Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pasien ini penegakan diagnosis BPH berdasarkan pada anamnesis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis pasien datang
dengan keluhan utama sulit BAK. Pasien mengeluh sulit BAK sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya, pasien sudah mengeluh seperti ini sejak 1 tahun terakhir ini, pasien harus
menunggu dan mengedan ketika memulai kencing, kadang-kadang pancaran
kencingnya melemah tidak seperti biasanya, dan kencingnya terputus-putus di
pertengahan sewaktu kencing. Pasien mengatakan kencingnya menetes pada waktu
akhir kencing dan merasakan kencingnya tidak tuntas. Selain itu pasien juga
mengeluhkan tidur terganggu karena harus bangun untuk BAK kurang lebih sebanyak
3-5 kali dalam semalam. Nyeri ketika kencing disangkal.
Pasien mengatakan beberapa hari sebelum datang ke poli, keluhan dirasakan
semakin memberat sampai kencingnya hampir tidak bisa keluar, hanya menetes saja.
Warna kencing kuning pekat. Kencing berwarna merah dan keluar pasir disangkal oleh
pasien. Pasien juga tidak mengeluhkan badannya panas, mual -, muntah -.Tidak
merasakan nyeri pada pinggang. BAB dalam batas normal.

Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien sudah
pernah kontrol ke poli kurang lebih sebanyak 5x sejak bulan Desember 2017. Selama 2
bulan pasien rutin kontrol ke Poli Bedah RSUD Kanjuruhan, dan mendapat terapi
Harnal 2 x 1, dan Ranitidin 2 x 1. Saat mengkonsumsi obat tersebut pasien merasa
keluhan berkurang. Namun ahir-ahir ini keluhan semakin memberat.

Pada kasus BPH, gejala yang paling sering dikeluhkan adalah gejala LUTS/
keluhan pada saluran kemih bagian bawah seperti gangguan obtruksi dan iritasi. Pada
pasien ini gejala obstruksi yang dialami adalah Hesistansi, Pancaran miksi lemah,
Intermitensi, Miksi tidak puas, dan Terminal dribbling (menetes). Pasien ini juga
mengalami gejala iritasi seperti Frekuensi dan Nokturia.
Dari hasil pemeriksaan fisik(DRE)  tonus Sphincter Ani BCR(+) Normal; Mukosa
Rectum : Licin, Massa (-); Prostat membesar, sulkus medianus datar, pole atas tidak
dapat teraba. Konsistensi kenyal, permukaan rata, tidak teraba nodul. Nyeri tekan (-).;
Saat Jari Dikeluarkan, pada Handschoen: Lendir (-), darah (-), Feces (-). Kesan:
pembesaran prostat, tidak terdapat nodul.

Colok dubur merupakan pemeriksaan yang sangat penting. DRE dapat


memberikangambaran tonus sfingter ani, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti
benjolan di dalam rektum dan tentu saja meraba prostat. Pada BPH akan ditemukan
prostat yang lebih besar dari normal, permukaan licin dan konsistensi kenyal.

Dari pemeriksaan penunjang yaitu USG, didapatkan hasil yakni BPH dengan
volume 98,5 ml. sesuai dengan teori bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis BPH salah satunya dengan menggunakan
USG. Gambaran sonografi benigna hyperplasia prostat menunjukan pembesaran
bagian dalam glandula, yang relatif hipoechoic dibanding zona perifer. Zona transisi
hipoekoik cenderung menekan zona central dan perifer. Batas yang memisahkan
hyperplasia dengan zona perifer adalah “surgical capsule”. USG transabdominal
mampu pula mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat
obstruksi BPH yang lama.

Pada pasien ini dilakukan rencana terapi open prostatectomy. Tujuan terapi
hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2) meningkatkan kualitas
hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi
gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi dan (6) mencegah
progrefitas penyakit. Pertimbangan dilakukannya open prostatectomy adalah volume
prostat menunjukkan 100cc. operasi terbuka juga dilakukan pada beberapa kasus
ketika sebuah prosedur transurethral tidak dapat digunakan. Pada pasien ini IPSS
score juga menunjukkan gejala berat dengan total score 27 dan tidak berespon dengan
pengobatan medika mentosa sehingga dipertimbangkan untuk dilakukan operasi open
prostatectomy.

Anda mungkin juga menyukai