Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISIS KASUS
Sejak ± 3 bulan SMRS pasien mengeluh nyeri pinggang bawah kiri yang dirasakan
seperti tersetrum, menjalar hingga ke ujung kaki, dengan NRS 6. Nyeri merupakan suatu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.
Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri somatik luar, somatik dalam,
dan viseral. Nyeri somatik luar dapat berasal dari kulit. Nyeri somatik dalam dapat berasal dari
neuromuskuloskeletal, baik neurogenik ataupun non-neurogenik, dimana nyerinya bersifat tajam,
seperti tersetrum, pegal, atau linu. Sedangkan nyeri viseral berasal dari organ viseral atau
membran yang menutupinya, dan bersifat difus. Pada pasien ini, nyerinya dicurigai berasal dari
somatik dalam karena dirasakan seperti tersetrum.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
dimana pengukurannya sangat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Salah satu jenis pengukuran nyeri yaitu Skala penilaian numerik. Skala penilaian numerik
(numerical rating scales, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal
ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10. Skala biasanya digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Pada pasien didapatkan skor
NRS adalah 6 menandakan skala nyeri yang dirasakan pasien adalah nyeri sedang (secara
objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).
Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu akut dan kronis.
LBP akut ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya
hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu (<6 minggu). Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh, dan penatalaksanaan awal terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
LBP kronik menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyerinya dapat berulang-ulang atau kambuh
kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
Pada pasien ini, keluhan nyeri pinggang bawah terjadi sejak ±3 bulan yang lalu, sehingga
diklasifikasikan sebagai LBP kronik.
LBP juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu:
 Viserogenik, merupakan LBP yang terjadi akibat adanya proses patologis di ginjal atau
organ di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri tidak bertambah berat dengan
aktivitas tubuh dan tidak berkurang dengan istirahat.
 Neurogenik, merupakan LBP yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf
pinggang bawah, misalnya pada neoplasma, arakhnoiditis, dan stenosis kanalis spinalis.
 Vaskulogenik, merupakan LBP yang bersumber dari adanya gangguan vaskular di sekitar
punggung bawah, contohnya adalah pada aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat
menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteri glutealis
superior menimbulkan nyeri di daerah pantat yang memberat saat berjalan dan mereda
pada saat diam berdiri.
 Spondilogenik, merupakan LBP yang bersumber dari adanya proses patologis di kolumna
vertebralis, baik unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), miofasial
(miogenik), dan proses patologis di artikulatio sakroiliaka.
 Psikogenik, merupakan LBP yang disebabkan faktor psikogenik seperti ketegangan jiwa,
cemas, dan depresi serta ditegakkan setelah menyingkirkan sebab organik dengan
pemeriksaan penunjang lengkap.
Pada pasien ini, LBP yang terjadi mungkin akibat neurogenik atau spondilogenik.
Kecurigaan tidak mengarah ke LBP viserogenik karena pasien merasa nyeri berkurang dengan
beristirahat dan tidak mengarah ke vaskulogenik karena nyeri tidak memberat saat berjalan. LBP
spondilogenik yang terjadi akibat gangguan struktur tulang juga dapat menimbulkan LBP
neurogenik.
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan
rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang
mengharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan
terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang
belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh, dan kelemahan otot.
Pada pasien ini, kemungkinan terjadinya LBP bisa disebabkan karena perubahan jaringan
maupun pengaruh gaya berat, mengingat pasien sudah lansia dan memiliki riwayat pekerjaan
berupa kuli bangunan. Perubahan jaringan yang dapat terjadi antara lain spondilosis dimana
kelenturan otot berkurang serta terjadi penyempitan ruang intervertebralis. Riwayat pasien
dahulu sering mengangkut bahan-bahan bangunan juga dapat menyebabkan penekanan pada
vertebrae sehingga menimbulkan nyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil positif pada tes provokasi n. ischiadicus, yaitu
Laseque, Sicard, Bragard, dan Valsava. Hasil positif ini menunjukkan adanya perangsangan pada
n. ischiadicus, atau disebut ischialgia.
Pemeriksaan rontgen pada vertebra lumbo-sakral dapat digunakan untuk menentukan
penyebab LBP, dimana dapat menyingkirkan penyebab-penyebab lain selain HNP, namun tidak
dapat mendiagnosis HNP itu sendiri. Pada pasien ini didapatkan kesan penyempitan pada diskus
intervertebralis L5-S1, dan tidak terdapat kesan listesis, stenosis, maupun neoplasma, sehingga
kemungkinan penyebab lain selain HNP bisa disingkirkan. Penyempitan pada diskus
intervertebralis L5-S1 dapat menimbulkan keluhan nyeri sesuai dengan dermatom persarafannya.
Foto polos lumbosakral AP-LA

Hasil Pemeriksaan :
Photo Columna Vertebralis Lumbosacralis AP-Lat

Struktur tulang L1-L5 dan tulang sakrum intak tidak ada fraktur, Curvatura dan aligment berada
dalam satu garis, tampak diskus intervertebralis menyempit pada L4-L5, disertai penyempitan
foramen intervertebralis pada L4-L5, tampak osteofit/ spondilosis L1-L5.
Pedicle, processus spinosus dan transversus baik dan intact.
Diskus intervertebralis yang lain tidak menyempit.
Kesimpulan :
Spondyloarthrosis pada lumbalis dengan suspect HNP di L4-5.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
 Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga
berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
 Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1
 Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling
sering adalah postero lateral.
 Terapi Farmakologis berupa analgesik oral non opiate, untuk mengurangi rasa sakit
Asetaminofen dapat digunakan sebagai analgesik, tetapi tidak untuk mengurangi
peradangan. Terbukti cukup efektif untuk orang yang memiliki nyeri punggung dengan
skala nyeri ringan sampai sedang. Obat anti inflamasi non sterold (OAINS) obat gologan
ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh
karena pasien HNP kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus
sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara
pemakaian yang sederhana. Nyeri pinggang pada pasien ini adalah nyeri pinggang bawah
kronik yang lamanya lebih dari 3 bulan.Sehingga pada pasien ini perlu ditambahkan
Amitriptilin.
 Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan MRI dan EMG vertebrae lumbal. MRI
dapat memperlihatkan medulla spinalis, radiks nervus, dan area sekitarnya, serta dapat
menunjukkan adanya pembesaran, degenerasi, ataupun tumor. MRI menunjukkan
gambaran jaringan lunak yang lebih baik daripada CT scan. Gambaran pada MRI dapat
menjadi penunjang diagnosis herniasi diskus. EMG digunakan untuk mengukur impuls
elektrik sepanjang radiks nervus, saraf tepi, dan jaringan otot. Pemeriksaan ini
diindikasikan apabila terdapat kerusakan saraf ataupun terdapat tempat kompresi saraf
yang lain.
BAB V
KESIMPULAN

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah pinggang bagian
bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah belakang dan samping luar. HNP
adalah suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami
penonjolan ke dalam kanalis spinalis. Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu
penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%
dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-
L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.
Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
Pada kasus ini, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologi columna vertebralis lumbosacralis AP-Lateral, namun tetap saja baku
emas untuk menegakkan diagnosa HNP adalah dengan menggunakan MRI. Penting kiranya bagi
kita untuk memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai
pengalaman di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai