PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan penyakit yang terjadi karena adanya keganasan
pada payudara. Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Perubahan genetik terdiri dari perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan adanya pengaruh protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan sel kanker payudara (Suddarth & Brunner, 2003).
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih
menjadi pembunuh nomor satu bagi perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
diagnosis baru yang dicatat oleh WHO bahwa kasus kanker hampir 1,7 juta pada
tahun 2012, ini mewakili sekitar 12% dari semua kasus kanker baru dan 25% dari
semua kanker pada wanita. WHO (Word Health Organization) tahun 2010
memperkirakan bahwa angka kejadian kanker payudara adalah 11 juta dan tahun 2030
akan bertambah menjadi 27 juta kematian akibat kanker (WHO,2010).
Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer
(IARC) diketahui pada tahun 2012, terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker payudara menduduki
posisi yang tertinggi yaitu sebesar 43,3% kasus baru dan 12,9% kasus kematian.
Dengan kata lain insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan di
dunia.
Berdasarkan data American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis
menderita kanker payudara, dan setiap tahunnya 465.000 wanita meninggal karena
payudara (Rasjidi, 2009). Insiden Kanker payudara yang sebelumnya banyak
menyerang perempuan paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Kejadian
kanker payudara sebanyak 1.677.00 kasus. Kanker payudara lebih banyak ditemukan
di negara berkembang dibanding dengan di negara maju dengan jumlah kasus 883.000
di negara berkembang dan 794.000 di negara maju. Di negara berkembang kanker
payudara merupakan penyebab kematian pada wanita sebanyak 324.000 kematian dan
penyebab kematian kedua di negara maju dengan jumlah kematian 198.000 (WHO,
2012).
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium lanjut,
sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sangat sulit dilakukan. Kanker
payudara di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor dua setelah kanker
mulut rahim, kanker payudara banyak menyerang wanita yang telah berumur lebih
dari 40 tahun (Mardiana, 2004). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia
tahun 2007 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat
inap 16,85% dan pasien rawat jalan 21,69% (Kemenkes, 2010). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Oemiati, dkk, (2011) prevalensi kasus tumor di
Indonesia sebanyak 5,03 %. Provinsi tertinggi yaitu Yogyakarta 9,66% dan Jawa
Tenggah 8,06%. Menurut jenis dan lokasi tumor, kanker payudara menunjukan nilai
risiko 15,6% (95% CI : 14,2 17,1%).Penderita kanker stadium awal akan
mempunyai peluang hidup sejumlah 100%, pada penderita kanker stadium dua
memiliki peluang hidup sejumlah 70-80%, pada penderita kanker stadium tiga
mempunyai peluang hidup lebih kecil yaitu hanya sebesar 40-20%, sehingga, semakin
cepat ditangani, maka peluang untuk hidup dan sembuh juga semakin besar akan
tetapi menurut Summarny (2002).
Proyeksi data WHO tahaun 2012 memperkirakan prediksi peningkatan
substantif 19,3 juta kasus kanker per tahun pada tahun 2025 ke depan, sehingga
menyebabkan pertumbuhan dan penuaan global populasi semakin pesat. Lebih dari
50% semua kanker (56,8%) yang menyebabkan kematian itu akibatnya (64,9%) pada
tahun 2012 terjadi perkembangan wilayah di dunia dan membuat proporsi ini akan
meningkat lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012 terdiagnosis 1,7 juta
perempuan menderita kanker payudara dari 6,3 juta wanita (World Health
Organization (WHO), 2012).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Septiani & Suara (2012) Dengan
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat
kematian akibat kanker payudara sampai 20%, namun wanita yang melakukan
SADARI masih rendah (25%-30%). Penelitian yang telah dilakukan oleh Septiani &
Suara (2012) adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku sadari.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sari Septiani (2012) ini diperoleh data
sebagai berikut : 84,3% tidak melakukan SADARI, 51% berusia lebih dari 15 tahun,
sebanyak 98% berpengetahuan baik tentang SADARI, 52% responden bersikap
positif, responden yang terpapar informasi dari media massa dan elektronik 19%,
sedangkan untuk dukungan orang tua terhadap responden lebih dari setengahnya
dikategorikan buruk (tidak mendukung) yakni sebanyak 62% dan selebihnya
sebanyak 38% terkategorikan baik.
Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap turun-temurun,
yang berarti bahwa mereka berakibat langsung dari cacat gen (disebut mutasi)
diwarisi dari orangtua. Penyebab paling umum dari kanker payudara herediter adalah
mutasi diwariskan dalam gen BRCA-1 dan BRCA-2 . Dalam sel normal , gen ini
membantu mencegah kanker dengan membuat protein yang menjaga sel-sel dari
tumbuh abnormal (Sri Rahayu Sanusi,2013) .
Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya yang dilakukan untuk
mengenali adanya kanker payudara saat masih berukuran kecil dan sebelum sel
kanker payudara tersebut menyebar.
Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan
kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti Long (1989)
yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri). Demikian juga Soelarto (1995) dalam penelitiannya
menyebutkan kurang lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak
sengaja.
Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
1) Tahu (Know)
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen – komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja.
5) Sintesis (Syntesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman -pemahaman baru.
1) Usia
Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2. Status pernikahan
3. Tingkat Pendidikan
4.Informasi
5. Budaya.
Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
meliputi sikap dan kepercayaan. biasanaya berdasarkan garis keturunan yang
dianggap sama identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan citi khas
kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri
biologi.
7) Sosial Ekonomi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam – macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan - pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
Sikap dikatakatan sebagai suatu respon evaluative. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respons evaluative berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-
tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap
objek sikap (Azwar, 2007)
1. Pengalaman pribadi.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang
tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman
sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
4. Media massa.
7. Umur
Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal itu sudah
terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara stadium 1 lebih besar.
Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus dilakukan secara berkala.
Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun. Sementara yang
berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada benjolan, yang
terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang merasa ada benjolan paling hanya
satu (Olfah dkk, 2013).
Tujuan SADARI
Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker
dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Ternyata 75-85%
keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara
sendiri.
3. Manfaat SADARI
Manfaat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi
sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena payudara pada hakikatnya
dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai
bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendiri
secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara
wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan
mudah (Manuaba, 2010).
3. Berdiri tegak di hadapan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan dada ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
1) Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap kekiri dengan
membengkokkan kedua lutut. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah
dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan bagian yang akan
diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan
kiri untuk memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari untuk
memeriksa sembarangan benjolan atau penebalan. Periksa payudara dengan
menggunakan vertical strip dan circular.
Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar. Bergeraklah
sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan
5) Memeriksa ketiak
Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak.
5. Waktu Dilakukan SADARI
Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara,
kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal yang sering terdapat di
daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan
dapat digerakkan. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma. Jaringan payudara terdiri dari
kelenjar susu (kelenjar embuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan
jaringan penunjang payudara (Olfah dkk, 2013).
Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS
berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding
duktus kejaringan payudara disekitarnya. Sekitar satu hingga lima kasus baru kanker
payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker tahap ini dapat
disembuhkan.
Kanker jenis ini dimulai dari lobulus. Seperti IDC, ILC dapat menyebar atau
bermetastasis ke bagian lain di dalam tubuh.
IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi. Hanya
sekitar 1-3% dari semua kasus kanker payudara adalah jenis IBC. Sebaliknya kanker
jenis ini membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat. Kulit payudara
juga tampak tebal dan mengerut seperti kulit jeruk.
b. Etiologi
10) Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu atau
saudara yang lain
c. Faktor Resiko
f) Pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonomi yang lebih
tinggi.
Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa ada tanda dan gejala).
Tanda dan gejala yang paling umum adalah adanya benjolan atau penebalan
pada payudara, sedangkan tanda dan gejala lanjut kanker payudara meliputi
kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu dan nyeri, nyeri tekan atau rabas
khususnya berdarah dari puting. Kulit tebal dengan pori – pori menonjol sama
dengan kulit jeruk dan atau ulserasi pada payudara merupakan tanda lanjut
dari penyakit. Jika ada keterlibatan nodul, mungkin menjadi keras,
pembesaran nodul limfa aksilaris membesar dan atau nodus supraklavikula
teraba pada daerah leher. Tanda dan gejala dari metastase yang luas meliputi
nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah atau pelvis; batu menetap;
anoreksia atau berat badan menurun; gangguan pencernaan; pusing;
penglihatan kabur dan sakit kepala (Gale & Charette, 1999).
B. Fase lanjut
4. Putting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari
puting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui.
2. Demam yang berlebih sering terlihat dalam tahap-tahap lanjut, terutama bila
kanker mempengaruhi sistem kekebalan dan mengurangi pertahanan terhadap
infeksi.
1. Faktor reproduksi
Eropa Barat dan Amerika utara : lebih dari 6-10 kali keturunan Amerika utara
perempuan Afrika-Amerika sebelum usia 40 tahun.
4. Status perkawinan
5. Paritas
Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun atau yang belum
pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar daripada yang melahirkan anak
pertama di usia belasan tahun.
6. Riwayat mesntruasi
Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia kurang dari
12 tahun memiliki resiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih besar daripada wanita dengan
menarche yang datang pada usia lebih dari 12 tahun. Wanita dengan menopause
terlambat yaitu pada usia lebih dari 50 tahun memiliki resiko 2,5 hinga 5 kali lebih
tinggi.
7. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara berisiko 2-3
kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan saudara perempuan maka
risiko menjadi 6 kali lebih tinggi.
Wanita yang mengalami hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia memiliki
risiko 8 kali lebih besar kanker payudara.
Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada peempuan muda dan anak-anak
bermanifestasi setelah usia 30 tahun. Terpapar unsur radiasi, apalagi dalam waktu
lama selama atau sesudah pubertas, meningkatnya terjadinya risiko
Dengan kanker ovarium primer, resiko kanker payudara 3-4 kali lebih besar.
Dengan kanker endometrium primer resiko kanker payudara 2 kali lebih besar.
Dengan kanker colorectal resiko kanker payudara 2 kali lebih besar (Olfah dkk,2013).
Semakin tua memiliki anak pertama, semakin besar risiko untuk terkena
kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak
risiko terkena kanker payudara juga akan meningkat.
Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat membuat
gemuk tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker payudara, lemak tubuh
akan meningkat apalagi tidak diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut
pada resistansi insulin sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak
karbohidrat yang mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilakan un
bertambah seiring dengan pertambahan berat badan. Lemak pada tubuh yang lebih
banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan
payudara dan menstruasi lebih cepat.
1) Stadium I
2) Stadium II
3) Stadium IIIa
4) Stadium IIIb
5) Stadium IV
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tertier
1) Pembedahan
2) Radioterapi
3) Kemoterapi
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
1. Definisi SADARI
2. Tujuan SADARI
3. Manfaat SADARI
Sikap
1. Pelaksanaan
2. Disiplin
2. Bagaimana SADARI
3. Kapan SADARI
Dukungan teman sebaya
(green dalam Notoatmodjo, 2010),
Informatif (Gale dan Charette, 1999)
(Taylor, 2009)
Informatif
(Taylor, 2009
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Pengetahuan
b. Sikap Mahasiswi.
Kriteria Objektif :
Kriteria Objektif :
Kriteria Objektif :
4. Tindakan SADARI
SADARI adalah salah satu metode deteksi dini kanker payudara yang
dilakukan sendiri untuk mengenali kelainan dini pada payudara dengan cara:
Kriteria Objektif :
E. Hipotesis Penelitian