Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses perkembangan seorang individu akan terus menerus
dihadapkan pada suata konflik atau masalah selama masa hidupnya. Konflik
perlu dialami dalam batas tertentu agar seorang individu dapat belajar
menunda keinginannya, menyadari realitas sehingga mampu mengatasi
masalah – masalah yang kelak akan dialami dalam hidupnya.
Dalam mengatasi masalah – masalah yang akan dihadapinya kelak
tentu akan bergantung pada bagaimana cara individu tersebut beradaptasi
dengan lingkungannya dimana hal ini akan melahirkan pola kepribadian dari
individu tersebut.
Sebagai manusia, perilaku, pikiran dan sikap kita merupakan hasil
dari kepribadian kita. Untuk memiliki pengetahuan bagaimana sebenarnya
kita dalam bersikap, maka kita perlu mengetahui bentuk dan struktur dari
kepribadiann manusia itu sendiri. Dalam mempelajari struktur kepribadian
individu, kita akan mengacu pada suatu model yang dasarnya ialah teori
psikoanalisis klasik Sigmund Freud.
Sigmund Freud merupakan pakar yang memperkenalkan dan
mengembangkan teori psikoanalisis. Freud kemudian mengemukakan
bahwa kepribadian terdiri dari 3 komponen yaitu id, ego dan superego.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Kepribadian
Freud memberikan analogi bahwa pikiran kita layaknya gunung es yang
berada di lautan dimana hanya 10% yang terlihat di dasar permukaan
sedangkan 90% berada di bawah permukaan. Menurut Freud hanya sekitar
10% dari alam sadar yang membentuk pikiran kita dan 90% terbentuk oleh
alam bawah sadar. Menurut teori psikoanalisis, hampir seluruh perilaku,
pikiran dan perasaan kita tidak diketahui oleh pikiran sadar kita dan normalnya
alam bawah sadarlah yang menuntun kita.
Freud mengatakan bahwa pikiran dapat dibagi menjadi tiga kategori
abstrak yaitu id, ego dan superego. Meskipun hal ini biasanya dikenal sebagai
struktur namun jangan menyimpulkannya hanya secara harfiah. Freud tidak
bermaksud sebagai struktur dari tubuh maupun otak kita melainkan istilah ini
merujuk kepada pembagian dari pikiran yang kemudian akan akan membantu
kita untuk memahami bagaimana kepribadian dan penyakit mental
berkembang.

2
B. Id, Ego dan Superego
1) Id
Merupakan bentuk latin dari “it” yang berarti suatu naluri, drive,
instincts telah ada sejak individu dilahirkan ke dunia ini. Selain
mempunyai struktur (yang bentuknya belum jelas ketika lahir), id juga
mempunyai kekuatan berupa dorongan. Dorongan ini merupakan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia, antara lain instink
untuk bernapas, lapar, seks. Id biasanya mendominasi individu pada usia
bayi hingga lebih kurang satu setengah tahun. Menurut Freud, Id benar –
benar tidak kita sadari dan kita tidak mengetahui cara kerjanya dan semata
– mata hanya untuk kepuasan atau kesenangan dan beroperasi di daerah
alam bawah sadar.

2) Ego
Berasal dari bahasa Yunani dan Latin untuk “I”. Dalam
perkembangannya, sebagian dari id akan menjadi ego. Ego terbentuk
karena pertentangan (konflik) antara id dengan lingkungan yang tidak
selalu dapat memenuhi kebutuhannya. Prinsip yang dianut oleh ego adalah
realitas, bahwa kebutuhan atau dorongan dapat ditunda sesuai dengan
realitas yang ada. Ego sebagian besar berasal dari pikiran sadar dan
sebagian lagi berasal dari pikiran bawah sadar.

3) Superego
Istilah ini berarti “diatas Ego”. Superego terbentuk dari hasil
absorbsi dan pengambilan nilai – nilai norma dalam kultur, agama, hal –
hal kebaikan yang ditanamkan oleh orangtua; jadi bukan merupakan
diferensiasi dari id sebagaimana ego. Superego merupakan wakil orangtua
dalam diri anak, yang mengingatkan akan hal – hal yang baik dan buruk,
yang boleh dan yang tidak. Terbentuk pada usia antara 3 hingga 5 atau 6
tahun. Superego memberi orang perasaan bangga ketika mereka
melakukan sesuatu yang benar (ego ideal) dan perasaan bersalah ketika

3
mereka melakukan sesuatu yang mereka anggap salah secara moral (hati
nurani). Superego, seperti ego, sebagian sadar dan sebagian tidak sadar.
Superego adalah barometer moral anak, dan menciptakan perasaan bangga
dan bersalah sesuai dengan keyakinan yang telah dipelajari dalam keluarga
dan budaya. Superego bekerja bertentangan dengan Id karena berusaha
untuk bertindak dengan cara yang sesuai secara sosial. Sebagai
konsekuensi dari Superego yang bertentangan dengan tuntutan Id, Ego
sering harus memediasi antara keduanya.

Menurut teori Freud, perkembangan kepribadian yang sehat yaitu


apabila id dan superego seimbang. Namun, kedua elemen ini secara
alamiah lebih sering bertentangan dimana id berusaha memuaskan
dorongan naluriahnya yang bersifat primitive dan superego mengajarkan
kesabaran dan menahan diri. Konflik yang terjadi pada kedua elemen
tersebut merupakan konflik intrapsikik (konflik dari dalam pikiran).

Menurut teori psikoanalitik mekanisme pertahanan merupakan


reaksi otomatis (unconscious) terhadap hasrat id yang akan membanjiri
ego. Kepribadian yang sehat dimana tuntutan id terpenuhi dan individu
tersebut merasa puas dan bangga tanpa adanya rasa bersalah. Jika id terlalu
kuat, seseorang akan kasar, sombong, egois, dan bersifat animalistik. Jika
superego terlalu kuat, seseorang akan terus-menerus merasa khawatir,
gugup, penuh rasa bersalah dan cemasserta selalu menekan keinginan id.

Kadang-kadang dikatakan bahwa ego adalah mediator antara id


dan superego, tetapi hal ini bukan yang dikatakan Freud. Ego tidak
membantu melakukan kompromi melainkan ego membantu id untuk
memuaskan keinginannya dengan berfokus pada realita yang ada.

4
Bila terjadi konflik di antaranya, individu akan mengalami
ketegangan, ketidakpuasan, kecemasan, dan atau gejala – gejala psikologik
lain. Sebaliknya, bila seorang anak sama sekalipun (disebut sebagai
pemanjaan atau over indulgence), akan mengalami hal yang sama.
Menurut Freud, konflik perlu dialami dalam batas tertentu agar seorang
individu belajar menunda keinginan, menyadari realitas, sehingga mampu
mengatasi masalah – masalah yang dialami dalam hidupnya nanti. Tetapi,
kalau konflik yang dialami berlebihan dan berat derajatnya, maka
perkembangan kepribadian individu tidak akan optimal: perkembangan itu
akan terhambat karena ada sebagian energy psikik yang tertahan pada
suatu fase perkembangan tertentu (disebut sebagai fiksasi), sehingga
energi yang bergerak ke fase selanjutnya akan berkurang jumlahnya. Bila
pada suatu saat, fase selanjutnya atau setelah dewasa nantinya, individu
mengalami suatu tekanan atau stressor psikososial yang relative berat
untuknya, ia dapat kembali ke fase perkembangan saat fiksasi
perkembangan itu dialami (disebut sebagai regresi). Cara – cara individu
tersebut mengatasi stressor itupun biasanya sesuai dengan tingkat regresi
yang dialaminya. Menurut Freud, psikopatologi akan timbul, bila konflik
yang bermakna dialami oleh individu pada masa lima tahun pertama
kehidupannya. Sulitnya, kita biasa menjumpai pasien saat dewasa sehingga
penelusuran penghayatab hal – hal psikologik yang bermakna tidak mudah
dilakukan, karena banyak faktor yang telah mempengaruhi.

5
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
 Dalam mempelajari struktur kepribadian individu kita mengacu pada
sebuah teori yang dasarnya adalah teori psikoanalitik Sigmund Freud yang
merupakan seorang pakar yang memperkenalkan dan mengembangkan
teori psikoanalisa.
 Teori psikoanalisa Freud memberikan analogi bahwa pikiran layaknya
gunung es, dimana 10% berada pada dasar permukaan yang dibentuk oleh
alam sadar (Conscious) dan 90% berada di bawah permukaan yang
dibentuk oleh alam bawah sadar (Unconscious).
 Struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu id (naluri, drive,
instincts) yang berprinsip pada kepuasan dan berasal dari alam bawah
sadar dan. Ego (realitas yang ada) berada pada sebagian daerah
counscious, dan sebagian darah unconscious. Superego (nilai, moral,
budaya) juga berada pada sebagian daerah counscious, dan sebagian darah
unconscious
 Menurut Freud kepribadian yang sehat apabila id dan superego seimbang.
 Konflik sering terjadi antara id dan superego, dimana apabila dorongan id
lebih kuat maka akan muncul sifat – sifat seperti sombong, egois, pemarah
dan sifat-sifat animalistik namun jika superego yang lebih kuat maka akan
muncul sifat – sifat seperti gelisah, cemas, gugup dan rasa bersalah.
 Ego biasanya dianggap sebagai mediator antara id dan superego namun
menurut Freud ego hanya membantu id untuk memuaskan keinginannya
dengan berfokus pada realita yang ada.
 Seiring perkembangan kepribadian individu, konflik juga diperlukan untuk
mempersiapkan seorang individu menghadapi stressor psikososial kelak.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Syah SA, Mushtaq S, Nasseer N, 2017. A Text Book Of Psychopathology.


Redshine International Press.
2. Siegfried W. 2014. The Formation and Structure of the Human Psyche.
Florida Atlantic University
3. Elvira SD, Hadisukanto G. 2010. Buku Psikiatri. Badan Penerbit FK UMI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai