Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirosis adalah penyebab utama ke-8 kematian di Amerika Serikat. Laki-laki lebih mungkn
daripada perempuan untuk memiliki sirosis alcoholic (Laennec). Diseluruh dunia, sirosis
posttnekrosis adalah bentuk paling sering; ini juga lebih umum pada wanita. Kematian juga
lebih tinggi dari semua tipe sirosis pada laki-laki dan nonkulit putih (M.Black & Hawks,
2014).
Di Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada. Di RS Sardjito Yogyakarta jumlah
pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam
dalam kurun waktu 1 tahun. Lebih dari 40% pasien sirosis adalah asimptomatis sering tanpa
gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan rutin atau
karena penyakit yang lain (Nurdjanah, 2009).
Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat tersering akibat alkoholik sedangkan di
Indonesia kebanyakan disebabkan akibat hepatitis B atau C. Patogenesis sirosis hepatis
menurut penelitian terakhir memperlihatkan adanya peranan sel stelata dalam mengatur
keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi, di mana jika terpapar
faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus, maka sel stelata akan menjadi sel yang
membentuk kolagen (Nurdjanah, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu
1.2.1 Apa definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, komplikasi penyakit Sirosis Hepar?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Sirosis Hepar?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Pencernaan III pada program studi S-1 Keperawatan di Stikes Muhammadiyah
Lamongan
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1.3.2.1 Menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi penyakit Sirosis Hepar?
1.3.2.2 Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit Sirosis Hepar?

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Sirosis Hepar


Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus dan regenerasi
fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan fibrosis, maka penyakit ini
akan merusak jaringan hati serta pembuluh darah yang normal, mengganggu aliran darah
serta cairan limfe, dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi hati. Sirosis hepatis
ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita
dan khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia di atas 50 tahun dengan
alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien meninggal dalam lima
tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Dan menurut (Price, Wilson, & Carty,
2006), Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsetektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal.
Menurut (Sudoyo, 2009), Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Sedangkan menurut (McPhee &
Ganong, 2010), Sirosis hati adalah penyakit kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas
(jaringan parut) dan pemberntukan nodul. Sorosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu
dan metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit, duktus
empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.
2.2 Klasifikasi Sirosis Hepar
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh intrahepatik dan ekstrahepatik, kolestasis,
hepatitis virus, dan hepatotolsin. Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua factor pencetus
utama untuk sirosis Laennec. Sirosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang
paling seing dijumpai. Ada empat macam sirosis yaitu:
1. Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan ileh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal
sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil dan
nodular
2. Sirosis pascanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin
biasanya berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil denganbanyak nocul dan jaringan
fibrosa
3. Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus koledukus
komunis (duktus sistikus)
4. Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung sisi kanan (gagal jantung
kongestif)(Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).
2.3 Etiologi
Penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosis dan minum
alkhol berlebihan telah ditetapkan dengan baik. Negara-negara dengan insidensi sirosis
tertinggi memiliki konsumsi alcohol per kapita terbesar. Kecenderungan keluarga dengan
predisposisi genetic, juga hipersensitivitas terhadap alcohol, tampak pada sirosis
alkoholik (McPhee & Ganong, 2010).
Menurut (Kowalak, 2011),sirosis hati dapat terjadi karenan berbagai macam penyakit. Tipe
klinis sirosis berikut ini mencerminkan etiooginya yang bergam
1. Penyakit hepatoseluler. Kelompok ini meliputi gangguan berikut :
 Sirosis pasca nekrotik terdapat pada 10% hingga 30% pasien sirosis dan berasal dari
berbagai tipe hepatis (seperti hepatis virus tipe A, B, C, D) atau terjasi karena intoksikasi
 Sirosis Laennec yagn juga dinamakan sirosis portal, sirosis nutrisional, atau sirosis
alcoholic merupakan tipe yang paling sering ditemukan dan terutama disebabkan oleh
hepatitis C serta alkoholisme. Kerusakan hati terjadi karena malnutrisi (khususnya
kekurangan protein dari makanan) dan kebiasaan minum alcohol yang menahun. Jaringan
fibrosis terbentuk di daerah porta dan di sekitar vena sentralis
 Penyakit autoimun, sesperti sarkoidosis atau penyakit usus inflamatorik, yang kronis
dapat menyebabkan sirosis hepatis
2. Penyakit kolestalik. Kelompok ini meliputi penyakit pada percabangan bilier (sirosis
bilier terjadi karena penyakit pada saluran empedu yang menekan aliran empedu) dan
kolangitis sklerosis
3. Penyakit metabolic. Kelompok ini meliputi gangguan seperti penyakit Wilson, alfa, -
antitripsin, dan hemokromatosis (sirosis pigmen)
4. Tipe sirosi lain. Tip sirosis hepatis yang meliputi sindrom Budd-Chiari (nyeri
epigastrium, pembesaran hati, dan asites akibat obstruksi vena hepatika) sirosis jantung dan
sirosis kriptogenik. Sirosis jantung merupakan penyakit yang langka; kerusakan hai
terjadikarena gagal jantung kanan. Kriptogenik berarti sirosis dengan etiologi yang tidak
diketahui.

2.4 Manefestasi Klinis


Berikut ini merupakan tanda dan gejala menurut (Kowalak, 2011):
 Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu
 Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati
 Diare akibat malabsorbsi
 Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati
Berikut ini merupakan tanda dan gejala stadium lanjut :
 Respirasi-efusi pleura, ekspansi toraks yang terbatas karena terdapat asites dalam rongga
perut; gangguan pada efisiensi pertukaran gas sehingga terjadi hipoksia
 System saraf pusat-tanda dan gejala ensafalopati hepatic yang berlangsung progresif dan
meliputi letargi perubahan mental, bicara pelo, asteriksi, neuritis perifer, paranoia, halusinasi,
somnolensia berat dan koma, yang semua terjadi sekunder karena terganggunya proses
perubahan ammonia menjadi ureum dan sebagai akibatnya, senyawa ammonia yang toksik itu
akan terbawa kedalam otak
 Hematologic-kecenderungan berdarah (epistaksis, gejala mudah memar, gusi yang
mudah berdarah), splenomegali, anemia yan gdisebabkan oleh trombositopenia (terjadi
sekunder karena splenomegali serta penrunan absorbs vitamin K), dan hipertensi porta
 Endokrin-atrofi testis, ketidakteraturan haid, ginekomastia dan bulu dada serta ketiak
rontok akibat penurunan metabolism hormone
 Kulit-pigmentasi yang abnormal, spider angioma (spider naevi), eritema palmarum, dan
gejala ikterus yang berhubungan dennga kerusakan fungsi hati; pruritus hebat yang terjadi
sekunder karena ikterus akibat hiperbilirubinemia, kekeringan kulit yang ekstrem dan turgor
jaringan yang buruk, yang semua ini berhubungan dengan malnutrisi
2.5 Patofisiologi
Sirosis hepatis dimulai dengan pembentukan jaringan parut atau fibrosis. Parut atau sikatriks
ini berawal sebgai peningkatan komponen matrik ekstrasel, yaitu kolegen yang membenruk
fibril, proteoglikan, fibronektin, dan asam hialuronat. Lokasi pengendapan kolagen bervariasi
menurut penyebabnya. Fungsi hepatosis akhirnya akan terganggu karena terjadi perubahan
matriks. Sel-sel yangmenyimpan lemak diyakini sebagai sumber pembentukan komponen
matriks yang baru. Pengerutan sel-sel ini juga dpat turut menimbulkan disrupsi arsitektur
lobules hati dan obstruksi aliran darah ataupun getah empedu. Perubahan seluler yang
menghasilkan pita jaringan parut juga menghancurkan struktur lobulus (Kowalak, 2011).
Multifactor penyebab:
- Malnutrisi
- Kolestasis kronik
- Toksik/infeksi
- Metabolic:DM
- Alcohol
- Hepatitis virus B
dan C

Sirosis hepatis

2.6 Pathway
Penurunan produksi
eritrosit
Multifactor penyebab:
- Malnutrisi
- Kolestasis kronik
- Toksik/infeksi
- Metabolic:DM
- Alcohol
- Hepatitis virus B
dan C

Sirosis hepatis

2.6 Pathway
Penurunan produksi
eritrosit
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
 Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan hepar)
 Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)
 PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
2. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tidak dapat menyimpulkan
3. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari aliran
darah hepatic
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan oleh
peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler
sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP (hasil
dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolisme
nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).
2.8 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis. Tindakan medis diarahkan pada faktor-faktor
penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi, obstruksi bilier, toksin, masalah
jantung, dan sebagainya. Tindakan medis yang lain disesuaikan pada tanda-tanda yang
timbul, misalnya:
1. Antihistamin untuk pruritus
2. Kalium untuk hipokalemia
3. Diuretic untuk edema
4. Vitamin, seperti asam folat, tiamin, vitamin K, dan sebagainya (Mary Baradero, Mary
Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
3.1.1.1 Identitas Klien
1. Nama :-
2. No. Register :-
3. Umur : Khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi
usia di atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis(Kowalak, 2011).
4. Jenis Kelamin : Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan insidensi
dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita(Kowalak, 2011).
5. Suku/Bangsa :-
6. Agama :-
7. Status :-
8. Pekerjaan :-
9. Pendidikan :-
10. Alamat :-
11. Tgl. Mrs :-
3.1.1.2 Penanggung Jawab
1. Nama :-
2. Jenis Kelamin :-
3. Pekerjaan :-
4. Hubungan Dengan Klien :-
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Anoreksia (mual dan mutah), diare, Nyeri tumpul abdomen
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
 Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu
 Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati
 Diare akibat malabsorbsi
 Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya menderita penyakit Hepatitis Virus dan Kolangitis
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
3.1.3.1 Penampilan secara umum dan tanda-tanda vital
1. Penampilan Umum
2. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : Hipertensi
 Suhu : Normal
 RR : Dispnea
 Nadi : Bradikardia
3.1.3.2 Kepala dan Leher
1. Kepala
 Kulit dan rambut :
- Kulit kering
- Telapak tangan berwarna merah
- Rambut rontok
 Muka : simetris
 Mata
- Lapang Pandang : Normal
- Palpebra : Tidak ada edema
- Conjungtiva : Anemis
- Sklera : Berwarna Kuning (Ikterus)
- Refleks Cahaya Pupil : Miosis
- Refleks Kornea : Dapat berkedip (Normal)
- Gerakan Mata Okuler : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat kedelapam arah
(normal)
 Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, tidak ada peradangan
mukosa, tidak ada nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan cuping hidung.
 Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak ada stomatitis
 Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen/benda asing
2. Leher
 JVP : distensi vena jugularis
 Kelenjar tiroid : normal
 Kaku kuduk : tidak ada nyeri(normal)
 Kelenjar limfa :tidak ada pembesaran kelenjar limfa
3.1.3.3 Dada
1. Inspeksi
 Bentuk Dada : Simetris
 Pernafasan
Tipe :Takipnea
Irama :Irregular
Frekuensi :>24X/Menit
 Retraksi intercose : ada penggunaan otot bantu
 Ictus cordis : pada ICS 5(normal)
2. Palpasi
 Taktil fremitus : getaran sama (normal)
 Nyeri tekan :tidak ada nyeri tekan
 Massa :tidak ada massa
3. Perkusi
 Paru : sonor
 Jantung : pekak
4. Auskultasi
 Paru
Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)
- Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi (normal)
- Bronkoveskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas sedang
(normal)
- Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah (normal)
 Jantung
Tidak ada bunyi jantung tambahan
3.1.3.4 Payudara dan Ketiak
1. Inspeksi
- Payudara menggantung, bersih, putting susu menonjol (normal)
- Ketiak bersih, tidak ada edema
2. Palpasi
Tidak teraba massa padapeyudara dan ketiak
3.1.1.5 Abdomen
1. Inspeksi
Kulit Bersih, Umbilicus Menonjol
2. Auskultasi
Bisimg Usus
3. Palpasi
 Palpasi ringan
Ada nyeri tekan pada lumbalis kanan
 Palpasi dalam
Pada kuadran kanan atas (RUQ), hati teraba terjadi hepartomegali, asites
 Turgor kulit : kembali 2 detik (dehidrasi ringan)
4. Perkusi : Sifting dullness
3.1.1.6 Ekstremitas
1. Bentuk kuku : normal, bentuk kuku seperti sendok
2. Jumlah jari : ada 5 (normal)
3. Kekuatan otot : nilai 4 (normal)
4. ada edema
3.1.1.7 Genetalia
1. Inspeksi
Penyebaran pubis merata, bersih
2. Palpasi
Tidak ada edema
3.1.1.8 Anus
1. Inspeksi
Warna coklat, bersih, tidak ada hemoroid
2. Palpasi
Tidak ada benjolan di rectum
3.1.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
 Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan hepar)
 Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)
 PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
2. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tidak dapat menyimpulkan
3. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari aliran
darah hepatic
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan oleh
peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler
sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP (hasil
dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolisme
nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekuder terhadap anoreksia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap sirosis
hepatis
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap kelemahan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
8. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan koma
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus
10. Resiko perdarahan berhubungan dengan Factor pembekuan darah & sintesis prosumber
terganggu
11. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hepatis

3.3 Rencana Keperawatan


No Diagnose keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas NOC NIC
berhubungan dengan
 Rerpiratory status : ventilation Airway Management
penurunan ekspansi paru
 Respiratory status : Airway - Posiskan pasien untuk
patency memaksimalkan ventilasi
 Vital sign status - Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
Criteria hasil
- Atur intake untuk cairan
 Mendemonstrasikan batuk
mengoptimalkan
efektif dan suara nafas yang
keseimbangan
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu - Monitor respirasi dan
status o2
 Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, - Pertahankan jalan nafas
irama nafas, frekuensi pernafasan yang paten
dalam rentang normal, tidak ada
- Atur peralatan oksigenasi
suara nafas abnormal)
- Monitor aliran oksigen
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal - Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, shu,
dan RR
- Monitor pola pernafasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari tubuh
 Nutritional status Nutritional Management
berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat sekuder  Nutritional status : food and - Kaji adanya alergi
terhadap anoreksia fluid makanan
 Intake - Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
 Nutritional status : nutrient
kalori dan nutrisi yang
intake
dibutuuhkan pasien
 Weight control
Criteria hasil
 Adanya peningkatan berat - Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan tujuan meningakatkan protein dan
vitamin c
 Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan - Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Mempu mengidentifikasi
kenutuhan nutrisi - Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi Nutritional Monitoring
 Menunjukkan peningkatan - Monitor adanya
fungsi pengecapan dari menelan penurunan berat badan
 Tidak terjadi penurunan berat - Monitoring lingkungan
badan yang berarti selama makan
- Monitoring kulit kering
dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
3. Kelebihan volume cairan NOC NIC
berhubungan dengan
 Elekcttrolit and acid base Fluid management
hipertensi portal sekunder
balance
terhadap sirosis hepatis - Pertahankan catatan
 Fluid balance intake dan output yang akurat
 Hydration - Monitor hasi Hb yang
sesuai dengan retensi cairan
Criteria hasil
(BUN, Hmt, osmolaritas urin)
 Terbebas dari edema, efusi
- Monitor status
anaskara
hemodinamik termasuk CVP,
 Bunyi nafas berish, tidak ada MAP, PAP,dan PCWP
dyspneu/ortopneu
- Kaji lokasi dan luas
 Terbebas dari distensi vena edema
jugularis, refleks hepatojogular
- Monitor status nutrisi
(+)
- Kolaborasi pemberian
 Memelihara tekanan vena
diuretic sesuai intruksi
sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign - Kolaborasi dokter jika
dalam batas normal tanda cairan berlebihan muncul
memburuk
 Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau kebingungan Fluid monitoring
 Menjelaskan indicator - Tentukian riwayat jumlah
kelebihan cairan dan tipe intake cairan dan
eliminasi
- Monitor berar badan
4. Nyeri akut berhubungan NOC NIC
dengan inflamasi akut
 Pain level Pain management
 Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif termasuk
 Confort level
lokasi, karakteristik, durasi,
Criteria hasil frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu - Observasi reaksi non
menggunakan tehnik verbal dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk
- Control lingkungan yang
mengurangi nyeri, mencari
dapat mempengaruhi nyeri
bantuan)
seperti suhu ruangan,
 Melaporkan bahwa nyeri pencahayaan dan kebisingan
berkurang dengan menggunakan
- Kaji tipe nyeri dan
manajemen nyeri
sumber nyeri untuk
 Mampu mengenali nyeri (skala, menentukan intervensi
intensita, frekuensi dan tanda
- Ajarkan teknik
nyeri)
nonfarmakologi
 Menyatakan rasa nyaman
- Berikan analgetik untuk
setelah nyeri berkurang
mengurangi nyeri
Analgesic administration
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosisi dan
frekuensi
- Cek riwayat alergi
5. Kerusakan integritas kulit NOC NIC
berhubungan dengan
 Tissue integrity : skin and Pressure management
imobilitas sekunder
mucous
terhadap kelemahan - anjurkan pasien untuk
 Membranes menggunaan pakaian yang
longgar
 Hemodyalis akses
- Hindari kerutan pada
Criteria hasil
tempat tidur
 Integritas kulit yang baik bisa - Jaga kebersihan kulit afar
dipertahankan (sensasi, elastisitas, tetap bersih dan lembut
temperature, hidrasi, pigmentasi)
- Mobilisasi pasien (ubah
 Tidak ada luka/lesi pada kulit posisi pasien) setiap dua jam
sekali
 Perfusi jaringan baik
- Monitor kulit akan adanya
 Menunjukkan pemahaman
kemerahan
dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera - Oleskan lotion atau
berulang minyak/bay oil pada daerah
yang tertekan
 Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan - Memandikan pasien
kulit dengan sabun dan air hangat
Insision site care
- Monitor proses
kesembuhan area insisi
- Gunakan preparat
antiseptic, sesuai program
6. Gangguan citra tubuh NOC NIC
berhubungan dengan
 Body image Body image enhancement
perubahan peran fungsi
 Self esteem - Kaji secara verbal dan
non verbal respon klien
Criteria hasil
terhadap tubuhnya
 Body image positif
- Monitor frekuensi
 Mampu mengidentifikasi megnkritik dirinya
kekuatan personal
- Jelaskan tentang
 Mendiskripsikan secara factual pengobatan, perawatan,
perubahan fungsi tubuh kemajuan dan prognosis
penyakit
 Mempertahankan interaksi
sosial - Dorong klien
mengungkapkan perasaanya
- Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
7. Intoleransi aktivitas NOC NIC
berhubungan dengan
 Energy conservation Activity terapi
kelelahan
 Activity tolerance - Kolaborasikan denfan
tenaga rehabilitasi medic
 Self care : ADLs
dalam merencakanakan
Criteria hasil program terapi yang tepat

 Berpartisipasi dalam aktivitas - Bentu klien untuk


fisik tanpa disertai peningaktan mengidentifikasi aktivitas yang
tekanan darah, nadi dan RR mempu dilakukan

 Mampu melakukan aktivitas - Bantu untuk memilih


sehari-dari (ADLs) secara mandiri aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
 Tanda-tanda vital normal psikologi dan social
 Energy psikomotor - Bantu untuk
 Level kelemahan mengidentifikasi aktivitas yang
disukai monitor respon fisik,
 Mampu berpindah : dengan emosi, social dan spiritual
atau tanpa bantuan alat
 Status kardipulmunari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
8. Ketidakmampuan koping NOC NIC
keluarga berhubungan
 Family coping, disable Coping Enhanchement
dengan koma
 Parenting, impaired - Bantu keluarga mengenai
masalah
 Therapeutic regimen
management, - Dorong partisipasi
keluarga dalam semua
 Ineffective
pertemuan kelompok
 Violence : other directed, risk
- Membantu osien
for
beradaptasi dengan persepsi
Criteria hasil stressor, perubahan, atau
ancaman yang mungkin
 Hubungan pemberi asuhan mengganggu pemenuhan
pasien : interaksi dan hubungan tuntutan
yang positif antara pemberi dan
penerima asuhan - Mendorong pasien ikut
dalam aktivitas social dan
 Performa pemberi asuhan komunitas
 Perawatan langsung : - Mendorong pasien
penyediaan perawatan kesehatan mencari dorongan dalam
dan perawatan yang tepat kepada spiritual, jika diperlukan
anggota keluarga oleh pemberi
perawatan keluarga
 Perawatan tidak langsung :
pengaturan dan pengawasan
perawatan yang sesuai bagi
anggota keluarga oleh pemberi
perawatan keluarga
 Kesejahteraan pemberi asuhan :
derajat persepsi positif mengenai
status kesehatan dan kondisi
kehidupan pemberi perawatan
primer
9. Resiko ketidakseimbangan NOC NIC
elektrolit berhubungan
 Fluid balance Fluid Management
dengan peningkatan
peristaltic usus  Hydration - Pertahankan catatan
intake dan output yang akurat
 Nutritional status : food and
fluid - Monitor status hidrasi
 Intake - Kolaborasikan pemberian
cairan IV
Criteria hasil
- Kolaborasikan dengan
 Mempertahankan urine, output
dokter jika tanda cairan
sesuai dengan usia dan BB, BJ
berlebihan muncul memburuk
urine normal, HT normal
Hypoventilasi management
 Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal - Monitor status cairan
termsuk intake dan output
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Monitor berat badan
 Elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
10. Resiko perdarahan NOC NIC
berhubungan dengan Factor
 Blood lose severity Bleeding precautions
pembekuan darah & sintesis
prosumber terganggu  Blood koagulation - Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan
Criteria hasil
 Tidak ada hematuria dan - Catat nilai Hb dan HT
hematesis sebelum dan sesudah
perdarahan
 Kehilangan darah yang terlihat
- Monitor TTV
 Tekanan darah dalam batas
normal sistol dan diastole - Pertahankan bed rest
selama perdarahan aktif
 Tidak ada perdarahan
pervagina - Kolaborasi dalam
pemberian produk darah
 Tidak ada distensi abdominal
(platelet atau fresh frozen
 Hemoglobin dab hematokrit plasma)
dalam batas normal
- Anjurkan pasien untuk
 Plasma, PT, PTT dalam batas meningkatkan intake makanan
normal yang mengandung vitamin K
- Instruksikan pasien untuk
membatasi aktivitas
11. Resiko gangguan fungsi hati NOC NIC
berhubungan dengan sirosis
 Liver function, risk for Teaching : disease process
hepatis
impaired
- Beritahukan pengetahuan
 Risk control drug use tentang proses penyakit
 Risk control alcohol use - Kaji pengetahuan pasien
tentang kondisinya
 Risk control:sexually
transmitted - Mendiskusikan pemberian
terapi
 Disease (STD)
- Identifikasi perubahan
Criteria hasil
kondisi fisik pasien
 Penghentian perilaku
- Deskripsikan
penyalahgunaan alcohol dan
kemingkinan komplikasi
narkoba
kronik
 Pengendalian risiko :
- Memberikan informasi
- Penggunaan alcohol kepada keluarga tentang
kemajuan kesehatan pasien
- Penggunaan narkoba
Surveiliance
- Proses menular
- Menumpukkan,
- Penyakit menular seksual mengintrepetasi dan
 Deteksi risiko mensintesis data pasien secara
terarah dan kontinyu untuk
 Zat penarikan keparahan mengambil keputusan klinis
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus dan regenerasi
fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan fibrosis, maka penyakit ini
akan merusak jaringan hati serta pembuluh darah yang normal, mengganggu aliran darah
serta cairan limfe, dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi hati. Sirosis hepatis
ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita
dan khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia di atas 50 tahun dengan
alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien meninggal dalam lima
tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Dan menurut (Price, Wilson, & Carty,
2006), Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsetektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal.
Penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosis dan minum
alkhol berlebihan telah ditetapkan dengan baik. Negara-negara dengan insidensi sirosis
tertinggi memiliki konsumsi alcohol per kapita terbesar. Kecenderungan keluarga dengan
predisposisi genetic, juga hipersensitivitas terhadap alcohol, tampak pada sirosis
alkoholik (McPhee & Ganong, 2010).
4.2 Saran
Makalah ini sangat berguna bagi mahasiswa keperawatan, bacalah dengan seksama dan teliti
sehingga bisa mendapat manfaat yang baik. Semoga makalah dapat menjadi bacaan yang
berguna bagi pembaca

Daftar Pustaka

Bibliography
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Mary Baradero, S. M., Mary Wilfrid Dayrit, S. M., & Yakobus Siswadi, M. (2008). Klien
Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Nurdjanah, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Price, S. A., Wilson, & Carty, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publising.

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Lamaran.
    Surat Lamaran.
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran.
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Woc HF
    Woc HF
    Dokumen1 halaman
    Woc HF
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Woc HF
    Woc HF
    Dokumen1 halaman
    Woc HF
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Revisi Fedri
    Revisi Fedri
    Dokumen16 halaman
    Revisi Fedri
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul
    Lembar Konsul
    Dokumen1 halaman
    Lembar Konsul
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Lembar KK Binaan
    Lembar KK Binaan
    Dokumen2 halaman
    Lembar KK Binaan
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • COVER-2 Kti
    COVER-2 Kti
    Dokumen10 halaman
    COVER-2 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Resume
    Kumpulan Resume
    Dokumen10 halaman
    Kumpulan Resume
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 5
    Bab 4 5
    Dokumen11 halaman
    Bab 4 5
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Kti
    DAFTAR PUSTAKA Kti
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 5 Kti
    BAB 5 Kti
    Dokumen6 halaman
    BAB 5 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • PP CKD
    PP CKD
    Dokumen10 halaman
    PP CKD
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 Kti
    BAB 4 Kti
    Dokumen9 halaman
    BAB 4 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Kti
    BAB 3 Kti
    Dokumen28 halaman
    BAB 3 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningitis Acc
    Askep Meningitis Acc
    Dokumen20 halaman
    Askep Meningitis Acc
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • SAP Personal Hygiene
    SAP Personal Hygiene
    Dokumen4 halaman
    SAP Personal Hygiene
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Kti
    BAB 2 Kti
    Dokumen56 halaman
    BAB 2 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Personal Hygiene
    Leaflet Personal Hygiene
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Personal Hygiene
    Fedri Dwi Setyawan
    0% (1)
  • Konsep Penyakit
    Konsep Penyakit
    Dokumen14 halaman
    Konsep Penyakit
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Bu Wahyu Prinjt Bru
    Bu Wahyu Prinjt Bru
    Dokumen13 halaman
    Bu Wahyu Prinjt Bru
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Bu Wahyu
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar B Indah K
    Kata Pengantar B Indah K
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar B Indah K
    Yudiawan M Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Bu Wahyu
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Yudiawan M Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen2 halaman
    Cover 1
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Menejemen
    BAB 1 Menejemen
    Dokumen6 halaman
    BAB 1 Menejemen
    Riyan Dwi
    Belum ada peringkat