Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan urine. Gangguan eliminasi urine kemungkinan disebabkan :
(Supratman. 2003)
1. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih danketidaksanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan sendiri. Kemungkinan penyebabnya :
2. Enuresis
Keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan
peyebabnya :
3. Inkontinensis
1. a. Inkontinensis Fungsional/urge
Faktor Penyebab:
1. b. Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada
peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1. c. Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus
yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1. A. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,
sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
1) Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain
2) Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan
lemak dan cairan kurang
6) Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan
tumor.
7) Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses
yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada
kolon sigmoid.
8) Keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat
menimbulkan konstipasi.
1. Flatulens, Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang
dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan
di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan
kembang kol.
3. Hemoroid, Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa
panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB
menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
ELIMINASI
A. Pengkajian
1. Pola berkemih
2. Frekuensi
3. Volume
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa,
maka perlu lapor.
5. Pengkajian fisik
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontinensi dan
enuresis
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine
2. Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria
3. Risiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter
4. Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi
5. Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi
6. Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi
7. Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran
urinary akibat
2. Berhubungan dengan proses penyakit
1. Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi
ostomy.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi
urinary ostomy
Tujuan :
1. Memberikan intake cairan secara tepat, Intake cairan secara tepat, pasien dengan
masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter.
Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan
edema cairannya dibatasi.
2. Memastikan keseimbangan intake dan output cairan, mengukur intake dan output
cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk
mengetahui kesimbangan cairan.
3. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
4. Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
5. Mencegah kerusakan kulit
6. Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih
7. Memberikan kebebasan untuk pasien
8. Mencegah infeksi saluran kemih.
9. Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika
menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
10. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
11. Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi
12. fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan
kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal)
13. Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
4. IMPLEMENTASI
Tindakan hygienis
Retensi urin, membantu dalam mempertahankan pola berkemih secara normal, jika tejadi
pada post operasi —- berikan analgetikà Kateterisasi urin
Inkontinensi
Enuresis
Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu dikaji komprehensif riwayat fisik dan psikologi,
selain itu juga urinalisis (fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis) untuk mengetahui
penyebabnya. Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya
Membatasi cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur / secara
teratur.
Peningkatan kesehatan
Perawatan akut
Perawatan restorasi
Untuk mengevaluasi hasil akhir dan respon klien terhadap asuhan keperawatan, perawat
mengukur keefektifan semua intervensi. Tujuan optimal dari intervensi keperawatan yang
dilakukan ialah kemampuan klien untuk berkemih secara volumter tanpa mengalami
gejalagejala ( misalnya urgensi, disuria, atau sering berkemih). Urin yang keluar harus
berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur yang abnormal, dan memiliki
ph serta berat jenis dalam rentang nilai yang normal. Klien harus mampu mengidentifikasi
factorfaktor yang dapat mempengaruhi perkemihan normal. Perawat juga mengevaluasi
intervensi khusus, yang dirancang untuk meningkatkan fungsi berkemih normal dan
mencegah terjadinya komplikasi akibat perubahan pada system perkemihan.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.proses_pencernaan_makanan.html
2. http://www.siklus_alami_tubuh_dalam_proses_pencernaan_makanan.html
3. Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC