Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “MAKALAH
HUKUM BISNIS: KEPAILITAN” ini. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Aida Sari, SE, M.Si. dan bantuan dari pihak lainnya
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca khususnya mengenai pedoman umum kepada Anda yang dapat
diterapkan di sebagian besar transaksi bisnis.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandarlampung, 17 Mei 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................1

DAFTAR ISI ..........................................................................................2

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................4

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan ....................................5

2.2 Prosedur Pengajuan Kepailitan ...................................................5

2.3 Akibat Hukum Pernyataan Pailit .................................................6

2.4 Tentang Kurator ..........................................................................7

2.5 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang .................................7

2.6 Pengadilan Niaga.........................................................................8

2.7 Kasasi dan Peninjauan Kembali ..................................................8

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................10
3.2 Saran ...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kepailitan bukan menjadi hal yang asing lagi dalam dunia bisnis. Banyak
perusahaan yang tak dapat bertahan dalam persaingan bisnis hingga akhirnya
berakhir dan menjadi pailit. Kepailitan tidak hanya menyerang perusahaan kecil,
namun perusahaan yang besar dari swasta hingga BUMN.
Kepailitan ini dapat terjadi karena semakin pesatnya perkembangan
perekonomian dan perdagangan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal
tersebut memunculkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan seperti utang piutang yang timbul dalam masyarakat. Begitu juga
dengan krisis moneter yang terjadi di dalam maupun di luar negeri telah
memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian
nasional sehingga menimbulkan kesulitan besar terhadap dunia usaha dalam
menyelesaikan utang piutang untuk meneruskan kegiatan usahanya.
Yang dapat dinyatakan mengalami kepailitan adalah debitur yang sudah
dinyataka tidak mampu membayar utang-utangnya lagi. Tujuan pernyataan pailit
adalah untuk mendapatkan suatu penyitaan umum atas kekayaan debitur (segala
harta benda disita atau dibekukan) untuk kepentingan semua orang yang
memberi hutang (kreditur).
Proses terjadinya kepailitan serta hukum yang mengaturnya sangatlah perlu
diketahui, karena hal ini dapat menentukan keberlanjutan tindakan yang dapat
dilakukan pada perseroan yang telah dinyatakan pailit. Makalah ini akan
membahas lebih dalam mengenai pengertian, hukum, dan proses yang
bersangkutan dengan kepailitan.

3
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan
dikaji dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari kepailitan?
2. Bagaimana prosedur dalam mengajukan kepailitan?
3. Apakah akibat hukum dari pernyataan pailit?
4. Apakah yang dimaksud dengan kurator?
5. Apakah yang dimaksud dengan penundaan kewajiban pembayaran utang
atau PKPU?
6. Bagaimana proses kasasi dan peninjauan kembali atas putusan pernyataan
pailit?

1.3.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang telah di identifikasi diatas, maka penulisan
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian kepailitan;
2. Prosedur pengajuan kepailitan;
3. Akibat dari pernyataan pailit;
4. Pengertian kurator;
5. Pengertian PKPU;
6. Proses kasasi dan permohonan peninjauan kembali atas putusan pailit.

1.4.Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memperluas wawasan dan
memberikan sumbangan informasi bagi para ilmuan ekonomi, mahasiswa, dan
masyarakaat luas sehingga dapat memperkaya dan mengembangkan
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang hukum bisnis.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan
Kepailitan berarti suatu keadaan debitur berhenti membayar, baik karena
keadaan tidak mampu membayar atau karena keadaan tidak mau membayar.
Debitur sebagai pihak yang dinyatakan pailit akan kehilangan hak penguasaan
atas harta bendanya dan akan diserahkan penguasaannya kepada curator dengan
pengawasan seorang hakim pengadilan yang ditunjuk. Beberapa pihak yang
dapat mengajukan kepailitan adalah sebagai berikut:
a. Atas permohonan debitur sendiri.
b. Atas permintaan seorang atau lebih kreditur.
c. Oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
d. Bank Indonesia dalam hal debitur merupakan bank.
e. Oleh Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitur merupakan
perusahaan efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian.
f. Menteri Keuangan dalam hal debitur Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak
di bidang kepentingan publik.

2.2. Prosedur Pengajuan Kepailitan


Para pihak yang dapat mengajukan kepailitan, diajukan ke pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi daerah kedudukan hukum debitur. Apabila debitur
telah meninggalkan wilayah RI, maka pengadilan yang berwenang adalah
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir
debitur, sedangkan dalam hal debitur tidak bertempat kedudukan dalam wilayah
RI tetapi menjalankan profesi atau usahanya dalam wilayah RI, diajukan ke
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum kantor
debitur menjalankan profesi atau usahanya.

5
Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum ditetapkan,
kreditur atau kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam atau Menteri Keuangan dapat
mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk:
a. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan
debitur; atau
b. Menunjuk curator sementara untuk:
- Mengawasi pengelolaan usaha debitur; dan
- Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengadilan, atau penggunaan
kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan memerlukan
persetujuan kurator.
Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit dapat dilakukan upaya
hokum kasasi ke Mahkamah Agung.

2.3. Akibat Hukum Pernyataan Pailit


Pada prinsipnya kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat
pernyataan pailit itu dilakukan beserta semua kekayaan yang diperoleh selama
kepailitan. Kepailitan menegaskan bahwa semua perikatan debitur pailit yang
dilakukan sesudah pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali
bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan
itu. Oleh karenanya gugatan-gugatan hukum yang bersumber pada hak dan
kewajiban harta kekayaan debitur pailit harus diajukan terhadap atau oleh kurator
Khusus terhadap kreditur yang memegang hak tanggungan, hak gadai atau
hak agunan atau kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah
tidak terjadi kepailitan. Pemegang hak tersebut tentunya wajib memberikan
pertanggungjawaban kepada kurator tentang hasil penjualan barang yang menjadi
agunan dan menyerahkan kepada kurator sisa hasil penjualan setelah dikurangi
jumlah utang, bunga dan biaya. Apabila hasil penjualan dimaksud tidak cukup
untuk melunasi piutang yang bersangkutan, maka pemegang hak tersebut dapat
mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangan tersebut dari harta pailit sebagai
kredit konkuren, setelah mengajukan permintaan pencocokan utang.

6
2.4. Tentang Kurator
Kurator adalah pihak yang diberi tugas untuk melakukan kepengurusan dan
atau pemberesan atas hak pailit. Tugas kurator adalah:
1. Tidak diharuskan memperoleh persetujan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ
debitur, meskipun dalam keadaan diluar kepailitan persetujuan atau
pemberitahuan demikian dipersyaratkan.
2. Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, semata-mata dalam rangka
meningkatkan nilai harta pailit.
Kurator terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Balai Harta Peninggalan (BHP)
2. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia yang
memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan
atau membereskan harta pailit dan telah terdaftar pada Departemen
Kehakiman.
Dalam melaksanakan tugasnya, kurator bertanggung jawab atas kesalahan
atau kelalaiannya yang menyebabkan kerugian terhadap pailit. Untuk itu kurator
wajib menyampaikan laporan mengenai keadaan pailit dan pelaksanaan tugasnya
setiap tiga bulan. Laporan kurator bersifat terbatas untuk umum dan dapat dilihat
oleh setiap orang tanpa dipungut biaya.

2.5. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah debitur yang tidak
dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak dapat melanjutkan membayar utang-
utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan
kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang
kepada debitur konkuren. Dalam kepailitan debitur sudah tidak mampu lagi
untuk membayar utang-utangnya, sedangkan dalam PKPU debitur masih
sanggup dan mampu membayar utang-utangnya secara penuh namun

7
memerlukan waktu tambahan untuk memperbaikinya. Berbeda dengan
kepailitan, jika perusahaan dinyatakan pailit, semua harta akan dilelang dan bagi
kreditur belum tentu mendapatkan pembayaran secara penuh. Penundaan
kewajiban pembayaran utang tidak berlaku terhadap:
a. Tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya.
b. Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang sudah
dibayar dan Hakim Pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang
sudah ada dan belum dibayar sebelum penundaan kewajiban pembayaran
utang yang bukan merupakan tagihan dengan hak untuk diistimewakan.
c. Tagihan yang diistimewakan terhadapa benda tertentu milik Debitur
maupun terhadap seluruh harta Debitur yang tidak tercakup pada huruf b.

2.6. Pengadilan Niaga


Sejak diundangkannya Undang-Undang Kepailitan, maka pengadilan yang
berhak memutus pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang
adalah Pengadilan Niaga yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Hakim
Pengadilan Niaga diangkat berdasarkan surat keputusan Ketua Mahkamah
Agung. Hukum acara yang dipakai Pengadilan Niaga adalah hukum acara
perdata yang umum berlaku pada Pengadilan Umum yang putusannya dapat
diajukan ke Mahkamah Agung.

2.7. Kasasi dan Peninjauan Kembali


Upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan
pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung. Permohonan kasasi
tersebut selain dapat diajukan oleh Debitur dan Kreditur yang merupakan pihak
pada persidangan tingkat pertama, juga dapat diajukan oleh Kreditur lain yang
bukan merupakan pihak atas permohonan pernyataan pailit. Apabila kedua pihak
tetap tidak merasa puas atas putusan kasasi tersebut, dapat diajukan peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung. Pemohon peninjauan kembali tentunya wajib

8
menyampaikan kepada Panitera Pengadilan bukti pendukung yang menjadi dasar
pengajuan permohonan peninjauan kembali dan untuk termohon salinan
permohonan peninjauan kembali berikut salinan bukti pendukung yang
bersangkutan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kepailitan berarti suatu keadaan debitur berhenti membayar, baik karena
keadaan tidak mampu membayar atau karena keadaan tidak mau membayar.
Kepailitan dapat diajukan oleh pihak debitur, pihak kreditur, Bank Indonesia,
Badan Pengawas Pasar Modal, dan Menteri Keuangan. Kepailitan diajukan ke
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah kedudukan hukum debitur.
Pada prinsipnya kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat
pernyataan pailit itu dilakukan beserta semua kekayaan yang diperoleh selama
kepailitan. Kepailitan menegaskan bahwa semua perikatan debitur pailit yang
dilakukan sesudah pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali
bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta
kekayaan itu.

3.2 SARAN
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada makalah Hukum Bisnis
dalam materi Kepailitan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf apabila ada salah
kata yang disengaja maupun tidak disengaja serta menerima saran dan kritik
yang membangun.

10
DAFTAR PUSTAKA
Simatupang, R. Burton. 2007. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: PT. Riineka
Cipta.
Hamzah. 2012. Hukum Bisnis Buku Ajar. Depok: PT. Cemerlang.
Silondae, Arus Akbar. Wiryawan. B. Ilyas. 2011. Pokok-pokok Hukum Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.

11

Anda mungkin juga menyukai