Anda di halaman 1dari 12

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.

php/jipi

Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016, 190 - 201

Efektivitas Virtual Lab Berbasis STEM dalam Meningkatkan Literasi Sains


Siswa dengan Perbedaan Gender
I. Ismail 1 *, Anna Permanasari 2, Wawan Setiawan 3
123
Universitas Pendidikan Indonesia. Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154, Indonesia
* Korespondensi Penulis: smile.dza@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas virtual lab berbasis STEM sebagai media
praktikum alternatif dalam meningkatkan literasi sains siswa dengan perbedaan gender.Penelitian ini
menggunakan desain one Group pretest-posttest yang terdiri atas kelas 7B dengan jumlah siswa 29
orang perempuan dan kelas 7D dengan jumlah siswa 30 orang laki-laki. Teknik pengambilan data
menggunakan metode observasi, angket, dan tes. Efektivitas virtual lab berbasis STEM dianalisis
dengan Independent-samples t test kemudian dihitung nilai effect size. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil peningkatan literasi sains siswa kelas perempuan (7B) sebesar 0,46
dan kelas laki-laki (7D) sebesar 0,29 dengan keduanya dalam kategori sedang. Nilai effect size
penggunaan virtual lab berbasis STEM pada domain konten dan kompetensi sains sebesar 0,39 dengan
kategori sedang dan domain sikap sebesar 0,75 dengan kategori tinggi.
Kata Kunci: virtual lab, STEM, literasi sains, gender

STEM-Based Virtual Lab Effectiveness in Improving the Scientific Literacy of


Students with Gender Differences
Abstract
This study aimed to know theeffectiveness of STEM-based virtual lab in improving the scientific
literacy of students by gender differences.The design of this research one group pretest-posttest
consisting of class 7B by the number of students 29 women and 7D class by the number of students 30
men.The data Ade collected through questionnaires, observations, and tests. The effectiveness of
STEM-based virtual lab was analyzed through Independent-samples t test then calculated the value of
effect size. the results showed that there are differences the resulting increase inscientific literacy
class students women (7B) of 0.46 and a class of men (7D) of 0.29 with both of them in the medium
category.The value of effect size using STEM-based virtual lab on the science content domain and
competencies of 0.39 with the moderate category and attitude domain of 0.75 to a high category.
Keywords: virtual lab, STEM, Scientific literacy, gender

How to Cite: Ismail, I., Permanasari, A., & Setiawan, W. (2016). Efektivitas virtual lab berbasis STEM dalam
meningkatkan literasi sains siswa dengan perbedaan gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 190-201.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v2i2.8570

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v2i2.8570

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 191
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

bisa membantu dalam membangun keterampilan


PENDAHULUAN
STEM, untuk itulah virtual lab dikembangkan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam rangka membangun keterampilan-
(IPA) bertujuan untuk membantu siswa agar keterampilan STEM.
mampu menguasai pengetahuan tentang ketera- Science, Technology, Engineering, and
turan sains. Pengetahuan tersebut diperoleh Mathematics (STEM) merupakan pendekatan
melalui proses ilmiah sehingga siswa memiliki dalam perkembangan dunia pendidikan khusus-
sikap ilmiah yang dapat digunakan untuk nya di bidang IPA. Pendidikan STEM dibentuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- berdasarkan perpaduan beberapa disiplin ilmu
hari. Pembelajaran IPA tidak hanya meliputi menjadi satu bentuk kesatuan pendekatan baru
konsep, prinsip, ataupun teori, tetapi ada juga yang utuh. Disiplin ilmu yang menjadi kom-
proses sains yang diajarkan melalui praktikum, ponen dari pendekatan STEM yaitu sains, tek-
tetapi hal ini pun jarang jarang dilakukan oleh nologi, enjinering, dan matematika. Penginte-
para guru karena beberapa alasan, antara lain grasian beberapa disiplin ilmu ini dalam satu
tidak ada waktu khusus untuk praktikum, tidak kesatuan diharapkan mampu menghasilkan
memadai alat-alat dan bahan praktikum, dan lulusan yang kompeten dan berkualitas tidak
sebagian lagi tidak menguasai cara kerja di saja dalam hal penguasaan konsep tetapi juga
laboratorium. Padahal praktikum memegang dalam mengaplikasikannya pada kehidupan.
peran penting di dalam pembelajaran IPA. Pendekatan STEM merupakan perpaduan dari
(Adisendjaja dan Romlah, 2009, p.1). sains, teknologi, enjiniring, dan matematika ke
Hambatan dalam praktikum dapat diatasi dalam satu kurikulum secara keseluruhan
dengan menggunakan media pembelajaran alter- (Jones, 2008).
natif berupa virtual lab. Virtual lab mengguna- Pendidikan STEM merupakan gerakan
kan program komputer untuk menyimulasikan global dalam praktik pendidikan yang mengin-
serangkaian percobaan tanpa melakukan kegiat- tegrasikan dengan berbagai pola integrasi untuk
an secara langsung. Virtual lab dapat memper- mengembangkan kualitas SDM yang sesuai
kuat kegiatan praktikum yang tidak dapat dengan tuntutan keterampilan abad ke-21. Pem-
dipraktekkan secara nyata, artinya virtual lab belajaran sains berbasis STEM sebagai salah
dapat menjadi media praktikum alternatif untuk satu wujud dari pendidikan STEM kompatibel
menggantikan praktikum nyata jika tidak dengan sistem kurikulum yang berlaku di
memungkinkan untuk dilakukan. Indonesia masa kini. (Firman, 2015).
Virtual lab dapat mendukung siswa untuk Integrasi dari pendekatan STEM ini akan
mengeksplorasi dan memvisualisasikan konsep- membantu siswa dalam menganalisis dan meme-
konsep abstrak terutama dalam menggambarkan cahkan permasalahan yang terjadi dalam kehi-
penerapan pengetahuan (Başer, & Durmuş, dupan nyata sehingga siswa siap untuk bekerja.
2010) dan meningkatkan literasi sains siswa Pengetahuan yang digunakan dalam memecah-
(Suanda, 2010). Selain itu, penggunaan virtual kan masalah tersebut merupakan definisi literasi
lab dalam pembelajaran memiliki beberapa ke- sains. Literasi sains merupakan Pengetahuan
untungan diantaranya: (1) memungkinkan siswa ilmiah individu dan penggunaan pengetahuan itu
untuk menghasilkan karya eksperimen yang lain untuk mengidentifikasi pertanyaan, untuk mem-
kare-na efektif dari segi waktu dan biaya; (2) peroleh pengetahuan baru, untuk menjelaskan
me-mungkinkan siswa untuk memperoleh visu- fenomena ilmiah, dan untuk menarik kesim-
alisasi pada tingkat makroskopik, submikrosko- pulan berdasarkan bukti.
pik, dan tingkat simbolik; (3) memberikan Programme for International Student
presentasi dinamis dari dunia partikel submikro; Assessment (PISA) adalah salah satu studi inter-
(4) berkontribusi pada pemahaman yang lebih nasional yang dirancang dan diprogram oleh
baik dari kandungan kimia; dan (5) alat motivasi Organization for Economic Cooperation and
yang kuat. (Herga, Grmek, & Dinevski, 2014) Development (OECD) (Ekohariadi & Salim,
Virtual lab juga mampu meningkatkan kinerja 2010) berupa asesmen internasional yang
konseptual dan penyelidikan (Chien, Tsai, Chen, menyediakan informasi tentang seberapa jauh
Chang, & Chen, 2015) Dunia virtual dapat sekolah membekali sisa untuk menghadapi
menghadirkan Science, Technology, Engineer- situasi kehidupan nyata. PISA pertama kali
ing, and Mathematic (STEM) kepada siswa diselenggarakan pada tahun 2000. Siswa yang
melalui kegiatan menarik dan berorientasi sosial terlibat dalam tes literasi sains PISA dibedakan
(August et al., 2011) Praktikum nyata kurang menjadi siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 192
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

Siswa pada masing-masing gender memiliki kelompok siswa perempuan dan kelompok siswa
karakteristik yang berbeda baik secara fisiologis laki-laki) (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2011,
maupun psikologi (Purwanto, 1996.p.111). Oleh p.269). Penelitian dilakukan pada bulan Februari
karena itu, gender yang juga merupakan salah sampai Maret 2016 bertempat di Sukabumi,
satu komponen yang terdapat pada studi PISA Jawa Barat dengan lokasi SMP IT Adzkia
yaitu pada angket siswa dan sekolah (OECD, Sukabumi di mana siswanya dipisahkan berda-
2006, p.25). Di dalam hasil penilaian PISA sarkan gender. Subjek pada penelitian ini adalah
terhadap kemampuan literasi sains siswa Indo- siswa kelas perempuan (7B) dan siswa kelas
nesia sampai saat ini masih memprihatinkan, laki-laki (7D) tahun pelajaran 2015/2016 SMP
kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada IT Adzkia.
tahun 2012 berada pada urutan ke 64 dari 65 Penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali
negara peserta (OECD, 2014). Selain itu juga pertemuan termasuk pretest dan posttest. Pretest
dipaparkan bah-wa faktor gender juga dapat dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan
mempengaruhi capaian literasi sains siswa, kemampuan awal siswa kelas perempuan (7B)
siswa perempuan kurang mewakili dalam bidang dan siswa kelas laki-laki (7D) dengan memberi-
sains, teknologi, enjiniring, dan matematika kan soal literasi sains sebanyak 20 soal untuk
(OECD, 2014). domain konten dan kompetensi, sedangkan
Banyak penelitian yang telah dilakukan domain sikap sebanyak 10 soal. Setelah pretes
terkait dengan masalah capaian literasi sains dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
siswa berdasarkan gender. Salah satunya adalah virtual lab berbasis STEM sebanyak tiga kali
penelitian tentang perbandingan capaian literasi pertemuan yang masing-masing pertemuan de-
sains di beberapa negara Asia yang menunjuk- ngan praktikum yang berbeda-beda yaitu prak-
kan bahwa pada umumnya siswa laki-laki sedi- tikum tingkat kekeruhan air, praktikum pH air,
kit berada di atas perempuan, misalnya di dan kandungan bakteri patogen pada air. Postest
Jepang, Korea, dan Macao-Cina, namun sebalik- diberikan setelah pembelajaran untuk mengeta-
nya siswa perempuan sedikit berada di atas laki- hui besarnya capaian literasi sains. Un-tuk
laki yang terjadi pada negara Thailand dan mengetahui keterlaksanaan pembelajaran digu-
Hongkong. Siswa perempuan lebih unggul nakan lembar observasi menggunakan pendekat-
dibandingkan dengan siswa laki-laki (Yusuf, an saintifik.
2008). Kemampuan berkomunikasi siswa Data meliputi hasil pretest-postest, dan
perempuan lebih unggul dibandingkan dengan lembar observasi. Instrumen meliputi lembar ob-
siswa laki-laki (Wardani, 2009). Oleh karena itu, servasi dan soal tes tertulis. Teknik pengumpul-
perbedaan gender juga merupakan salah satu an data di antaranya observasi dan tes tertulis.
komponen yang dapat mempengaruhi capaian Data hasil dianalisis dengan menggunakan ban-
literasi sains. tuan program SPSS 21.0 dengan melihat gain
Pada penelitian ini, virtual lab berbasis ternormalisasi (N-Gain) (Hake, 2007, p.8), nilai
STEM yang digunakan bertema pencemaran air. effect size menggunakan rumus yang kemuka-
pencemaran air adalah salah satu tema yang kan oleh Thailmer, & Cook (2002, p.5) jika data
dijadikan konteks aplikasi sains dalam PISA. diolah dengan kaidah statistik parame-terik dan
Selain itu, pencemaran air adalah salah satu rumus Colder, & Foreman (2009, p.59) jika data
konten yang bersifat mikroskopis artinya tidak bersifat nonparametrik, data observasi keterlak-
bisa digambarkan secara nyata. Praktikum nyata sanaan dengan menghitung jumlah jawaban “ya”
hanya bisa menggambarkan keadaan yang dan “tidak” pada format keterlaksanaan pem-
tampak di mata siswa saja tidak mampu untuk belajaran dengan menggunakan kategori yang
menggambarkan keadaan partikel-partikel atau dikemukakan oleh Riduwan (2012, p.2).
organisme yang terkandung pada air tercemar,
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga diperlukan virtual lab untuk dapat
menjelaskan keadaan mikroskopis yang terjadi Efektivitas pembelajaran menggunakan
pada keadaan air tercemar tersebut. virtual lab berbasis STEM dilihat dari pening-
katan literasi sains siswa artinya virtual lab
METODE
dapat dikatakan efektif digunakan dalam pem-
Jenis penelitian ini merupakan pre-experi- belajaran bila terjadi peningkatan literasi sains
mental dengan desain penelitian The One-Group siswa. Peningkatan literasi sains dipaparkan
Pretest-Postest, yaitu penelitian dilaksanakan menjadi beberapa bagian, antara lain: (1)
pada satu kelompok siswa (dalam penelitian ini peningkatan literais sains secara keseluruhan

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 193
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

(domain kompetensi dan konten sains yang ten indikator pencemaran air sebesar 57,89%,
dibingkai oleh konteks sains); (2) peningkatan sedangkan kelas laki-laki (7D) pada konten
literasi sains domain kompetensi; (3) pening- pengertian pencemaran air sebesar 54,55%.
katan literasi sains domain konten; dan (4) Konten yang mengalami peningkatan terendah
peningkatan literasi domain sikap. pada kelas perempuan (7B) adalah konten pe-
Peningkatan literasi sains dianalisis ngertian pencemaran air sebesar 40,74%, se-
dengan bantuan program SPSS 21.0 dengan dangkan kelas laki-laki (7D) pada konten kom-
melihat signifikansi dari data gain ternormalisasi ponen pencemaran air sebesar 10,93%. Pening-
(N-Gain). Dari hasil analisis didapat bahwa data katan literasi sains siswa kelas perempuan (7B)
terdistribusi tidak normal sehingga data diana- dan kelas laki-laki (7D) setiap konten dapat
lisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dilihat pada Gambar 1.
test (Wijaya, 2001, p.51) pada Tabel 1. Menun-
jukkan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,003
(sig. <α = 0,05) artinya H0 ditolak dan H1 dite-
rima pada taraf signifikansi α = 0,05, sehingga
terdapat perbedaan peningkatan literasi sains
siswa kelas perempuan (7B) dan siswa kelas
laki-laki (7D). di mana peningkatan literasi sains
dilihat dari nilai rata-rata maka peningkatan
literasi sains siswa kelas perempuan lebih besar
dibandingkan kelas laki-laki dengan selisih rata-
rata peningkatan literasi sains adalah = 7.
Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney Peningkatan
Literasi Sains Domain Konten dan Kompetensi
Test Statisticsa Gambar 1. Peningkatan Literasi Sains Siswa
Peningkatan Domain Konten
Mann-Whitney U 238.500 Gambar di atas menunjukkan bahwa pada
Wilcoxon W 703.500 setiap konten sains, siswa mengalami peningkat-
Z -2.984 an nilai setelah melaksanakan pembelajaran
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 menggunakan virtual lab berbasis STEM dengan
pendekatan saintifik. Tetapi, besarnya berbeda-
a. Grouping Variable: Gender
beda untuk masing-masing konten. Pada kelas
Selain analisis terhadap penguasaan pada perempuan (7B) konten yang mengalami
domain konten dan kompetensi sains secara peningkatan yang paling besar adalah indikator
keseluruhan, dilakukan juga analisis terhadap pencemaran air dan peningkatan terkecil pada
literasi sains siswa pada domain kontes dan konten pengertian pencemaran air, sedangkan,
kompetensi secara terpisah, hal ini dilakukan untuk kelas laki-laki peningkatan paling besar
untuk mengetahui profil literasi sains siswa terjadi pada konten pengertian pencemaran air
setiap domain konten dan kompetensi sains. dan paling kecil. Sedangkan, kelas laki-laki (7B)
Konten sains yang dikaji meliputi penger- peningkatan paling besar terjadi pada konten
tian pencemaran air, indikator pencemaran air, pengertian pencemaran air dan terendah pada
komponen pencemaran air, dan dampak pence-
konten komponen-komponen pencemaran air.
maran air. penguasaan tiap konten sains dapat
dilihat pada tabel 2. Menunjukkan peningkatan
tertinggi pada kelas perempuan (7B) pada kon-
Tabel 2. Peningkatan Literasi Sains Domain Konten
Kelas Perempuan (7B) Kelas Laki-laki (7D)
No Konten Rerata rerata
Kategori Kategori
Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain
1 Pengertian pencemaran air 53,45 72,41 40,74 Sedang 63,33 83,33 54,55 Sedang
2 Indikator pencemaran air 62,56 84,24 57,89 Sedang 69,52 78,57 29,69 Rendah
3 Komponen pencemaran air 48,28 72,41 46,67 Sedang 31,67 39,17 10,98 Rendah
4 Dampak pencemaran air 61,58 79,80 47,44 Sedang 51,43 72,38 43,14 Sedang

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 194
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

Rata-rata 56,47 77,22 48,18 53,99 68,36 34,59

Tabel 3. Peningkatan literasi sains domain kompetensi


Kelas Perempuan (7B) Kelas Laki-laki (7D)
Indikator Kompetensi
No rerata rerata
Sains Kategori Kategori
Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain
Mengidentifikasi
1. 54,02 78,74 54,54 Sedang 63,01 78,16 42,51 Sedang
permasalahan ilmiah
Menjelaskan fenomena
2. 61,21 84,77 62,96 Sedang 47,78 64,44 32,01 Sedang
secara ilmiah
Menggunakan bukti
3. 61,21 70,69 35,23 Sedang 65,83 70,83 27,27 Rendah
ilmiah
Rata-rata 58,81 78,07 50,91 Sedang 58,87 71,15 33,93 Sedang

Untuk domain kompetensi sains, indikator


kompetensi sains yang dikaji yaitu mengidenti-
fikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan feno-
mena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah,
yang masing-masing indikator memiliki tiga sub
indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.
Jika dilihat dari Tabel 3, dapat dilihat bah-
wa peningkatan literasi sains domain kompe-
tensi kelas perempuan (7B) terbesar terjadi pada
indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah
sebesar 62,96% dengan kategori sedang, dan
peningkatan terkecil terjadi pada indikator
menggunakan bukti ilmiah sebesar 35,23%
dengan kategori sedang. Kelas laki-laki (7D)
peningkatan terbesar terjadi pada indikator
mengidentifikasi permasalahan ilmiah sebesar Gambar 2. Peningkatan Literasi Sains Siswa
42,51% dengan kategori sedang, dan peningkat- Domain Konten
an terkecil terjadi pada indikator menggunakan Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat per-
bukti ilmiah sebesar 27,27% dengan kategori bandingan peningkatan literasi sains domain
rendah. kompetensi siswa kelas perempuan (7B) dan
Jika dilihat dari kedua kelas tersebut dapat siswa kelas laki-laki (7D), terlihat bahwa pada
dilihat bahwa kedua kelas mendapatkan pening- domain kompetensi siswa kelas perempuan (7B)
katan terendah pada indikator yang sama yaitu lebih unggul dibandingkan kelas laki-laki (7D)
menggunakan bukti ilmiah, hal ini dikarenakan untuk setiap indikatornya.
siswa kedua kelas tersebut belum terbiasa dalam Domain selanjutnya yang dinilai dalam
membuktikan pengetahuan yang didapat sehing- literasi sains adalah domain sikap. Domain sikap
ga siswa hanya menerima pengetahuan yang ini berupa respons siswa yang terdiri atas tiga
diberikan oleh guru tanpa ingin membuktikan indikator sikap, yaitu; mendukung inkuiri sains,
terlebih dahulu kebenaran dari pengetahuan ketertarikan terhadap sains, dan tanggung jawab
tersebut. terhadap sumber daya dan lingkungan. Respons
Secara lebih rinci berikut ini disajikan siswa ini terdiri atas 10 pernyataan sikap di ma-
grafik histogram literasi sains aspek kompetensi na tiap pernyataan terdiri atas 4 pilihan jawaban
sains siswa kelas perempuan (7B) dan siswa yaitu : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS =
laki-laki (7D) untuk setiap indikator, antara lain Tidak Setuju, dan STS = Sangat Tidak Setuju,
mengidentifikasi permasalahan ilmiah (MPI), setelah siswa memberikan respons sikap maka
menjelaskan fenomena secara ilmiah (MFI), dan dilakukan konversi nilai berupa : SS = 4, S = 3,
menggunakan bukti ilmiah (MBI), pada Gambar TS = 2, dan STS = 1. Angket sikap sains diberi-
2. kan pada saat sebelum dan setelah pembelajaran

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 195
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

untuk melihat peningkatan literasi sains domain tertarikan terhadap sains sebesar 28,08% dengan
sikap. kategori rendah, sedangkan kelas laki-laki (7D)
Peningkatan literasi sains aspek sikap di- peningkatan tertinggi terjadi pada indikator
analisis untuk mengetahui pengaruh pembel- tanggung jawab terhadap sumber daya dan ling-
ajaran menggunakan virtual lab berbasis STEM kungan sebesar 29,41% dengan kategori rendah
pada tema pencemaran air terhadap sikap siswa dan peningkatan terendah terjadi pada indikator
pada lingkungannya. Analisis peningkatan lite- mendukung inkuiri sains sebesar 18,71% dengan
rasi sains domain sikap dianalisis dengan meng- kategori rendah. Ini artinya peningkatan terting-
gunakan statistik kaidah parametrik dengan gi untuk kedua kelas terjadi pada indikator yang
menggunakan uji t dua belah yaitu independent sama yaitu tanggung jawab terhadap sumber
samples t test (Susetyo, 2010, p.266). Hasil uji daya dan lingkungan.
independent samples t test disajikan pada tabel 4 Dari hasil analisis efektivitas virtual lab
menunjukkan nilai asymp sig (2-tailed) = 0,006 berbasis STEM dengan melihat peningkatan lite-
<α = 0,05. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima rasi sains, dapat dikatakan virtual lab berbasis
pada taraf signifikansi < α = 0,05. Jadi terdapat STEM efektif digunakan dalam pembelajaran
perbedaan peningkatan sikap sains siswa kelas IPA tema pencemaran air karena terjadi pening-
perempuan (7B) dan siswa kelas laki-laki (7D). katan signifikan literasi sains siswa baik kelas
perempuan (7B) maupun kelas laki-laki (7D)
Tabel 4. Hasil Uji Independen Samples t test
Dari hasil analisis literasi sains secara
Peningkatan Literasi Sains Domain Sikap
keseluruhan dapat dilihat bahwa kelas perem-
t-test for Equality Sig. puan lebih unggul dibandingkan kelas laki-laki.
T df (2- Hal ini sesuai dengan hasil PISA tahun 2006
of Means tailed) yang memaparkan bahwa dari seluruh negara
N- Equal variances peserta PISA, terdapat 12 negara yang menun-
2.831 57 .006
Gain assumed jukkan hasil capaian literasi sains siswa perem-
Equal variances not puannya lebih unggul dibandingkan dengan
2.813 48.734 .007
assumed siswa laki-laki dan terdapat delapan negara yang
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan hasil capaian literasi sains siswa laki-lakinya
untuk domain sikap sains siswa kelas perempu- lebih unggul dibandingkan dengan siswa perem-
an (7B) dan kelas laki-laki (7D) dapat disimpul- puan (OECD, 2006). Perbedaan gender berpe-
kan bahwa pembelajaran menggunakan virtual ngaruh terhadap kompetensi sains yang dimiliki
lab berbasis STEM pada tema pencemaran air, siswa laki-laki (7D) dan siswa perempuan (7B).
dapat meningkatkan literasi sains siswa aspek Dalam penelitian ini siswa perempuan (7B)
sikap sains. unggul di semua indikator yaitu mengidentifi-
Sikap sains yang dikaji dalam penelitian kasi permasalahan ilmiah, menjelaskan feno-
ini meliputi 3 indikator antara lain: (1) men- mena secara ilmiah, dan menggunakan bukti
dukung inkuiri sains; (2) ketertarikan terhadap ilmiah. Namun, pada sub indikator mengidentifi-
sains; dan (3) tanggung jawab terhadap sumber kasi kata-kata kunci untuk mencari informasi
daya dan lingkungan. Data nilai siswa untuk ilmiah nilai peningkatan literasi aspek kompe-
masing-masing indikator sikap sains karena tensi siswa laki-laki (7D) lebih baik dari siswa
memperoleh pembelajaran menggunakan virtual perempuan (7B). Perbedaan gender juga ditemu-
lab berbasis STEM dapat dilihat pada Tabel 5. kan pada sikap siswa terhadap sains. Siswa laki-
Berdasarkan tabel 5 pada masing-masing laki lebih baik peningkatan sikapnya dalam
indikator sikap sains terjadi peningkatan nilai ketertarikan terhadap sains daripada siswa pe-
rata-rata antara siswa kelas perempuan dan kelas rempuan. Dari hasil analisis aspek konten sains
laki-laki, dari hasil keseluruhan indikator terlihat siswa kelas perempuan lebih dominan dalam
bahwa kelas perempuan lebih besar peningkat- peningkatannya, hanya pada konten pengertian
annya dibandingkan kelas laki-laki. Peningkatan pencemaran air siswa laki-laki (7D) peningkat-
sikap tertinggi pada kelas perempuan (7B) terja- annya lebih besar dibandingkan siswa perem-
di pada indikator tanggung jawab terhadap sum- puan (7B).
ber daya dan lingkungan sebesar 49,09% dengan
kategori sedang dan terendah pada indikator ke-

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 196
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

Tabel 5. Peningkatan literasi sains domain sikap


Rata-rata (%)
Indikator Sikap Sains Kelas Perempuan (7B) Kelas Laki-laki (7D)
Kategori Kategori
Pretest Posttest N-Gain Pretest Posttest N-Gain
Mendukung inkuiri sains 73,28 83,62 38,70 Sedang 65,83 72,22 18,71 Rendah
Ketertarikan terhadap
67,24 76,44 28,08 Rendah 65,61 75,83 29,73 Rendah
sains
Tanggung jawab terhadap
sumber daya dan 76,29 87,93 49,09 Sedang 75,21 82,50 29,41 Rendah
lingkungan
RATA-RATA 72,27 82,66 38,62 Sedang 68,88 76,85 25,95 Rendah

Perbedaan capaian literasi sains siswa informasi yang terdapat dalam teks yang menja-
perempuan (7B) dan siswa laki-laki (7D), siswa di salah satu indikator dari tema pengetahuan
perempuan lebih unggul dibandingkan siswa sains. Hal ini didukung oleh pernyataan yang
laki-laki, hal ini didukung oleh penelitian yang dikemukakan oleh (Jensen & Yusron, 2008, p.
dilakukan oleh Yusuf (2008) yang menyatakan 149) yang menyatakan bahwa perempuan biasa-
bahwa hasil literasi sains PISA tahun 2003 pada nya lebih unggul dibandingkan dengan laki-laki
umumnya siswa perempuan memperoleh nilai dalam keterampilan-keterampilan motorik
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan memori verbal dan membaca.
siswa laki-laki. Siswa perempuan unggul dalam kom-
Siswa perempuan (7B) unggul pada soal- petensi sains berupa membaca grafik, membaca
soal yang mengandung indikator mengingat gambar, memprediksi berdasarkan gambar,
informasi, mengingat informasi, memberikan mengaitkan beberapa konsep dan fakta serta
hipotesis, dan menghubungkan beberapa konsep menarik kesimpulan, sedangkan siswa laki-laki
yang diberikan dalam teks, sedangkan siswa (7D) hanya unggul dalam kompetensi sains
laki-laki dapat mengungguli siswa perempuan berupa membuat pertanyaan ilmiah. Pease &
dalam soal yang mengandung indikator meng- Pease (2008, p.80) menyatakan bahwa perempu-
ingat informasi dalam teks dan memberikan an cukup baik dalam mencermati persoalan dan
alasan ilmiah. Hasil dari wawancara guru IPA memanfaatkan data yang minim. Sehingga
SMPIT Adzkia menunjukkan bahwa kelas perempuan dapat dengan mudah membaca
perempuan (7B) lebih baik daripada siswa laki- grafik, tabel, dan menemukan informasi di
laki (7D), di mana hasil belajar yang dimaksud- dalamnya. Hal inilah yang membuat siswa
kan dalam wawancara tersebut adalah hasil perempuan lebih baik dalam berkomunikasi
belajar berupa penguasaan konsep materi IPA dibandingkan siswa laki-laki. Thontowi (1991,
yang diujikan dalam ulangan harian maupun p.23) menyatakan bahwa perempuan dilengkapi
dalam tes sumatif. Hal ini juga sesuai dengan dengan kecakapan indera yang jauh lebih baik
pendapat Pease & Pease (2008, p.35) bahwa dibandingkan laki-laki. Perempuan memiliki
perempuan dilengkapi dengan kecakapan hafal- penglihatan yang lebar, sedangkan laki-laki me-
an yang lebih baik daripada laki-laki. Oleh kare- miliki penglihatan jarak jauh pada area yang
na itu, pada soal-soal yang termasuk ke dalam sempit. Selain itu, perempuan juga lebih baik
tema pengetahuan sains yang sebagian besar dalam hal berkomunikasi karena dengan meng-
merupakan soal-soal hafalan yang memiliki gunakan gambar, siswa akan lebih memperhati-
indikator berupa mengingat konsep, fakta, dan kan benda-benda atau hal-hal yang belum
teori hasil capai siswa perempuan lebih tinggi pernah dilihatnya.
daripada siswa laki-laki. Untuk mengetahui efektivitas virtual lab
Tingginya capaian siswa perempuan da- berbasis STEM dalam pembelajaran IPA tema
lam peningkatan literasi sains aspek konten, pencemaran air dilakukan perhitungan Effect
kompetensi, dan sikap terhadap sains juga dise- size (ES) dengan kategori yang dikemukakan
babkan oleh kemampuan membaca siswa pe- oleh Cohen, 1988 (dalam Ismail, dkk., 2015, p.
rempuan yang lebih baik dibandingkan dengan 228). Berikut ini akan dipaparkan hasil perhi-
siswa laki-laki (Yusuf, 2008, p.14). Perbedaan tungan effect size (ES).
kemampuan membaca inilah yang menyebabkan Untuk menentukan nilai effect size virtual
siswa perempuan lebih baik dalam mencari lab berbasis STEM pada aspek konten dan

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 197
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

kompetensi sains dilakukan perhitungan dari Selain melihat efektivitas penggunaan


data peningkatan literasi sains aspek konten dan virtual lab berbasis STEM dari peningkatan
kompetensi sains siswa kelas perempuan (7B) literasi sains, juga dihitung nilai effect size untuk
dan siswa laki-laki (7D), dalam hal ini data menentukan kategori efektivitasnya. Dari hasil
peningkatan literasi sains aspek konten dan perhitungan, nilai effect size untuk domain
kompetensi sains siswa dianalisis dengan kaidah konten dan kompetensi sebesar 0,39. Menurut
non parametrik yaitu dengan uji Mann-Whitney Cohen, 1988 nilai effect size 0,39 dalam kate-
U, kemudian dihitung dengan menggunakan gori sedang, artinya keefektifan virtual lab
rumus sebagai berikut : berbasis STEM dalam meningkatkan literasi
z sains domain konten dan kompetensi tergolong
ES  , n  n1  n2 (1) sedang. Hal ini disebabkan karena siswa baik
n kelas perempuan (7B) maupun laki-laki (7D)
merasa termotivasi dalam belajar IPA karena
Dimana : menggunakan virtual lab sebagai media prakti-
ES : Effect size kum alternatif dalam pembelajaran IPA hal ini
z : z statistik ditandai dengan meningkatnya penguasaan
n :jumlah sampel 1 dan 2 domain konten dan kompetensi seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan dengan Nilai effect size penggunaan virtual lab
menggunakan rumus di atas didapat nilai effect berbasis STEM domain sikap siswa terhadap
size sebesar 0,39, berdasarkan kategori yang sains kelas perempuan (7B) dan kelas laki-laki
dikemukakan oleh Cohen, 1988 maka pengaruh (7D) sebesar 0,75. Berdasarkan kategori Cohen,
virtual lab berbasis STEM terhadap peningkatan 1988 dalam kategori tinggi. Artinya virtual lab
literasi sains domain konten dan kompetensi berbasis STEM sangat baik digunakan dalam
termasuk kategori sedang. meningkatkan literasi domain sikap terhadap
Peningkatan literasi sains domain sains baik untuk kelas perempuan (7B) maupun
sikap siswa terhadap sains dianalisis untuk kelas laki-laki (7D). Peningkatan literasi
domain sikap ini kemungkinan disebabkan
menggunakan kaidah statistik parametrik
pembelajaran menggunakan virtual lab berbasis
dengan uji Independent samples t test, STEM di mana dalam virtual lab terdapat video
kemudian dari hasil analisis dihitung dengan tentang pencemaran air, penyebab terjadinya
menggunakan rumus sebagai berikut : pencemaran air, dan akibat yang ditimbulkan
 n  nc  nt  nc  akibat tercemarnya air. Sobur (2003) mengata-
d t  t   (2) kan bahwa ciri khas dari sikap adalah mem-
 nt nc  nt  nc  2  punyai obyek tertentu dan mengandung penilai-
Dimana : an. Sikap pada dasarnya meliputi suka dan tidak
d : Effect size Cohen suka. Penilaian serta reaksi menyenangkan atau
t : t statistik tidak terhadap obyek, orang, dan mungkin
n :jumlah sampel 1 dan 2 aspek-aspek lain, dikarenakan siswa baik kelas
Berdasarkan perhitungan nilai effect size perempuan (7B) maupun kelas laki-laki (7D)
penggunaan virtual lab berbasis STEM untuk termotivasi dalam belajar IPA menggunakan
meningkatkan literasi sains domain sikap siswa virtual lab berbasis komputer, sehingga dapat
terhadap sains kelas perempuan (7B) dan kelas meningkatkan literasi domain sikap terhadap
laki-laki (7D) sebesar 0,75. Berdasarkan sains.
kategori yang dikemukakan oleh Cohen, 1988 Deskripsi keterlaksanaan pembelajaran
maka, pengaruh virtual lab berbasis STEM menggunakan virtual lab berbasis STEM dengan
terhadap peningkatan literasi sains aspek sikap pendekatan saintifik dapat diketahui dari data
terhadap sains kelas perempuan (7B) dan siswa aktivitas guru yang disusun berdasarkan lang-
kelas laki-laki (7D) termasuk kategori tinggi. kah-langkah pembelajaran saintifik yang memi-
Artinya virtual lab berbasis STEM sangat baik liki lima kegiatan pembelajaran yaitu mengama-
digunakan dalam meningkatkan literasi sains ti, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi,
aspek sikap terhadap sains baik untuk kelas dan mengomunikasikan. Observasi dilakukan
perempuan (7B) maupun untuk kelas laki-laki oleh dua orang observer dengan menggunakan
(7D). lembar observasi keterlaksanaan yang telah dise-
diakan. Analisis persentase keterlaksanaan pem-

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 198
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

belajaran menggunakan virtual lab berbasis pada Tabel 6.


STEM dengan pendekatan saintifik dapat dilihat
Tabel 6. Rata-rata Keterlaksanaan Virtual Lab Berbasis STEM dalam Pembelajaran IPA dengan
Pendekatan Saintifik
No Guru Pertemuan ke- 1 Pertemuan ke- 2 Pertemuan ke- 3 Rata-rata
1. Guru 1 83,33 83,33 83,33 83,33
2. Guru 2 88,89 77,78 88,89 85,19
JUMLAH 168,52
Rata-rata 85,19

Berdasarkan Tabel 6 keterlaksanaan vir- ajukan pertanyaan faktor-faktor penyebab terjadi


tual lab berbasis STEM dalam pembelajaran pencemaran air tersebut. Kegiatan yang memi-
IPA tema pencemaran air dengan pendekatan liki persentase terendah adalah kegiatan meng-
saintifik keseluruhan adalah 85,19%. Artinya asosiasi dan mengomunikasikan dengan persen-
penggunaan virtual lab berbasis STEM dalam tase keterlaksanaan sebesar 83,33%. Pada
pembelajaran IPA tema pencemaran air dengan kegiatan mengasosiasi dan mengomunikasikan
pendekatan saintifik termasuk dalam kriteria terendah karena pada saat pembelajaran siswa
hampir seluruh kegiatan terlaksana, hal ini se- terpecah konsentrasi belajarnya karena ada ke-
suai dengan kriteria keterlaksanaan yang dike- giatan tahunan dari sekolah berupa expo, sehing-
mukakan oleh Riduwan tahun 2012. Jika dilihat ga siswa dalam pembelajaran lebih mementing-
dari masing-masing hasil observasi guru, kedua kan untuk berperan dalam kegiatan tersebut
guru menyatakan bahwa hampir seluruh kegiat- dibandingkan menyelesaikan tugasnya dengan
an terlaksana virtual lab berbasis STEM dalam teliti.
pembelajaran IPA tema pencemaran air dengan Hasil analisis data keterlaksanaan pembel-
pendekatan saintifik dengan rata-rata sebesar ajaran menggunakan virtual lab berbasis STEM
83,33% untuk guru 1 dan 85,19% dengan rata- dengan pendekatan saintifik menunjukkan nilai
rata sebesar 85,19%. Dari Tabel 6 terlihat bahwa sebesar 85,19%. Menurut Riduwan (2012) nilai
pada saat pertemuan ke-2 hasil observasi guru keterlaksanaan sebesar 85,19% termasuk kate-
untuk keterlaksanaan virtual lab dalam pembel- gori hampir seluruh kegiatan terlaksana. Menu-
ajaran IPA masuk ke dalam kategori hampir rut observer hampir seluruh kegiatan terlaksana
seluruh kegiatan terlaksana, artinya perencanaan hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran
pembelajaran berjalan sesuai rencana. Perhi- menggunakan virtual lab berbasis STEM dengan
tungan rata-rata keterlaksanaan masing-masing pendekatan saintifik guru meminta siswa untuk
langkah pembelajaran menggunakan virtual lab mengamati fenomena pencemaran air dalam
dengan pendekatan saintifik dapat dilihat pada bentuk video. Kehadiran fenomena akan mem-
Tabel 7. buat siswa lebih tertarik terhadap pelajaran yang
akan diberikan oleh guru, sehingga akan menim-
Tabel 7. Rata-rata Keterlaksanaan Pembelajaran
bulkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini sejalan
Langkah dengan yang dikemukakan oleh Hosnan (2014,
Guru Guru Rata-
No. Pendekatan 1 2 rata p.39) bahwa metode observasi salah satu strategi
Saintifik pembelajaran yang menggunakan pendekatan
1. Mengamati 100 100 100 kontekstual dan media asli dalam rangka mem-
2. Menanya 88,89 88,89 88,89 belajarkan siswa yang mengutamakan keber-
3. Mengumpulkan data 80 93,33 86,67
maknaan proses belajar. Dengan metode obser-
4. Mengasosiasi 83,33 83,33 83,33
vasi, siswa merasa tertantang mengeksplorasi
5. Mengomunikasikan 83,33 83,33 83,33
rasa keingintahuannya tentang fenomena alam.
Keterlaksanaan pembelajaran IPA tema
Pada kegiatan menanya hampir seluruh
pencemaran air menggunakan virtual lab berba-
kegiatan terlaksana, karena siswa dengan antu-
sis STEM dengan pendekatan saintifik dari
sias menunjukkan ketertarikan mereka belajar
kedua guru tidak terlalu jauh berbeda. Kegiatan
menggunakan virtual lab dengan mengajukan
yang memiliki persentase paling tinggi adalah
pertanyaan baik bertanya tentang materi pelajar-
kegiatan mengamati. Pembelajaran diawali de-
an maupun bertanya tentang penggunaan virtual
ngan memperlihatkan fenomena pencemaran air
lab itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan muncul
berbentuk video dalam virtual lab berbasis
setelah siswa mengamati fenomena yang terjadi
STEM, kemudian siswa dengan antusias meng-

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 199
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

dalam video pencemaran air dan pada saat Kegiatan yang terakhir mengomunikasi-
penggunaan virtual lab. Selain itu guru juga kan hampir seluruh kegiatan terlaksana, hal ini
membimbing siswa untuk memfokuskan peng- terlihat dalam proses pembelajaran guru selalu
amatan yang nantinya akan membimbing siswa meminta dan membimbing siswa untuk menam-
untuk bertanya. pilkan dan menjelaskan hasil pengamatan
Kegiatan bertanya dalam pembelajaran ataupun hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh
akan dapat mengembangkan sikap rasa ingin siswa di depan kelas. Hosnan (2014, p.76) me-
tahu, percaya diri, dan kreatif siswa. Menurut nyatakan kegiatan mengomunikasikan dapat
Hosnan (2014, p.50) bahwa kompetensi yang diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik
dikembangkan dari proses bertanya antara lain: akan mengetahui secara benar apakah jawaban
membangkitkan rasa ingin tahu, minat, perhati- yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang
an, menginspirasi peserta didik untuk aktif bel- harus diperbaiki.
ajar, mendiagnosis kesulitan belajar, menunjuk-
SIMPULAN DAN SARAN
kan sikap, keterampilan berbicara, mendorong
partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, Simpulan
membiasakan peserta didik berpikir spontan, Virtual lab berbasis STEM dengan tema
dan melatih kesantunan siswa. pencemaran air efektif dalam meningkatkan lite-
Kegiatan mengumpulkan data hampir rasi sains siswa baik kelas perempuan (7B)
seluruh kegiatan terlaksana, karena pada saat maupun kelas laki-laki (7D) dengan hasil
pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk peningkatan literasi sains siswa perempuan lebih
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dalam unggul dibandingkan siswa laki-laki. Keterlak-
virtual lab dengan menggunakan komputer yang sanaan pembelajaran IPA tema pencemaran air
cukup memadai, sehingga kegiatan pengumpul- menggunakan virtual lab berbasis STEM dengan
an data terbantu dengan komputer yang dalam pendekatan saintifik termasuk dalam kategori
keadaan baik. Hosnan (2014, p.57) menyatakan hampir seluruh kegiatan terlaksana.
bahwa aktivitas mengumpulkan informasi dila-
kukan melalui eksperimen, membaca sumber Saran
lain. Kompetensi yang diharapkan adalah Saran untuk penelitian selanjutnya agar
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, meng- pada saat melaksanakan kegiatan virtual lab
hargai pendapat orang lain, kemampuan berko- sebaiknya siswa lebih dipandu dalam pengguna-
munikasi, menerapkan kemampuan mengumpul- annya, dan juga sebaiknya dilakukan tutorial
kan informasi melalui berbagai cara yang dipel- terlebih dahulu sebelum kegiatan praktikum
ajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan dilakukan agar waktu yang digunakan lebih
belajar sepanjang hayat. Kelemahan dalam efektif.
kegiatan mengumpulkan data/eksperimen adalah
menghabiskan waktu yang banyak serta memer- DAFTAR PUSTAKA
lukan alat dan fasilitas yang lengkap. Hal ini August, S. E., Hammers, M., Neyer, A.,
tidak berlaku dengan bantuan virtual lab yang Shokrgozar, D., Murphy, D., Thames, R.
dapat menghemat waktu, biaya, dan resik. Selain Q., & Vales, J. (2011). Engaging students
itu virtual lab juga membantu dalam kegiatan in STEM education through a virtual
mengumpulkan data karena siswa tidak dituntut learning lab. In ASEE Annual Conference
memiliki pengalaman dalam bereksperimen and Exposition, Conference Proceedings.
seperti yang dikemukakan oleh Sumantri (1999) Vancouver, BC; Canada. Retrieved from
tetapi hanya dituntut memiliki pengalaman http://www.scopus.com/inward/record.url?
dalam mengoperasikan komputer saja. eid=2-s2.0-
Kegiatan selanjutnya mengasosiasi ham- 80051862422&partnerID=tZOtx3y1
pir seluruh kegiatan terlaksana, hal ini dikarena-
Adisendjaja, Y. H. & Romlah, O. 2009. Peranan
kan pada saat pembelajaran guru membimbing
siswa untuk menghubungkan data hasil peng- praktikum dalam mengembangkan
keterampilan proses dan kerja
amatan dengan konsep-konsep yang dipelajari.
Menurut teori asosiasi Thorndike proses pembel- laboratorium. Makalah dipresentasikan
pada pertemuan Musyawarah Guru Mata
ajaran berhasil secara efektif jika terjadi inter-
Pelajaran Biologi Kabupaten Garut, Jawa
aksi langsung antara pendidik dengan peserta
Barat.
didik, hal ini sesuai dengan uraian sebelumnya
(Hosnan, 2014, p.69).

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 200
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

Başer, M., & Durmuş, S. (2010). The kunci sukses implementasi kurikulum
effectiveness of computer supported 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
versus real laboratory inquiry learning Ismail, I., Afriana, J., & Saputra, M. (2015).
environments on the understanding of Models of integrated STEM (Sceince,
direct current electricity among pre- Technology, Engneering, and
service elementary school Mathematis) Learning to Build Scientific
teachers. EURASIA Journal of Literacy. Proceeding of International
Mathematics, Science and Technology Seminar on Science Education. 226-233
Education, 6(1), 47-61.
Jensen, E., & Yusron, N. (2008). Brain-based
Chien, K.-P., Tsai, C.-Y., Chen, H.-L., Chang, learning: Pembelajaran berbasis
W.-H., & Chen, S. (2015). Learning kemampuan otak cara baru dalam
differences and eye fixation patterns in pengajaran dan pelatihan (1st ed.).
virtual and physical science laboratories. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Computers & Education, 82, 191–201.
Jones, R, B. (2008). Science, technology,
http://doi.org/10.1016/j.compedu.2014.11.
engineering, and math. Retrieved
023
formhttp://www.learning.com
Colder, G. W & Foreman, D. I. (2009).
OECD. (2014). PISA 2012 Assessment and
Nonparametric statistics for non-
analytical framework mathematics,
statisticians : A Step-By-Steap Approach.
reading, science, problem solving, and
New York, NY: Willey
financial literacy. OECD Publishing
Ekohariadi, & Salim, A. (2010). Perkembangan
OECD. 2006. Scientific literacy: The PISA 2003
kemampuan sains siswa indonesia usia 15
assessment framework. Paris: Author
tahun berdasarkan data studi PISA.
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Pease, A & Pease, B. (2008). Why man don’t
Penelitian dan Pengembangan listen and women can’t read maps.
Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta; Cahaya Insan Suci
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyum, H. H. Purwanto, N. (2006). Prinsip dan teknik
(2011). How to design and evaluate evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja
research in education 8.ed. N.Y: Mc. Rosdakarya
Graw Hill. Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-
Firman, H. (2015). Pendidikan sains berbasis variabel penelitian. Bandung: Alfabeta
STEM: Konsep, pengembangan, dan Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung:
peranan riset pascasarjana. In Seminar Pustaka Setia
Nasional Pendidikan IPA dan PKLH Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA terpadu
Program Pascasarjana Universitas dengan multimedia pada konsep
PakuanBogor (pp. 1–9). Bogor. pencemaran air untuk meningkatkan
Hake, R.R. (2007). Design-based research in literasi sains siswa SMP. Tesis, tidak
physics education: a review. Diakses pada dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana,
tanggal 26 Agustus 2014, dari: Universitas Pendidikan Indonesia,
http://www.physics.indiana.edu/~hake/D Bandung.
BR-Physics3.pdf. Sumantri, M., dkk. (1999). Strategi belajar
Herga, N. R., Grmek, M. I., & Dinevski, D. mengajar. Jakarta: Departemen
(2014). Virtual laboratory as an element of Pendidikan dan Kebudayaan
visualization when teaching chemical Susetyo, B. (2010). Statistika untuk analisis data
contents in science class. TOJET: The penelitian: Dilengkapi cara perhitungan
Turkish Online Journal of Educational dengan SPSS dan MS Office Excel.
Technology, 13(4), 157–165. Retrieved Bandung: Refika Aditama
from Thalheimer, W & Cook, S. (2002). How do
http://www.tojet.net/articles/v13i4/13418.p calculate effect sizes from published
df research: A simplified methodology.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan Retrieved fromwww.work-learning.com
kontekstual dalam pembelajaran abad 21: Thontowi, A. (1991). Psikologi pendidikan.
Bandung: Angkasa

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 201
I. Ismail, Anna Permanasari, Wawan Setiawan

Wardani, D. P. (2009). Profil kemampuan Wijaya. (2001). Statistika non parametrik


berkomunikasi siswa SMA berdasarkan (Aplikasi Program SPSS). Bandung:
gender pada subkonsp pencemaran air. Alfabeta
Skripsi, tidak dipublikasikan. FMIPA, Yusuf, S. (2008). Perbandingan gender dalam
Universitas Pendidikan Indonesia, prestasi literasi sains siswa
Bandung. indonesia.Retrieved
fromwww.uninus.ac.id/Suhendra/20Yusuf

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820

Anda mungkin juga menyukai