Anda di halaman 1dari 6

Tekstil dalam Ekonomi Karanganyar

Ekonomi Karanganyar, Karanganyar.news. Sebagai salah satu upaya pemenuhan


kebutuhan pokok nasional, khususnya sandang, peran industri tekstil di Karanganyar tidak dapat
diabaikan. Produk tekstil yang dihasilkan industri pertekstilan Karanganyar telah berkembang
sejak era 1980an, dan makin tumbuh secara signifikan dengan masuknya berbagai investor dalam
maupun luar negeri di bidang ini.
Permintaan akan produk tekstil yang makin meningkat baik lokal, regional maupun
internasional, dengan tuntutan konsumen yang makin beragam, membuat para pengusaha tekstil
Karanganyar melakukan berbagai penyesuaian dan diversifikasi produk agar mampu bersaing
secara kompetitif. Produk tekstil yang sebelumnya hanya dikonsentrasikan pada jenis dan motif
tertentu mulai dikembangkan sesuai permintaan pasar baik jenis, pewarnaan, fungsi dan kualitas
bahan.
Menurut data yang didapat dari Disperindagkop Kabupaten Karanganyar, industri tekstil
mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya perusahaan
industri besar maupun sedang. Pada tahun 1999 di Kabupaten Karanganyar terdapat 52 unit
perusahaan tekstil dengan tenaga kerja sebanyak 22.774 orang. Sedangkan pada tahun 2000 naik
menjadi 57 unit. Kemudian pada tahun 2001 kembali mengalami kenaikan menjadi 63 unit
perusahaan dengan tenaga kerja sebesar 24.337 orang.
Akan tetapi pada tahun 2002 mengalami penurunan jumlah unit usaha, yaitu 61 unit
dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 25.880 orang. Sedangkan pada tahun 2003 terdapat
42 unit diantaranya sektor industri tekstil dan bahan dari tekstil dengan tenaga kerja sebanyak
21.361orang. Pada tahun 2004 perusahaan tekstil yang masih beroperasi hanya sekitar 25 unit
dengan tenaga kerja sebanyak 26.120orang.
Untuk hasil output tekstilnya sendiri, pada tahun 1999 dengan tenaga kerja sebanyak
22.774 orang mampu menghasilkan output sebesar Rp. 892.336.131.000,00 dengan produktifitas
Rp. 39.182.000 / orang. Tahun 2002 mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi Rp.
248.358.650.900,00. Tahun 2003 sebesar Rp. 219.314.625.700,00 dan tahun 2004 empat bulan
pertama sebesar Rp. 258.182.950.700,00.
Keberadaan pabrik tekstil ikut mendongkrak taraf hidup masyarakat. Sebab tersedia
beragam lowongan pekerjaan untuk masyarakat sekitar dan adanya kesempatan untuk
berwirausaha setelah menyerap ilmu selama bekerja. Para karyawan pabrik tekstil bisa beroleh
ilmu tentang desain dan produksi. Nantinya dimungkinkan untuk mandiri dengan membuka
usaha jahit berbekal ilmu yang didapat selama bekerja di pabrik tekstil.

Sumber:
Karanganyar News (2016). Tekstil Ekonomi Karanganyar, https://www.karanganyar.news/2016/
11/05/tekstil-ekonomi-karanganyar/3889/,(diakses pada tanggal 23 April 2017).
Produktivitas Pekerja RI Tertinggi ke-2 ASEAN

Liputan6.com, Jakarta - Produktivitas tenaga kerja Indonesia secara substansial telah


mengalami peningkatan yang baik dalam 15 tahun terakhir. Hal tersebut berdasarkan laporan
terbaru Economic Insight: South East Asia oleh Institute of Chartered Accountants in England
and Wales (ICAEW).
ICAEW Economic Advisor & Oxford Economics Leads Economist, Prinyanka Kishore
mengatakan produktivitas pekerja Indonesia berkembang pesat hingga menempati posisi kedua
terbesar di ASEAN setelah Vietnam. Produktivitas tenaga kerja Indonesia mengalahkan negara
tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Pergeseran sektoral menjadi penyumbang peningkatan sebesar 1,1 persen dan tingkat
produktivitas murni Indonesia meningkat sampai 2,7 persen. "Produktivitas Indonesia tumbuh
mengesankan sebesar 3,8 persen (per tahun) dalam 15 tahun terakhir dan akan berkembang
hingga 3,9 persen dalam lima tahun ke depan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta,
Jumat (10/6/2016).
Prinyanka menjelaskan, tingginya jumlah tabungan rumah tangga menjadi salah satu
faktor yang berkontribusi dalam meningkatnya produktivitas Indonesia. Menurutnya, pergeseran
sektoral tidak dapat terjadi tanpa pasokan keuangan stabil untuk di investasi pada modal fisik
maupun modal manusia.
"Hanya dengan 2 persen tenaga kerja yang bekerja di sektor industri utama dibandingkan
Malaysia dengan 10 persen tenaga kerja, Indonesia mempunyai peluang besar untuk
meningkatkan produktivitas dengan membuka kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk beralih ke
sektor-sektor industri utama tersebut," kata dia.
Namun, pertumbuhan produktivitas Indonesia ini masih tertahan oleh faktor eksternal,
khususnya dengan menurunnya jumlah potensi mitra dagang utama Indonesia dan harga
komoditas yang semakin rendah.
Meski demikian, Regional Director ICAEW Asia Tenggara, Mark Billington mengatakan
pelatihan, pengembangan dan peningkatan keterampilan tenaga harus dilanjutkan. Ha ini penting
bila Indonesia ingin mempertahankan peningkatan tingkat produktivitas murni dan lebih banyak
memperkerjakan tenaga di sektor industri utama.
"Dengan ekonomi yang semakin liberal dan banyaknya sektor industri yang mulai terbuka
dengan kepemilikan asing, Indonesia memerlukan tenaga kerja yang lebih terampil dan kini
sudah mulai bergerak mendekati standar global dalam hal pengetahuan teknis, keterampilan
bisnis dan inovasi," ungkap Mark.
Secara regional, tenaga kerja ASEAN secara keseluruhan mempunyai rekor
perkembangan yang mengesankan, dengan pertumbuhan produktivitas sebesar 3 persen per tahun
antara 2000 dan 2015. Perkembangan ini melebihi laju perkembangan per tahun Amerika Latin 2
persen dan Afrika 1,44 persen.
Pergeseran sektoral (tenaga kerja yang berpindah dari agrikultur ke manufaktur dan
layanan), urbanisasi dan meningkatnya tenaga kerja pada kelompok usia produktif (25-54 tahun),
telah menjadi faktor pendorong utama tumbuhnya produktivitas di seluruh daerah ASEAN,
dengan pengecualian Singapura.
Meski investasi asing (Foreign Direct Investments/FDI) berperan penting dalam
memajukan ekonomi ASEAN, sebagian besar permodalan investasi bisnis datang dari tabungan
domestik dan pinjaman. Khususnya, untuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang banyak
membuka lowongan pekerjaan. Hal ini cukup menjelaskan alasan di balik produktivitas ASEAN
yang terus meningkat pesat dibanding dengan kawasan pendapatan kelas menengah. (Dny/Ndw)

Sumber :
Bisnis Liputan 6 (2016). Kalahkan Malaysia Produktivitas Pekerja RI Tertinggi Ke 2 Asean,
http://bisnis.liputan6.com/read/2527896/kalahkan-malaysia-produktivitas-pekerja-ri-tertinggi-ke-
2-asean, (diakses pada tanggal 23 April 2017).
Penjualan Mobil Terus Meningkat

BEKASI (Suara Karya): Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat memperkirakan


produksi dan penjualan mobil di dalam negeri pada 2012 menembus angka 1 juta unit. Pada
2011, produksi mobil mencapai 838.000 unit dan penjualannya sebanyak 894.000 unit.
"Produksi akan terus meningkat seiring peningkatan perekonomian nasional," kata MS Hidayat
dalam sambutannya pada acara pemancangan tiang pertama pembangunan pabrik ketiga PT
Denso Indonesia di Bekasi, Jumat (30/11).
Menurut dia, perkembangan produksi dan penjualan mobil mengindikasikan daya saing
industri otomotif nasional makin meningkat. Untuk itu, pemerintah mendorong investor
memanfaatkan momentum ekonomi nasional ini untuk berinvestasi atau ekspansi bisnis.
Kunci untuk memenangkan persaingan global di industri otomotif memerlukan upaya
kreatif dan inovatif yang dilakukan secara konsisten serta berkelanjutan. Hal ini bisa dicapai
melalui pengembangan sumber daya manusa yang berkualitas dan penyediaan infrastruktur
pendukungnya.
MS Hidayat mengatakan, pemerintah akan menyediakan fasilitas dan memberi dukungan
serta melakukan berbagai penyempurnaan regulasi agar iklim usaha kian kondusif. Dengan ini,
investor akan mendapatkan kepastian usaha yang lebih baik, terutama dalam menyusun serta
melakukan pengembangan industri secara terukur dan terencana.
"Saya berharap, tiap dua tahun sekali, PT Denso Indonesia melakukan ekspansi dengan
membangun pabrik baru. Denso jangan berhenti mencari terobosan baru serta terus
mengembangkan kreativitas dan melakukan inovasi. Peningkatan kemampuan SDM dan
melibatkan semaksimal mungkin SDM lokal dalam kegiatan produksi akan meningkatkan daya
saing produk di pasar," tuturnya.
Untuk itu, MS Hidayat mengapresiasi Denso Indonesia yang membangun pabrik ketiga
dengan investasi senilai Rp 1,3 triliun atau 110 juta dolar AS. Pabrik baru yang akan beroperasi
pada awal 2014 ini diperkirakan bisa menyerap sedikitnya 1.700 orang tenaga kerja. Ekspansi
Denso Indonesia ternyata juga diikuti oleh industri pendukung dan pemasok.
Menurut dia, pembangunan pabrik baru Denso ini berkontribusi besar bagi perekonomian
Indonesia karena meningkatkan investasi, menyerap banyak tenaga kerja, serta meningkatkan
jumlah industri pendukung dan pemasok lokal dalam kegiatan produksi. Tentunya ini juga
mendukung pertumbuhan industri nasional. Secara nasional, saat ini ada sekitar 1.400 industri
komponen yang tergolong dalam industri komponen tier 1, tier 2, dan tier 3.
MS Hidayat mengatakan, pembangunan pabrik Denso ini juga menandakan proses
transfer teknologi serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) di industri otomotif. Pabrik
dibangun di atas lahan seluas 20 hektare dan akan mulai beroperasi pada Februari 2014.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian
Budi Dharmadi menambahkan, sekitar 200 perusahaan/industri yang merupakan pemasok,
industri pendukung atau sub-kontraktor Denso Indonesia juga melakukan ekspansi investasi.
Nilai keseluruhannya mencapai Rp 1,5 triliun dan akan menyerap 5.000 tenaga kerja baru.
"Ekspansi investasi untuk peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan Denso
Indonesia tentunya diikuti industri pendukungnya. Apalagi Denso memproduksi komponen
utama produk otomotif," tuturnya.
Sementara itu, Senior Executive Director for Thermal System Business Denso
Corporation Jepang, Akio Shikamura mengatakan, Denso akan terus meningkatkan rasio
produksi di Indonesia seiring penambahan kapasitas dengan pembangunan pabrik baru. Dengan
ini, Denso bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan serta meningkatkan
kontribusi pada perekonomian Indonesia dengan meningkatkan investasi dan penyerapan tenaga
kerja.
Pada kesempatan yang sama, President Komisaris PT Astra Otoparts Tbk Johnny
Darmawan mengatakan, Denso Indonesia menjawab tantangan untuk melokalkan komponen-
komponen produk otomotif di Indonesia. Hal ini terkait dengan perkembangan ekonomi
Indonesia yang positif untuk industri otomotif dan komponen.

Sumber :
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5129/Penjualan-Mobil-Terus-Meningkat (diakses pada
tanggal 23 April 2017)

Anda mungkin juga menyukai