Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

OLEH

MADE AYU RISMAYANTHI

NIM. P07120215043

KELAS 3B DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Ansietas (cemas) adalah respon emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan
kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif
yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang
jelas bagi pasien (Videbeck, 2008).
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa (Stuart, 2007) :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan, seperti pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, (Stuart, 2007) yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

3. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif

Stressor
4. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Adapun rentang
respon ansietas menurut Stuart, 2007 adalah :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar – benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda – tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar – mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas Berat
Ansietas berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar – mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah – pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik
Pada tingkat panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang,
karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai
berikut :
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda – tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut
h) Lelah
5. Gejala Klinis
Keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas, antara
lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi (mimpi yang menegangkan)
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Leluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar – debar, sesak napas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

(Hawari, 2008)

6. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis

(Hawari, 2008)

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat –
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
8. Komplikasi
a. Depresi
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku)
seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan
tidak berdaya dan kehilangan harapan.
b. Gangguan Somatoform
Gangguan somatoform merupakan kelompok gangguan yang meliputi symptom
fisik (misalnya nyeri, mual, dan pening) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan
secara medis. Berbagai symptom dan keluhan somatik tersebut cukup serius
sehingga menyebabkan stress emosional dan gangguan dalam kemampuan
penderita untuk berfungsi dalam kehidupan sosial dan pekerjaan. Diagnosis ini
diberikan apabila diketahui bahwa faktor psikologis memegang peranan penting
dalam memicu dan mempengaruhi tingkat keparahan serta lamanya gangguan
yang dialami
c. Skizofrenia Hibefrenik
Skizofrenia Hebrefrenik adalah perilaku yang khas, regresi, primitive, afek tidak
sesuai dengan karakteristik umumnya, wajah dungu, tertawa aneh-aneh, menangis
dan menarik diri secara ekstrim. Menurut Maramis (2004) permulaannya perlahan
– lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang
paling terlihat adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat pada jenis ini. Delusi dan halusinasi yang banyak sekali.
d. Skizofrenia Simplek
Skizofrenia yang satu ini sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terjadi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007)
yaitu:
Identitas Klien
1) Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki – laki, karena
wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih
rentan mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan
d. Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital : Kaji tanda – tanda vital (Tekanan darah, respirasi, nadi, dan
suhu), tanda vital biasanya mengalami peningkatan
2) Keluhan Fisik : Kaji adanya peningkatan refleks, terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
gerakan lambat, kaki goyah.
f. Psikososial:
1) Konsep diri :
a) Gambaran diri : Biasanya wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
b) Identitas : Biasanya gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
c) Peran : Biasanya menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok
/ masyarakat.
d) Ideal diri : Biasanya berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
e) Harga diri : Biasanya klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
2) Hubungan Sosial:
Kaji mengenai :
a) Orang yang berarti
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
3) Spiritual:
Kaji mengenai :
a) Nilai dan keyakinan
b) Kegiatan ibadah
g. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : Biasanya bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang
keras.
3) Aktivitas motorik : Kaji adanya lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : Kaji adanya sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5) Afek : Biasanya labil
6) Interaksi selama wawancara: Kaji adanya tidak kooperatif, mudah tersingung
dan mudah curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : Kaji adanya berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : Biasanya persevarsi
9) Isi pikir : Kaji adanya obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu,
tempat dan orang (ansietas berat)
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder)
akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat
jangka pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : Biasanya tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : Biasanya mengalami gangguan kemampuan penilaian
ringan
14) Daya titik diri : Biasanya menyalahkan hal-hal diluar dirinya, menyalahkan
orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
h. Mekanisme Koping
Kaji cara pasien menghadapi kecemasannya, antara lain mekanisme adaptif
(bicara dengan orang lain, teknik relokasi, aktivitas kontruktif, olah raga, dll)
ataupun mekanisme maladaptive (minum alcohol, reaksi berlebihan, menghindar,
mencederai diri, dll)
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Yang perlu dikaji antara lain:
1) Masalah dengan dukungan kelompok
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
3) Masalah dengan pendidikan
4) Masalah dengan pekerjaan
5) Masalah dengan perumahan
6) Masalah ekonomi
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan
j. Pengetahuan Kurang
Kaji adanya deficit pengetahuan mengenai ansietas, faktor presipitasi, sistem
pendukung, penyakit fisik, obat – obatan, dan lain – lain

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ansietas Tujuan Umum
Klien dapat mengenali
ansietasnya, serta dapat
mengontrolnya
TUK 1 : 1. Ekspresi wajah bersahabat Bina hubungan salaing percaya Hubungan saling
Klien dapat membina 2. Ada kontak mata dengan menggunakan prinsip percaya menjadi
hubungan saling 3. Mau berjabat tangan komunikasi terapeutik : dasar interaksi
percaya 4. Mau menjawab salam 1. Sapa klien dengan ramah, baik selanjutnya dalam
5. Klien mau duduk verbal maupun non verbal membina klien
berdampingan 2. Perkenalkan diri dengan sopan untuk berinteraksi
6. Klien mau mengutarakan 3. Tanyakan nama lengkap dan dengan baik dan
isi perasannya nama yang disukai klien benar, sehingga
4. Jelaskan tujuan pertemuan klien mau
5. Jujur dan menepati janji mengutarakan isi
6. Tunjukkan rasa empati dan perasannya
menerima klien apa adanya
TUK 2 : 1. Pasien mampu mengenali 1. Bantu pasien untuk Dengan mengenali
Klien dapat mengenal perasannya mengidentifikasi dan penyebab dan akibat
Ansietasnya 2. Pasien mengenal situasi menguraikan perasaannya. yang ditimbulkan
yang menimbulkan 2. Bantu pasien menjelaskan situasi dari ansietas, pasien
ansietas yang menimbulkan ansietas mengontrol
3. Pasien dapat menjelaskan 3. Bantu pasien mengenal penyebab ansietasnya
penyebab ansietasnnya ansietas
4. Pasien menyadari akibat 4. Bantu pasien menyadari perilaku
dari ansietas akibat ansietas

TUK 3 : 1. Pasien mengungkapkan 1. Kaji bagaimana pasien Respon koping


Klien mengetahui cara cara menurunkan ansietas menurunkan ansietasnya dimasa adaptif dapat
menurunkanansietas di masa lalu lalu dan tindakan yang dilakukan dipelajari melalui
dengan respon adaptif 2. Pasien mengetahui efek untuk menurunkannya analisa mekanisme
maladaptif 2. Tunjukan efek maladptif dan koping yang
3. Pasien mengetahui cara destruktif dari respon koping saat digunakan dimasa
menggunakan koping ini lalu, penilaian ulang
adaptif 3. Dorong klien menggunakan stressor,
4. Adanya respon verbal koping adaptif yang efektif menggunakan
ataupun non verbal dari dimasa lalu sumber koping yang
pasien untuk berubah 4. Fokuskan klien pada tanggung tersedia dan
jawab untuk berubah menerima tanggung
5. Bantu klien secara aktif jawab untuk berubah
mengkaitkan hubungan sebab
akibat
TUK 4 : 1. Keluarga mendukung 1. Libatkan orang terdekat sebagai Individu dapat
Klien mampu pasien sumber koping dan dukungan mengatasi stress
menggunakan respon 2. Pasien mampu melakukan sosial dengan mengatur
adaptif untuk teknik relaksasi yang 2. Ajarkan teknik relaksasi untuk distress emossional
menurunkan ansietas diajarkan meningkatkan percara diri yang menyertainya
3. Adanya respon verbal 3. Motivasi pasien melakukan tehnik melalui teknik
ataupun non verbal dari relaksasi setiap kali ansietas penatalaksanaan
pasien untuk muncul stress
melakukannya
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK Universitas
Indonesia

Maramis, F.W. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC


Bangli, 0PerPebruari 2018

Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

…………………………………….… …………………………………….…

NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

…………………………………….…

NIP.

Anda mungkin juga menyukai