Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan penyakit yang terjadi karena adanya keganasan
pada payudara. Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Perubahan genetik terdiri dari perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan adanya pengaruh protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan sel kanker payudara (Suddarth & Brunner, 2003).
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih
menjadi pembunuh nomor satu bagi perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
diagnosis baru yang dicatat oleh WHO bahwa kasus kanker hampir 1,7 juta pada
tahun 2012, ini mewakili sekitar 12% dari semua kasus kanker baru dan 25% dari
semua kanker pada wanita. WHO (Word Health Organization) tahun 2010
memperkirakan bahwa angka kejadian kanker payudara adalah 11 juta dan tahun 2030
akan bertambah menjadi 27 juta kematian akibat kanker (WHO,2010).
Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer
(IARC) diketahui pada tahun 2012, terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker payudara menduduki
posisi yang tertinggi yaitu sebesar 43,3% kasus baru dan 12,9% kasus kematian.
Dengan kata lain insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan di
dunia.

Berdasarkan data American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis
menderita kanker payudara, dan setiap tahunnya 465.000 wanita meninggal karena
payudara (Rasjidi, 2009). Insiden Kanker payudara yang sebelumnya banyak
menyerang perempuan paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Kejadian
kanker payudara sebanyak 1.677.00 kasus. Kanker payudara lebih banyak ditemukan
di negara berkembang dibanding dengan di negara maju dengan jumlah kasus 883.000
di negara berkembang dan 794.000 di negara maju. Di negara berkembang kanker
payudara merupakan penyebab kematian pada wanita sebanyak 324.000 kematian dan
penyebab kematian kedua di negara maju dengan jumlah kematian 198.000 (WHO,
2012).
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium lanjut,
sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sangat sulit dilakukan. Kanker
payudara di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor dua setelah kanker
mulut rahim, kanker payudara banyak menyerang wanita yang telah berumur lebih
dari 40 tahun (Mardiana, 2004). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia
tahun 2007 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat
inap 16,85% dan pasien rawat jalan 21,69% (Kemenkes, 2010). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Oemiati, dkk, (2011) prevalensi kasus tumor di
Indonesia sebanyak 5,03 %. Provinsi tertinggi yaitu Yogyakarta 9,66% dan Jawa
Tenggah 8,06%. Menurut jenis dan lokasi tumor, kanker payudara menunjukan nilai
risiko 15,6% (95% CI : 14,2 17,1%).Penderita kanker stadium awal akan
mempunyai peluang hidup sejumlah 100%, pada penderita kanker stadium dua
memiliki peluang hidup sejumlah 70-80%, pada penderita kanker stadium tiga
mempunyai peluang hidup lebih kecil yaitu hanya sebesar 40-20%, sehingga, semakin
cepat ditangani, maka peluang untuk hidup dan sembuh juga semakin besar akan
tetapi menurut Summarny (2002).
Proyeksi data WHO tahaun 2012 memperkirakan prediksi peningkatan
substantif 19,3 juta kasus kanker per tahun pada tahun 2025 ke depan, sehingga
menyebabkan pertumbuhan dan penuaan global populasi semakin pesat. Lebih dari
50% semua kanker (56,8%) yang menyebabkan kematian itu akibatnya (64,9%) pada
tahun 2012 terjadi perkembangan wilayah di dunia dan membuat proporsi ini akan
meningkat lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012 terdiagnosis 1,7 juta
perempuan menderita kanker payudara dari 6,3 juta wanita (World Health
Organization (WHO), 2012).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Septiani & Suara (2012) Dengan
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat
kematian akibat kanker payudara sampai 20%, namun wanita yang melakukan
SADARI masih rendah (25%-30%). Penelitian yang telah dilakukan oleh Septiani &
Suara (2012) adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku sadari.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sari Septiani (2012) ini diperoleh data
sebagai berikut : 84,3% tidak melakukan SADARI, 51% berusia lebih dari 15 tahun,
sebanyak 98% berpengetahuan baik tentang SADARI, 52% responden bersikap
positif, responden yang terpapar informasi dari media massa dan elektronik 19%,
sedangkan untuk dukungan orang tua terhadap responden lebih dari setengahnya
dikategorikan buruk (tidak mendukung) yakni sebanyak 62% dan selebihnya
sebanyak 38% terkategorikan baik.
Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap turun-temurun,
yang berarti bahwa mereka berakibat langsung dari cacat gen (disebut mutasi)
diwarisi dari orangtua. Penyebab paling umum dari kanker payudara herediter adalah
mutasi diwariskan dalam gen BRCA-1 dan BRCA-2 . Dalam sel normal , gen ini
membantu mencegah kanker dengan membuat protein yang menjaga sel-sel dari
tumbuh abnormal (Sri Rahayu Sanusi,2013) .

Tingginya tingkat kematian akibat kanker terutama di Indonesia antara lain


disebabkan karena terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya kanker, tanda-
tanda dini dari kanker, faktor-faktor resiko terkena kanker, cara penanggulangannya
secara benar serta membiasakan diri dengan pola hidup sehat. Tidak sedikit dari
mereka yang terkena kanker, datang berobat ketempat yang salah dan baru
memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan ketika stadiumnya sudah lanjut
sehingga biaya pengobatan lebih mahal (Yayasan Kanker Indonesia, 2012).
Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama mereka setelah
usia 30 memiliki risiko kanker payudara sedikit lebih tinggi. Hamil di usia muda
mengurangi risiko kanker payudara. Kehamilan mengurangi jumlah siklus menstruasi
perempuan, yang mungkin menjadi alasan untuk efek ini. (ACS, 2013)

Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya yang dilakukan untuk
mengenali adanya kanker payudara saat masih berukuran kecil dan sebelum sel
kanker payudara tersebut menyebar.

Laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadema umumnya terjadi


pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun. Fakta lain menunjukkan bahwa
sekitar 85% kaum wanita menemukan benjolan di payudaranya sendiri melalui
perabaan.

Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan
kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti Long (1989)
yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri). Demikian juga Soelarto (1995) dalam penelitiannya
menyebutkan kurang lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak
sengaja.
Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk


mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku SADARI pada mahasiswi

1.2 Tujuan penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Pemeriksaan Payudara Sendiri

1.2.2 Tujuan Khusus

a) Mendeskripsikan mengenai pengetahuan kanker payudara

b) Mendeskripsikan mengenai perilaku SADARI

c) Menganalisa hubungan antara pengetahuan kanker payudara dan


perilaku SADARI

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Praktisi Kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan/keperawatan, hasil penelitian dapat


dimanfaatkan sebagai masukan dalam menyusun program promosi kesehatan
dengan mengarahkan atau memberikan asuhan keperawatan pada masyarakat
khususnya wanita untuk lebih memahami mengenai deteksi dini kanker
payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), mengetahui
bahaya kanker dan pencegahannya.

1.3.2 Bagi Akademik

Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai referensi yang nantinya akan


berguna bagi mahasiswa dan institusi
1.3.3 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini merupakan salah satu sarana dalam


mengembangkan dan menyempurnakan penelitian yang akan datang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2007).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan


(Notoatmodjo, 2007) yaitu :

1) Tahu (Know)

Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. “Tahu“ diartikan sebagai


mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara


benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen – komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungan


bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau dengan kata lain
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang
ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian


terhadap suatu materi atau obyek yang didasarkan pada suatu kriteria.

Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman -pemahaman baru.

1) Usia

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2. Status pernikahan

Pernikahan dikenali sebagai hubungan antara pria dan wanita yang


memberikan hubungan seksual, keturunan, membagi peran antara suami istri.
Pernikahan sebagai iktan yang bersifat kontrol sosial antara pria dan wanita yang
didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban, kebersamaan emosional, juga
aktivitas seksual, ekonomi dengan tujuan membentuk keluarga serta mendapatkan
kebahagiaan ketuhanan Yang Maha Esa. Status pernikahan mahasiswi yang diukur
dari nikah atau belum menikah melihat pengetahuan SADARI pemahaman dari
Mahasiswi dengan cara pengalaman yang menikah lebih luas dapat pengetahuan
daripada mahasiswi yang belum menikah. Pengalaman dapat diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman,
semakin banyak pengetahuan seseorang.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi


perubahan perilaku positif yang meningkat.

4.Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan


mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

5. Budaya.

Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
meliputi sikap dan kepercayaan. biasanaya berdasarkan garis keturunan yang
dianggap sama identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan citi khas
kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri
biologi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran


apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi iniakan memengaruhi pengetahuan seseorang.
6) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang menambah pengetahuan yang bersifat


informal.

7) Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup akan dapat


menambah tingkat pengetahuan.

8) Media massa / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam – macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan - pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.

d. Indikator pengetahuan tentang kanker payudara

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan


ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Indikator pengetahuan tentang kanker payudara diantaranya yaitu mempunyai
kemampuan menjelaskan tentang kanker payudara, memiliki kemampuan
memberikan contoh tanda dan gejala kanker payudara, memiliki kemampuan untuk
berperilaku baik sesuai pola hidup sehat, mempunyai kemampuan menganalisis faktor
– faktor risiko kanker payudara, mempunyai kemampuan menghubungkan antara
gejala dan pengobatan/pencegahan, mempunyai kemampuan menilai tanda – tanda
kanker payudara sehingga seseorang dapat melakukan pencegahan terhadap kanker
payudara

2.2.1 Pengertian Sikap


Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan
sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli
lainnya. Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, di ambil beberapa pengertian
yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:

Thrtone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik


bersifat positif maupun negative dalam hubungan dengan objek-objek psikolog,
seperti: symbol fase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan (Zuriah, 2012).

Sikap dikatakatan sebagai suatu respon evaluative. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respons evaluative berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-
tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap
objek sikap (Azwar, 2007)

2.2.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi


pembentukan sikap pada manusia, antara lain :

1. Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang
tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman
sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,


radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai


pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan


pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego

7. Umur

BKKBN (2008) mengidentifikasi adanya perbedaan yang bermakna sikap


mahasiswi tentang SADARI sebagai upaya pencegahan kanker payudara ditinjau
berdasarkan umur dari hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
2002-2003.

8. Pola Asuh orang tua

Menurut Koentjaraningrat (1997) dalam Tarmizi (2010), bentuk-bentuk pola


asuh orangtua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan sikap
anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak
seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa
seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.

2.2.2 Cara Perubahan atau Perubahan Sikap


Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yaitu:

a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan


terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya sikap

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya


pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya
dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat objek
tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

c. Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman


yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan


mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang
traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2007)

2.1.1 Pengertian SADARI

Pemeriksaan payuadara sendiri (SADARI) adalah pengembangan kepedulian


seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan
langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara.
Kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa perlu
merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, dan bagi wanita yang
sibuk hanya perlu menyediakan waktuna selama kurang lebih lima menit. Tidak
diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi atau pada saat sedang
berbaring. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat seorang wanita telah mengalami
menstruasi. Tingkat sensitivitasnya (kemampuannya untuk mendeteksi kanker
payudara) dalah sekitar 20-30% (Nisman, 2011).

Menurut Depkes RI (2009) pengertian SADARI adalah pemeriksaan payudara


yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa payudaranya sendiri
setiap bulan. Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya
benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih
efektif untuk diobati.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi kanker payudara
adalah cara termudah dan termurah mengetahui adanya benjolan yang kemungkinan
besar berkembang menjadi kanker ganas. SADARI atau periksa payudara sendiri
dengan rutin merabanya merupakan langkah penting untuk deteksi dini kanker
payudara. Kebiasaan karena mudah, murah, cepat, dan efektif untuk semangkin
“mengenal” dan menyadari jika terdapat suatu hal yang tidak normal pada payudara.

Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal itu sudah
terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara stadium 1 lebih besar.
Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus dilakukan secara berkala.
Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun. Sementara yang
berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada benjolan, yang
terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang merasa ada benjolan paling hanya
satu (Olfah dkk, 2013).

Tujuan SADARI

Tujuan SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan


mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan,
perubahan warna kulit, puting bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah,
kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di dunia,
sekaligus penyebab kematian terbesar (Olfah et al., 2013).

Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker
dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Ternyata 75-85%
keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara
sendiri.

Deteksi dini dilakukan dengan melakukan “pemeriksaan payudara sendiri”


atau yang dikenal dengan SADARI. Ini adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan
oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Dengan posisi tegak
menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaaan payudara
secara sistematis. Pemeriksaan SADARI di lakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1
minggu setelah haid dan bila sudah menopause (Purwoastuti, 2008).

3. Manfaat SADARI
Manfaat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi
sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena payudara pada hakikatnya
dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai
bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendiri
secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara
wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan
mudah (Manuaba, 2010).

4. Cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita


itu sudah berumur 20 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan
hendaknya memeriksakan ke dokter. Menurut Olfah et al. (2013) pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) di lakukan dalam 2 cara, yaitu:

a. Melihat perubahan di hadapan cermin

Lihat pada hadapan cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara


(simetris atau tidak) adapun tata cara pelaksanaannya adalah:

1. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan putting susu,


serta payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua
lengan lurus ke bawah disamping badan.

2. Pemeriksaan payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud


untuk melihat retraksi kulit atau perletakan tumor terhadap otot atau fascia
dibawahnya.

3. Berdiri tegak di hadapan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan dada ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

4. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggung atau menekan


pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

b. Melihat perubahan bentuk payudara dengan berbaring

1) Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap kekiri dengan
membengkokkan kedua lutut. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah
dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan bagian yang akan
diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan
kiri untuk memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari untuk
memeriksa sembarangan benjolan atau penebalan. Periksa payudara dengan
menggunakan vertical strip dan circular.

2) Pemeriksaan payudara dengan Vertical Strip

Di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara


kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk
merasakan benjolan. Kebawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat
di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri
dan terus kearah atas menuju tulang selangkang dengan memutar dan
menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi
seluruh bagian yang ditunjuk.

3) Pemeriksaan payudara dengan cara memutar

Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar. Bergeraklah
sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan

yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke


putting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali, sekali dengan tekanan ringan dan
sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola
mammae.

4) Pemeriksaan cairan di putting payudara

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat adanya


cairan abnormal dari puting payudara.

5) Memeriksa ketiak

Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak.
5. Waktu Dilakukan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita


yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai
ke-7 setelah masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur
dan terasa lebih lunak. Para wanita yang telah berusia 20 tahun di anjurkan
untuk mulai melakukan SADARI bulanan, dan harus melakukan pemeriksaan
mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia 40 tahun. Wanita
sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi
familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka
dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya. Selain
SADARI, deteksi dini untuk yang berusia diatas 39 tahun adalah lakukan
mammogram secara rutin. (Pamungkas, 2011).

2.3 Kanker Payudara

a. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara biasanya menyerang wanita muda atau dewasa dengan


penderita terbanyak usia 40-49 tahun. Namun saat ini terdapat kecenderungan kanker
payudara semakin banyak dialami wanita muda usia 20 tahun akibat perubahan gaya
hidup (sari,2011)

Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara,
kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal yang sering terdapat di
daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan
dapat digerakkan. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma. Jaringan payudara terdiri dari
kelenjar susu (kelenjar embuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan
jaringan penunjang payudara (Olfah dkk, 2013).

Menurut Mulyani (2013) dan Suprianto (2010) Kanker payudara merupakan


suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang
terjadi pada jaringan payudara. Kanker payudara pada umumnya menyerang pada
kaum wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat menyerang kaum laki-
laki, walaupun kemungkinan juga dapat menyerang kaum laki-laki itu sangat kecil
sekali yaitu 1:1000. Kanker payudara ini adalah salah asatu jenis kanker yang juga
menjadi penyebab kematian terbesar kaum wanita di dunia, termasuk di Indonesia.
Jenis kanker payudara menurut Tim Cancer Helps (2010) antara lain:

1. Duktal Karsinoma In Situ (DCIS)

Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS
berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding
duktus kejaringan payudara disekitarnya. Sekitar satu hingga lima kasus baru kanker
payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker tahap ini dapat
disembuhkan.

2. Lobular Karsinoma In Situ (LCIS)

Sebenarnya LCIS bukan kanker, tetapi LCIS terkadang digolongkan sebagai


tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu,
tetapi tidak berkembang melalui dinding lobulus. Kebanyakan ahli kanker
berpendapat bahwa LCIS sering tidak menjadi kanker invasif, tetapi wanita dengan
kondisi ini memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker payudara invasif pada
payudara yang sama atau berbeda.

3. Invasif atau Infitrating Duktal Karsinoma (IDC)

IDC merupakan jenis kanker payudara yang paling umum dijumpai.


Timbulnya sel kanker dimulai dari duktus, menerobos dinding duktus, dan
berkembang kejaringan lemak payudara. Kanker akan menyebar (bermetastasis) ke
organ tubuh lainnya melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8-10 kasus
kanker payudara invasif merupakan jenis ini.
4. Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC)

Kanker jenis ini dimulai dari lobulus. Seperti IDC, ILC dapat menyebar atau
bermetastasis ke bagian lain di dalam tubuh.

5. Kanker Payudara Terinflamasi (IBC)

IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi. Hanya
sekitar 1-3% dari semua kasus kanker payudara adalah jenis IBC. Sebaliknya kanker
jenis ini membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat. Kulit payudara
juga tampak tebal dan mengerut seperti kulit jeruk.

Biasanya dokter baru mengetahui terjadinya perubahan ini karena sel-sel


kanker telah menghambat pembuluh getah bening di kulit. Bukan karena adanya
inflamasi, peradangan, atau infeksi. Payudara yang terinvasi biasanya berukuran lebih
besar, kenyal, lembek, gatal. Jenis kanker ini cenderung menyebar dan memiliki
prognosis yang lebih buruk dibandingkan tipe IBC atau ILC

b. Etiologi

Penyebab Kanker Payudara tidak diketahui secara pasti. Namun ada


beberapa faktor risiko yang diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara. Mansjoer (2000) menyebutkan beberapa faktor risiko terjadinya
Kanker Payudara, antara lain:

1) Umur > 30 tahun

2) Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun

3) Tidak menikah dan nullipara

4) Usia menarche < 12 tahun

5) Usia menopause > 55 tahun

6) Pernah mengalami infeksi, atau operasi timor jinak payudara

7) Terapi hormonal lama


8) Mempunyai Kanker Payudara kontralateral

9) Pernah mengalami radiasi di daerah dada

10) Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu atau
saudara yang lain

11) Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak.

c. Faktor Resiko

Menurut Gale and Charette (1999), faktor resiko terjadinya kanker


payudara adalah :

a) Usia diatas 40 tahun.

b) Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga.

c) Menstruasi pada usia muda/usia dini.

d) Menopouse pada usia lanjut.

e) Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut.

f) Pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonomi yang lebih
tinggi.

g) Penggunaan eksogen esterogen jangka panjang dan progestin.

h) Terpajan pada radiasi pengionisasi berlebihan.

i) Riwayat penyakit fibrokistik.

j) Kanker edometrial, ovarium atau kanker kolon.

d. Tanda dan Gejala

Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa ada tanda dan gejala).
Tanda dan gejala yang paling umum adalah adanya benjolan atau penebalan
pada payudara, sedangkan tanda dan gejala lanjut kanker payudara meliputi
kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu dan nyeri, nyeri tekan atau rabas
khususnya berdarah dari puting. Kulit tebal dengan pori – pori menonjol sama
dengan kulit jeruk dan atau ulserasi pada payudara merupakan tanda lanjut
dari penyakit. Jika ada keterlibatan nodul, mungkin menjadi keras,
pembesaran nodul limfa aksilaris membesar dan atau nodus supraklavikula
teraba pada daerah leher. Tanda dan gejala dari metastase yang luas meliputi
nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah atau pelvis; batu menetap;
anoreksia atau berat badan menurun; gangguan pencernaan; pusing;
penglihatan kabur dan sakit kepala (Gale & Charette, 1999).

Menurut American Cancer Association, kemungkinan wanita wanita


terkena kanker payudara itu satu banding delapan orang atau 12 persen.
Adapun beberapa gejala kanker payudara :

1. Ditemukannya benjolan pada payudara yang tidak hilang dan


permanen biasanaya tidak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan
pada kulit payudara atau sekitar ketiak. Menurut American Cancer Society,
gejala awal yang signifikan dan sering dialami wanita ialah benjolan yang
biasanya ditandai rasa sakiy bila dipegang atau ditekan.

2. Perubahan pada payudara

Biasanya gejala yang terjadi ialah berubahnya ukuran, bentuk payudara


dan puting. Dimana gejala itu awalnya ditandai dengan permukaan payudara
akan berwarna merah, kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk,
kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk. Adapula dalam kasus
lain, warna payudaranya berubah orange.

3. Puting mengeluarkan cairan

Pada puting seringkali mengeluarkan cairan (nipple discharge) seperti


darah, tetapi juga terkadang juga berwarna kuning, kehijau-hijauan berupa
nanah.

4. Pembengkakan pada payudara

Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan payudara


tanpa ada benjolan, yang merupakan gejala umumnya. Bahkan, kadang kadang
salah satu payudara pembuluh darah jadi tlebih terlihat.
Menurut Olfah dkk (2013) mengungkapkan tanda dan gejala kanker
payudara dibuat beedasarkan fasenya sebagai berikut:

A. Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala).


Tanda dan gejala yang paling umum dalah benjolan dan penebalan pada
payudara. Kebanyakkan sekitar 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Pada
stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluhan.

B. Fase lanjut

1. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya

2. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah di


obati

3. Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak


sembuh walau diobati.

4. Putting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari
puting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui.

5. Putting susu tertarik ke dalam

6. Kulit payudara menegrut seperti kulit jeruk (peud d’orange).

C. Metastase luas, berupa :

1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal

2. Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura

3. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan


penyebaran ke tulang

4. Fungsi hati abnormal.

Menurut Suprianto (2010) sesungguhnya seseorang bisa terserang kanker


Lantaran banyak faktor diantaranya ialah faktor gen, makanan dan minuman tertentu
dan lain sebagainya. Supaya kita dapat mengidentifikasi adanya kanker dalam tubuh,
kita mesti mengenali tanda-tanda kanker sejak dini. Tanda-tanda kanker payuadara
yaitu:
1. Berkurangnya berat badan tanpa diketahui penyebabnya.

2. Demam yang berlebih sering terlihat dalam tahap-tahap lanjut, terutama bila
kanker mempengaruhi sistem kekebalan dan mengurangi pertahanan terhadap
infeksi.

3. Rasa lelah yang berlebihan.

4. Rasa nyeri yang muncul di tempat-tempat tertentu, yang merupakan sistem


tahap lanjut penyakit kanker.

5. Perubahan warna kulit menguning, memerah, gatal-gatal, atau pertumbuhan


rambut berlebihan.

Fakto Risiko Kanker Payudara


Menurut Mulyani (2013), Nisman (2011), Olfah dkk (2013), Andrews (2010)
Hampir seluruh faktor resio kanker payudara berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan estrogen yang tidak terpakai dan tersisa dalam tubuh ataupun estrogen
yang tidak tidak diimbangi dengan progesteron. Faktor risiko adalh setiap faktor yang
meneybabkan seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemungkinan lebih besar
menderita, cedera, atau komplikasi. Banyak faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap kanker payudara sebagai berikut:

1. Faktor reproduksi

Beberapa faktor reproduksi yang berhubungan denga risiko terjadinya kanker


payudara adalah nuliparitas (wanita yang belum melahirkan) dan kehamilan pertama
pada umur tua (kehamilan pertama diatas 30 tahun). Hal ini dikaitkan dengan fungsi
payudara yang berfungsi optimal, demikian juga hormon-hormon yang berperan pada
prose menyusui. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa menyusui dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara. Faktor reproduksi lain yang mungkin
berperan adalah menarche (menstruasi pertama) pada umur muda dan menopause
(berhentinya menstruasi) pada umur lebih tua. Risiko utama kanker payudara adalah
bertambahnya umur. Diperkirakan hanya kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh
sebelum terjadinya perubahan yang terjadi pada payudara

2. Riwayat kesehatan personal

Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat kanker payudara pada salah


satu payudaranya maka individu ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena pada
payudara satunya.

3. Lokasi geografis dan ras

Eropa Barat dan Amerika utara : lebih dari 6-10 kali keturunan Amerika utara
perempuan Afrika-Amerika sebelum usia 40 tahun.

4. Status perkawinan

Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara.

5. Paritas

Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun atau yang belum
pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar daripada yang melahirkan anak
pertama di usia belasan tahun.

6. Riwayat mesntruasi

Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia kurang dari
12 tahun memiliki resiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih besar daripada wanita dengan
menarche yang datang pada usia lebih dari 12 tahun. Wanita dengan menopause
terlambat yaitu pada usia lebih dari 50 tahun memiliki resiko 2,5 hinga 5 kali lebih
tinggi.

7. Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara berisiko 2-3
kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan saudara perempuan maka
risiko menjadi 6 kali lebih tinggi.

8. Obesitas atau setiap penambahan 10 kg maka 80% lebih besar terkena


kanker payudara.
9. Penyakit payudara lain

Wanita yang mengalami hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia memiliki
risiko 8 kali lebih besar kanker payudara.

10. Terpajan radiasi

Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada peempuan muda dan anak-anak
bermanifestasi setelah usia 30 tahun. Terpapar unsur radiasi, apalagi dalam waktu
lama selama atau sesudah pubertas, meningkatnya terjadinya risiko

kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa


risiko kanker radiasi berhubungan erat dengan dosis atau lama terpapar dan umur saat
terjadinya paparan.

11. Kanker primer kedua

Dengan kanker ovarium primer, resiko kanker payudara 3-4 kali lebih besar.
Dengan kanker endometrium primer resiko kanker payudara 2 kali lebih besar.
Dengan kanker colorectal resiko kanker payudara 2 kali lebih besar (Olfah dkk,2013).

12. Penyakit fibrokistik

Wanita dengan adenosis fibroadenoma serta fibrosis tidak ada peningkatan


risiko tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Sedangkan pada
hiperplasis dan papiloma risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik risiko meningkat hingga 5 kali.

13. Usia saat melahirkan anak pertama

Semakin tua memiliki anak pertama, semakin besar risiko untuk terkena
kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak
risiko terkena kanker payudara juga akan meningkat.

14. Obesitas setelah menopause

Seorang wanita yang mengalami obesitas setelah menopause, akan berisko1,5


kali lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita berberat
badan normal.
15. Perubahan payudara

Hampir setiap wanita mengalami perubahan pada payudaranya. Sebagian


besar perubahan itu bukan kanker. Tetapi ada beberapa perubahan yang mungkin
merupakan tanda-tanda kanker. Jika seseorang wanita memiliki perubahan jarinagn
payudara yang dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang
wanita memilki peningkatan risiko kanker payudara.

16. Penggunaan hormon estrogen dan progestin

Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon estrogen saja


atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau lebih setelah menopause akan
miliki peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara.

17. Mengkonsumsi Alkohol

Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisko terkena kanker


payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih
keras dan sehingga lebih sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh.

18. Mengkonsumsi makanan siap saji (junk food)

Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat membuat
gemuk tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker payudara, lemak tubuh
akan meningkat apalagi tidak diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut
pada resistansi insulin sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak
karbohidrat yang mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilakan un
bertambah seiring dengan pertambahan berat badan. Lemak pada tubuh yang lebih
banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan
payudara dan menstruasi lebih cepat.

19. Aktivitas fisik

Penelitian terbaru dari Women’s Health Intiative menemukan bahwa aktifitas


fisik pada wanita menopause yang berjalansekitar 30 menit perhari diaitkan dengan
penurunan 20 persen risiko kanker payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar
diantara wanita yang berberat badan normal. Dampak aktifitas fisik tidak ditemukan
di kalangan wanita yang klebihan berat badan atau obesitas. Namun, aktifitas fisik
yang dikombinasi dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga pada akhirnya
menurunkan juga risiko kanker payudara dan berbagai penyakit lain. Selain itu,
merokok dan kebiasaan makan yang tidak baik juga dapat meningkatkan resiko
kanker payudara.

2.5 Stadium Kanker Payudara

Mansjoer (2000), stadium kanker payudara yaitu:

1) Stadium I

Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak


terfiksasi pada kulit, tanpa dugaan metastasis aksila.

2) Stadium II

Tumor dengan diameter > 5 cm dengan metastasis aksila atau


tumor dengan diameter 2 – 5 cm dengan/tanpa metastasis aksila.

3) Stadium IIIa

Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan


sekitarnya dengan/tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama
lain; atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat.

4) Stadium IIIb

Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor


yang telah mengilfiltrasi kulit atau dinding thoraks.

5) Stadium IV

Tumor yang telah mengadakan metastasis jauh, misalnya ke


tulang punggung, paru-paru, hati, dan panggul.

Upaya Pencegahan Kanker Payudara

Menurut Mulyani (2013) dan Olfah dkk (2013) Pencegahan


kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insidensi kanker
payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian
akibat kanker payudara itu sendiri. Pencegahan yang paling efektif
bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini, begitu pula pada kanker payudara. Adapun strategi
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa :

a. Pencegahan primer

Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena


dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya untuk menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer
dapat berupa deteksi dini, SADARI serta melaksanakan ola hidup sehat
untuk mencegah penyakit kanker payudara.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki


risiko untuk terkena kanker payudara. Pada setiap wanita yang normal
serta memiliki siklus haid normal, mereka merupakan populasi at risk
dari kanker payudara. Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan
deteksi dini berupa skrining melalui mammografi yang diklaim
memiliki akurasi 90% tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat itu tidak baik karena payudara.
Sehingga mammografi dengan pertimbangan.

c. Pencegahan tertier

Pada pencegahan tertier ini biasanya diarahakan pada individu


yang telah positif menderita kanker payudara. Dengan penangganan
yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadium kanker
dengan tujuan untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini berperan penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah komplikasi
penaykit serta meneruskan pengobatan (Mulyani, 2013)
Menurut Sjamsuhidajat (2005), pengobatan kanker payudara terdiri
dari:

1) Pembedahan

Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal dan


bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas. Terapi kuratif dilakukan jika
tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit
mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke struktur sekitarnya.

2) Radioterapi

Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi


kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan.

3) Kemoterapi

Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran


sisitemik dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Rentang usia mahasiswi yang menjadi responden dalam penelitian ini


adalah 18-20 tahun. Sesuai dengan Varney yang mengungkapkan bahwa
insiden kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia, maka
dari itu kesadaran akan pentingnya upaya perilaku SADARI sebagai upaya
deteksi tumor payudara juga perlu ditingkatkan (Varney, 2004).

Menurut teori Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2010) perilaku


kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yakni faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non
behavior cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari
tiga faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat


terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan SADARI
diperlukan pengetahuan dan kesadaran para wanita tersebut tentang manfaat
SADARI baik bagi kesehatan wanita itu sendiri atau anggota keluarga lainnya.
Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai
masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat para wanita untuk
melakukan SADARI. Faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau


fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya : perilaku
pemeriksaan payudara sendiri, perempuan yang mau periksa tidak hanya
karena dia tahu dan sadar manfaat periksa saja, melainkan para perempuan
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
kondisinya yang dialami baik sehat ataupun sakit. Misalnya : puskesmas,
polindes, bidan praktek atau rumah sakit. Fasilitas ini pada haikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau


memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu
dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu
hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat
dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil, karena ibu lurah
dan tokoh-tokoh lain tidak pernah periksa hamil, namun anaknya tetap sehat.
Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para
tokoh masyarakat. Tidak hanya tokoh masyarakat tetapijuga termasuk orang-
orang disekitar kita juga turut mempengaruhi perilaku kita. Termasuk juga di
sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Seperti perilaku pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), serta kemudahan memperoleh fasilitas untuk melakukan
pemeriksaan tersebut, juga dibutuhkan peraturan atau perundang-undangan
yang mengharuskan perempuan melakukan SADARI.

Mendukung teori Green diatas, Taylor (2009) mengemukakan bahwa


dukungan sosial yang diperoleh bisa berupa dukungan informatif. Dukungan
informatif berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah. Aspek
informatif terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan dan keterangan lain
yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan, sehingga individu dapat
mengatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan
masalahnya.
B. Kerangka Pikir

Pengetahuan

1. Definisi SADARI

2. Tujuan SADARI

3. Manfaat SADARI

4. Cara Melakukan SADARI

Olfah, Mendri, & Badi'ah, (2013), Bustan (2007), Green


dalam Notoatmodjo (2010)

Sikap

1. Pelaksanaan

2. Disiplin

3. Komitmen Tindakan SADARI


Green dalam Notoatmodjo (2010), Azwar (2007), Purwanto
(1998) 1. Mengapa SADARI

2. Bagaimana SADARI

3. Kapan SADARI
Dukungan teman sebaya
(green dalam Notoatmodjo, 2010),
Informatif (Gale dan Charette, 1999)

(Taylor, 2009)

Dukungan orang tua

Informatif

(Taylor, 2009
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Defenisi operasional dan kriteria objektif dari setiap variable penelitian


adalah sebagai berikut:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

a. Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang


diketahui oleh responden mengenai SADARI, yaitu pengertian SADARI,
tujuan SADARI, dan manfaat SADARI, target dan waktu pelaksanaan
SADARI, dan pedoman pelaksanaan SADARI

Variabel ini menggunakan skala Guttman, yang terdiri dari 10


pernyataan dengan dua kategori yaitu “Benar” diberi skor satu (1) dan “Salah”
diberi skor nol (0).
Kriteria objektif:

Cukup baik : Jika responden memperoleh skor ≥ nilai median

Kurang baik : Jika responden memperoleh skor < nilai median

b. Sikap Mahasiswi.

Sikap adalah tanggapan yang bersifat positif dan negatif mengenai


SADARI, yaitu keyakinan atau kepercayaan responden terhadap SADARI.

Pengukuran variabel menggunakan skala Guttman. Mengisi kuesioner


yang terdiri dari 10 pernyataan dengan dua ketegori yaitu “Benar” diberi skor
satu (1) dan “Salah” diberi skor (0).

Kriteria Objektif :

Positif : Jika responden memperoleh skor ≥ nilai median

Negatif : jika responden memperoleh skor < nilai median

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

a. Dukungan teman sebaya

Dukungan teman sebaya adalah dukungan atau motivasi, baik


informasi dan sebagainya, yang diberikan oleh teman responden untuk
melakukan SADARI.

Variabel ini menggunakan skala Guttman, yang terdiri dari enam


pertanyaaan dengan dua kategori yaitu jawaban “Ya” yang diberi skor satu (1)
dan “Tidak” yang diberi skor nol (0)

Kriteria Objektif :

Cukup : bila jawaban responden memperoleh skor ≥ nilai median

Kurang : bila jawaban responden memperoleh skor < nilai median

b. Dukungan Orang tua


Dukungan orang tua adalah dukungan atau motivasi, baik informasi
dan sebagainya, yang diberikan oleh orang tua responden untuk melakukan
SADARI.

Variabel ini menggunakan skala Guttman, yang terdiri dari enam


pertanyaaan dengan dua kategori yaitu jawaban “Ya” yang diberi skor satu (1)
dan “Tidak” yang diberi skor nol (0)

Kriteria Objektif :

Cukup : bila jawaban responden memperoleh skor ≥ nilai median

Kurang : bila jawaban responden memperoleh skor < nilai median

4. Tindakan SADARI

SADARI adalah salah satu metode deteksi dini kanker payudara yang
dilakukan sendiri untuk mengenali kelainan dini pada payudara dengan cara:

a. Melakukan pemeriksaan di depan cermin

b. Melakukan pemeriksaan dengan cara berbaring

Variabel ini menggunakan skala Likert, yaitu dengan memberikan


skoring pada jawaban responden. Terdiri dari 10 pertanyaan namun pertanyaan
yang diskoring hanya 6 pertanyaan saja. Untuk jawaban benar diberi skor 3,
jawaban cukup benar diberi skor 2, dan jawaban hampir benar diberi skor 1.

Kriteria Objektif :

Perhitungan Kriteria objektif variabel ini sebagai berikut :

Nilai tertinggi : 6 x 3 = 18, 18/18 x 100 % = 100 %

Niali terendah : 6 x 1 = 6, 6/18 x 100 %= 33,3 %

Range nilai : 100% -33,3% = 66,7 %

Interval : range/ kriteria = 66,7/2 = 33,35%

Jadi pengetahuan dikatakan tinggi jika 100 - 33,35 = 66,65 %


Ya : apabila responden memperoleh skor ≥66,65% dari total skor
pertanyaan mengenai perilaku SADARI

Tidak : apabila tidak memenuhi kriteria diatas

E. Hipotesis Penelitian

b) Hipotesis Null (Ho)

 Tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan SADARI pada


mahasiswi fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

 Tidak ada hubungan sikap dengan tindakan SADARI pada mahasiswi


fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

 Tidak ada hubungan dukungan teman sebaya dengan tindakan


SADARI pada mahasiswi fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan
2014.

 Tidak ada hubungan dukungan orang tua dengan tindakan SADARI


pada mahasiswi fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

b) Hipotesis Alternatif (Ha)

 Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan SADARI pada mahasiswi


fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

 Ada hubungan sikap dengan tindakan SADARI pada mahasiswi


fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

 Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan tindakan SADARI pada


mahasiwa fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

 Ada hubungan dukungan orang tua dengan tindakan SADARI pada


mahasiwa fakultas non-kesehatan UNHAS angkatan 2014.

Anda mungkin juga menyukai