PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui defenisi hospitalisasi
2. Untuk mengetahui reaksi dalam hospitalisasi
3. Untuk mengetahui dampak dari hospitalisasi
4. Untuk mengetahui cara mengatasi dampak hospitalisasi
5. Untuk mengetahui manfaat hospitalisasi
1
1.4 Manfaat
1. Orang tua dapat mengatasi dampak hospitalisasi bagi anak dan dirinya sendiri
2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak dari hospitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2
perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan
(Parini, 1999).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan , bergantung
pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk
rumah sakit (Stuart, 2007, hal :102).
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan
sampai dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak :
cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000). Bila anak stress maka
orang tua juga menjadi stress danakan membuat stress anak semakin meningkat
(Supartini, 2000).
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
anak mengalami suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan
anak untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit
berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam
perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan
penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan
dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah
sakit.
3
2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan
kebiasaan sehari-hari
3. Keterbatasan mekanisme koping
4
c. Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
d. Pengingkaran/ denial
e. Mulai menerima perpisahan
f. Membina hubungan secara dangkal
g. Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
a. Menolak makan
b. Sering bertanya
c. Menangis perlahan
d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
.
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi
nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
Pembatasan aktifitas menyebabkan kehilangan kontrol
Reaksi yang muncul :
a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas
c. Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :
d. bertanya-tanya
e. menarik diri
f. menolak kehadiran orang lain
2.4 Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi dan perasaan yang muncul
dalam hospitalisasi:
a. Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa
bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997)
b. Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit
anak yang terminal, karena takut kehilangan anak yang dicintainya dan
adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).
5
c. Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua
merasa stress, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya
dengan baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress
(Supartini, 2000).
d. Perasaan cemas dan takut
Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu
informasi tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2000)
Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan
anak pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995).
Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya
perasaan cemas dan takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya
tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah,
ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000)
e. Perasaan sedih
1. Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi
harapan anaknya untuk sembuh
2. Pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa
sedih dan berduka akan dialami orang tua
3. Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau
tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).
f. Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004) , adalah
sebagai berikut :
1. Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan
dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya
dukungan psikologis yang diterima orang tua, baik dari
keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan
merasa putus asa, bahkan frustrasi.
6
2. Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif,
putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang
paksa (Supartini, 2004).
Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:
1. Tingkat keseriusan penyakit anak
2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3. Prosedur pengobatan
4. Kekuatan ego individu
5. Kemampuan koping
6. Kebudayaan dan kepercayaan
7. Komunikasi dalam keluarga
7
Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitalisasi menimbulkan
dampak pada lima aspek yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan
ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri
seseorang dan bersifat pribadi.Sewaktu dirawat di rumah sakit, pasien
kehilangan sebagian privasinya.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pada
gaya hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah
sakit dan rumah tempat tinggal klien serta oleh perubahan kondisi
kesehatan klien.Aktifitas hidup yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda
dengan aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.
c. Otonomi Diri
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi
ketergantungan. Artinya ia akan pasrah terhadap tindakanapapun yang
akan dilakukan oleh petugas kehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini
menunjukan, klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan
otonomi.
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
individu sesuai dengan status sosialnya.Perubahan yang terjadi akibat
hospitalisasi tidak hanya berpengaruh terhadap individu tetapi juga pada
keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
Perubahan peran, jika salah seorang anggota keluarga sakit, maka akan
terjadi perubahan peran dalam keluarga
e. Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi .keuangan yang
sedianya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untuk kepentingan perawatan klien.
f. Kesepian
Suasana di rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga
yang dirawat.
g. Perubahan kebiasaan social
Sewaktu ada anggota keluarga yang dirawat, keterlibatan anggota
keluarga dalam masyarakat menjadi berubah.
h. Ekonomi
8
2.6 Intervensi Bidan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat
adalah tetap memberikan dukungan dan dorongan kepada klien secara efektif agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan klien
agar klien tidak merasa takut terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat.
Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
2. Mencegah perasaan kehilangan control
3. Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa
nyeri
9
3. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
10
2.7 Manfaat Hospitalisasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
11
sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya
hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhikesembuhan
dan perjalanan penyakit klien selama dirawat di rumah sakit.Reaksi hospitalisasi
bersifat individual.
Perawat berperan penting dalam memberika respon yang positif untuk
keluarga dan pasien dalam hospitalisasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
13