Anda di halaman 1dari 5

D.

MANIFESTASI KLINIK
a. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
b. Pernafasan yang cepat dan dalam. hilang selera makan. anak terlihat lemah.
c. Mual. muntah. haus. buang air besar cair.
d. Sakit kepala. telinga berdenging. sukar mendengar. dan pandangan kabur.
e. Bingung.
f. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
g. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi. haus. banyak
berkeringat
h. bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa (Noer Syaifoellah.2006).
E. KOMPLIKASI
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok (Brunner and Suddarth. 2010).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium toksikologi
b. uji darah. urin. isi lambung. atau muntah.
c. foto sinar X abdomen (Noer Syaifoellah.2006).
G. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Emergenci
a. Airway : Bebaskan jalan nafas. kalau perlu lakukan intubasi.
b. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan. tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis. merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila
tidak berhasil. Katarsis. ( intestinal lavage ). dengan pemberian laksan bila
diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau
gastric lavage. pada penderita yang kesadarannya menurun.atau pada penderita
yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis.katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat
tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan
pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Anti dotum (Penawar Racun)
a. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.
b. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2.5 mg. Dilanjutkan dengan 0.5 – 1
mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala gejala atropinisasi (
muka merah.mulut kering.takikardi.midriasis.febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal (Suzanne C.
Brenda G.2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa. adanya gangguan asam
basa. keadaan status jantung dan status kesadaran.
b. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan. bahan racun yang digunakan.
berapa lama diketahui setelah keracunan. ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
2. Data Obyektif
a. Saluran pencernaan : mual. muntah. nyeri perut. dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus.
disorientasi. delirium. kejang sampai koma.
c. BMR meningkat : tachipnea. tachikardi. panas dan berkeringat.
d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar. hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
f. Gangguan elektrolit : hiponatremia. hipernatremia. hipokalsemia atau
hipokalsemia (Mansjoer Arif.2009).
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran menurun
2. Pernafasan
Nafas tidak teratur
3. Kardiovaskuler
Hipertensi. nadi aritmia
4. Persarafan
Kejang. miosis. vasikulasi. penurunan kesadaran. kelemahan. paralise
5. Gastrointestinal
Muntah. diare
6. Integumen
Berkeringat
7. Muskuloskeletal
Kelelahan. kelemahan
8. Integritas Ego
Gelisah. pucat
9. Eliminasi
Diare
10. Selaput lender
Hipersaliva
11. Sensori
Mata mengecil/membesar. pupil miosis (Mansjoer Arif.2009).

C. DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
2. Resiko kekurangan cairan tubuh.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual.muntah
5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard
6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu
tubuh
7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu
(Doengoes. 2014).

D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
b. Kaji daerah ekstremitas dingin.lembab.dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin.sianosis menunjukan penurunan
perfusi jaringan
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien
istirahat mengurangi komsumsi oksigen
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan
racun.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
c. Jika pernafasan depresi .berikan oksigen(ventilator) dan lakukan
suction.
Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas
d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan
asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien
dan mengurangi kecemasan.istirahat mengurangi komsumsi oksigen
miokard
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat
mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
Intervensi :
a. Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi
penurunan kesadaran
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran
darah otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan.nadi cepat.sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak. ginjal. jantung dan paru.
d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup.
meliputi resusitasi : Airway. breathing. Sirkulasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu
mengakumulasi penumpukan racun
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan
tindakan medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien
c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki efektif
d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety
precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat
membantu proses pengobatan (Doengoes. 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.Jakarta


Mansjoer Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.
FKUI.Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2011. Keperawatan Medikal Bedah. EGC.Jakarta
Bunner and Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah. vol 3. EGC. Jakarta
Sartono. 2012. Racun dan Keracunan. Widya Merdeka. Jakarta.
Widodo. Djoko. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai