Bab V
Bab V
PEMBAHASAN
maka pada BAB ini Penulis akan membahas mengenai perbandingan antara teori
dengan fakta yang ditemukan dalam perawatan kasus Apendisitis Akut Pada An.K
yang dirawat di Ruang Rawat Inap Bedah Pria Putra Spesialist Hospital Melaka
Tahun 2018.
A. Pengkajian
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
dan Perry, 2005). Pada tahap pengkajian, menurut Brunner & Suddarth
yang terdiri dari identitas klien, riwayat kesehatan klien (riwayat kesehatan
pemeriksaan fisik.
didapatkan data yang cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang dibuat.
selanjutnya.
194
195
pukul 15.00 WIB di Ruang Rawat Inap bedah pria, didapatkan data bahwa
pasien mengatakan perutnya terasa sakit pada bagian kanan bawah, nyeri
terasa hilang timbul, skala nyeri 7 nyeri bertambah saat beraktivitas dan
hilang saat istirahat, durasi nyeri dengan intensitas 5-10 menit, lebih sakit lagi
apabila lutut kanan ditekuk. Ibu An.K juga mengatakan bahwa anaknya
mengeluh sakit perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, diarea
sebanyak 2 kali dan muntah sebanyak 2 kali dan mengalami demam selama 1
bulan dengan durasi naik turun. An.K mengatakan ia takut akan tindakan
itu, Ibu An.K mengatakan bahwa anaknya suka makanan yang keras, mie
instan dan makanan yang pedas seperti kari. Ibu An.K juga mengatakan
jajanan di sekolahnya, makan tidak teratur dan lebih suka bermain bersama
teman sebayanya. Pola makan An.K tidak teratur. An.K juga mengatakan
bahwa ia jarang BAB, jika BAB dengan konsistensi keras. Berat badan An.K
saat dilakukan pengkajian yaitu 28 Kg, dengan tinggi badan 151 cm, hasil
IMT menunjukkan 12,28 dengan arti kurang dari hasil IMT normal yaitu di
bawah rentan 18. Pasien mengkinsums air minum 3-4 gelas perhari.
mengalami sesak napas/ dyspnea. Pasien tidak mempunyai riwayat asma dan
penyakit paru lainnya. An.K rutin check up ke Putra Spesialist Melaka namun
kedalaman nafas dangkal, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada
kiri dan kanan sama, bunyi napas vesikuler, tidak terdapat wheezing, ronkhi
jantung normal (S1 dan S2), frekuensi denyut jantung 107 x/menit, irama
teratur dan kualitas baik. Tidak ada peningkatan JVP. Tekanan darah 106/ 67
mmHg, suhu 36,50 C. Pasien tidak sianosis, ekstremitas teraba hangat. Bentuk
kuku normal. Capillary refill time (CRT) < 2 detik, warna kuku agak tidak.
dan sklera unikterik. Kulit bewarna coklat gelap. Bentuk tubuh normal, pasien
tidak terpasang NGT, berat badan 38 kg, tinggi badan 151 cm, Indeks Massa
Tubuh 16,6 (IMT = kurang), lingkar perut 24 cm, lingkar lengan atas 19 cm,
turgor kulit baik, tidak terdapat asites pada abdomen pasien, perkusi abdomen
timpani, bising usus 27 x/ menit, ekstremitas bawah pasien baik tidak tampak
menunjukkan hasil Hb 132 g/dL, RBC (Red Blood Cell) 498x 1012/ uL, HCT
(Hematocrit) 14.0 %, WBC (White Blood Cell) 6.7 x 109/uL, Natrium 132,0
11 U/L, C-Cholesterol 228 mg/dL, Triglyserida 0.81 mmol/L, Uric acid 0,20
yang dapat menghambat aliran limfe yang menyebabkan edema dan ulserasi
mukosa. Hal ini tentunya akan berdampak pada sistem pencernaan. Bila
semua proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendk hingga muncul suatu masa lokal atau infilrat
terjadi karena daya tahan tubuh yang masih kurang (Mansjoer 2007).
gejala apendisitis akut yaitu nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun, demam, pada saat palpasi
terdapat nyeri tekan lepas. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik
MC. Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
B. Diagnosa
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
a. Pre operasi
b. Post operasi
seluruhnya dialami oleh pasien, bahkan ada diagnosa lain yang dapat muncul
dari hasil pengkajian pada An.K. Hasil diagnosa sesuai dengan data yang
penulis temukan pada saat melakukan pengkajian kepada pasien. Data yang
diperoleh sesuai dengan data subjektif maupun hasil perolehan data objektif
yang telah dilakukan. Adapun diagnosa yang diperoleh oleh Peneliti pada
a. Pre Operasi
b. Post Operasi
farmakologis
faktor biologis
200
yaitu pada teori terdapat diagnosa resiko kekurangan volume cairan, insomnia
An.K karena ia sudah pernah mengalami tentang tata cara perawatan pasien
Pada kasus ini diagnosa yang muncul diangkat dari data subjektif yang
pre operasi didapat dari pasien mengatakan bahwa An.K mengatakan nyeri
pada bagian perut bawah sebelah kanan, nyeri terasa di tusuk-tusuk, skala
nyeri 7 dengan durasi 5-10 menit hilang timbul dan bertambah ketika istirahat
menahan rasa nyeri, An.K tampak lemah dan letih, klien tampak gelisah,
klien tampak menarik diri untuk berbicara dengan perawat, Pemeriksaa TTV
badannya lemah, dan Ibu An.K juga merasa khawatir dengan operasi yang
tampak gelisah dan muka tampak pucat, An.K tampak tidak tidak melakukan
kontak mata saat ditanya perawat, An.K juga terlihat memegangi tangan
201
anaknya sempat mengalami diarea 2 x dan muntah 2 kali satu hari sebeum
demam naik turun selama 1 bulan terakhir. Ibu An.K mengatakan bahwa
lebih menyukai makanan mie instan, makanan keras, makanan pedas seperti
dapat menghabiskan porsi makanan yang sudah di tentukan oleh rumah sakit,
bibir lembab, turgor kulit baik, mukosa bibir agak pucat, klien tampak lemah,
anemis, pemeriksaan WBC 4,98 x 109 u/L, makan yang disajikan tidak habis,
HCU. Pasien mengatakan badannya masih terasa berat untuk digerakkan, dan
baru dipindahkan ke ruang HCU pada pukul 13.00 MYT. Keadaan umum
202
lemah, Klien tampak menghindari area luka op, Rentang gerak klien tampak
pasien mengatakan bahwa badannya terasa tidak enak, Ibu An.K juga
dengan air hangat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa An.k tampak
letih dan lesu, mukosa bibir kering, tampak terdapat 3 bagian luka post op
kering dan tertutup perban dan kering, luka post op laparoskopi pada
drain pada daerah di bawah prosesus xipoudesus dengan pain refil system
yang dialirkan untuk mengurangi nyeri pada bagian abdomen, tidak tampak
sekitar area luka, terpasang infus normal saline 30 tts/i, daerah pemasangan
infus tidak tampak adanya flebitis, TD : 103/71 Mmhg, N : 101 x/i, R : 24 x/i,
khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri
203
Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah,
dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam,
petengahan antara umbilikus dan spina anterior ilium). Di titik ini nyeri terasa
lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
37,5-38,5°C.
besar diagnosa yang ditemukan di kasus sejalan dengan teori dan hasil
yang muncul di teori tetapi tidak muncul di kasus insomnia dan kurang
C. Intervensi
Pada tahap perencanaan ini dapat dilakukan dengan baik karena telah
kesulitan yang mungkin terjadi dapat diatasi. Selain itu keberhasilan tahap ini
dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara penulis, pasien dan petugas
dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
rencana keperawatan yang telah disusunkan oleh Nanda, NIC, NOC tahun
2015 sebagai standar acuan asuhan keperawatan yang diberikan. Dalam hal
diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi pasien. Penulis tidak
dari para pembimbing dan komunikasi yang baik antara keluarga pasien dan
Melaka.
205
D. Implementasi
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
kepada pasien dan keluarga agar dapat menjalani hidupnya dengan semangat
perawatan.
dan iv dynastat 20 mg, memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
hipertermi.
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang yang akan mengakibatkan
penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
otot rileks maka kira menempatkan tubuh pada posisi sebaliknya. Otot
tidak tegang, tubuh dalam keadaan seimbang. Dalam kondisi rileks tubuh
diperlukan saat kita stress dan nyeri. Karena hormon stres dan nyeri
adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama, ketika kita
mengurangi stres kita juga telah mengurangi produksi kedua hormon nyeri
mendapatkan keadaan yang bebas dari nyeri (Potter & Perry, 2006).
Jadi, peneliti berasumsi bahwa nyeri akut yang dialami oleh klien
akan menyebabkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh klien. Untuk itu
yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien post op
mengatasi masalah ini adalah mengkaji tanda verbal dan non verbal
pada pasien.
operasi pasien akan merasakan nyeri dan cemas, untuk mengurangi rasa
dan sederhana, bahkan tanpa risiko, karena tidak menggunakan alat atau
dan bebas dari bau yang menyengat), menganjurkan pasien untuk duduk
apendisitis supuratif akut. Sensasi Nyeri dan perasaan tidak enak diperut
penderita.
muntah setiap akan makan, mulutnya terasa pahit sehingga pasien malas
makan, akhirnya badan terasa lemas, tidak bergairah dan tidak mampu
212
untuk mengonsumsi soft diet dan diet cair setelah dilakukan proses post
selagi hangat.
dan nyeri
bagian tubuh dimana terjadi robekan jaringan dan sel tubuh yang
dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai
pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal, memonitor hitung granulosit,
post operasi.
E. Evaluasi
mengatakan perutnya terasa sakit pada bagian kanan bawah, nyeri terasa
hilang timbul, skala nyeri 7 nyeri bertambah saat beraktivitas dan hilang saat
istirahat, durasi nyeri dengan intensitas 5-10 menit, lebih sakit lagi apabila
lutut kanan ditekuk. Ibu An.K juga mengatakan bahwa anaknya mengeluh
sakit perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, diarea sebanyak 2 kali
dan muntah sebanyak 2 kali dan mengalami demam selama 1 bulan dengan
durasi naik turun. An.K mengatakan ia takut akan tindakan operasi yang akan
mengatakan bahwa anaknya suka makanan yang keras, mie instan dan
makanan yang pedas seperti kari. Ibu An.K juga mengatakan bahwa anaknya
sekolahnya, makan tidak teratur dan lebih suka bermain bersama teman
sebayanya. Pola makan An.K tidak teratur. An.K juga mengatakan bahwa ia
jarang BAB, jika BAB dengan konsistensi keras. Berat badan An.K saat
dilakukan pengkajian yaitu 28 Kg, dengan tinggi badan 151 cm, hasil IMT
menunjukkan 12,28 dengan arti kurang dari hasil IMT normal yaitu di bawah
216
rentan 18. Pasien mengkinsums air minum 3-4 gelas perhari. Hasil
insisi dengan tiga titik yang berada pada bagian abdomen, luka tertutup dan
muncul dari data-data yang telah dianalisis di atas, yaitu Penulis melakukan
mmHg, R : 19 cx/i, dan N : 89 x/m, suhu 36,7 C. Klien tampak tenang, tidak
meringis, klien tampak rileks. Dari 3 aplikasi jurnal yang dilaksanakan pada
An.K yaitu tekhnik tarik nafas dalam, tarik nafas ritmik, dan tekhnik
menurunkan tingkat nyeri pada pasien. Sehingga dari hasil intervensi yang
operasi dikatakan bahwa An.K merasa takut akan tindakan operasi yang akan
dilakukan padanya. Maka Tindakan keperawatan yang dilakukan berupa caring yang
aktif dan inisiatif untuk membina hubungan saling percaya kepada pasien serta
An.K tampak senang dan mampu tersenyum serta bercanda denga perawat sehingga
dapat menghilanhkan rasa kecemasan pada An.K. Sehingga pada hari ke 2 sebelum
pada hari rawatan terakhir pasien mengatakan nafsu makannya sudah membaik,
sudah tidak mual, keluarga mengatakan pasien sudah dapat menghabiskan lebih dari
didapatkan diet yang diberikan tampak habis > ½ porsi, turgor kulit baik, mukosa
bibir lembab. Sehingga pada hari ke – 4 ini juga masalah ketidakseimbangan nutrisi
Untuk masalah Hambatan mobilitas fisik, pada hari rawatan keempat pasien
mengatakan nyeri dirasa berkurang, sehingga An.K sudah mampu berjalan di sekitar
suhu 36,7 C Sehingga pada hari ini masalah hambatan mobilitas fisik teratasi dan
intervensi dihentikan.
Ibu An.K mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagi pada hari rawatan ke
4. Drain pain refil system sudah dibuka pada hari ke 4 sebelum pulang. Balutan luka
sudah diganti dengan kassa baru, luka tampak tertutup perban dan kering, luka
tentang follow up perawatan paska post operasi di rumah. Dengan demikian masalah
yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan
218
masalah keperawatan yang dialami pasien dapat teratasi sampai pada hari
kurangd ari kebutuhan tubuh, masalah ini tetap harus jadi perhatian bagi
keperawatan yang telah dilakukan pada An.K dengan Apendisitis akut, maka
dialami An.K, Rencana Tindak Lanjut ini bertujuan untuk mengatasi masalah
secara mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien maupun keluarga yang dapat
rencana tindak lanjut yang diberikan berupa Discharge Planning yang telah
telah dirancang pihak rumah sakit untuk setiap pasien pulang serta terkait
penanganan kesehatan lebih lanjut setelah pasien keluar dari rumah sakit.
Salah satu rencana tindak lanjut dari setiap masalah diantaranya yaitu
diharapkan pasien dan keluarga terutama orang tua, dapat menerapkan terapi
distraksi efflurage dan tarik nafas ritmik untuk mengatasi masalah nyeri pada
An.K apabila nyeri luka post tiba-tiba muncul. Selain itu perawatan luka post
tanda infeksi pada An.K. Perhatian ini sangat diharapkan kepada orang tua
219
jadwal follow up kesehatan An.K sehingga An.K dapat pulih dengan baik
mengontrol dan memotivasi anak untuk meningkatkan nutrisi dan diet yang