

Permasalahan etik dalam keperawatan gawat darurat dapat dicegah dengan :


a. Mematuhi standar operating procedure (SOP)
b. Melakukan pencatatan dengan benar meliputi mencatat segala tindakan, mencatat
segala instruksi dan mencatat serah terima

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional keperawatan yang di
berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis.

5
2. Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat yaitu: (a) Penanganan cepat
dan tepat, (b) Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan
pasien tersebut
3. Dilema etika adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Membuat
keputusan dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat
diantara dua atau lebih prinsip etis.
4. Tuntutan hukum dalam praktek Keperawatan Gawat Darurat biasanya berasal
dari: (a) Kegagalan komunikasi, (b) Ketidakmampuan mengatasi dilema dalam
profesi. Permasalahan etik dalam keperawatan gawat darurat dapat dicegah
dengan : (a) Mematuhi standar operating procedure (SOP), (b) Melakukan
pencatatan dengan benar meliputi mencatat segala tindakan, mencatat segala
instruksi dan mencatat serah terima

3.2. Saran
Penting bagi kita sebagai petugas pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara etis professional bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan
advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai