PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa darah yang
termasuk dalam genus Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria atau Anopheles sp. betina
(Harijanto, 2000). Penyakit malaria pada manusia disebabkan oleh lima spesies
parasit yang termasuk dalam genus Plasmodium. Empat dari spesies tersebut seperti
P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. Ovale adalah spesies pada manusia yang
dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui gigitan nyamuk betina dari
genus Anopheles. Satu spesies selanjutnya adalah P. Knowlesi yang bersifat zoonotik
artinya parasit yang dapat ditularkan dari binatang (kera) kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles. Ada sekitar 400 spesies berbeda dari nyamuk Anopheles,
tetapi hanya 30 spesies yang paling sering menjadi vektor malaria (WHO, 2015).
Menurut world malaria report tahun 2015, angka kesakitan malaria di dunia
diestimasi sebesar 214 milliar yang berkurang 37% dari tahun 2000. Wilayah dengan
kasus malaria terbanyak tahun 2015 adalah Afrika (88%), Asia Timur-Selatan atau
SEARO (10%), dan Timur Mediterania (2%), sedangkan angka kematiannya sebesar
438.000 jiwa, 7% disumbangkan oleh SEARO. Lebih dari dua pertiga (70%) dari
kematian malaria terjadi pada kelompok usia kurang dari 5 tahun. Di kawasan
1
SEARO, Indonesia menempati urutan ke dua (16%) diatas Myanmar pada jumlah
ditemukan kasus malaria. Ada sekitar 66,5 juta penduduk Indonesia berada pada
wilayah yang beresiko tertular malaria (WHO, 2015). Berdasarkan API (Annual
sedang dan rendah. Indonesia bagian Timur termasuk dalam stratifikasi malaria
menurun yaitu dari 4,1 per 1000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 0,99 per
1000 penduduk berisiko pada tahun 2014.Namun, profil kesehatan Indonesia 2014
menjelaskan terjadi perubahan jumlah pada tingkat endemisitas pada tahun 2014,
tahun 2005–2014 cenderung menurun yaitu dari 4,1 per 1000 penduduk berisiko pada
tahun 2005 menjadi 0,99 per 1000 penduduk berisiko pada tahun 2014.Namun, profil
2
kesehatan Indonesia 2014 menjelaskan terjadi perubahan jumlah pada tingkat
endemisitas sedang (API 1 - <5‰) meningkat. Hal ini menunjukkan kasus malaria
air payau di tepi laut, rawa, dan tambak ikan yang tidak terurus (Data kasus Provinsi
Lampung 2009).
B. Batasan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Panjang.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
A. Surveilans
1. Pengertian Surveilans
cacar, dan demam kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini diperlukan data
itu. Dalam konteks ini muncul teori bahwa penyakit infeksi disebabkan oleh
penyakit infeksi tergantung pada dosis dari agen yang infeksius, jenis dan
lamanya transmisi, keadaan umum dan gizi dari hospes, gaya hidup dari
hati yang terus menerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran
infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan
penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga sangat penting untuk
Provinsi,Pusat
Komunitas
Umpan balik
dengan tepat.
7
b. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai masalah
orang.
masalah.
8
menurut karakteristik yang sama di populasi atas dasar data statistic
lain-lain.
9
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit
penyakit menular.
kesehatan tertentu.
matra.
anggaran.
g. Indikator kinerja.
6. Mekanisme Kerja
sebagai berikut :
karakteristiknya.
prioritas.
informasi le.bih lanjut dan dapat dikirimkan umpan balik kepada unit
g. Umpan Balik
7. Jenis Penyelenggaraan
pelaksanaanya.
13
1) surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan
kesehatan.
14
dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan
pemeriksaan.
pemeriksaan lainnya.
B. Malaria
1. Pengertian Diare
15
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura
dari empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
yaitu:
beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam
atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax
antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa
atau splenomegali.
tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria
celebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan
gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat
adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan
memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat
pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung
tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini
2. Etiologi
vivax, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Akan tetapi jenis spesies
pada tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk Anopheles betina (Soedarto,
2011).
17
1. Siklus didalam tubuh manusia
kedalam aliran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000
plasmodium ovale siklus ada yang cepat dan ada yang lambat. Sebagian
18
tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, akan tetapi ada
yang menjadi bentuk dorman yang disebut bentuk hipnozoit. Bentuk hipnozoit
dapat tinggal didalam sel hati selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-
tahun yang pada suatu saat bila penderita mengalami penurunan imunitas
kelenjar ludah.
tubuh sampai timbulnya gejala klinis berupa demam. Lama masa inkubasi
sebagai berikut:
19
1. Siklus preeritrositik: periode mulai dari masuknya parasit ke dalam
eritrosit.
kembali skizogoni.
darah.
20
3. Gejala Malaria
Malaria adalah penyakit dengan gejala demam, yang terjadi tujuh hari
sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif. Adapun gejala-gejala
2011).
Menurut Harijanto, dkk (2010) gejala klasik malaria yang umum terdiri
21
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung
2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400 C atau lebih, respirasi
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan
keadaan berkeringat.
basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun
gejala malaria ringan, akan tetapi disertai dengan salah satu gejala dibawah
ini:
Kejang.
Kelemahan umum.
Nafas pendek.
4. Pengobatan Malaria
22
Pengobatan malaria hendaknya dilakukan setelah diagnosis malaria
klinis penderita dan kepakaan obat terhadap parasit yang menginfeksi. Obat
untuk mengobati malaria vivax dan malaria ovale, menggunakan obat anti
5. Pencegahan Malaria
pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa atau tambak ikan (tambak
baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah, terutama pada
malam hari karena nyamuk penular malaria aktif menggigit pada waktu
malam hari.
kelambu saat akan tidur. Setelah itu masyarakat juga bisa memakai anti
23
nyamuk (mosquito repellent) saat hendak tidur terutama malam hari agar bisa
daerah endemis malaria, sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan
dikawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, bahkan ada yang
hidup di air bersih pada pegunungan. Akan tetapi pada daerah yang endemis
6. Pencegahan
24
a. Pemberian ASI Eksklusif
7. Pengobatan
dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur,
air sup. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
yaitu oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
c. Memberi makanan
penderita terutama anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
25
berkurangnya berat badan. Berikan cairan oralit dan makanan sesuai yang
dianjurkan.
1) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.
2) Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.
3) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
sering.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
Jenis Penelitian
observasional deskriptif.
Tempat Penelitian
Bintang Amin.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada Laporan Surveilans Diare ini adalah pasien di Rumah
Jenis Data
Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data yang
berupa :
Data Primer
Data primer diperoleh dari subjek pengambilan kasus yaitu dari hasil
Data Sekunder
27
Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dan diperoleh dari
dokumen Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin. Selain itu data juga didapat dari
Studi Pustaka
Pada kasus ini peneliti menggunakan berbagai literatur seperti buku teks, tugas
akhir, dan sumber bacaan dari internet untuk mencari dasar teori medis yang
Pada kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa angka kejadian
Analisis Data
28
BAB IV
A. Hasil
29
1. Kegiatan Pokok Surveilans
Pengumpulan data
n b r r p t
Angka 7 8 0 1 2 1 4 4 2 4 4 3
Kejadia
n Diare
Total 40 Kasus
Selama periode Januari - Desember tahun 2017, kasus diare terbanyak pada
bulan Februari yaitu 8 kasus dan diikuti bulan Januari yaitu 7 kasus, dengan
insiden terendah adalah bulan Maret dengan 0 kasus. Dilihat dari periode waktu,
Kejadian
Diare
30
Jumlah kasus diare dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan yaitu sejumlah 23:17 kasus. Usia dewasa (18-59 tahun) lebih banyak
mengalami diare (20 kasus), diikuti oleh usia anak (0-17 tahun) berjumlah 14
kasus. Jumlah terkecil pada lanjut usia (>60 tahun) sebanyak 6 kasus.
Kemilling 11
Rajabasa
Pesawaran 11
Langka Pura
8
Natar
1
Tanjung Karang 1
Tanjung Gading
Kedaton 1
Mesuji
1
Way Kanan
1
Total 40
Tempat terbanyak di kecamatan kemiling (11 kasus) dan Rajabasa (11 kasus),
31
B. PEMBAHASAN
variable epidemiologi yaitu variable tempat (place) yang dalam hal ini adalah
kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia (man) khususnya pada
Diketahui bahwa jumlah kasus diare pada tahun 2017 di Rumah Sakit Pertamina
Januari 7 kasus), hal ini dapat diikuti dengan pola curah hujan tertentu sehingga
perempuan (23:17 kasus). Hal ini diakibatkan karena laki-laki memiliki aktivitas
lebih banyak di luar rumah dibandingkan perempuan. Pada variabel usia, usia
dewasa dan anak memiliki kasus tertinggi dibandingkan lansia (20:14:6 kasus)
Hal ini diakibatkan karena usia dewasa lebih banyak melakukan aktivitas diluar
rumah sedangkan usia anak berhubungan dengan hygiene yang buruk serta
yang dalam hal ini adalah kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia
(man) khususnya pada kepadatan penduduk dan perilaku individu tidak dapat
terjadinya diare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban),
tempat pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air bersih
BAB V
33
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pemberantasannya. Dalam kasus ini adalah kasus diare yang ditangani di Rumah
yang dalam hal ini adalah kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia
(man) khususnya pada kepadatan penduduk dan perilaku individu tidak dapat
Rajabasa (11:11 kasus) terjadi kasus diare yang jumlahnya cukup besar. Faktor-
terjadinya diare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban),
tempat pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air bersih
B. SARAN
34
1. Perlunya pemahaman setiap petugas terdepan di unit pelayanan kesehatan
2. Koordinasi dan kerjasama lintas sektoral terkait adalah penting dalam rangka
berkala untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat,
35
DAFTAR PUSTAKA
Diah W. 2010. Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita. Diakses dari
Oktober 2012.
36
http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf.
Rineka Cipta.
Graha Ilmu.
37
38