Anda di halaman 1dari 3

PR

1. CPAP pemberian oksigen biasanya dimulai dengan konsentrasi 21 % dengan PEEP 5-8 cmH2O
Indikasi CPAP adalah :
 Takipneu (frek nafas > 60x/menit)
 Kebutuhan oksigen >60%
 Merintih
 Retraksi nafas
 Saturasi oksigen <93%
 Sering menglami apneu

Kontra indikasi CPAP

 Bayi dengan gagal napasa yang membutuhkan ventilator


 Pernapasan irregular
 Adanya anomaly kongenital
 Hernia diafragmatika
 Atresia choana
 Fistula trachea esophageal
 Pneumothoraks tanpa chest drain
 Trauma pada nasal
 Kardiovaskular yang tidak stabil
 Bayi lahir besar yang tidak dapat mentoleransi penggunaan CPAP

CPAP dianggap gagal jika pemberian CPAP telah mencapai tekanan positif akhir ekspirasi sebesar
8 cmH2O dan FiO2 telah diatas 40 % namun bayi masih mengalami distress pernapasan

2. Pada bayi dengan Capilary Refill Time memanjang yang harus dilakukan Loading dengan
menggunakan cairan NaCl 0,9% 20mL/kgBB/15 menit

3. Hipoglikemia pada neonatus


Hipoglikemia asimptomatis : teruskan pemberian ASI setiap 1-2 jam atau 10mL/kgBB, monitor
gula darah sebelum bayi minum sampai gula darah stabil
Hipoglikemia simptomatis : berikan D10% sebanyak 2 ml/kgBB secara bolus dan dilanjutkan
dengan IVFD D10% 4-6mg/kgBB/menit hingga gula darah mencapai >45g/dL dan tetap
pertahankan

4. Imunisasi pada ibu dengan tb aktif


Jika ibu menderita tuberkulosis paru aktif dan diobati selama kurang dari dua bulan sebelum
melahirkan atau terdiagnosis menderita tuberkulosis sesudah melahirkan :
 Yakinkan ibu bahwa aman untuk memberikan ASI pada bayinya
 Jangan memberikan vaksin tuberkulosis (BCG) saat bayi baru lahir
 Berikan isoniazid profilaktik 5 mg/kg oral satu kali sehari
 Pada umur enam minggu, evaluasi kembali bayi, perhatikan pertambahan berat badan dan
jika mungkin lakukan pemeriksaan foto dada
 Jika terdapat temuan-temuan ke arah penyakit aktif, mulailah pengobatan antituberkulosis
lengkap
 Jika bayi terlihat baik dan hasil pemeriksaan negatif, lanjutkan isoniazid profilaktik sampai
lengkap enam bulan pengobatan
 Tunda pemberian vaksin BCG sampai dua minggu sesudah pengobatan selesai. Jika BCG
sudah diberikan, ulangi imunisasi BCG dua minggu sesudah pengobatan dengan isoniazid
selesai.
5. Pada saat ibu in partu, dokter spesialis anak mendampingi dokter spesialis kebidanan. Tindakan
segera setelah bayi lahir (dalam waktu kurang dari 12 jam) adalah.
a) Memberikan vaksin rekombinan hepatitis B secara IM, dosis 5 mg vaksin HBVax-II atau 10
mg vaksin Engerix-B.
b) Pada saat yang bersamaan, di sisi tubuh yang lain diberikan imunisasi pasif hepatitis B dalam
bentuk hepatitis B immunoglobulin HBIg secara IM, dengan dosis 0.5 ml.
c) Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak
mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pemberian HBIg tersebut tidak
dipaksakan. Dengan catatan, imunisasi aktif hepatitis B tetap diberikan secepatnya.7
Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal
a) Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan (satu bulan setelah
penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga), 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya setiap 1 tahun.
(1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang anti HBs
dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun.
(2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan satu
bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan
pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun, seperti pada butir a.
(3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi
dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak
akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis.
(4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negative dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan
HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis
dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya
disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun.

b) Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila
SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan,
pertimbangkan terapi anti virus.
6. Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa ruam
makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium prodromal demam disertai
coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam makulopapular. Penyakit lain yang
menimbulkan ruam yang sama antara lain:
 Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
 Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam muncul.
 Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium prodromal.
 Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa
konjungtivitis ataupun coryza.
 Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, tetapi tidak
disertai batuk dan bercak Koplik.
 Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak.

KLINIS
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi,
terdiri dari tiga stadium:
Stadium prodromal: berlangsung kira-kira hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam yang
dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza
(peradangan akut membrane mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk.
Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya
(fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots
yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil
berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik
ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat
pemeriksaan klinis.
Stadium eksantem: timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai
dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas
atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam
umumnya memuncak (mencapai 40oC) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Jika demam
menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.
Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang
sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang
akan menghilang dalam 7-10 hari.
Diagnosis
 Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai timbul dari
belakang telinga sampai ke seluruh tubuh.
 Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan ruam makulopapular.
 Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan limfositopenia.
Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga

Anda mungkin juga menyukai