2. seharusnya ada managemen nya tersendiri , yang dilakukan staf nya tidak sesuai
dengan dimensi service excellence
• Ketepatan waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses
• Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau kepetatan pelayanan
• Kualitas pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan pelaku bisnis
• Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan keluhan
pelanggan
Dann sennggaknya kan dalam managemen pelayanan public seperti ini sudah ada
organzing yang jelas agar tidak berseliwetan , mungkin ada kesalahan dibagian
organizingnya atau bagaimana gitu
3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai dg:
- standar profesi,
- standar prosedur operasional,
- standar pelayanan, (peraturan Menteri nomor 43 tahun 2016)
- etika profesi,
- menghormati hak pasien,
- serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien”
4. dilayanii dong
5. system feedback ? gw ngaco mah ini wkwkwkw
tapi seharusnya ada sih
• seenggaknya kan ini nanti menimbulkan impact buruk bagi komponen pelayan
kesehatan, yang akan membuat Pelayanan tidak memenuhi standar kualitas karna
tidak sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat
• dan hal ini tentu bertentangan dengan Prinsip Service excellence (Peran Pelayanan
Prima)dalam manajemen mutu pelayanan, yang mengharuskan pelayanan memenuhi
standar kualitas. Dan sesuai dengan harapan, kepuasan pelanggan/masyarakat (hmm
serasa dejavu)
6. ntahlah bingung juga ana, dikasih SP mungkin sampai SP 3 trus dipecat deh.
7.
a. Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999),
medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be
completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to
achieve an aim (i.e., error of planning).
i. Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai:
1. suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan
tindakan) atau
2. perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu.,
kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
8. Dan 10. Menurutku kedua kasus tu termasuk Adverse Event atau Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease”
atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan
atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil
pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi
provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang
lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
9. Dan 11.
a. Jenis-jenisYuridicalMalpractice
i. Criminal malpractice (ini nih)
ii. Civil malpractice
iii. Administrative malpractice
b. Criminal malpractice (ini nih)
- Perbuatan tersebut (positive act maupunnegative act) merupakan
perbuatan tercela. euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan
(Pasal332 KUHP), membuat surat keterangan palsu(Pasal263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis Pasal 299 KUHP).
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards”
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,
USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah
1. Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.