STASE NEUROLOGI
201710401011038
KELOMPOK L28
FAKULTAS KEDOKTERAN
PENATALAKSANAAN
Strategi penatalaksanaan parkinson adalah 1) terapi simtomatik, untuk
mempertahankan independensi pasien, 2) neuroproteksi dan 3) neurorestorasi,
keduanya untuk menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini
ditujukan untuk mempertahankan kualitas hidup penderitanya.
1. Terapi farmakologik
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
b. Agonis Dopamin
c. Antikolinergik
d. Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor)
e. Amantadin
f. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT
g. Neuroproteksi
2. Terapi pembedahan
a. Terapi ablasi lesi di otak
b. Deep Brain Stimulation (DBS)
3. Non Farmakologik
a. Edukasi
b. Terapi rehabilitasi
2. VERTIGO
Definisi
Patofisiologi
VERTIGO PERIFER
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai
ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke
korteks.Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab
vertigo serta lokasi lesi :
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :
2. Ménière’s disease
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal
ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis
terjadi dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.
Vertigo Sentral
1. Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering
dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal
sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria)
untuk basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah.
Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali
membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine.
2. Vertebrobasilar insufficiency
3. Tumor Intrakranial
Terapi
Medikasi
Antihistamin
Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)
dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Obat Simpatomimetik
Terapi fisik
Terapi Spesifik
1. BPPV
3. Meniere disease
3. MULTIPLE SKLEROSIS
Patofisiologi
- Relapsing-Remitting MS (RRMS).
Jenis yang paling umum, dan ditandai dengan simtom yang muncul
mendadak yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, lalu
lambat laun menghilang. Pada MS jenis ini, terjadi beberapa kali
kekambuhan (serangan) yang tidak terduga. Serangan ini berlangsung
dalam waktu yang bervariasi (dalam hitungan hari atau bulan) dan dapat
pulih secara parsial atau total. Jenis ini dapat bersifat tidak aktif selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
- Secondary-Progressive MS (SPMS).
Bagi beberapa orang yang pada awalnya mengalami MS hilang – timbul,
dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan lebih lanjut
yang mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat progresif, dan
seringkali disertai kekambuhan terus menerus.
- Primary-Progressive MS (PPMS).
Ditandai dengan tidak adanya serangan yang parah, tetapi ada serangan-
serangan kecil dengan gejala-gejala yang terus memburuk secara nyata.
Terjadi satu akumulasi perburukan dan ketidakmampuan yang dapat
membawa penderita pada tingkat/titik yang semakin rendah atau terus
berlanjut hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
- Progressive-Relapsing MS (PRMS).
Angka kejadian 5%, Ditandai dengan sejak awal gejala sudah semakin
memburuk, dengan relaps yang akut teteapi tidak ada remisi, dapat
dengan ada perbaikan atau tidak ada perbaikan.
4. MYASTHENIA GRAFIS
Definisi
Epidemiologi
Patofisiologi
Dalam kasus Myasthenia Gravis terjadi penurunan jumlah Acetyl
Choline Receptor(AChR). Kondisi ini mengakibakanAcetyl Choline (ACh)
yang tetap dilepaskan dalam jumlah normal tidak dapat mengantarkan
potensial aksi menuju membran post-synaptic. Kekurangan reseptor dan
kehadiran ACh yang tetap pada jumlah normal akan mengakibatkan
penurunan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu, inilah
yang kemudian menyebabkan rasa sakit pada pasien.Pengurangan jumlah
AChR ini dipercaya disebabkan karena proses auto-immun di dalam tubuh
yang memproduksi anti-AChR bodies, yang dapat memblok AChR dan
merusak membran post-synaptic. Etipatogenesis proses autoimun pada
Miastenia gravis tidak sepenuhnya diketahui, walaupun demikian diduga
kelenjar timus turut berperan pada patogenesis Miastenia gravis. Sekitar 75 %
pasien Miastenia gravis menunjukkan timus yang abnormal, 65% pasien
menunjjukan hiperplasi timus yang menandakan aktifnya respon imun dan
10% berhubungan dengan timoma.
Gejala Klinis
Manifestasi Klinis myasthenia gravis :
1. Kelemahan lokal yang ringan sampai pada kelemahan tubuh
menyeluruh yang fatal. Gejala klinik MG diakibatkan oleh kelemahan otot
dengan sifat karakteristik yaitu bertambah berat sesudah aktivitas, dan
berkurang atau menghilang setelah istirahat; siang hari lebih berat
daripada pagi hari.
2. Ocular Myasthenia Gravis Gejala ini ditandai dengan penurunan
kelopak mata (ptosis) dan penglihatan ganda atau diplopia
3. Generalised Myasthenia Gravis Sebagai tambahan dari occular
myasthenia gravis, pasien myasthenia gravis juga mungkin mengalami
kelemahan dalam mengontrol ekspresi muka, menelan, mengunyah dan
berbicara. Otot-otot anggota badan dan pernafasan kemungkinan juga
mengalami kelemahan. Awal mula gejala yang dialami pasien myasthenia
gravis kemungkinan bertambah secara sedikit demi sedikit namun pasien
myasthenia gravis dapat juga mengalami penurunan kemampuan bernafas
dalam waktu yang cepat. Hal ini disebut dengan "Krisis Myasthenia" dan
bila hal ini terjadi, pasien harus segera pergi ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan secepatnya.
4. Kelemahan pada otot wajah, leher susah ditegakkan, dan bibir. Ciri khas
yang biasa ditemui pada penderita MG adalah senyum yang terlihat seperti
sedang menangis.
5. Sewaktu-waktu dapat pula timbul kelemahan pada otot mulut sehingga
mulut penderita sulit untuk ditutup.
6. Kelemahan pada otot lidah dan faring sehingga kesulitan untuk menelan
dan berbicara (cadel dan biasanya susah untuk mengucapkan beberapa
huruf).
7. Kelemahan pada otot pernafasan yang menyebabkan penderitanya sulit
untuk bernafas (dada terasa berat untuk bernafas, nafas tersengal bahkan
terjadi sesak nafas).
8. Kelemahan pada otot pita suara (suara biasanya terdengar sengau)
9. Kelemahan pada otot motorik atau tangan dan kaki (sering terjatuh
ketika berjalan, tidak kuat berjalan jauh, kesulitan naik turun tangga, tidak
kuat menulis dalam jangka waktu yang cukup lama, sulit mengangkat
tangan, dan lain-lain)
10. Beberapa penderita sering tersedak saat minum atau makan.
Diagnosis
- Mendeteksi antibodi terhadap reseptor acetylcholine.
- Mendeteksi antibodi anti-MuSK yang terdapat pada 30-40% penderita
myasthenia gravis.
- Electromyogram (EMG) dan Nerve Conduction Study (NCS).
- Tes Endodphonium. Menyuntikkan obat ke dalam intra vena, bila
kelemahan berkurang atau hilang, berarti mengkonfirmasi kondisi
adanya suatu antibodi terhadap reseptor acetylcholine.
- CT Scan dan MRI untuk memeriksa kelenjar thymus dan mendeteksi
ada tidaknya suatu thymoma
Tatalaksana
5. HEADACHE
Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer dan sekunder.
Nyeri kepala primer terdiri dari migrain, tension type headache, neuralgia horton
(cluster headache), trigeminal neuralgian, arteritis temporalis, dan Benign
Hypertension Intracranial.
KLASIK UMUM
Terapi profilaksis
BIH adalah sindroma tekanan intrakranial yang meningkat tanpa disertai lesi,
masa atau hidrosefalus. Biasanya mengenai wanita dan obesitas (90%) dan
berusia lebih dari 45 tahun.
Gejala yang timbul berupa nyeri kepala diffuse, diplopia (e.c parase nervus IV
unilateral/bilateral), penurunan visus dan pada pemeriksaan didapatkan : papil
edema tanpa defisit neurologis lain kecuali N. IV
Diagnosis berdasarkan:
a. Gejala klinis
b. LP :
Sel, protein dan glukosa N
Peningkatan tekanan (250-500)
c. CT scan kepala/MRI : verntrikel sempit
Terapi :
6. MENINGITIS
Bagaimana pembagian meningitis berdasarkan etiologi?
• Meningitis merupakan infeksi yang melibatkan selaput mening otak, terdiri
dari :
– Meningitis Purulenta yang disebabkan oleh kuman Bakteri a.l:
Pneumokokus, stapilokokus, H. influenzae, sering pada orang dewasa
sedangkan E. coli (sering menyerang anak-anak)
– Meningitis Serosa yang disebabkan oleh Jamur, Virus, Protozoa, Parasit,
M. Tuberculosa
Panas badan
kaku kuduk