Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Astrocytoma merupakan tumor primer otak yang berasal dari astrocyt.


Berbeda dengan neuron, sel ini mempunyai kemampuan untuk membelah diri
melalui mitosis. Astrocytoma terdiri dari beberapa grade, mulai dari yang
perkembangannya lambat (secara histologis mempunyai struktur yang menyerupai
sel normal) sampai yang perkembangannya cepat dan invasif (mempunyai struktur
sel yang berdiferensiasi buruk). Pada orang dewasa, astrocytoma biasanya
terdapat pada hemisphere tetapi pada anak-anak bisa juga didapatkan di
serebellum.1,2
Glioma atau astrocytoma yang menyusun sekitar 50% tumor intrakranial,
merupakan tumor intrinsik otak, asal dari sel neuroglia, tersusun atas sel-sel yang
relatif jinak (misalnya pada astrocytoma) sampai yang paling ganas (pada
glioblastoma). Berbeda pengertiannya pada tumor sistemik lain, istilah maligna
disini diartikan sebagai sifat biologik yang agresif, infiltratif, dan prognosa yang
jelek.
Puncak insidensi dari low-grade astrocytoma (LGA), menunjukkan 25%
dari seluruh kasus pada orang dewasa, terjadi pada usia 30-40 tahun. Sepuluh
persen LGA terjadi pada usia yang lebih muda yaitu kurang dari 20 tahun, 60 %
terjadi pada usia 20-45 tahun, dan 30% terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Usia
rata-rata pasien yang dengan hasil biopsi anaplastik astrocytoma adalah 41 tahun.1
Astrocytoma merupakan suatu grup neoplasma yang heterogen berasal dari sistem
saraf pusat yang mempunyai kemiripan pada gambaran klinis, gambaran
radiologis dan prognosisnya. Tumor otak intrinsik yang paling sering,
glioblastoma multiforme, merupakan high grade astrocytoma (HGA) dan ganas.
Berbeda dengan low grade astrocytoma, yang jumlahnya lebih sedikit sehingga
para praktisi kesehatan kurang familier dengan neoplasma tersebut. Strategi untuk
mendiagnosa dan penatalaksanaan juga akan lebih kontroversial. Perkembangan
neuroimaging mengarahkan pada diagnosis LGA yang sebelumnya tidak dikenali.
LGA secara definisi berarti perkembangan yang lambat, dan ketahanan
hidup pasien akan lebih lama daripada high grade glioma. Management yang baik

1
meliputi pengenalan, penanganan gejala (seperti kejang) dan pembedahan, dengan
atau tanpa terapi tambahan. LGA ditemukan dikedua otak dan spinal cord.3
Astrositoma mencakup tumor yang sangat bervariasi tergantung lokasinya
di SSP, berpotensi untuk tumbuh menjadi invasif, progresif dan menyebabkan
timbulnya berbagai gejala klinik. Untuk itu perlu dilakukan pembahasan lebih
lanjut agar dapat dilakukan deteksi secara dini dan memberikan pengobatan yang
tepat.

2
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Data Identitas

1. Nama : Tn. D
2. Umur : 55 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Alamat : RT 27 Kelurahan Payo Selincah, Jambi
6. Agama : Islam
7. Bangsa : WNI
8. Pendidikan : SLTA
9. Tanggal Berobat : 16 Oktober 2017

2.2 Anamnesis

Dilakukan secara Alloanamnesis (suami pasien) pada tanggal 17 Oktober


2017.
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan kelemahan pada tangan bagian kiri dan tidak dapat
berbicara
Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 2 tahun sebelum berobat pasien sering mengeluh nyeri kepala.


Nyeri kepala dirasakan di kepala bagian kanan kepala, nyeri seperti ditekan
benda berat). Nyeri kepala dirasakan hilang timbul yang tidak tentu
waktunya. Kadang timbul jika terlalu lelah dan sedang emosi dan hilang jika
istirahat atau mengkonsumsi obat. Biasanya nyeri kepala timbul 1 – 2 kali
dalam 2 bulan.

1 tahun yang lalu suami pasien mengaku istrinya makin sering


mengalami nyeri kepala, yaitu 2-3 kali dalam 1 bulan dan sempat mengalami

3
kejang 2x dalam 1 tahun terakhir dan beberapa kali muntah tanpa didahului
mual. Pasien hanya mengkonsumsi obat-obatan warung dan beristirahat. 6
bulan yang lalu pasien berobat ke dokter umum dengan keluhan nyeri kepala
dan hanya diberi obat penghilang rasa sakit serta vitamin, namun keluhan
masih hilang timbul.

±1 bulan belakangan pasien merasakan sulit untuk berbicara serta


tangan pasien dirasakan melemah. terdapat penurunan BB dalam 2 bulan
terakhir ± 5 kg. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.
Keluhan cepat lupa atau hilang ingatan disangkal, penglihatan menurun
disangkal, telinga berdenging disangkal, gangguan penciuman disangkal,
gangguan membaca disangkal, demam disangkal, benturan di kepala
disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan seperti ini tidak pernah dirasakan sebelumnya. Tidak ada riwayat
penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, dan asma. Riwayat trauma dada juga
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien..
Riwayat penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, dan stroke disangkal.
Riwayat alergi tidak ada di keluarga.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok, minum alkohol maupun mengkonsumsi narkoba.

Anamnesis Sistem:

Sistem serebrospinal : nyeri kepala (+), afasia motoric (+)

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem respirasi : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

4
Sistem neurologis : kelemahan anggota gerak kiri superior (+)

Sistem integumentum : tidak ada keluhan

Sistem urogenital : tidak ada keluhan

2.3 Pemeriksaan Fisik

- Kesadaran : Compos mentis


- GCS : E4VxM6
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Tanda Vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, irama teratur, isi
cukup
Suhu : 36,8oC
Pernafasan : 24 x/menit, regular
- Status Gizi
TB : 165 cm
BB : 54 kg
IMT : 19,83 kg/m2
- Kepala : Normochepal, rambut tersebar merata, tidak mudah
dicabut
- Wajah : Ekspresi wajah simetris, tidak ada parese, tidak ada nyeri
tekan sinus
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL
+/+
- Telinga : Normotia +/+, nyeri tekan tragus dan anti tragus -/- ,
serumen +/+ minimal
- Hidung : Deviasi septum -/-, sekret -/-, konka hiperemis -/-
- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, tidak ada gigi karies

5
- Leher : Trakea terletak ditengah, KGB tidak teraba membesar,
kelenjar tiroid tidak teraba membesar
- Thoraks :
Pemeriksaan dada depan
Paru
Inspeksi : normochest, gerakan dada simetris pada keadan statis dan
dinamis, retraksi (-).
Palpalsi : Benjolan (-), nyeri tekan (-), perubahan suhu (-), vokal
fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas kanan: ICS 4 parasternal dekstra;
Batas kiri: ICS 5 midclavicularis sinistra
Pinggang jantung: ICS 3 Parasternal sinistra
Auskultasi : BJ 1-2 normal reguler, murmur (-), galllop (-)
Pemeriksaan dada belakang
Paru
Inspeksi : Luka (-), bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-),
memar (-), nevus pigmentosus (-)
Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-), perubahan suhu (-), vokal
fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/-
- Abdomen :
Inspeksi : Datar, luka (-), bekas luka (-), benjolan (-), perubahan
warna (-), memar (-), spider nevi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar

6
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Pemeriksaan ekstremitas:
- Superior : Sianosis (-), pucat (-), deformitas (-), ikterik (-/-),
eritema palmaris (-/-), edema (-/-), CRT <2 detik,
kekuatan motorik superior dextra (5), sinistra (1)
- Inferior : Sianosis (-), pucat (-), deformitas (-), akral hangat,
ikterik (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik, kekuatan
motorik superior dextra (5), sinistra (5)
- Status neurologis
Kaku kuduk (-)
GCS  E (4); V (X); M (6)
2.4 Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Faal Ginjal (9 Oktober 2017)


PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Ureum 11.1 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.62 mg/dL 0,6-1,1

- Pemeriksaan Faal Hati (9 Oktober 2017)


PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL
SGOT 19 U/L < 40
SGPT 22 U/L < 41

- Pemeriksaan Darah (9 Oktober 2017)


PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL
WBC 10 109/L 4.0-10.0
RBC 4,83 1012/L 3.50-5.50
HGB 14,6 g/dL 11.0-16.0
HCT 43,0 % 36.0-48.0
MCV 90,9 fL 80.0-99.0

7
MCH 30,3 Pg 26.0-32.0
MCHC 33,2 g/dL 32.0-36.0
PLT 391 109/L 100-300
MPV 10,8 Fl 7.4-10.4
PCT 0,172 % 0.10-0.28
GDS 156 mg/dL <200

- Pemeriksaan Radiologi CT-Scan Kepala tanpa kontras (16 Oktober 2017)

Gambar 2.1 Foto Ct-Scan kepala

8
Gambar 2.2 Foto Ct-Scan Kepala

9
Gambar 2.3 Foto Ct-Scan Kepala

Berdasarkan foto tersebut, diperoleh hasil :


- Tampak lesi Hipodense pada hemisphere kanan
- Midline Shift (+) ke kontra lateral
- Sulci Systerni tidak melebar dan ventrikel megali di kontralateral

Kesan : Tumor massa otak hemisphere kanan

10
2.5 Diagnosis Kerja

Diagnosis Klinis : SOL e.c Tumor Otak suspect astrositoma, dengan


hemiparese sinistra dan afasia motorik
Diagnosis Topis : Temporo parietal
Diagnosis Etiologi : Susp. Astrositoma

Diagnosis banding : astrositoma anaplastik dan iscemia

2.6 Anjuran Pemeriksaan

- Ct-Scan dengan kontras


- MRI

2.7 Penatalaksanaan

- Citicolin 2 x 500 mg
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Metcobalamin 2 x 1 amp
- Dexamethason 4 x 1 amp
- Rencana Operasi

2.8 Prognosis

Ad Vitam : dubia ad bonam


Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

a. Astrositoma
Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer
dengan frekuensi kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari
seluruh tumor otak. Tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan
bagian dari jaringan penunjang otak. Sel ini dinamakan astrosit karena
bentuknya yang menyerupai bintang.10

Elvidge dan kawan-kawan membagi astrositoma menjadi tipe-tipe:


piloid, gemistositik dan difus; namun sistem grading yang popular adalah
pembagian atas Grade I sampai IV. Kernohan dan kawan-kawan
menggabungkan Grade III dan IV dan menamakannya menjadi
astrositoma anaplastik atau glioblastoma (sesuai dengan derajat
anaplasianya). WHO membagi astrositoma atas pilocytic astrocytoma
(grade I), diffuse astrocytoma (grade II), anaplastic astrocytoma (grade
III) dan glioblastoma multiforme (grade IV)
Astrositoma serebri dapat terjadi pada semua golongan umur
dengan usia kasus rata-rata berkisar antara 35-40 tahun. Astrositoma yang
diferensiasinya baik cenderung pada kelompok usia yang lebih muda;
sedangkan yang anaplastik lebih sering kelompok usia menengah.
Predileksi jenis kelamin kasus usia dewasa didominasi oleh laki-laki.10
Durasi gejala astrositoma Grade I rata-rata: 21 bulan sedangkan
Grade II: 11 bulan. Walaupun sakit kepala dan muntah bukanlah
merupakan keluhan yang tersering, namun 72% astrositoma serebrum
mempunyai keluhan ini, dimana 11% diantaranya cenderung melibatkan
nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah
dijumpai pada kira-kira 31% kasus. Gejala awal yang sering adalah kejang
(40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini merupakan akibat
insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang
berlebihan. 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisa, 55%
parese fasial dan 41% parese tungkai.10

12
Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah
memiliki gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik.
Sedangkan, gambaran CT-Scan yang merupakan suatu revolusi dalam
mendiagnosis astrositoma dengan akurasi 100% pada low grade
astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan sedikit atau bahkan
tidak terdapat massa tumor.

Gambar 3.11 Gambaran Histopatologi Low Grade Astrocytoma

Gambar 3.12
Gambaran CT-Scan Low Grade
Astrocytoma

Anatomi Otak

Otak merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang mempunyai
berat sekitar 1300 gram terletak di dalam cranium, terdiri atas cerebrum,
diencephalon, brain stem dan cerebellum.4 Cerebrum mempunyai dua
hemisphere cerebri yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia dan

13
terletak di fossa cranialis anterior, fossa cranialis media dan meluas ke posterior
hingga tepat diatas tentorium cerebelli dan cerebellum. Diantara hemisphere
cerebri terdapat fissure cerebri longitudinal, yang didalamnya terdapat falx
cerebri. Lebih dari 605 permukaan cerebri terbentuk berbagai sulci dan fissure,
sehingga terjadi peningkatan luas permukaannya.5 Diantara sulcus atau fissure
terdapat gyrus. Bagian dalam kedua hemisphere dihubungkan oleh suatu serabut
transversal yang disebut corpus callosum.4,

Pada hemisphere cerebri terdapat empat lobus utama yaitu lobus frontalis,
lobus parietalis, lobus temporalis dan lobus occipitalis.4,5,6 Diantara semua lobus
tersebut, lobus frontalis merupakan lobus yang paling besar dan menempati
bagian anterior cerebri.4
Lapisan luar cortex cerebri berupa substantia grisea (gray matter) dan
lapisan dalam terdapat substantia alba (white matter).4,5,6 Beberapa daerah di
dalam substantia alba memiliki massa kelabu yang disebut nucleus yang
merupakan kelompok badan sel neuron. Nucleus tersebut sering disebut sebagai
ganglia basalis yang terdiri atas corpus striatum, claustrum dan nucleus
amigdaloid. Beberapa kepustakaan memasukkan substantia nigra, nucleus
subthalamic dan nucleus rubra sebagai bagian dari ganglia basalis.4 Corpus
striatum tersusun dari nucleus caudatus dan nucleus lentifomis, sedangkan nucleus
lentiformis dibagi lagi menjadi putamen dan globus pallidus.
Diantara nucleus caudatus dan nucleus lentiformis serta diantara nucleus
lentiformis dan thalamus dilewati capsula interna yang kadang-kadang
dipertimbangkan sebagai bagian dari corpus striatum. Capsula interna tersebut
merupakan kelompok traktus sensoris dan motoris di dalam substantia alba yang
menghubungkan cortex cerebri dengan mesencephalon dan medulla spinalis.
Claustrum merupakan lembaran substantia grisea tipis yang terletak di lateral
putamen.4

14
Gambar Hemisfer Otak
Ganglia basalis saling dihubungkan oleh beberapa serabut, juga
berhubungan dengan cortex cerebri, thalamus dan hypothalamus. Nucleus
caudatus dan putamen mengendalikan sebagian besar dari gerakan-gerakan bawah
sadar dari otot skeletal seperti ayunan lengan ketika berjalan. 4 Diencephalon
tersusun dari thalamus, hypothalamus, epithalamus dan subthalamus. Bagian ini
mengelilingi ventriculus tertius. Diencephalon dikelilingi oleh hemisphere cerebri.
Dua thalamus menyusun empat perlima dari diencephalon dan mempunyai bentuk
oval yang masing-masing dihubungkan oleh jembatan substantia grisea yang
disebut intermediate mass (adhesio interthalamica).5

Gambar Area Fungsional Otak

15
Brain stem merupakan bagian otak yang menyerupai batang (stemlike)
menghubungkan hemisphere cerebri dengan medulla spinalis.5 Pada brainstem
dapat dibagi menjadi medulla oblongata, pons dan mesencephalon (midbrain).
Ujung inferior brain stem bersambung dengan medulla spinalis.4 Bagian paling
kecil dari otak adalah mesencephalon ( midbrain). Organ ini terletak diantara
fossa cranialis media dan posterior. Di dalamya terdapat canalis yang sempit
disebut sebagai aquaductus cerebri (aquaductus silvii). Bagian anterior dari
midbrain terdapat pedunculus cerebri.4 Pons yang mempunyai panjang sekitar dua
setengah sentimeter terdapat serabut yang merupakan suatu jembatan yang
menghubungkan otak dan bagian- bagiannya dengan medulla spinalis pada sisi
yang lain.4 Di dalam pons juga terdapat hubungan satu hemisphere cerebri dengan
hemisphere cerebelli pada sisi yang berlawanan melalui pedunculus cerebelli.
Cavitas di dalam pons merupakan bagian superior dari ventriculus quartus.5
Medulla oblongata terbentuk sebagai bagian inferior dari brainstem.4,5
Bagian tersebut mempunyai panjang sekitar tiga sentimeter dan terletak tepat
diatas foramen magnum dan pada bagian atasnya bersambung dengan pons.4 Pada
bagian bawah bersambung dengan medulla spinalis melalui foramen magnum. Di
dalam medulla oblongata terdapat pusat-pusat dari cardiovascular dan
respiratorius. Cavitas didalam medulla oblongata terbentuk sebagai bagian inferior
dari ventriculus quartus.5
Cavitas utama di dalam otak terdapat tempat yang disebut sebagai sistema
ventriculus. Ventriculus pertama dan kedua disebut sebagai ventriculus lateralis
yang berhubungan dengan ventriculus tertius melalui foramen interventricularis
(foramen monroo), selanjutnya dihubungkan dengan ventriculus quartus melalui
aqueductus cerebri. Cairan cerebrospinal dibuat oleh plexus choroideus yang
terletak di dalam sistema ventriculus dialirkan dari ventriculus lateralis,
ventriculus tertius hingga ventriculus quartus dan melalui apertura mediana
(foramen of magendie) dan aperture lateralis (foramina of luschka) masuk ke
dalam ruang subarachnoid.4,5,6
Cerebellum yang disebut juga otak kecil menutupi aspek posterior dan
medulla oblongata, serta meluas ke lateroposterior di bawah tentorium cerebelli.
Cerebellum terdiri atas dibagian tengah sebagai vermis dan dua lobus lateral atau

16
hemisphere, yang pada lapisan luar sebagai cortex dan bagian dalam sebagai
medulla.5 Cerebellum terutama berfungsi mengatur sikap tubuh, tonus otot dan
koordinasi muskular.4,5
Secara umum otak, disuplai oleh arteri cerebri anterior, arteri cerebri
media dan arteri cerebri posterior. Aliran darah ke otak tersebut berasal dari dua
pasang pembuluh darah, yaitu arteri carotis interna dan arteri vertebralis. Arteri
cerebri media terbentuk sebagai lanjutan dari arteri carotis interna. Arteri basilaris
dibentuk oleh penyatuan dari arteri vertebralis dextra dan sinistra serta kemudian
terpisah lagi menjadi arteria posterior. Pada basis otak terdapat circulus willisi
yang terbentuk dari arteri cerebri posterior, arteria communicans posterior, arteria
carotis interna, arteria communicans anterior dan arteria cerebri anterior.5

Gradasi Astrositoma :
a. Grade I (Astrositoma Pilositik)
Tumor ini tumbuh secara lambat dan sering berkista. Tumor ini
sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda. Tumor ini merupakan
tumor glial yang tersering pada anak, sekitar 10% melibatkan bagian serebral
dan 85% mengenai serebellum. Lokasi yang paling sering dijumpai, pada:
nervus optikus, kiasma optikum, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer
serebri, serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya: berupa sel-sel
bipolar dengan serat Rosenthal dan sel-sel multipolar yang tampak
kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular bodies.

b. Grade II (Astrositoma Difus)


Karakteristik tumor ini adalah tumbuhnya lambat dan menginfiltrasi
struktur otak di dekatnya. Sekitar 35% tumor otak astrositik adalah jenis ini.
Biasanya mengenai orang-orang usia dewasa muda dan cenderung untuk
menjadi ganas ke arah astrositoma anaplastik dan glioblastoma. Lokasi
tumor ini bisa di mana saja, namun paling sering di daerah sereberal.
Gambaran histopatologis tumor ini berupa fibrilasi yang
berdiferensiasi baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat varian
histologis: astrositoma fibrilari, astrositoma gemistositik.

17
c. Grade III (Astrositoma Anaplastik) dan Grade IV (Glioblastoma
Multiforme)
Termasuk astrositoma maligna. Biasanya muncul secara sporadik
tanpa kecenderungan familial maupun keterlibatan faktor lingkungan. Akan
tetapi, keduanya dapat menjadi faktor penyulit pada beberapa kelainan
genetic seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, syndrome Li-Fraumeni, dan
syndrome Turcot. Gambaran mikroskopis tumor ini; tampak adanya
peningkatan selularitas, nukleus atipik, dan aktifitas mitosis yang meningkat
dibandingkan dengan astrositoma difus (Grade II). Sedangkan pada
glioblastoma multiforme, secara mikroskopik akan tampak bersifat
anaplastik, seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan juga seringkali terlihat
sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas mitosis
yang tinggi.

Manifestasi klinis astrositoma


Gejala-gejala yang umumnya terjadi pada tumor astrositoma ialah hasil
dari peningkatan tekanan intrakranium. Gejala-gejala tersebut antara lain sakit
kepala, muntah, dan perubahan status mental. Gejala lainnya, seperti mengantuk,
letargi, penurunan konsentrasi, perubahan kepribadian, kelainan konduksi dan
kemampuan mental yang melemah terlihat pada awal-awal timbulnya gejala.
Biasanya terdapat pada satu dari empat penderita tumor otak maligna.

Pada anak kecil, peningkatan intra kranium yang disebabkan oleh tumor
astrositoma bisa memperbesar ukuran kepala. Perubahan-perubahan (seperti
pembengkakkan) dapat diobservasi di bagian belakang retina mata, dimana
terdapat bintik buta, yang disebabkan oleh terjepitnya Nn.Optici. Biasanya tidak
terdapat perubahan pada temperatur, tekanan darah, nadi atau frequensi
pernafasan kecuali sesaat sebelum meninggal dunia. Kejang-kejang juga dapat
ditemukan pada astrositoma diferensiasi baik.

Gejala-gejala daripada tumor astrositoma juga memiliki variasi yang


tergantung pada bagian mana dari otak yang terkena. Terkadang tipe dari kejang-

18
kejangnya dapat membantu untuk menentukkan lokasi mana tumor tersebut
berada.

Diagnosis Astrositoma

a. Computed Tomography (CT)- scan

1. Astrositoma Grade Rendah :

Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk yang ireguler


dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk bulat atau oval dengan
tepi yang tegas yang dapat disertai dengan kista. Adanya tumor kistik akan
lebih nyata bila ditemukan fluid level di dalam lesi atau adanya kebocoran
kontras media ke dalam tumornya. Kalsifikasi tampak pada 81% dan efek masa
tampak pada 50%. Enhancement terlihat pada 50%, biasanya merata dan tidak
tajam.

2. Astrositoma Anaplastik :

CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau densitas campuran


yang heterogen. Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat berupa
gambaran lesi yang homogen, noduler atau pola cincin yang kompleks.

3. Glioblastoma Multiforme:

Gambaran CT bervariasi, hal ini merefleksikan gambaran patologinya


yang heterogen. Pola yang khas, lesi berdensitas campuran yang heterogen atau
hipodens, yang pada pemeriksaan paseakontras menunjukkan bentuk yang
ireguler dengan pola enhancement cincin yang ketebalannya bervariasi, dan
biasanya ada efek masa. Adanya penebalan dan pelebaran dari septum
pelusidum yang tampak path enhanced sean sangat spesifik untuk neoplasma
intraaksial. Hal ini tampak pada glioma dan metastasis tetapi tidak tampak pada
meningioma atau adenoma hipofisis.

19
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI Scan dengan penampakan tumor pada potongan axial dan sagital
ialah metode pilihan pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis
batas tumor lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang
teratur dapat dilakukan sebagai follow up pasca penatalaksanaan. Dengan CT
Scan, Astrositoma biasanya terlihat sebagai daerah dengan peningkatan densitas
dan menunjukkan peningkatan setelah penginfusan dari bahan kontras. Pergeseran
struktur-struktur garis tengah dan penipisan daripada dinding ventrikel lateralis di
sisi tumor dapat terlihat.

c. Patologi Anatomi
Tampilan makroskopis suatu astrositoma fibriler adalah berupa neoplasma
difus, lunak berwarna kelabu-putih yang menginfiltrasi luas kedalam otak, serta
sering kali mengandung kista yang kecil.

Tampilan mikroskopis astrositoma fibriler berupa kumpulan sel-sel kecil


yang cacat dan uniform dengan latar belakang serabut-serabut neuralgia. Mitosis
tidak ada dan bentuk serta konten nucleus hampir cukup baik. Kadang kala ada
degenerasi kistik atau defosit garam kalsium pada dinding kapiler. Diferensiasi
antara gliosis otak dengan astrositoma yang tumbuh lambat sering kali sulit.
Astrositoma cenderung mempunyai densitas yang sedikit lebih padat
dibandingkan otak normal. Nucleus nya sedikit lebih besar dan ireguler serta
hiperkromatik ringan. Demikian pula pembuluh-pembuluh kapilernya menjadi
sedikit lebih prominen.

20
Scherer mengemukakan adanya suatu peubahan sekunder yang merupakan
konfigurasi tumor oleh jaringan otak yang diinvasi, berupa akumulasi sel tumor
subpial dan subependimal serta pengumpulan sel tumor sekitar neuron dan batas
jaringan otak yang diinfiltrasi. Astrositoma fibriler yang menginfiltrasi serabut –
serabut traktus system saraf menampilkan sel-sel tumor yang cenderung tersusun
berbasis searah dengan serabut-serabut traktus sehingga ia akan membentuk
gambaran sel-sel bipolar yang memanjang disebut sebagai tampilan polisitik.

Penatalaksanaan Astrositoma

Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnosis pasti dan


perbaikan prognosa, mengurangi-pemulihan gejala serta memperpanjang harapan
hidup. Radioterapi tampaknya cukup berperan bagi tumor-tumor ini, dimana
banyak peneliti yang mengemukakan adanya harapan hidup yang lebih panjang
pada penderita-penderita tumor yang pascabedahnya diberikan radiasi .

 Operasi:
Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang
mengganggu ialah tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan pasien, eksisi
total secara umum meningkatkan fungsi neurologis, mengurangi oedema
didaerah sekitar dan memperpanjang ketahanan hidup. Walau ketika tumor
melibatkan area yang penting di otak, evaluasi pre-operasi dengan fungsional
MRI (fMRI) dan pemetaan intra-operatif terkadang dapat memudahkan ahli
bedah saraf yang terampil untuk mengeksisi lesi-lesi ini secara keseluruhan.
Eksisi total juga memudahkan ahli Patologi Anatomi untuk menegakkan
diagnosis yang akurat. Batas reseksi harus diukur dengan post-operatif MRI,
dilakukan 72 jam post-operatif, karena pengangkatan tumor intra-operatif
terkadang tidak akurat. Tumor yang bersifat multifokal, bilateral, atau yang
melibatkan struktur yang peka seperti thalamus, tidak boleh diangkat pada
operasi. Pada pasien-pasien tersebut dilakukan biopsy stereotaktis pada
jaringan tumor.

21
 Radioterapi:
Merupakan penatalaksanaan non operatif yang paling penting untuk
glioma grade tinggi. Pemberian radioterapi pada penderita astrositoma
mampu memperkecil massa tumor dan memperbaiki gejala-gejala neurologis
sebesar 50 - 75% kasus. namun memang sulit dipastikan apakah ini
merupakan hasil dari radioterapi saja, hasil tindakan operasi atau karena
resolusi edema oleh terapi medikamentosa yang diberikan. Dosis radiasi yang
diberikan berkisar antara 4500-6000 rad (whole brain) dengan booster 1000
rad pada tumornya sendiri.
 Kemoterapi:
Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% dari pasien yang
memakai kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka ketahanan hidup
yang lebih panjang. Namun banyak dokter sekarang ini memakai
temozolomide. Temozolomide ialah obat yang bersifat alkylating agent,
diberikan per oral. Secara empiris sangat baik pengaruhnya untuk perawatan
pasien yang menderita glioma ganas yang kambuh kembali dan telah menjadi
standard pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu.

 Radio surgery ( Gamma knife surgery)


Radio surgery yang merupakan salah satu alternatif bagi tumor-tumor
astrositoma yang terletak didaerah sulit (seperti di batang otak) dan tidak bisa
dijangkau dengan pisau.

Gambar 2.13 Gambaran MRI T1 – Axial. Preoperatif dan postoperatif


22
BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien perempuan, Tn. D, umur 55 tahun datang dengan keluhan utama


kelemahan pada tangan bagian kiri dan tidak dapat berbicara. Sebelumnya os
mengeluhkan sakit kepala yang tidak kunjung sembuh dan mengalami kejang
dalam 2x dalam 1 tahun terakhir. Mual (-), muntah (+), penurunan nafsu makan
(+), penurunan BB (+), demam (-). Dari pemeriksaan fisik, didapatkan pasien
compos mentis, tampak sakit sedang, TD 130/80 mmHg, HR 80x/menit, RR
24x/menit, suhu afebris. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien memiliki
kelemahan pada tungkai atas kiri dengan nilai kekuatan motoriknya 1. Hasil foto
Ct-Scan kepala menunjukkan kesan terdapat SOL karena tumor otak suspect
astrositoma. Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan, pasien didiagnosis dengan SOL e.c
Tumor Otak suspect Astrositoma.
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang
meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Astrositoma
merupakan salah satu tumor otak yg dapat menyebabkan SOL dan membuat
peningkatan tekanan intracranial.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada


Ny. D didapatkan tanda-tanda peningkatan tekananan intracranial berupa sakit
kepala hebat yang tidak kunjung sembuh dan sudah berlangsung cukup lama. Dari
anamnesis juga didapatkan bahwa Ny. D mengeluhkan 1 tahun terakhir sempat
mengalami kejang sebanyak 2x secara tiba-tiba tanpa ada riwayat trauma, muntah
tanpa disertai mual dan mengalami penurunan nafsu makan serta penurunan berat
badan. Hal ini merupakan salah satu tanda dari adanya tumor otak dimana kejang
terjadi tiba-tiba pada saat dewasa.

23
Kemudian dari pemeiksaan fisik didapatkan Ny. D mengeluhkan tidak
dapat bebicara dan terdapat kelemahan pada tungkai atas kiri, hal ini
mengindikasikan bahwa tumor/ massa diotak telah mengenai bagian sistem bicara
dan motorik pasien.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang berupa Ct-Scan kepala


didapatkan hasil lesi yang hipodens dengan batas yang tidak jelas dan homogen.
Dari hasil ini berdasarkan teori menunjukan dicurigai terdapat massa berupa
tumor jinak karena gambaran yang hipodens sebelum diberikan kontras. Untuk
membuktikan lebih baik maka disarankan pada pasien ini digunakan Ct-scan
dengan menggunakan kontras.

24
BAB V
KESIMPULAN

Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Astrositoma merupakan salah
satu jenis tumor dengan kalsifikasi WHO menjadi pilocytic astrocytoma (grade
I), diffuse astrocytoma (grade II), anaplastic astrocytoma (grade III) dan
glioblastoma multiforme (gradeIV).
Sebagian besar tumor astrositoma merupakan tipe low-grade, dan banyak
kasus timbul pada dekade pertama kehidupan dengan rentang usia 5- 9 tahun.
Astrositoma difus dapat terjadi di mana saja pada susunan saraf pusat, tetapi
sebagian besar terjadi di serebrum, khususnya daerah lobus frontalis dan
temporalis. Sedangkan di daerah serebelum jarang ditemukan. Astrositoma
anaplastik timbul di daerah yang tidak berbeda dengan astrositoma difus dengan
kebanyakan di hemisfer serebral.
Astrositoma mencakup tumor yang sangat bervariasi tergantung lokasinya
di SSP, berpotensi untuk tumbuh menjadi invasif, progresif dan menyebabkan
timbulnya berbagai gejala klinik. Untuk itu perlu dilakukan pembahasan lebih
lanjut agar dapat dilakukan deteksi secara dini dan memberikan pengobatan yang
tepat.
Pemeriksaan computed tomography imaging (CT scan) dan magnetic
resonance imaging (MRI) di daerah kepala dengan dan tanpa kontras, sangat
membantu dalam diagnosa, penentuan grading, dan evaluasi patofisiologi tumor
ini. MRI dapat memberikan gambaran yang lebih baik dari pada CT scan.
Tindakan pembedahan mampu mengatasi astrositoma tipe low-grade.
Sedangkan astrositomatipe high-grade di samping pembedahan perlu
ditambahkan tindakan radioterapi dan kemoterapi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Satyanegara. Tumor Otak. dalam : Ilmu Bedah Saraf. Edisi ke – tiga. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum. 1980. Hal. 115,126,207-49.
2. Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com April,
13th 2017
3. Mahar,M. Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Meurologis Klinis
Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta,2000:390-402.
4. Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi
Susunan Saraf Manusia. Langgeng sejati. Jakarta;2001:3-13.
5. Amstrong ST, et al. Brai Tumor Primer : a comprehensive introduction to
brain tumors, 9th ed. 2010. United State;ABTA.
6. Mayer.SA. Management of Increased Intracranial Pressure In Wijdicks
EFM.Diringer MN, et.al. Continuum Critical Care Neurology.2002.
7. Harsono Tumor otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
8. Hansen TJ., David RL. Netter’s Clinical Anatomy. 2005. USA:Elsevier.
9. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472.
10. Netter FH. Netters Neurology 2nd Ed. 2012. USA:ELSEVIER. p. 458-482
11. Ausman. Intra Cranial Neoplasma in AB Barker (ed.) Clinical Neurology.
Philadelphia:WB Sounders, 1990: 3250-3303.
12. Youmans JR. Neurological Surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990: 3250-
3303.
13. Guthrie BL. Neoplasm of the meningens, in Youmans JR (ed) Neurological
Surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990: 3250-3303.
14. Adams and Victors, Intracranial Neoplasm and Paraneoplastic Disorders in
Manual of edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002:258-263

26

Anda mungkin juga menyukai