Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

NEURODERMATITIS

Oleh :
Septy Irmitha Yunus
201710401011059

Pembimbing :
dr. Andri Catur Jatmiko, Sp. KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat
serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Neurodermatitis”.
Dalam penyelesaian referat ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada dr. Andri Catur Jatmiko, Sp. KK.
Juga kepada seluruh tenaga medis maupun non-medis RSUD Jombang dan
seluruh teman-teman dokter muda di RSUD Jombang, atas dukungan serta doanya.
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Semoga referat ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jombang, 01 Agustus 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
1.1. Pendahuluan ......................................................................................... 3
1.2. Pendahuluan ......................................................................................... 3
1.3. Epidemiologi ........................................................................................ 4
1.4. Etiologi ................................................................................................. 4
1.5. Patogenesis ........................................................................................... 5
1.6. Manifestasi Klinis ................................................................................ 6
1.7. Pendahuluan ......................................................................................... 8
1.8. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 8
1.9. Diagnosis Banding ............................................................................... 9
1.10. Penatalaksanaan ................................................................................. 9
1.11. Komplikasi ......................................................................................... 13
1.12. Prognosis ............................................................................................ 13
BAB 2 Laporan Kasus ......................................................................................... 14
BAB 3 Pembahasan ............................................................................................. 19
BAB 4 Kesimpulan .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip,
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)
menyerupai kulit batang kayu akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memainkan peran sentral
dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis.
Etiologi dari neurodermatitis belum diketahui, diduga karena ada hubungannya
dengan ketegangan jiwa. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak, tetapi lebih
sering terjadi pada dewasa terutama pada usia 30-50 tahun. Dan lebih sering
terjadi pada wanita daripada laki-laki.
1.2 Definisi
Neurodermatitis adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal,
sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul
sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang
dalam waktu yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area
tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit
batang kayu. Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah akantosis
dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya
pada permukaan kulit.
Neurodermatitis merupakan proses yang sekunder ketika seseorang
mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa
kelainan kulit yang mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis pada
kulit yang berakhir dengan likenifikasi. Penyakit ini biasanya timbul pada
pasien dengan kepribadian yang obsessif, dimana selalu ingin menggaruk
bagian tertentu dari tubuhnya.

3
Nama lain neurodermatitis sirkumskripta ialah liken simpleks kronikus,
istilah yang dipakai pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut
liken Vidal.

1.3 Epidemiologi
Semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa dapat terkena
penyakit ini. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami
keluhan neurodermatitis. Secara umum neurodermatitis dapat terjadi pada laki-
laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada wanita pada umur
pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena
neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh
keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku
bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini
kemungkinan karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda dengan ras
dan suku bangsa lainnya (Sularsito, 2005; Koenig 2012).
1.4 Etiologi
Penyebab neurodermatitis belum diketahui secara pasti. Namun ada
berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor
penyebab dari neurodermatitis sirkumskripta dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Faktor eksterna
Lingkungan: Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat
berimplikasi dala menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu
yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga dpat mencetuska
gatal, hal ini biasanya menyebabkan neurodermatitis sirkumskripta pada
daerah anogenital.
Gigitan Serangga: Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam
tubuh yang mengakibatkan rasa gatal.
B. Faktor Interna
Dermatitis Atopik: Asosiasi antara neurodermatitis dan gangguan atopik
telah banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis
atopic terkena neurodermatitis.

4
Psikologis: Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang
mengakibatkan neurodermatitis. Anxietas sebagai bagian dari proses
patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa
neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti dopamine,
serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal.
1.5 Patogenesis
Kecemasan telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang
mengakibatkan liken simpleks kronikus. Kecemasan sebagai bagian dari proses
patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter
yang mempengaruhi perasaan, seperti dopamine, serotonin, atau peptide opioid,
memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal (Soter NA, 2003).
Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis adalah pruritus. Pruritus sebagai
dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit,
proliferasi dari nervus dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang
peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi
dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan neurodermatitis mempunyai gangguan
metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat
ditemukan pada penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi
kelenjar biliaris, hodgkins lymphoma, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme,
gluten-sensitive enteropathy dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang
disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik,
dermatitis kontak alergi dan gigitan serangga (Soter NA, 2003).
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronis dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang
nyata dari garukan maka disebut liken simpleks kronikus. Adanya garukan yang
terus menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim
proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan
gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf
mengandung immunoreaktif CGRP (calcitonin gene-related peptide) dan SP
(substance P) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo
nodularis, tetapi tidak pada liken simpleks kronikus. SP dan CGRP melepaskan

5
histamine dan sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus. Ekspresi faktor
pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum
meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural (Djuanda Adhi, 2008;
Soter NA, 2003).
Neurodermatitis ditemukan pada kulit di daerah yang mudah diakses untuk
digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi
klinis, tetapi patofosiologi yang mendasar tidak diketahui. Beberapa jenis kulit
lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang cenderung menuju kondisi
eczema (yaitu, dermatitis atopik). Suatu hubungan antara kemungkinan jaringan
saraf pusat dan perifer dan produk sel inflamasi dalam persiapan gatal di liken
simpleks kronikus. Ketegangan emosional pada penderita cenderung mungkin
memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk
menggaruk yang dapat menjadi reflex dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi
primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus mempengaruhi tingkat dan
keparahan dari liken simpleks kronikus atau neurodermatitis (Djuanda, 2008).
1.6 Manifestasi Klinis
Keluhan utama ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal yang
hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk.
Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya
untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada
awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema
menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi;
sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran
klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi
dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk,
samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki (Sularsito, 2005; Siregar, 2013).
Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis.
Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak
begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan

6
seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang
terjadi bisa berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang menebal),
kering, berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak
tegas dan bentuk umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien
berbeda. Tidak ada penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada
neurodermatitis terbentuk (Siregar, 2013). Lesi tergantung dari sering dan
lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan menggaruknya. Dari pemeriksaan
efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa penebalan kulit dengan garis-garis
kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit
eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang
digaruk berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian
eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit normal
semakin tidak jelas (Siregar, 2013).

Gambar 1.1 Neurodermatitis pada regio kruris

Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di
scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki
bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen
nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau

7
dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai
psoriasis (Hogan, 2011).

1.7 Pemeriksaan penunjang


A. Tes Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk
neurodermatitis. Pada pasien dengan pruritus generalisata yang kronik yang
diduga disebabkan oleh gangguan metabolik dan gangguan hematologi, maka
pemeriksaan hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan
hati, tes fungsi tiroid, elechtroporesis serum, tes zat besi serum, tes kemampuan
pengikatan zat besi (iron binding capacity). Kadar immunoglobulin E dapat
meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada
neurodermatitis nonatopik.
B. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis neurodermatitis
adalah menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat membuat
infiltrasi selular yang cukup besar. Juga ditemukan neural hyperplasia.
Didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis
dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan
dari papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak
ditemukan. Papilomatosis kadang-kadang ditemukan. Ekskoriasi, dimana
ditemukan garis ulserasi punctata karena adanya jaringan nekrotik papila dermis
superfisial. Fibrin dan neutrofil bisa ditemukan, walaupun keduanya biasanya
ditemukan pada penyakit dermatosis yang lain. Pada papillary dermis
ditemukan peningkatan jumlah fibroblas. Pada lesi yang sudah sangat kronis,
khususnya pada likenifikasi yang gigantik besar, akantosis dan hiperkeratosis
dapat dilihat secara gross, dan rete ridges tampak ireguler namun tetap
memanjang dan melebar (Wolff Klauss, A Lowell. et.all., 2008).
1.8 Diagnosis
Diagnosis untuk neurodermatitis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis
sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga
timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa

8
gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul
pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan
biasanya gatal timbul intermiten.
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan
terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada
pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan
area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges,
hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.
1.9 Diagnosis Banding
Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah:
A. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh
bahan kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas
spesifik, pada kasus penderita umumnya mengeluh gatal pad daerah
pajanan. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan
lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang
berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau
bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada
fase kronik kulit terlihat kering, skuama, papul, likenifikasi, fisura, berbatas
tidak tegas (Djuanda Adhi, 2006).
B. Plak psoriasis
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan
karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih
keperakan,skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Lokasi terbanyak ditemukan didaerah
ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun dan
residif (Wolff Klauss, A Lowell. et.all., 2008; Siregar, 2004).
C. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang terdapat
pada daerah kaya sebum seperti kulit kepala, wajah dan punggung.

9
Dermatitis ini berhubungan dengan malassezia, abnormalitas imunologis,
dan aktivasi dari komplemen. Berhubungan erat dengan keaktifan glandula
sebasea. Biasa terjadi pada bayi umur bulan pertama dan mencapai puncak
pada umur 18-40 tahun. Kelainan kulit terdiri atas eritema dam skuama yang
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas (Djuanda
Adhi, 2008).
D. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna
kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering
ditemukan pada permukaan fleksor dari ekstremitas, genitalia dan
membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus
ditandai dengan papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang
khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk siku-
siku. Gambaran histopatologi: papul menunjukkan penebalan lapisan
granuloma, degenrasi mencair membrane basal dan sel basal. Dapat pula
ditemukan infiltrate seperti pita yang terdiri dari limfosit dan histiosit pada
lapisan dermis bagian atas (Djuanda Adhi, 2008; Susan Burgin, 2008).
E. Dermatitis Atopik
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit
pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan
berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. Lokasi dermatitis atopik pada
lipat siku dan lipat lutut (fleksor) hilang pada usia 2 tahun, pada
neurodermatitis sirkumskripta pada siku dan punggung kaki (ekstensor) dan
berlanjut sampai tua (Susan Burgin, 2008; Hunter John, 2002).
1.10 Penataaksanaan
Penatalaksanaan dari neurodermatitis secara primer adalah untuk
mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan menghindarkan
pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini

10
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku pasien,
memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau intralesional, atau
produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati pasien dengan
cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin (Wolff Klauss, 2009).
A. Steroid topical (Richards, 2010)
Pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal serta
perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik,
Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid
potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak
direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah).
Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih
tebal.
1. Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: untuk menekan mitosis dan
menambah sintesis protein yang mengurangi peradangan dan
menyebabakan vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.
Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 %
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.
Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % atau 0.05%
Topikal kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi
sel. Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.

B. Obat oral anti anxietas, sedasi dan antidepresi


Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa
pasien. Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan
setiap hari, pada ssat pasien tidur, atau keduanya. Antihistamin seperti
dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan

11
clonazepam dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus. Amitriptilin
merupakan antidepresi trisiklik Amitriptilin bekerja dengan menghambat
pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai 2
gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif terhadap depresi
akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas sedatif
dan antikolinergik yang cukup kuat. Obat ini penggunanaya untuk
memperbaiki kualitas tidur. Pada pemberian oral, Amitriptilin diaborpsi
dengan baik, kurang lebih 90% berkaitan dengan protein plasma dan
tersebar luas dalam jaringan dan susunan saraf pusat. Metabolisme di hati
berlngsung lambat dan waktu paruh 10,3-25,3 jam, kemudian diekskresi
bersama urin (Stewarts, 2010)
C. Agen anti pruritus
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan
histamin secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau
sedatif dan merangsang untuk tidur. Obat topikal menstabilisasi membrane
neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf sehingga memberi
aksi anestesi lokal.
i. Dipenhidramin
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamin.
ii. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada sel
efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori.
iii. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamin
diregion subkortikal sistem saraf pusat.
iv. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.
Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.
D. Agen imunosupresor

12
Tacrolimus, Mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak
diketahui. Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan
pelepasan sitokin dari sel T. juga menghambat transkripsi gen yang
mengkode IL-3, IL-4, IL5, GM-CSF, dan TNF- alfa, yang semuanya terlibat
dalam aktivasi sel T derajat dini. Juga dapat menghambat pelepasan
mediator sel mast dan basofil kulit dan mengurangi regulasi ekspresi FCeRI
pada sel langerhans. Obat dari kelas ini lebih mahal dari kortikosteroid
topikal. Terdapat dalam bentuk ointment dalam konsentrasi 0.03% dan
0.1%. indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil.
1.11 Kompikasi
Penggarukan yang terjadi berulang-ulang dapat menimbulkan suatu
infeksi atau peradangan kulit. Dapat pula meninggalkan jaringan parut dan
perubahan warna kulit yang bertambah gelap (hiperpigmentasi).
1.12 Prognosis
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :
 Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan
pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
 Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional
yang meningkat.
 Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat
membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila
ada gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai.
Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien. Penyebab
utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada
tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas pasien

Nama : Ny. M

13
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : wanita
Alamat : Ds. Kedung betik, Kesamben, jombang
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal Pemeriksaan : 23 Juli 2018
2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama

Gatal pada tangan dan kaki

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh gatal pada punggung tangan kanan dan punggung


kaki kiri sejak 2 minggu yang lalu. Pada kulit yang gatal muncul
kemerahan pada kulit dibagian kedua punggung tangan dan disertai
dengan kulit terasa tebal. Gatal dirasakan semakin bertambah sehingga
pasien seringkali tidak tahan dan akhirnya menggaruk-garuk daerah yang
gatal.
Pasien merasakan gatal bertambah apabila pasien banyak pikiran
dan stres. Sebelumnya pasien sudah pernah mengalami hal serupa 1 tahun
yang lalu dan berobat ke puskesmas, pasien diberikan obat berupa salep
yang dioleskan pada daerah yang gatal, setelah menggunakan salep
tersebut pasien mengaku keluhan membaik namun setelah obat habis
keluhan dapat muncul kembali.
Pasien menyangkal keluhan gatal menjadi semakin bertambah
apabila pasien sedang berkeringat ataupun bertambah berat apabila pasien
menggunakan detergen untuk mencuci.

2.2.3 Riwayat Pengobatan

Keluhan saat ini belum pernah diobati

14
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Sekitar satu tahun yang lalu pasien mengalami hal serupa dan sudah

diobatkan di Puskesmas, diberikan obat salep membaik tetapi muncul lagi.

HT - , DM +

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

2.2.6 Riwayat Sosial

Tidak ada

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Cukup/CM

GCS : 456

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Temperatur aksila : 36,5º C

Status generalis

Kepala : Normal

Mata : Anemia -/-, ikterus -/-

THT : Dalam batas normal

Thorax : Cor: S1 S2 reguler, murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Distensi (-), bising usus normal, hepar dan lien

tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, pitting edema (-/-)

15
2.4 Status Dermatologi

Sifat Efloresensi Gambar


Plak hiperpigmentasi batas tidak
tegas disertai likenifikasi dan
skuama tipis ditengah lesi a/r
dorsum manus dekstra

Plak hiperpigmentasi batas tegas


berbentuk lonjong disertai
likenifikasi a/r dorsum pedis
sinistra

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.6 Resume

16
 Ny M

 Pasien mengeluh gatal pada punggung tangan kanan dan punggung kaki

kiri sejak 2 minggu yang lalu. Pada kulit yang gatal muncul kemerahan

pada kulit dibagian kedua punggung tangan dan disertai dengan kulit

terasa tebal. Gatal dirasakan semakin bertambah sehingga pasien

seringkali tidak tahan dan akhirnya menggaruk-garuk daerah yang

gatal.

2.7 Diagnosis

Neurodermatitis

2.8 Diagnosis Banding

 Dermatitis atopi

 Liken planus

2.9 Penatalaksanaan

- Loratadin 10mg (0-0-1)

- Methylprednisolon 4mg (2x1)

- Mometason furoat cream 0,1% (pagi-malam)

2.10 Prognosis

Prognosis pasien tersebut adaah dubia ad bonam

2.11 Edukasi
 Menganjurkan agar pasien tidak menggaruk lagi, karena penyakit ini akan
bertambah berat jika terus digaruk oleh pasien.
 Menggunakan pakaian yang berbahan cotton sehingga mengurangi iritasi.
 Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.
 Manajemen stress yang baik.

17
BAB III
PEMBAHASAN

Seorang pasien wanita, 60 tahun, mengeluh gatal pada punggung tangan

kanan dan punggung kaki kiri sejak 2 minggu yang lalu. Pada kulit yang gatal

18
muncul kemerahan pada kulit dibagian kedua punggung tangan dan disertai dengan

kulit terasa tebal. Gatal dirasakan semakin bertambah sehingga pasien seringkali

tidak tahan dan akhirnya menggaruk-garuk daerah yang gatal.

Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu semua kelompok umur mulai dari

anak-anak sampai dewasa dapat terkena penyakit ini. Secara umum neurodermatitis

dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada

wanita pada umur pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-

anak, karena neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan

dipengaruhi oleh keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Keluhan utama

ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal yang hilang timbul terutama saat

sore hari. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk,

bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk;

setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa

nyeri).

Pasien juga mengatakan sering menggaruk-garuk tangan dan kakinya

karena gatal, hal tersebut sesuai dengan teori yaitu neurodermatitis merupakan

proses yang sekunder ketika seseorang mengalami sensasi gatal pada daerah kulit

yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang mendasar yang dapat

mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang berakhir dengan likenifikasi.

Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan kepribadian yang obsessif, dimana

selalu ingin menggaruk bagian tertentu dari tubuhnya. Didukung dengan pekerjaan

pasien sebagai IRT yang kebanyakan hanya berdiam diri dirumah sehingga

kemungkinan besar hanya terfokus pada rasa gatal dan ingin menggaruk.

19
Pasien merasakan gatal bertambah apabila pasien banyak pikiran dan stres.

Sebelumnya pasien sudah pernah mengalami hal serupa 1 tahun yang lalu. Pada

teori dijelaskan faktor psikis, dan intensitas pruritus mempengaruhi tingkat dan

keparahan dari liken simpleks kronikus atau neurodermatitis. Faktor psikologis,

emosi dan Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang

mengakibatkan neurodermatitis. Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari

lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter yang

mempengaruhi perasaan, seperti dopamine, serotonin, atau peptide opioid,

memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal.

Dari pemeriksaan dermatologi didapatkan sifat efloresensi plak

hiperpigmentasi batas tidak tegas disertai likenifikasi dan skuama tipis ditengah lesi

a/r dorsum manus dekstra dan plak hiperpigmentasi batas tegas berbentuk lonjong

disertai likenifikasi a/r dorsum pedis sinistra. Pada teori didapatkan lesi biasanya

tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema

dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan

ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.

Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk.

Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp,

tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal,

paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan,

dan punggung kaki.

Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu Loratadin 10mg sehari sekali,

Methylprednisolon 4mg (2x1) dan Mometason furoat cream 0,1% (pagi-malam).

Pada teori disebutkan pengobatan dipilih karena dapat mengurangi peradangan dan

20
gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Pada lesi yang besar

dan aktif, steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut.

BAB IV

KESIMPULAN

21
Neurodermatitis adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal,

sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai

respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu

yang cukup lama.

Keluhan utama ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal yang

hilang timbul terutama saat sore hari. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa

plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema menghilang,

bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya

hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Letak lesi yang biasa

ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis,

vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,

pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.

Penatalaksanaan dari neurodermatitis secara primer adalah untuk

mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan menghindarkan pasien

dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda Adhi. 2008. Neurodermatitis Sirkumskripta. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit


dan Kelamin Edisi kelima. Jakarta: FKUI. h. 147-148.

22
Hogan D J, Mason S H. 2011. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari
www.emedicine.com 24 September 2013.
Holden AC,Berth-jones J. in : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
Editors.Rooks textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification,
and erithroderma.7th.Italy : Blackwell scienc:2004.P. 1741-1743
Hunter John, John Savin, Marck Dahl editors. 2002. Clinical Dermatology: eczema
and dermatitis. 3rd edition Blackwell publishing: p. 70.
Koenig TW, Jones SG, Rencie A,Tausk FA.Noncutaneous manifestations of
skin.In:Freedberg IM,Eisen AZ,Wolff K,Austen KF, Goldsmith LA, KATZ
SC,editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8thed. New
York : Mc Graw Hill 2012.p.158-162
Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2007.
Richards R N. 2010. Update on intralesional steroid: focus on dermatoses. J Cutan
Med Surg Jan-Feb; 14(1).
Siregar. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Dua. Jakarta: EGC. 26.
Soter Na. 2003. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus/Prurigo
Nodularis. Dalam: Freedberg IM, Eizen AZ,Wollf K, Austen KF,
Goldsmith LA, Katz SI, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 7th ed. New York : Mc. Graw Hill: p. 160-162.
Stewart KM. 2010. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on onecommon
cause, lichen simplex chronicus. Dermat ol Clin Oct; 28(4): 669-80.
Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5th.ed. Penerbit FKUI,
Jakarta 2005. p. 129-153.
Susan Burgin, MD. 2008. Numular Eczema and Lichen Simplex Chronic/Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,Freedberg IM, Auten
KF, penyunting: Dermatology in generalmedicine, 7th ed, New York: Mc
Graw Hill: p. 158-162.
Wolff Klauss, A Lowell. et.all. 2008. Lichen Simplex Chronicus and Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatrick’s Dermatologyin General Medicine7th
Edition volumes 1 & 2. New York: Mc Graw Hill Medical: p. 198-200.

23
Wolff Klauss. 2009. Lichen Simplex Chronicus. Dalam: Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition. New York: McGraw Hill
Medical: p. 42-43.

24

Anda mungkin juga menyukai