Anda di halaman 1dari 12

Terminologi

1. Berseliweran  Berjalan kian kemari, berjalan mondar mandir (KBBI)


2. Patient safety
- the absence of preventable harm to a patient during the process of health care and
reduction of risk of unnecessary harm associated with health care to an acceptable
minimum. An acceptable minimum refers to the collective notions of given current
knowledge, resources available and the context in which care was delivered weighed
against the risk of non-treatment or other treatment. (Who) ngga tau gw mau
ngartiin nya gimana ..
- secara sederhana didefinisikan sebgai suatu upaya untuk mencegah bahaya yang
terjadi pada pasien.
- adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Hal 20 )
Mencari Masalah :
1. Peranan Puskesmas sebagai Faskes tingkat pertama
2. Bagaimana managemen pelayanan pendaftaran pasien dipuskesmas yang seharusnya ?
3. Bagaimana pelayanan pemeriksaan pasien yang seharusnya, apakah wajar kita sebagai
petugas kesehatan memarahi pasien dan tidak serius(sembrono) dalam menangani
pasien ?
4. Bagaimana jika ada pasien datang pukul 10.55 sedangkan tutupnya jam 11.00, sebagai
petugas kesehatan apa tanggapan kita ?
5. Apakah ada system feedback yang bisa diajukan bapak heru kepihak puskesmas atas apa
yang dialami beliau ?
6. Bagaimana konsekuensi yang akan diterima bagi petugas kesehatan yang seperti diatas
?
7. Kesalahan medis apa yang bisa terjadi dalam hal penanganan pasien?
8. Mengapa bisa terjadi kasus yang pertama ini di dalam dunia pelayanan kesehatan ?
9. Apakah ada aspek hukum yang menjadi landasan konsekuensi untuk kasus yang
pertama ?
10. Mengapa bisa terjadi kasus yang kedua ini di dalam dunia pelayanan kesehatan ?
11. Apakah ada aspek hukum yang menjadi landasan konsekuensi untuk kasus kedua ini ?
12. Bagaimana mutu pelayanan kesehatan yang seharusnya ?
13. Apa apa saja dimensi mutu pelayanan kesehatan ?
14. Mengapa harus diterapkannya patient safety dalam pelayanan kesehatan ?
15. Bagaimana langkah-langkah penerpan patient safety ini sendiri ?
16. Aspek aspek hokum yang berlaku pada patient safety?

Mari jawab menjawab

PERMENKES NO. 75 TAHUN 2014 TENTANG


1.

PUSKESMAS (ngga usah ngegas baru juga


jawban no 1) hahahaha
-Puskesmas merupakan FKTP milik pemerintah yang ada di setiap
kecamatan.
- Puskesmas FKTP istimewa yang menyelenggarakan UKM dan UKP
dan memiliki wilayah kerja.
- Harmonisasi dengan peraturan perundangan yang baru ditetapkan (Kebijakan
Otonomi Daerah, JKN).
- Puskesmas diharapkan:
1. Gate Keeper yang berkualitas di tingkat pelayanan kesehatan primer
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas harus memiliki setidaknya standar pelayanan kesehatan minimal,
alatkesehatan dan obat yang minimal, dan sarana prasarana kesehatan yang minimal, dan tidak
ada perbedaan diantara kota maupun desa dan Lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif (70% sehat berbasis masyarakat dan 30%sakit berbasis perorangan) , untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. seharusnya ada managemen nya tersendiri , yang dilakukan staf nya tidak sesuai
dengan dimensi service excellence
• Ketepatan waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses
• Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau kepetatan pelayanan
• Kualitas pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan pelaku bisnis
• Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan keluhan
pelanggan

Dann sennggaknya kan dalam managemen pelayanan public seperti ini sudah ada
organzing yang jelas agar tidak berseliwetan , mungkin ada kesalahan dibagian
organizingnya atau bagaimana gitu
3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai dg:
- standar profesi,
- standar prosedur operasional,
- standar pelayanan, (peraturan Menteri nomor 43 tahun 2016)
- etika profesi,
- menghormati hak pasien,
- serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien”
4. dilayanii dong
5. system feedback ? gw ngaco mah ini wkwkwkw
tapi seharusnya ada sih
• seenggaknya kan ini nanti menimbulkan impact buruk bagi komponen pelayan
kesehatan, yang akan membuat Pelayanan tidak memenuhi standar kualitas karna
tidak sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat
• dan hal ini tentu bertentangan dengan Prinsip Service excellence (Peran Pelayanan
Prima)dalam manajemen mutu pelayanan, yang mengharuskan pelayanan memenuhi
standar kualitas. Dan sesuai dengan harapan, kepuasan pelanggan/masyarakat (hmm
serasa dejavu)

6. ntahlah bingung juga ana, dikasih SP mungkin sampai SP 3 trus dipecat deh.
7.
a. Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999),
medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be
completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to
achieve an aim (i.e., error of planning).
i. Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai:
1. suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan
tindakan) atau
2. perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu.,
kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu


kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau
kondisi pasien.

b. Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem


pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang
terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan
saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau
justru luput dari perhatian.

8. Dan 10. Menurutku kedua kasus tu termasuk Adverse Event atau Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease”
atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan
atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil
pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi
provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang
lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.

Intinya sih kelalaian

9. Dan 11.
a. Jenis-jenisYuridicalMalpractice
i. Criminal malpractice (ini nih)
ii. Civil malpractice
iii. Administrative malpractice
b. Criminal malpractice (ini nih)
- Perbuatan tersebut (positive act maupunnegative act) merupakan
perbuatan tercela. euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan
(Pasal332 KUHP), membuat surat keterangan palsu(Pasal263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis Pasal 299 KUHP).

- Dilakukan dengan sikap batin yang salah(mensrea) yang berupa


kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan
(negligence).
i. Criminal malpractice yang bersifat ceroboh(recklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
ii. Criminal malpractice yang bersifatnegligence (lalai) misalnya
kuranghati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien,
ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.
Bisa jadi tanggung jawab individual bisa juga institusional menurut Pasal 46 UU 44/2009 ttg
RS
- Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan ataskelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.
12. Bagaimana mutu pelayanan kesehatan yang seharusnya ?
adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
Juga berkonsep pada Zero Defect yang merupakan standar kualitas.
• bertujuan untuk menekan dan meminimalkan jumlah cacat maupun kesalahan yang
terjadi dalam sebuah proses, dan melakukan segala sesuatunya dengan benar dari
sejak awal.
• Tujuan utamanya adalah untuk menekan tingkat kecacatan atau kesalahan sampai
dengan nol.
• Zero defect tidak mengartikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi
13. Apa apa saja dimensi mutu pelayanan kesehatan ?
Dimensi utama dalam prinsip jaminan mutu pelayanan kesehatan yaitu
1. TANGIBLE (BUKTI FISIK / BUKTI LANGSUNG ) Dapat berupa ketersediaan sarana dan
prasarana termasuk alat yang siap pakai serta penampilan karyawan / staf yang
menyenangkan.
2. EMPHATY ( EMPATI ) Dalam hal ini karyawan / staf mampu menempatkan dirinya
pada pelanggan, dapat menjalin komunikasi dan dapat memahami kebutuhan
pelanggan.
3. REABILITY ( REABILITAS ) Adalah kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,
tepat (akurat )dan memuaskan.
4. RESPONSIVENESS (DAYA TANGGAP ) Yaitu keinginan para karyawan / staf membantu
semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanakan pemberian pelayanan dengan
tanggap.
5. ASSURANCE (JAMINAN ) Karyawan / staf memilki kompetensi, kesopanan dan dapat
dipercaya , bebas dari bahaya, serta bebas dari resiko dan keragu-raguan.

14. Tujuan Pasien Safety


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

15. Bagaimana langkah-langkah penerpan patient safety ini sendiri ?


Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names)
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan Infeksi
Nosokomial.

Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards”
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,
USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah

1. Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah Menuju
KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program
mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja
RS & KP.
Kriterianya adalah
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
& memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien.
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan
memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah
1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

16. ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY


1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
b. Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
Pelkes yang diterimanya.”
2) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”

2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit


a. Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan
nyawa manusia.”

3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit


Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang kompresehensif. “

4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Alhamdulillah Lolok Lai

Anda mungkin juga menyukai