Anda di halaman 1dari 56

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Kanker Payudara

2.1.1 Anatomi

Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang artinya

air dan dara yang artinya perempuan. Dalam bahasa Latin, payudara

disebut glandhula mammae. Salah satu fungsi payudara adalah untuk

menyusui. (Suryaningsih & Sukaca, 2009). Kelenjar mama atau payudara

adalah perlengkapan pada organ reproduksi perempuan yang

mengeluarkan air susu. Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di

daerah pektoral antara sternum dan aksila dan melebar dari kira-kira iga

kedua atau ketiga sampai iga keenam atau iga ketujuh. Berat dan ukuran

payudara berlain-lainan, pada masa pubertas membesar, dan bertambah

besar selama hamil dan sesudah melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia

lanjut. Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya,

yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini

dilingkari daerah yang berwarna cokelat yang disebut areola. Dekat dasar

puting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery, yang

mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-

lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu. Payudara

terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan aleolar, tersusun atas lobus-

lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap

lobulus terdiri atas sekelompok aleolus yang bermuara ke dalam duktus

7
8

laktiferus (saluaran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus

lainnya untuk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam

saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekat puting, membesar

untuk membentuk wadah penampungan air susu, yang disebut sinus

laktiferus, kemudian saluran itu menyempit lagi dan menembus puting dan

bermuara di atas permukaannya. Sejumlah besar lemak ada di dalam

jaringan pada permukaan payudara, dan juga di antara lobulus. Saluran

limfe banyak dijumpai. Saluran limfe mulai sebagai pleksus halus dalam

ruang interlobuler jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran

lebih besar, yang berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler, yaitu

kelenjar mammae bagian dalam dan kelenjar supraklaikuler. Persediaan

darah diambil dari cabang arteria aksilaris, interkostalis, dan mama interna,

dan pelayanan persarafan dari saraf-saraf kutan dada. (Pearce, 2011).

Gambar 2.1 Anatomi payudara

2.1.2 Fisiologi

Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang

fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai pada

minggu keenam belas. Sesudah bayi lahir, dari payudara akan keluar sekret
9

yang berupa cairan bening yang disebut kolostrum yang kaya protein, dan

dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air susu mengalir lebih

lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah hormon dari lobus anterior

kelenjar hipofisis, yaitu prolaktin penting dalam merangsang pembentukan

air susu. (Pearce, 2011)

2.1.3 Definisi

Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah

sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini

dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat

payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2009).

Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit

payudara. (Romauli & indari, 2009).

Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol

lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas

pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan

mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel

seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara, gen yang

bertanggung-jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi.

Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko, 2009).

2.1.4 Etiologi

Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya

serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian

lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus


10

bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan

dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan

genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan

atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau

menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang

dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker

payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone

mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat

mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan

Sudart, 2009).

Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko

yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable)

yaitu :

Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)

1. Umur

Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara.

Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40

tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang

kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita

berusia diatas 40 tahun.

2. Menarche Usia Dini

Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang

mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi

yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen


11

dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses

proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

3. Menoupause usia lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk

mengalami kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor

jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker

payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan

awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.

4. Riwayat keluarga

Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada

wanita yang keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila

BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker

payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun

dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat

familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara

berhubungan dengan gen probabilitas.

5. Riwayat penyakit payudara jinak

Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki

peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara.

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)

1. Riwayat kehamilan

Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko

mengalami kanker payudara.


12

2. Obesitas dan konsumsi lemak tinggi

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker

payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan

sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara.

3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral

Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita

yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami

kanker payudara. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi

oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara.

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama

mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum

menopause.

4. Konsumsi Rokok

Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker

payudara daripada waita yang tidak merokok.

5. Riwayat Keterpaparan Radiasi

Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara.

Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum

usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker payudara.


13

2.1.5 JENIS – JENIS KANKER MAMMAE

Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009);

Santoso (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis

cancer mammae yang sering terjadi :

1. Ductul Carcinoma In Situ (DCIS) DCIS merupakan tipe cancer

mammae noninvasif yang sering terjadi. DCIS terdeteksi pada mamogram

sebagai microcalsifications (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). DCIS

muncul dari ductal epithelium dan masuk ke duktus.

2. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) LCIS merupakan kanker

yang tidak menyebar. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel terlihat jelas

dan berada di dalam kelenjar susu (lobulus).

3. Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC) IDC terjadi di

dalam saluran susu payudara lalu menjebol dinding saluran dan menyerang

jaringan lemak payudara. Bila dipalpasi akan terasa benjolan yang keras.

Biasanya terjadi metastasis ke nodus lympha aksila.

4. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC) ILC mulai

terjadi di dalam lobulus (kelenjar) payudara, tetapi sering mengalami

metastase (penyebaran) ke bagian tubuh yang lain.

Berikut adalah beberapa jenis cancer mammae yang jarang terjadi :

a.Medullary CarcinomaMedullary carcinoma ialah jenis cancer mammae

invasif yang membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor

danjaringannormal.

b.MucinousCarcinoma
14

Mucinous Carcinoma terbentuk oleh sel kanker yang memiliki mukus

(lendir) dan biasanya mucul bersama tipe kanker lainnya. Pertumbuhannya

lambat, namun lama - lama dapat meluas.

c.TubularCarcinoma

Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari cancer mammae

invasif.

d.InflammatoryBreastCancer(IBC)

Inflammatory breast cancer ialah kondisi payudara yang terlihat meradang

(merah dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran tebal yang disebabkan

oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfe kulit pembungkus

payudara.Pertumbuhannyacepat.

e.Paget’sDiseaseofTheNipple

Paget’s disease of the nipple ialah jenis cancer mammae yang berawal dari

saluran susu, lalu menyebar ke areola dan puting payudara. Gejala yang

tampak seperti kulit payudara akan pecah-pecah, memerah, timbul borok,

danmengeluarkancairan.

f.PhylloidesTumor

Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak ataupun

ganas dan berkembang di dalam jaringan konektif payudara yang dapat

ditangani dengan operasi pengangkatan.


15

2.1.6 SATDIUM KANKER MAMMAE

Stadium dalam kanker adalah untuk menggambarkan kondisi kanker,

yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnuya

terhadap organ tubuh lain. Dengan mengetahui stadium kanker ini

merupakan salah satu cara untuk membantu dokter untuk menentukan

pengobatan apa yang sesuai untuk pasien. (Mulyani & Nuryani, 2013).

Sistem TNM menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium

kanker, yaitu:

1. (T, Tumor), tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan

dimana lokasinya.

2. (N, Node), kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah

menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.

3. (M, Metastasis), kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain.

Stadium cancer mammae berdasarkan penilaian TNM sebagai berkut:

T (Tumor Size), ukuran tumor

T0 : Tidak diketemukan tumor primer.

T1 : Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.

T2 : Ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.

T3 : Ukuran tumor diameter > 5cm.

T4 : Ukuran tumor berapa saja tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau

dinding dada atau pada keduanya. Dapat berupa borok, edema atau

bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit tumor

utama.
16

N (Node), kelenjar getah bening regionak (kgb)

N 0 : Tidak terdapat metasis pada kgb regional di ketiak/akslla.

N 1 : Ada metasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.

N 2 : Ada metasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.

N 3 : Ada metasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau

kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.

M (Metasis), penyebaran jauh

M X : Metasis jauh belum dapat dinilai

M 0 : Tidak terdapat metasis jauh

M1: Terdapat metasis jauh s

Setelah masing masing faktor T, N, M diperoleh, kemudian ketiga faktor

tersebut digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

Stadium 0 : T0 N0 M0.

Stadium 1 : T1 N0 M0.

Stadium II A : T0 N2 M0/T4 N1 M0 / T4 N2 M0.

Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0.

Stadium III C : Tiap T N3 M0.

Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1.


17

Stadium Keterangan
0 Cancer mammae non-invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS
(ductal carcinoma in situ) dan LCIS (lobular carcinoma in
situ).
1 Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan
tidak menyerang kelenjar getah bening.
2 Kanker invasif, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang
kelenjar getah bening.
3 Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan
benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit, pecah,
berdarah, dan bernanah.
4 Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ
lain, seperti paru-paru, hati, tulang, atau otak

Dijelaskan lebih rinci tentang stadium cancer mammae, yaitu :

a. Stadium I

Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya,

tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot).

Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah

bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan

tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada

stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada

penderita adalah 70%.

b. Stadium II

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau

beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter

kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan


18

operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak

ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan

sembuh penderita adalah 30-40%.

c. Stadium III A

Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih

bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu

sama lain. Menurut data Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada

stadium ini.

d. Stadium III B

Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema

(lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah

bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan

diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara,

bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

e. Stadium IV

Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar

getah bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker

sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-

paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan

yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan

pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).

Dengan diketahuinya stadium kanker bermanfaat untuk:


19

1. Dapat mengetahui keadaan sejauh mana tingkat pertumbuhan kanker dan

penyebaran kanker ketika pertama kali didiagnosis, apakah merupakan

stadium diri atau stadium lanjut.

2. Untuk menentukan perkiraan prognosis atau tingkat harapan kesembuhan

dan harapan hidup seberapa besar. Selain itu juga dapat memperkirakan

bebas dari kekambuhan penyakit bila setelah diobati.

3. Untuk menentukan jenis pengobatan atau tindakan terbaik berdasarkan

stadiumnya, karena masing-masing stadium berbeda cara penanganannya.

Stadium cancer mammae :

2.1.7 PATOFISIOLOGI

Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya

perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang

menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun belum ada

penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa

diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam

membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus

diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak

mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan

hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk

mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko

merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan

dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini

(Prince,A Sylvia.2009).
20

Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering

terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan

perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma

insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun

untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar

untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira

seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma

mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan

sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince,dkk

2009).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan

ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti

pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan

mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan

memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang

jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi

terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas

diantara sel normal (Prince,A Sylvia, 2009).

Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam

suatu proses rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap

inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan

dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam

denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan

karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran


21

dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama

terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat

menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja, 2009).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang

terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi

dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut

akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali

kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses

pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel

tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif

menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut

kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan

bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin,

2008).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya

yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu

karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel

menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah

zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak

menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarja, 2009).

Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang

belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh

karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan

(gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).


22

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya

gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan

maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal dan menyebar pertama

kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya.

Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh,

terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M, 2010).

Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau

beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN

Harris JE, 2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia

Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita

pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke

organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada

tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan

suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan

pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila

memungkinkan CT Scan,Scintigrafi (Sukarja,2009)


23

2.1.8 PATHWAY
24

2.1.9 MANIFESTASI KLINIK

Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di

rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat

dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit

penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker

payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan

pengobatan (Ramli M, 2013)

Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin

banyak, seperti:

1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan,

makin lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.

2. Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan,

karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.

3. Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi

pembengkakan.

4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil

di bawah ketiak.

5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke

dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.

6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita

yang tidak sedang hamil.

7. Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah

diobati.
25

8. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari

neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan

piting kuli.

2.1.10 KOMPLIKASI

a. Limpedema

limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe

bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris

dan sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus

mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan

meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika

terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah

saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner

& Suddharta,2011).

b. Sidroma hiperkalsemik

Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang

meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung

mempengaruhi tulang.

2.1.11 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2

yaitu non invasive dan invasive.

a. Non Invasive

1. Mammografi

Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X

yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah


26

kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm)

sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk

melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-

14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan

untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar

antara 83%-95%.

2. Ultrasound

Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat

berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan

akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun

untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi

dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.

Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.

3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi

kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini

mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area

supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging

pada proses keganasan.

b. Invasiv

1. Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau

yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang

dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai
27

untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur

ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk

memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini

tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik

untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika

serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk

menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada

specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan

teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata

keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.

2. Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering

dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires

jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan

reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk

memeriksa gambaran histopatologi.

3. Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound.

Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:

a. Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan

mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit

batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-

hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa


28

dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien

biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan

dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.

b. Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya

dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal

ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien

poli.

c. Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi

mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa

dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan

mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan

lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien

dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan

dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa

disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.

d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui

ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan

payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai

dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista

juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.


29

e. Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang

bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk

dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki

hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi

dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil

tersebut.

f. Nipple Biopsy

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau

nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting.

Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal

anatesi dengan tepi minimal.

2.1.12 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis

Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang

penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara.

Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/

operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal.

Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal,

tetapi dalam beberapa kombinasi.

1. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh

payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling

utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II.


30

Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun

paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat

dilakukan dengan 3 cars yaitu:

a) Masektomi radikal (lumpektomi)

operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu

diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi

direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang

dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b) Masektomi total (masetomi)

operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjer

di ketiak.

c) Modified Mastektomi radikal

operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di

tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan

disekitar ketiak.

2. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena

kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang

bertujuan membunuh sel kanker yang masih terisisa di payudara

setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti

tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit

disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung


31

menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya

diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker

dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang

bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai

target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar

ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien

mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena

pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

4. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone

estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan

hormone dapat menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi

hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system

kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormone

estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada

payudara.
32

2.1.13 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ( Doenges, 2012)

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu

proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan

tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data

subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan

pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang

kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang

membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan

muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran secara

terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat

merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima

tahap kegiatan yang meliputi:

a. Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa,

agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan

penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti

penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.

b. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel

proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami


33

kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai

resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini

c. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian

hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti

estrogen suplemen.

d. Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

e. Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan

makanan yang memakai penyedap dan pengawet.

f. Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi

pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia

yang relative lebih tua

g. Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah

melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia

yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui

c. Riwayat kesehatan sekarang

1. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang

dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin

mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

2. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma

menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

3. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan ,

mual, muntah, ansietas.

4. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam

kulit, dan ulserasi.


34

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu,

anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat

dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun.

Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara

langsung.

2. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena

kanker payudara atau ovarium.

3. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker

payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.

4. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara

atau ovarium.

5. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

e. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,

BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.

2. Kepala

a. Rambut

Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia

karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.

b. Wajah

Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.


35

c. Mata

Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis

disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak

ikterik,palpebra tidak edema.

d. Hidung

Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan

cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada

pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.

e. Bibir

Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.

f. Gigi

Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya

pembuluh darah dan caries positif

g. Lidah

Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.

3. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

4. Dada atau Thorak

Inspeksi

Pada stadium 1

Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan

oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.


36

Pada stadium 2

Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga

disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.

Pada stadium 3A

Biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan

oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar

tumor 5-10 cm.

Pada stadium 3B

Bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian

payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.

Pada stadium 4

Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.

Palpasi

Pada stadium 1

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker

belum bermetastase keorgan lain

Pada stadium 2

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker

belum bermetastase keorgan lain

Pada stadium 3A

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker

belum bermetastase keorgan lain


37

Pada stadium 3B

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker

belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan

otot dada .

Pada stadium 4

Biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena

kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru

sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami kerusakan dan tidak

mampu melakukan fungsinya.

Perkusi

Pada stadium 1

Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.

Pada stadium 2

Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena

kanker belum mengalami metastase.

Pada stadium 3A

Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum

metastase.

Pada stadium 3B

Biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru

dimana parenkim paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi

pekak pada paru-paru paien yang disebabkan pada paru-paru pasien

didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika kanker telah

bermetastase pada organ paru.


38

Pada stadium 4

Biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan

pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi

pleura akibat metastase dari kanker mammae yang berlanjut,dan nafas

akan terasa sesak.

Auskultasi

Pada stadium 1

Biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh

lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi

dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan

wheezing (-)

Pada stadium 2

Biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan

paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari

ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler

dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan

wheezing (-)

Pada stadium 3 A

Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan

paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi

dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal,

interscapula: campuran antara element vaskuler dengan bronchial. Suara

nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
39

Pada stadium 3 B

Biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih

panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar

dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini

disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, dan

mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga

mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive

atelektasis.

Pada stadium 4

Biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih

panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan

terdengar. Dan terdapatsuara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini

disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti parupare

sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan

compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah

lobus paru.

5. Jantung (Kardiovaskuler)

a. Inspeksi

Biasanya iktus tidak terlihat

b. Palpasi

Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V


40

c. Perkusi

Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis

dektra,batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis

sinistra)

d. Auskultasi

Biasanya irma jantung murni,murmur (-)

6. Mammae (payudara)

a. Inspeksi

Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan

berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk

b. Palpasi

Pada pemeriksaan palpasi biasanya teraba benjolan payudara yang

mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran

kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah

ketiak.

7. Perut

a. Inspeksi

Biasanya tidak ada pembesaran

b. Palpasi

Biasanya bising usus (-)

c. Perkusi

Biasanya lien dan hepar tidak teraba

d. Auskultasi

Tympani
41

8. Genitourinaria

Biasanya genetalia bersih

9. Ekstremitas

Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi

10. Sistem integument

Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor

kulit klien tidak elastis

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

a. Makan

Sehat : Biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi

Sakit : Biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah

porsi

b. Minum

Sehat : Biasanya minum 6-8 gelas sehari

Sakit : Biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas

sehari

2. Eliminasi

a. Miksi

Sehat : Biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc

Sakit : Biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya

warna kekunangan,pekat dan bau khas

b. Defekasi

Sehat : Biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari


42

Sakit : Pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna

kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

3. Istirahat dan Tidur

Sehat : Biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari

Sakit : Biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang

dirasakan di bagian payudara

4. Kebersihan Diri

Sehat : Biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali

sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah

mandi

Sakit : Biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1

kali sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali

sehari.

g. Data sosial ekonomi

Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber

penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien

sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama sakit dan

masalah keuangan yang dialami saat ini.

h. Data psikologi

Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di

rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh

setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam perubahan terhadap

konsep diri tidak seperti biasanya.


43

i. Data spritual

Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan

agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah,

pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis selama segala

penyakit ada obatnya.

j. Pemeriksaan laboratorium/penunjang

1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit

meningkat, trombosit meningkat.

2. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini

meningkat

3. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita

karsinoma mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan

selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat

apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi

: diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk

membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi

lainnya.

4. Respon Hormone

Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone

estrogen dan progesteron.

5. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus

Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan

radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan

dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot


44

dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di

laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk mengetahui

apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak

(benigna)

6. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel

tumor dan di temukan dalam serum missal CEA, antigen

spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat

membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih

bermanfaat sebagai prognostik

7. Tes kimia skrining

a. Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)

b. Tes ginjal (BUN)

c. Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)

d. Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)

8. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastasis

Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan

pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang

sama dengan masalah yang di dapat pada pasien (Gusneli,2009)

Diagnosa Keperawatan:

Pre Operasi

1 Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan

penyakit(kompressi atau dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi


45

syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi jaringan syaraf

inflamasi dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn

E.Doenges, 2009)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan

produksi energi, peningkatan energi (status hipermetabolik)

kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan dan

perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan :

kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2009)

3. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan

Penurunan imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia

(Marilyn E Dongees,2009).

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping

kemoterapi atau radioterapi misal kehilangan rambut, mual

dan muntah, penurunan berat badan, impotensi, sterilisasi,

kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah

(Marilynn E.Doenges 2009).

5. Resiko Perdarahan dengan adanya luka yang

mengakibatkan perdarahan

6. Cemas berhubungan dengan kurangya pengetahuan tentang

prosedur pembedahan

Post Operasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri (post op) berhubungan dengan

diskontinuitas
46

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi

jaringan

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengangkatan

payudara (mastektomi)

2. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan dan
Diagnosa
No Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri setelah 1. BHSP kepada 1. Pasien kooperatif
berhubungan dilakukan pasien 2. Mengetahui tingkat
dengan proses asuhan 2. Kaji skala nyeri nyeri pasien
penyakit keperawatan 3. Evaluasi atau 3. Mencegah
(kompressi atau selama 1x24 sadari therapy terjadinya nyeri
dekstruksi, jam diharapkan tertentu misalnya: yang berlebih
jaringan syaraf, nyeri berkurang pembedahan, 4. Mengalihkan rasa
infiltrasi syaraf, radiasi, nyeri
adanya penekanan Kriteria hasil: khemoterapi, 5. Mengurangi rasa
tumor, post op) a. a. nyeri bioterapi, ajarkan nyeri
berkurang atau klien dan keluarga
hilang tentang carab.
b. Nyeri tekan menghadapinya
tidak ada dan apa yangc.
c. Ekspresi diharapkan
wajah tenang 4. Ajarkan tehnik
d. Luka sembuh distraksi relaksasi
dengan baik 5. Kolaborasi
dengan tim medisd.
dalam pemberian
terapi analgesik a.
47

d.

2. Ketidak efektifan Tujuan: Mandiri:


pola nafas setelah 1. BHSP dengan 1. Pasien kooperatif
berhubungan dilakukan pasien 2. Untuk membantu
dengan efek dari asuhan 2. Atur posisi klien melancarkan pola
desakan paru oleh keperawatan senyaman nafas
difragma sekunder selama 1x12 mungkin dengan 3. Untuk mengetahui
terhadap ancites jam diharapkan semifowler keadaan pasien
dan efusi pleura pola nafas 3. Kaji tanda-tanda 4. Membantu
kembali efektif vital mengatur pola
Kriteria hasil : 4. Anjurkan klien nafas pasien
7. Bunyi nafas nafas dalam 5. Keluarga pasien
vesikuler dengan menarik paham dan
8. RR nafas melalui mengerti
normal(20- hidung dan 6. Untuk mengatasi
24x/menit) mengeluarkan terjadinya sesak
9. Tidak ada melalui mulut nafas
tanda-tanda secara pelan-pelan
sianosis dan 5. Diskusikan a.
pucat penyebab dari
10. Tidak ada sesak nafas klien
sputum 6. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
terapi oksigen
b
48

3. Gangguan Tujuan: Mandiri:


pemenuhan setelah 1. BHSP dengan 1. Pasien kooperatif
kebutuhan nutrisi dilakukan pasien 2. Mengidentifikasi
berhubungan asuhan 2. Pantau masukan kekuatan atau
dengan intake yang keperawatan makanan setiap defisiensi nutrisi
tidak adekuat,mual selama 2x24 hari. 3. Membantu dalam
dan muntah jam diharapkan 3. Ukur tinggi, berat mengidentifikasi
kebutuhan badan, dan malnutrisi protein,
nutrisi terpenuhi ketebalan trisep kalori, khususnya
Kriteria hasil: (atau pengukuran bila berat badan
1. nafsu makan antropometrik lain dan pengukuran
meningkat sesuai dengan antropometri
2. klien tidak indikasi, timbang kurang dari normal
lemah berat badan setiap 4. Keefektifan
3. Penambahan hari) penilaian diit
berat badan 4. Dorong klien sangat individual
yang makan diet tinggi dalam
progresif,da kalori kaya penghilangan mual
n bebas dari nutrient , dengan pasca terapi
tanda-tanda masukan cairan 5. Dapat menriger
malnutrusi adekuat respon mual atau
4. Hb 5. Control faktor muntah
normal(12- lingkungan 6. Membantu
14 gr/dl) misalnya bau kuat mengidentifikasi
atau tidak sedap derajat
atau ketidakseimbangan
kebisingan.hindari biokimia atau
makanan terlalu malnutrisi dan
manis, berlemak mempengaruhi
atau makanan pilihan intervensi
pedas diet
6. Kolaborasi
49

dengan tim medis


dalam meninjau
ulang
pemeriksaan
laboratorium
sesuai dengan
indikasi misal
limfosi total ,
transferin
serum,dan
albumin
50

4 Intoleransi Tujuan: Mandiri :


aktivitas setelah dilakukan 1. BHSP dengan 1. Pasien kooperasif
berhubungan tindakan asuhan pasien 2. Periode istirahat
dengan keperawatan 2. Rencana sering diperlukan
penurunan selama 3x24 jam keperawatan untuk
produksi diharapkan dapat untuk memperbaiki atau
energy,peningka kembali memungkinkan menghemat
tan energy melakukan periode istirahat energi
(status aktivitas 3. Buat tujuan 3. Memberikan rasa
hipermetabolik) Kriteria : aktivitas realitas control dan
1. Melaporkan dengan pasien mampu
perbaikan rasa 4. Dorong pasien menyelesaikan
berenergi untuk melakukan 4. Meningkatkan
2. Melakukan apa saja bila kekuatan/stamina
aktivitas dan mungkin misalnya dan
berpartisipasi mandi memampukan
dalam duduk,bangun pasien menjadi
beraktivitas dari kursi, dan lebih aktif tanpa
yang di berjalan. tingkat kelelahan yang
inginkan pada aktivitas sesuai berarti.
tingkat dengan 5. Toleransi sangat
kemampuan kemampuan. bervariasi
5. Pantau respon tergantung pada
fisiologi tahap proses
aktivitas,perubaha penyakit.
n pada TD atau 6. Adanya anemia/
frekuensi hipoksemia
jantung/pernafasa menurunkan
n. ketersediaan 02
6. Kolaborasi untuk ambilan
dengan tim medis seluler dan
dalam memperberat
51

memberikan 02 keletihan.
suplemen sesuai
indikasi

5 Gangguan rasa Tujuan Mandiri : 1. Pasien kooperatif


aman : cemas setelah dilakukan 1. BHSP dengan 2. Membantu dalam
berhubungan tindakan asuhan pasien mengidentifikasi
dengan krisis keperawatan 2. Tinjauan ulang rasa takut dan
situasi (kanker), selama 1x 24 jam pengalaman kesalahan konsep
ancaman pada diharapkan pasien / orang berdasarkan pada
52

perubahan status Kecemasan terdekat pengalaman


kesehatan,fungsi berkurang sebelumnya dengan kanker.
peran perubahan Kriteria hasil : dengan kanker. 3. Memberikan
gambaran tubuh 1. klien tampak 3. Mendorong kesempatan untuk
tenang perasaan pasien memeriksa rasa
2. Mau untuk takut realitas serta
berpartisipasi mengungkapkan kesalahan konsep
dalam program pikiran dan tentang diagnosis.
terapi perasaan. 4. Membantu pasien
4. Berikan untuk merasa di
lingkungan terima pada adanya
terbuka dimana kondisi tanpa ada
pasien merasa perasaan dihakimi
aman untuk dan meningkatkan
menduskusikan rasa terhormat dan
atau menolak kontrol.
untuk bicara. 5. Keterampilan
5. Bantu pasien atau koping sering
orang terdekat rusak setelah
dalam mengalami diagnosis dan
dan selama fase
mengklasifikasi pengobatan yang
rasa takut untuk berbeda. dukungan
memulai dan konseling
mengembangkan sering perlu untuk
strategi koping memungkinkan
untuk menghadapi individu mengenal
rasa takut. dan menghadapi
6. Mempertahankan rasa takut dan
kontrak sering untuk meyakini
dengan bahwa strategi
pasien,bicara kontrol atau
53

dengan koping tersedia.


menyentuh pasien 6. Memberikan
dengan tepat. keyakinan bahwa
7. Dorong pasien pasien tidak sendiri
untuk atau di tolak :
mengekspresikan berikan respek dan
perasaannya. penerimaan
8. Diskusikan tanda individu.
dan gejala 7. Proses kehilangan
depresi. bagian tubuh
membutuhkan
penerimaan,
sehingga pasien
dapat membuat
rencana untuk
masa depannya.
8. Reaksi umum
terhadap tipe
prosedur dan
kebutuhan dapat di
kenali dan di ukur.
6 Resiko Setelah dilakukan 1 monitor ketat 1. Mengetahui
Perdarahan tindakan tanda-tanda keadaan klien
keperawatan perdarahan 2. Meminimalkan
selama 8 jam, 2 Catat nilai Hb terjadinya infeksi
perdarahan dapat dan Ht pada luka dan
teratasi 3 Monitor nilai lab mempercepat
4 Monitor ttv proses
5 Pertahankan penyembuhan
bedrest selama luka.
perdarahan aktif 3. Agar aliran darah
6 Kolaborasi atau sirkulasi
54

dalam pemberian darah dapat


produk darah mengalir dengan
lancar
4. Penyilangan kaki
dapat menghambat
sirkulasi darah
5. agar otot dapat
terlatih dan
sirkulasi darah
dapat mengalir
dengan lancar
6. Mempercepat
proses
penyembuhan
penyakit

7. Kerusakan Setelah di lakukan 1. Beri penguatan 1.Lindungi luka dari


integritas asuhan pada balutan perlukaan mekanis
jaringan Keperawatan awal/pengantian
dan kontaminasi.
berhubungan selama 2x24jam di sesuai
Mencegah akumulasi
dengan harapkan indikasi.Gunakan
cairan yang dapat
insisi jaringan pasien dapat tekhnik aseptic yang
menyebabkan
Kriteria hasil : ketat.
ekskoriasi.
- 2.Secara hati
Mencapai hati lepaskan 2.Mengurangi resiko
penyembuhan perekat. trauma kulit dan
luka 3.Gunakan sealant
gangguan pada luka.
- atau barier kulit
Mendemonstrasika sebelum perekat jika 3.Menurunkan resiko
n tingkah di terjadinya trauma
laku/tekhnik untuk perlukan.Gunakan
kulit atau abrasi dan
meningkatkan perekat yang
memberikan
55

kesembuhan halus/silk perlindungan


dan untuk (hipoalergik atau tambahan untuk kulit
mencegah perekat
atau jaringan yang
komplikasi. Montgoumery/elasti
halus.
s untuk membalut
luka yang 4.Dapat menggangu
membutuhkan atau membendung
pergantian
sirkulasi pada luka
balutan yang sering
sekaligus bagian
4.Periksa tegangan
distal dari
balutan. Beri perekat
ekstremitas.
pada pusat insisi ke
tepi luar dari balutan 5.Pengenalan akan
luka. Hindari adanya kegagalan
menutup pada
proses penyembuhan
seluruh
ekstremitas. luka/berkembangnya
5.Periksa luka komplikasi secara
secara teratur catat dini dapat mencegah
karakteristik dan terjadinya
integritas kulit
kondisi yang lebih
serius.

8. Gangguan citra Tujuan : 1. secara 1.Dapat


Kaji
tubuh Setelah dilakukan verbal dan non- menyatakan
berhubungan asuhan verbal respon klien bagaimana pandangan
dengan keperawatan terhadap tubuhnya. diri pasien pada
pengangkatan selama 1x24 jam 2. Jelaskan perubahan
payudara diharapkan pasien tentang pengobatan, 2.Dapat menyatakan
(mastektomi) dapat meneima perawatan,kemajuan masalh penyakit
keadaanya/harga dan prognosis sehingga membantu
diri yang kuat penyakit. dalam mengambil
56

Kriteria hasil : 3. Dorong klien keputusan.


1. Menyatakan mengungkapkna 3.Kehilangan bagian
masalah dan perasaannya. tubuh, menerima
menunjukkan yang 4. Fasilitasi kontak kehilanga hasrat
sehat dengan individu lain seksual sehingga
untuk dalam kelompok pasien membuat
menghadapinya. kecil. rencana untuk masa
2. Menyatakan depan.
penerimaan 4.Memberikan tempat
diri pada situasi untuk pertukaran
dan masalah dan perasaan
adaptasi terhadap dengan orang lain
perubahan yang mengalami
pada citra pengalaman yang
tubuh/tubuh. sama dan
mengidentifikasi cara
orang terdekat dapat
memudahkan
penyembuhan pasien.

2.1.14 Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk tujuan yang spesifik. Pelaksanaan implementasi

merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan

klien (Nursalam, 2013).

Ada beberapa tahap dalam tindakan keperawatan yaitu:

a. Tahap persiapan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu

yang diperlukan dalam tindakan


57

b. Tahap intervensi adalah kegiatan pelaksanaan dari rencana yang

meliputi kegiatan independent, dependent dan interdependent

c. Tahap implementasi adalah pencatatan yang lengkap dan akurat

terhadap suatu kegiatan dalam proses keperawatan (Nursalam,

2013)

2.1.15 Evaluasi

Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang

sistematis pada sistem kesehatan klien, tipe pernyataan evaluasi ada

dua yaitu formatif dan sumatif. Pernyataan formatif merefleksi

observasi perawat dan analisa terhadap klien, terhadap respon

langsung dari intervensi keperawatan. Penyataan sumatif adalah

merefleksi rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisa

mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan ini

menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang

dijelaskan dalam hasil yang diharapkan (Nursalam, 2013).

2.2 Fase Penyembuhan Luka

Fase penyembuhan luka dapat terbagi menjadi fase inflamasi,

proliferasi, dan maturasi dimana jangka waktu terjadinya proses

tersebut dapat dilihat pada gambar 1.


58

Gambar 2.1. Fase penyembuhan luka

1. Fase hemostasis dan inflamasi.

a. Terjadi dari awal luka hingga hari ke 5

b. Pada fase awal (gambar 2. A), terdapat paparan matriks ekstrasel

terhadap platelet yang menyebabkan agregasi, degranulasi, dan

aktivasi faktor-faktor koagulasi

c. Terjadi pengeluaran substansi inflamasi oleh platelet.

d. Pada fase lanjut (gambar 2. B), mulai terjadi migrasi sel-sel

leukosit seperti PMN dan neutrofil serta monosit ke dalam luka

e. migrasi sel-sel ini memicu pelepasan sitokin-sitokin spseri IL-1,

TNF dan TGF yang mrmicu dimulainya fase proliferasi


59

Gambar 2.2 Fase Inflmasi Awal (A) dan Lanjut (B).

2. Fase Proliferasi.

a. Terjadi dari hari ke 4 – 12

b. Pada fase ini, integritas jaringan dibentuk kembali

c. Terjadi infiltrasi dari fibroblas dan sel endotelial dan prilferasi dari

sel tersebut akibat sitokin dan faktor perumbuhan yang dilepaskan

oleh makrofag.

d. Proliferasi dari sel endotelial juga membantu proses angiogenesis.

e. Dalam fase ini, terjadi sintesis dari beberapa matriks penting

misalnya kolagen (terutama tipe 1 dan 3) dan proteoglikan (gambar

2).
60

Gambar 2.3 Fase Proliferasi

3. Fase maturasi

a. Terjadi mulai dari hari ke 8 hingga bulanan

b. Pada fase ini, dimulai penyusunan kembali komponen kolagen

dengan cara degradasi kolagen oleh matriks metaloproteinase

sehingga terjadi keseimbangan antara sintesis dan lisis dari

kolagen.

c. Terjadi pula pergeseran komposisi matriks sehingga menjadi

dominan fibril yang menyebabkan kekuatan dari jaringan

bertambah, dan kemudian akan menjadi luka yang matur (avaskular

dan aselular).

4. Epitelialisasi

a. Proses ini berlangsung bersamaan dengan proses penyembuhan

jaringan untuk membentuk lapisan perlindungan luar. Proses ini

dimulai sejak 1 hari terjadinya luka.

b. Pada proses ini, terjadi migrasi dan proliferasi dari sel epitel ke

luka tersebut, yang terlihat sebagai penebalan epidermis pada tepi

luka
61

c. Proses ini dimulai dari migrasi sel basal sehingga luka yang terbuka

akan terjembatani, kemudian diikuti dengan migrasi dan proliferasi

dari sel epitel dan kemudian akan terjadi keratinisasi dari lapisan

paling atas (gambar 3).


62

Gambar 2.4 Fase epitielialisasi

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Lamaran.
    Surat Lamaran.
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran.
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Woc HF
    Woc HF
    Dokumen1 halaman
    Woc HF
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Woc HF
    Woc HF
    Dokumen1 halaman
    Woc HF
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Revisi Fedri
    Revisi Fedri
    Dokumen16 halaman
    Revisi Fedri
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul
    Lembar Konsul
    Dokumen1 halaman
    Lembar Konsul
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Lembar KK Binaan
    Lembar KK Binaan
    Dokumen2 halaman
    Lembar KK Binaan
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • COVER-2 Kti
    COVER-2 Kti
    Dokumen10 halaman
    COVER-2 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Resume
    Kumpulan Resume
    Dokumen10 halaman
    Kumpulan Resume
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 5
    Bab 4 5
    Dokumen11 halaman
    Bab 4 5
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Kti
    DAFTAR PUSTAKA Kti
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 5 Kti
    BAB 5 Kti
    Dokumen6 halaman
    BAB 5 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • PP CKD
    PP CKD
    Dokumen10 halaman
    PP CKD
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 Kti
    BAB 4 Kti
    Dokumen9 halaman
    BAB 4 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Kti
    BAB 3 Kti
    Dokumen28 halaman
    BAB 3 Kti
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Konsep Penyakit
    Konsep Penyakit
    Dokumen14 halaman
    Konsep Penyakit
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • SAP Personal Hygiene
    SAP Personal Hygiene
    Dokumen4 halaman
    SAP Personal Hygiene
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningitis Acc
    Askep Meningitis Acc
    Dokumen20 halaman
    Askep Meningitis Acc
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Personal Hygiene
    Leaflet Personal Hygiene
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Personal Hygiene
    Fedri Dwi Setyawan
    0% (1)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen26 halaman
    Bab 1
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Bu Wahyu Prinjt Bru
    Bu Wahyu Prinjt Bru
    Dokumen13 halaman
    Bu Wahyu Prinjt Bru
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Bu Wahyu
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar B Indah K
    Kata Pengantar B Indah K
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar B Indah K
    Yudiawan M Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Bu Wahyu
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Bu Wahyu
    Yudiawan M Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen2 halaman
    Cover 1
    Fedri Dwi Setyawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Menejemen
    BAB 1 Menejemen
    Dokumen6 halaman
    BAB 1 Menejemen
    Riyan Dwi
    Belum ada peringkat