PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Pencernaan III pada program studi S-1 Keperawatan di Stikes Muhammadiyah
Lamongan
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1.3.2.1 Menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi penyakit Sirosis Hepar?
1.3.2.2 Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit Sirosis Hepar?
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Sirosis hepatis
2.6 Pathway
Penurunan produksi
eritrosit
Multifactor penyebab:
- Malnutrisi
- Kolestasis kronik
- Toksik/infeksi
- Metabolic:DM
- Alcohol
- Hepatitis virus B
dan C
Sirosis hepatis
2.6 Pathway
Penurunan produksi
eritrosit
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan hepar)
Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)
PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
2. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tidak dapat menyimpulkan
3. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari aliran
darah hepatic
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan oleh
peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler
sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP (hasil
dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolisme
nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).
2.8 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis. Tindakan medis diarahkan pada faktor-faktor
penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi, obstruksi bilier, toksin, masalah
jantung, dan sebagainya. Tindakan medis yang lain disesuaikan pada tanda-tanda yang
timbul, misalnya:
1. Antihistamin untuk pruritus
2. Kalium untuk hipokalemia
3. Diuretic untuk edema
4. Vitamin, seperti asam folat, tiamin, vitamin K, dan sebagainya (Mary Baradero, Mary
Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
3.1.1.1 Identitas Klien
1. Nama :-
2. No. Register :-
3. Umur : Khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi
usia di atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis(Kowalak, 2011).
4. Jenis Kelamin : Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan insidensi
dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita(Kowalak, 2011).
5. Suku/Bangsa :-
6. Agama :-
7. Status :-
8. Pekerjaan :-
9. Pendidikan :-
10. Alamat :-
11. Tgl. Mrs :-
3.1.1.2 Penanggung Jawab
1. Nama :-
2. Jenis Kelamin :-
3. Pekerjaan :-
4. Hubungan Dengan Klien :-
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Anoreksia (mual dan mutah), diare, Nyeri tumpul abdomen
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu
Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati
Diare akibat malabsorbsi
Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya menderita penyakit Hepatitis Virus dan Kolangitis
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
3.1.3.1 Penampilan secara umum dan tanda-tanda vital
1. Penampilan Umum
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : Hipertensi
Suhu : Normal
RR : Dispnea
Nadi : Bradikardia
3.1.3.2 Kepala dan Leher
1. Kepala
Kulit dan rambut :
- Kulit kering
- Telapak tangan berwarna merah
- Rambut rontok
Muka : simetris
Mata
- Lapang Pandang : Normal
- Palpebra : Tidak ada edema
- Conjungtiva : Anemis
- Sklera : Berwarna Kuning (Ikterus)
- Refleks Cahaya Pupil : Miosis
- Refleks Kornea : Dapat berkedip (Normal)
- Gerakan Mata Okuler : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat kedelapam arah
(normal)
Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, tidak ada peradangan
mukosa, tidak ada nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak ada stomatitis
Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen/benda asing
2. Leher
JVP : distensi vena jugularis
Kelenjar tiroid : normal
Kaku kuduk : tidak ada nyeri(normal)
Kelenjar limfa :tidak ada pembesaran kelenjar limfa
3.1.3.3 Dada
1. Inspeksi
Bentuk Dada : Simetris
Pernafasan
Tipe :Takipnea
Irama :Irregular
Frekuensi :>24X/Menit
Retraksi intercose : ada penggunaan otot bantu
Ictus cordis : pada ICS 5(normal)
2. Palpasi
Taktil fremitus : getaran sama (normal)
Nyeri tekan :tidak ada nyeri tekan
Massa :tidak ada massa
3. Perkusi
Paru : sonor
Jantung : pekak
4. Auskultasi
Paru
Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)
- Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi (normal)
- Bronkoveskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas sedang
(normal)
- Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah (normal)
Jantung
Tidak ada bunyi jantung tambahan
3.1.3.4 Payudara dan Ketiak
1. Inspeksi
- Payudara menggantung, bersih, putting susu menonjol (normal)
- Ketiak bersih, tidak ada edema
2. Palpasi
Tidak teraba massa padapeyudara dan ketiak
3.1.1.5 Abdomen
1. Inspeksi
Kulit Bersih, Umbilicus Menonjol
2. Auskultasi
Bisimg Usus
3. Palpasi
Palpasi ringan
Ada nyeri tekan pada lumbalis kanan
Palpasi dalam
Pada kuadran kanan atas (RUQ), hati teraba terjadi hepartomegali, asites
Turgor kulit : kembali 2 detik (dehidrasi ringan)
4. Perkusi : Sifting dullness
3.1.1.6 Ekstremitas
1. Bentuk kuku : normal, bentuk kuku seperti sendok
2. Jumlah jari : ada 5 (normal)
3. Kekuatan otot : nilai 4 (normal)
4. ada edema
3.1.1.7 Genetalia
1. Inspeksi
Penyebaran pubis merata, bersih
2. Palpasi
Tidak ada edema
3.1.1.8 Anus
1. Inspeksi
Warna coklat, bersih, tidak ada hemoroid
2. Palpasi
Tidak ada benjolan di rectum
3.1.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan hepar)
Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)
PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
2. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tidak dapat menyimpulkan
3. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari aliran
darah hepatic
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan oleh
peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler
sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP (hasil
dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolisme
nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).
4.1 Kesimpulan
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus dan regenerasi
fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan fibrosis, maka penyakit ini
akan merusak jaringan hati serta pembuluh darah yang normal, mengganggu aliran darah
serta cairan limfe, dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi hati. Sirosis hepatis
ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita
dan khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia di atas 50 tahun dengan
alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien meninggal dalam lima
tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Dan menurut (Price, Wilson, & Carty,
2006), Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsetektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal.
Penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosis dan minum
alkhol berlebihan telah ditetapkan dengan baik. Negara-negara dengan insidensi sirosis
tertinggi memiliki konsumsi alcohol per kapita terbesar. Kecenderungan keluarga dengan
predisposisi genetic, juga hipersensitivitas terhadap alcohol, tampak pada sirosis
alkoholik (McPhee & Ganong, 2010).
4.2 Saran
Makalah ini sangat berguna bagi mahasiswa keperawatan, bacalah dengan seksama dan teliti
sehingga bisa mendapat manfaat yang baik. Semoga makalah dapat menjadi bacaan yang
berguna bagi pembaca
Daftar Pustaka
Bibliography
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Mary Baradero, S. M., Mary Wilfrid Dayrit, S. M., & Yakobus Siswadi, M. (2008). Klien
Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Nurdjanah, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Price, S. A., Wilson, & Carty, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publising.