Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Profil Perusahaan

PT. Lamindo Inter Multikon (LIM) merupakan salah satu perusahaan

swasta nasional yang bergerak di industri pertambangan Indonesia, yang

didirikan berdasarkan atas akta perubahan nomor 11 tahun 2013 dengan susunan

pengurus dan komposisi pemegang saham sebagai berikut :

- Susunan Pengurus :

1. Direktur Utama : Drs. Abdi Khalik Ginting

2. Direktur : Drs. Dani Daksinaputra

- Pemegang Saham :

1. PT. Niaga Antara Bangsa (75%)

2. PT. Niaga Lintas Samudra (25%)

Struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut :

Direktur Utama
Abdi K. Ginting

Direktur
Dani Daksinaputra
Berkedudukan di Jakarta

Berkedudukan di Site Tambang Bunyu GM dan KTT


Hendra Utama

Civil Mine Op. Mine Plan, Safety HEMM IT, GA & Commercial Finance CHP
Depart & Geology & & Maintenance HR, CSR, Tarakan & & &
Mine Mine Health Transportatio Office Stock Ware Accountin Shiping
. n House
Service Engineerin g
g
Perusahaan hingga saat ini telah memasuki tahun ke-11 tahap operasi

produksi, dimana pada tahun ke-11 ini telah dilakukan penggabungan dua Izin

Usaha Pertambagan dari dua badan usaha PT. Lamindo Inter Multikon dan PT.

Mitra Niaga Mulia yang dimana PT. Mitra Niaga Mulia merupakan anak

perusahaan PT. Lamindo Inter Multikon. Persetujuan penggabungan dua IUP

tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu atas Nama Gubernur Kaltara Nomor

757/066/IUP-OP-LIM/DPMTSP/XII/2017 Tanggal 27 Desember 2017 yang

selanjutnya mendapatkan pengesahan / perijinan baru dari dua IUP tersebut

menjadi IUP OP PT. Lamindo Inter Multikon. Dengan adanya penggabungan

IUP PT. Lamindo Inter Multikon Dan PT. Mitra Niaga Mulia maka luas area ±

2.413,729 untuk mengetahui sumber daya cadangan, luas lahan penambangan,

luas area reklamasi serta koordinat masing masing dua perusahaan sebelumnya

perlu dilakukan penggabungan sebagimana tabel dibawah ini aktifitas yang

dilakukan oleh perusahaan secara kumulatif dapat disampaikan sebagaimana

tabel di bawah ini :


Tabel 1.1

Kemajuan Kegiatan Operasional Tambang Kumulatif (s/d Desember 2017)

Volume Pekerjaan
No. Uraian
Satuan Kuantitas

1. Blok Utara (eks area Lamindo) Ha 844,759

Blok Barat (eks area Mitra) Ha 1.568,97

Luas WIUP Penggabungan Ha 2.413,729

2. Blok Utara Ha 439,97

Blok Barat Ha 127,82

Luas area yang dibuka s/d Desember Ha 567,79

2017

3. Blok Utara Ha 404,789

Blok Barat Ha 1.441,15

Sisa lahan Ha 1.845,934

4. Blok Utara BCM 61.174.101,00

Blok Barat BCM 9.429.771,00

Jumlah OB yang dipindahkan s/d BCM 71.603.872,00

Desember 2017

5. Luas penimbunan OB s/d Desember


2017

Blok Utara Ha 102,89

- Inpit dump Ha 193,20

- Outpit dump

Blok Barat Ha 18,63

- Inpit dump Ha 30,87

- Outpit dump

6. Blok Utara Ha 282,97

Blok Barat Ha 74,27

Luas total lahan untuk tambang s/d Ha 357,24

Desember 2017

7. Blok Utara Ha 71,27

Blok Barat Ha 4,05

Luas lahan untuk fasilitas lain s/d Ha 75,32

Desember 2017

8. Blok Utara Ton 29.130.033,00

Blok Barat Ton 5.430.689,00

Jumlah batubara tertambang s/d Ton 34.560.722,00

Desember 2017

9. Stripping Ratio
Blok Utara Ton/BCM 2,10

Blok Barat Ton/BCM 2,48

10. Recovery Penambangan (perhitungan

cadangan) % .10.00

Blok Utara % 90,00

Blok Barat

2.1.2 Legalitas

2.1.2.1 Perizinan

Data administrasi perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 1.2

Data Administrasi

No. Uraian Keterangan

1. Nama Perusahaan PT. Lamindo Inter Multikon

2. Kode Wilayah 23.6501.3.03.2017.072

3. Komoditas Batubara

4. Tahun Berakhirnya Izin 7 Agustus 2029

5. Direktur Drs. Dani Daksinaputra

6. Kepala Teknik Ir. Hendra Utama MM, IPM


Tambang

7. Persetujuan Revisi FS Nomor : 545/120/DPE-III/2012 berakhir

Tanggal 31 Januari 2012 (Blok Tahun

Utara)

Nomor : 545/787/DPE-I/2014

Tanggal 10 September 2014 (Blok

Barat)

Tanggal : 31 Januari 2012 -

8. Persetujuan AMDAL Nomor : 660/64/SK/BPDL- berakhir

S.4/II/2007 Tahun

Tanggal : 13 Februari 2007 -

9. Kapasitas Produksi /Thn

a. Tambang 5.000.000,00 Ton

b. Pengolahan 5.000.000,00 Ton

10. Rencana Produksi Thn

2018

a. Tambang Blok Utara 1.500.000,00 Ton

Blok Barat 3.500.000,00 Ton

b. Pengolahan 5.000.000,00 Ton

Luas Wilayah Izin Kawasan Hutan (Ha) Non Kawasan


11.
Operasi Produksi HK HL HP Hutan (Ha)
844,759 Blok

LIM
0,00 0,00 0,00
1.568,97 Blok

Barat

12. Luas Project Area 6,15 Ha

(Dermaga)

13. Izin Pinjam Pakai Nomor : -

Kawasan Hutan
Tanggal : -
(IPPKH)

14. Luas IPPKH Nihil

Perizinan lain yang dimiliki oleh perusahaan antara lain :

Tabel 1.3

Data Perizinan Lainnya

Surat Keputusan
No. Penerbit Izin Masa Berlaku
Nomor / Tanggal Tentang

1. SK 757/066/IUP-OP- Pemberian Izin

Penggabungan LIM/DPMTSP/XII/2017 Usaha

27 Desember 2017 Pertambangan

Operasi Produksi

Atas Wilayah Izin


Usaha

Pertambangan Hasil

Penggabungan

Kepada PT.

Lamindo Inter

Multikon

2. Bupati 56/K-II/540/2010 Penyesuaian dan 30 Tahun

Bulungan Perubahan Izin

9 Februari 2010 Usaha

Pertambangan

Kuasa

Pertambangan (KP)

Eksploitasi Kepada

PT. Lamindo Inter

Multikon Menjadi

Izin Usaha

Pertambangan

(IUP) Operasi
Produksi

3.. Bupati 57/K-II/540/2010 Penyesuaian dan 30 Tahun

Bulungan 9 Februari 2010 Perubahan Izin

Usaha

Pertambangan

Kuasa

Pertambangan (KP)

Eksploitasi Kepada

PT. Mitra Niaga

Mulia Menjadi Izin

Usaha

Pertambangan

(IUP) Operasi

Produksi

4. Gubernur 188.44/K.718/2016 Penciutan Wilayah

Kalimantan 30 Desember 2016 Izin Usaha

Utara Pertambangan PT.

MNM

5. Dirjen Minerba 181/Bb/03/2014 Certifikat Clear and -

10 April 2014 Clean (CNC)

6. Dirjen 03.ET-04.14.0134 Pengakuan Sebagai 3 Tahun

Perdagangan 1 Oktober 2014 Eksportir Terdaftar


Luar Negeri Batubara

7. Dirjen Hubla BX-476/PP.008 Pemberian 10 Tahun

16 September 2015 Perpanjangan Izin

Operasi Terminal

Khusus

Pertambangan

Batubara PT.

Lamindo Inter

Multikon di Desa

Bunyu Timur

Kecamatan Bunyu

Kabupaten

Bulungan Provinsi

Kalimantan Utara

8. Bupati 97/K-III/540/2008 Pemberian IUP KP 10 Tahun

Bulungan 4 Maret 2008 Pengang-kutan dan

Penjualan Kepada

PT. Lamindo Inter

Multikon

9. Bupati 481/K-VIII/540/2006 Pemberian IUP KP 30 Tahun

Bulungan 7 Agustus 2006 Eksploitasi Kepada

PT. Lamindo Inter

Multikon

10. Bupati 73/K-I/660/Tahun2017 Pemberian Izin 5 Tahun


Bulungan 16 Januari 2017 Tempat Penyim-

panan Sementara

(TPS) Limbah

Bahan Berbahaya

dan Beracun (LB3)

PT. Lamindo Inter

Multikon

11. Bupati 505/K-X/660/2012 Izin Pembuangan 5 Tahun

Bulungan 8 Oktober 2012 Air Limbah ke (dalam proses

Sumber Air atau perpanjangan)

Badan Air

12. Bupati 303/K-V/660 Tahun Izin Pembuangan 5 Tahun

Bulungan 2017 10 September Air Limbah ke

2017 Sumber Air atau

Badan Air

13. Kepala 541/63/DPE/2013 Izin Tangki 5 Tahun

Distamben 22 November 2013 Penimbunan Bahan

Kab. Bulungan Bakar Cair

14. Kepala 540/627/DESDM- Izin Tempat 5 Tahun

Distamben I/X/2015 Penimbunan Bahan

Kab. Bulungan 05 Oktober 2015 Bakar Cair

15. Badan 503/001/SIK/BPMPT- Surat Izin Klinik 5 Tahun

Penanaman III / III /2015 Kesehatan

Modal dan 16 Maret 2015


Perizinan

Terpadu

16. Dinas 522/10/Kpts-IPK/ Izin Pemanfaatan 1 Tahun

Kehutanan DISHUT-II.1/2017 Kayu (IPK)

21 Juni 2017

Kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perawatan tanda batas dapat di jelaskan pada

tabel berikut :

Note : PT. LIM telah bersurat kepada DLH Kabupaten Bulungan, Surat Nomor : 63/GM-

OPS/LH/I/2018 terkait dengan status izin LH yang masih berlaku pasca

penggabungan

Tabel 1.4

Kegiatan Pemasangan Tanda Batas

Jumlah Jumlah
No Kegiatan Status Keterangan
Titik Batas Tanda Batas

Pengukuran dan
1 Sudah 36 - -
Pemasangan Tanda Batas

- -
2 Penyampaian Laporan Belum -

- - -
3 Penetapan Belum

Tabel 1.5
Pemeliharaan dan Perawatan Tanda Batas

Pelaksanaan Tahun Berjalan Rencana Tahun Depan

No Keterangan Semester
Semester I Semester II Semester I
II

1 Tanda Batas Sudut 0 0 18 18

Tanda Batas
2 0 0 18 18
Referensi

Tanda Batas
3 0 0 36 40
Perapatan

Penyampaian
4 0 0 36 40
Laporan

2.1.3 Kewilayahan

2.1.3.1 Lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan

WIUP-OP perusahaan secara administratif terletak di wilayah Desa

Bunyu Timur Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.

Dengan adanya SK Penggabungan kedua IUP tersebut maka koordinat IUP

penggabungan tersebut maka penggabungan 2 IUP tersebut sebagaimana

dijelaskan keSecara geografis areal tersebut dibatasi oleh titik – titik koordinat

sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini :


Tabel 1.6a

Daftar Koordinat IUP OP PT. Lamindo Inter Multikon (merjer)

Blok Utara

Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LT)

Nomor Titik Detik


Derajat Menit Detik Derajat Menit

(O) (´) (´´) (O) (´) (´´)

1. 117 50 13,05 3 32 09,71

2. 117 50 59,74 3 32 09,71

3. 117 50 59,74 3 31 45,99

4. 117 47 15,30 3 31 45,99

5. 117 47 15,30 3 29 37,47

6. 117 50 33,38 3 29 37,47

7. 117 50 33,38 3 30 05,16

8. 117 50 13,35 3 30 05,16

9. 117 50 13,35 3 30 23,01

10. 117 50 16,05 3 30 23,01

11. 117 50 16,05 3 30 26,47

12. 117 50 19,47 3 30 26,47

13. 117 50 19,47 3 30 30,88

14. 117 50 21,79 3 30 30,88

15. 117 50 21,79 3 30 42,71

16. 117 50 19,89 3 30 42,71

17. 117 50 19,89 3 30 44,79

18. 117 50 17,60 3 30 44,79

19. 117 50 17,60 3 30 47,27

20. 117 50 13,07 3 30 47,27

21. 117 50 13,07 3 30 48,96

22. 117 50 08,89 3 30 48,96

23. 117 50 08,89 3 30 51,90

24. 117 50 02,30 3 30 51,90

25. 117 50 02,30 3 30 55,38


26. 117 49 57,39 3 30 55,38

27. 117 49 57,39 3 31 00,00

28. 117 49 53,63 3 31 00,00

29. 117 49 53,63 3 31 04,94

30. 117 49 49,87 3 31 04,94

31. 117 49 49,87 3 31 08,52

32. 117 50 06,99 3 31 08,52

33. 117 50 06,99 3 31 29,79

34. 117 49 57,37 3 31 29,79

35. 117 49 57,37 3 31 38,03

36. 117 50 13,05 3 31 38,03

Tabel 1.6

Daftar Koordinat WIUP Blok Barat

Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LT)


Nomor
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
Titik
(O) (´) (´´) (O) (´) (´´)

1. 117 46 44,81 3 32 43,01

2. 117 47 22,89 3 32 43,01

3. 117 47 22,89 3 31 54,57

4. 117 47 31,22 3 31 54,57

5. 117 47 31,22 3 31 46,70

6. 117 47 39,19 3 31 46,70

7. 117 47 39,19 3 31 42,49

8. 117 47 51,07 3 31 42,49

9. 117 47 51,07 3 31 39,30

10. 117 47 58,95 3 31 39,30

11. 117 47 58,95 3 31 36,00

12. 117 48 03,48 3 31 36,00


13. 117 48 03,48 3 31 32,95

14. 117 48 07,72 3 31 32,95

15. 117 48 07,72 3 31 28,40

16. 117 48 12,32 3 31 28,40

17. 117 48 12,32 3 31 24,91

18. 117 48 13,61 3 31 24,91

19. 117 48 13,61 3 31 22,14

20. 117 48 16,56 3 31 22,14

21. 117 48 16,56 3 31 19,46

22. 117 48 18,50 3 31 19,46

23. 117 48 18,50 3 31 16,53

24. 117 48 21,00 3 31 16,53

25. 117 48 21,00 3 31 14,05

26. 117 48 22,78 3 31 14,05

27. 117 48 22,78 3 31 12,26

28. 117 48 24,01 3 31 12,26

29. 117 48 24,01 3 31 07,96

30. 117 48 26,90 3 31 07,96

31. 117 48 26,90 3 31 04,22

32. 117 48 28,40 3 31 04,22

33. 117 48 28,40 3 31 01,41

34. 117 48 31,42 3 31 01,41

35. 117 48 31,42 3 30 56,80

36. 117 48 33,80 3 30 56,80

37. 117 48 33,80 3 30 54,26

38. 117 48 36,18 3 30 54,26

39. 117 48 36,18 3 30 51,05

40. 117 48 38,68 3 30 51,05

41. 117 48 38,68 3 30 48,77

42. 117 48 41,11 3 30 48,77

43. 117 48 41,11 3 30 46,10

44. 117 48 42,80 3 30 46,10

45. 117 48 42,80 3 30 44,38

46. 117 48 44,74 3 30 44,38


47. 117 48 44,74 3 30 42,27

48. 117 48 46,63 3 30 42,27

49. 117 48 46,63 3 30 38,98

50. 117 48 51,08 3 30 38,98

51. 117 48 51,08 3 30 36,05

52. 117 48 53,05 3 30 36,05

53. 117 48 53,05 3 30 32,89

54. 117 48 56,59 3 30 32,89

55. 117 48 56,59 3 30 29,87

56. 117 48 59,84 3 30 29,87

57. 117 48 59,84 3 30 26,50

58. 117 49 03,55 3 30 26,50

59. 117 49 03,55 3 30 24,22

60. 117 49 07,15 3 30 24,22

61. 117 49 07,15 3 30 21,14

62. 117 49 11,07 3 30 21,14

63. 117 49 11,07 3 30 16,84

64. 117 49 16,26 3 30 16,84

65. 117 49 16,26 3 30 14,35

66. 117 49 23,44 3 30 14,35

67. 117 49 23,44 3 30 11,42

68. 117 49 28,64 3 30 11,42

69. 117 49 28,64 3 30 07,74

70. 117 49 36,11 3 30 07,74

71. 117 49 36,11 3 30 04,55

72. 117 50 02,98 3 30 04,55

73. 117 50 02,98 3 30 09,22

74. 117 50 06,88 3 30 09,22

75. 117 50 06,88 3 30 13,66

76. 117 50 09,74 3 30 13,66

77. 117 50 09,74 3 30 17,96

78. 117 50 13,35 3 30 17,96

79. 117 50 13,35 3 30 05,16

80. 117 50 33,38 3 30 05,16


81. 117 50 33,38 3 29 27,20

82. 117 48 06,99 3 29 27,20

83. 117 48 06,99 3 29 42,93

84. 117 47 36,20 3 29 42,93

85. 117 47 36,20 3 30 29,10

86. 117 46 44,81 3 30 29,10


2.1.4. Kesampaian Daerah

Kesampaian daerah IUP-OP PT. Lamindo Inter Multikon tersebut dapat dicapai

dengan menggunakan sarana transportasi yaitu :

a. Dari Makassar (Ibu Kota Prov. Sulsel) lewat/singgah di Pulau Tarakan

menggunakan transportasi udara (pesawat) dengan waktu tempuh ± 3 jam.

Selanjutnya menuju Pulau Bunyu dengan menggunakan speedboat jurusan

Tarakan – Bunyu dengan waktu tempuh ± 50 menit dan dilanjutkan dengan

perjalanan darat ke lokasi WIUP dengan waktu tempuh ± 25 menit.

b. Atau dari Tanjung Selor (Ibu Kota Prov. Kaltara) Pulau Bunyu dengan

menggunakan angkutan air (speedboat) reguler khusus hari Senin, Rabu dan

Jum’at dengan waktu tempuh ± 2 jam dan dilanjutkan dengan perjalanan darat

menuju lokasi WIUP dengan waktu tempuh ± 25 menit.

Gambar 1.2

Lokasi dan Kesampaian Daerah


2.1.5 Geografi Daerah Penelitian

2.1.5.1 Penduduk

Penduduk yang tinggal disekitar lokasi penambangan terdiri dari berbagai

suku, antara lain suku Tidung, suku Banjar dan suku Dayak yang merupakan

penduduk asli Kalimantan Utara serta lainya sebagai pendatang yang sudah

cukup lama menetap di daerah tersebut seperti Jawa, Sumatera, Bugis, Toraja,

Makassar dll, yang dapat ditempuh dengan menggunakan mobil ± 20 menit

dari lokasi penambangan. Mata pencaharian masyarakat setempat adalah

bertani, berdagang, pegawai negeri sipil serta ada yang bekerja diperusahaan di

sekitar daerah tersebut yang dapat di tempuh dengan menggunakan mobil dari

lokasi tambang.

2.1.5.2 Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan letak geografinya maka daerah penelitian merupakan daerah

beriklim tropis.Karena posisi daerah berdekatan dengan garis khatulistiwa. Secara

umum daerah kegiatan kerja praktek terdiri dari dua musim yaitu musim kemarau

dan musim hujan seperti halnya daerah tropis lainnya, suhu rata-rata tahunan

adalah 26.50 C. Iklim disini juga sering mengalami perubahan setiap tahun,

sehingga perlu adanya analisa data curah hujan untuk menyesuaikan dengan

rencana kerja tambang khususnya dalam pemenuhan target produksi yang


diinginkan oleh pihak perusahaan agar dapat disesuaikan dengan kondisi iklim

setiap bulannya.

Tabel 2.3 Data Curah Hujan tahun 2015-2018

Volume of Rainfall (mm)

Year Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total

2013 259.56 324.85 244.48 636.78 454.38 293.83 520.29 267.95 266.02 298.64 297.03 393.30 4,257.13

2014 322.04 144.47 205.47 333.15 236.17 197.54 385.69 167.31 106.25 265.60 247.20 341.20 2,952.09

2015 276.40 99.85 159.40 147.80 471.80 219.80 221.00 179.30 219.70 210.25 223.20 211.80 2,640.30

2016 114.50 71.00 129.55 59.20 262.50 358.80 403.60 307.40 308.20 406.50 392.90 649.80 3,463.95

2017 194.60 289.50 246.90 303.80 427.10 319.90 387.00 215.30 385.65 441.90 439.20 501.00 4,151.85

2018 362.10 90.00 310.45 445.55 342.10 225.10 379.10 2,154.40

Total 2,544.65 2,548.65 3,732.58 4,609.08 4,682.38 3,925.44 4,507.08 3,119.99 3,140.94 4,139.11 3,736.35 4,446.11 45,132.37
2.1.5.3 Topografi

Topografi daerah penambangan pada umumnya adalah daerah perbukitan

dengan ketinggian antara 30 – 80 m di atas permukaan air laut. Bentuk relief

daerah tidak rata dimana di antara bukit terdapat dataran dan rawa-rawa, yang

pada umumnya ditumbuhi oleh pepohonan dan semak belukar.

2.1.5.4 Keadaan Flora Dan Fauna

Keadaan flora di daerah sekitar wilayah penelitian hampir sama dengan

daerah lain di Indonesia. Tumbuhan yang banyak di daerah ini adalah pohon

karet, rumput ilalang, pohon rambutan, kayu jati dan lain-lain, yang tumbuh

subur sesuai daerah iklim tropis. Satwa liar yang ada di wilayah pertambangan

penelitian adalah satwa yang dilindungi, seperti ular, buaya, kijang, burung

beo, dan musang.

2.1.6 Geologi Daearah Penelitian

2.1.6.1 Geologi Regional Daerah Penyelidikan

Berdasarkan atas ciri litologinya, batuan-batuan yang terendapkan pada

daerah penelitian dikelompokkan menjadi beberapa formasi, yaitu : Formasi

Aluvium, Formasi Sajau, Formasi Sijin, Formasi Tabul, Formasi Meliat,

Formasi Naintipo, Formasi Jelai, Formasi Sembakung dan Formasi Bengara.


Uraian dari setiap formasi tersebut :

1. Formasi Aluvium, tersusun oleh litologi lumpur, lanau, pasir, kerikil,

dan koral yang merupakan endapan pantai, sungai dan rawa.

2. Formasi Sajau, yang tersusun oleh batupasir kuarsa, batu lempung, batu

lanau, batubara, lignit dan konglomerat, perlapisan sedimen silang siur

planar dan mangkok, bioturbasi, perarian sejajar, nodul besi dan fosil

kayu.

3. Formasi Tabul, tersusun oleh litologi persilangan batu lempung, batu

lumpur, batupasir, batugamping, dan batubara di bagian atas, umur

formasi ini miosen akhir.

4. Formasi Meliat, tersusun oleh perselingan batupasir, batu lempung, dan

serpih dengan sisipan batubara, berstruktur lapisan bersusun, bioturbasi

dan mengandung bintal batu gamping, formasi ini berumur miosen

tengah dan endapan pada lingkaran laut dangkal.

5. Formasi Naintipo, berumur oligosen dan miosen awal, yang bersusun

oleh litiologi perselingan napal, batupasir dan batu lempung dengan


sisipan batu gamping dan konglomerat, formasi ini diendapkan pada

laut dangkal.

6. Formasi sinjin, formasi ini tersusun oleh litologi persilangantuf, formasi

ini berumur pleitosen.

7. Formasi Sembakung, terendapkan secara tidak selaras diatas formasi

danau, memiliki umur Eosen tengah. Pada bagian bawah, formasi ini

terdiri atas batupasir merah dan konglomerat. Pada bagian atas terdiri

dari batu lumpur yang kaya karbon dan fosil.

2.1.6.2 Struktur Geologi

Struktur geologi yang menonjol di daerah ini berupa struktur homoglin

dimana lapisan batuan miring seragam ke arah barat laut. Sesar turun pada

umumnya dijumpai dalam bentuk sesar-sesar minor dengan besar pergerakan

kurang dari satu meter. Sesar naik dijumpai di beberapa tempat dengan

pergerakan sebesar 2 – 5 cm, dengan arah memanjang searah dengan strike

perlapisan batuan. Di beberapa lokasi sesar ini menyebabkan perlapisan

batubara terpotong dan terbelokkan bahkan ada yang menghancurkan batubara.


2.1.7 Genesa Dan Kualitas Batubara

2.1.7.1 Genesa Batubara

Batubara berasal dari tumbuh – tumbuhan yang hidup di air tawar pada

daerah tropis atau sub tropis dimana tumbuhan – tumbuhan yang mengandung

karbon (C), hidrogen (H), dan sedikit nitrogen (N) yang paling banyak adalah

“Cellulosa” (C6H10O5), kemudian tumbuh – tumbuhan tersebut mati tumbang

dan terendam air. Dengan terbentuknya endapan sisa tumbuh – tumbuhan

tersebut di dalam lingkungan hampa udara (anaerob) maka terjadi proses

biokimia atau hasil kerja “organisme”.

Skema proses kimia

Bakteri anaerob Akumulasi dan pemadatan

Tumbuh-tumbuhan Gelly peat

Setelah terjadi proses biokimia maka tahap selanjutnya terjadi proses

termodinamika dimana proses geologi terjadi kenaikan tekanan dan temperatur

akibat dari pemadatan, maka hal ini disebut pembatubaraan.

Proses pembatubaraan akan semakin meningkat kadar C (zat karbon) dan

semakin kurang kadar hidrogen (H) dan oksigen (O) atau dengan keluarnya

CO2, H2O dan CH4 dari dalam sisa tumbuhan, maka zat kayu akan mengalami

perubahan yakni mulai dari peat, lignit, sub bitumious, bituminous, dan antrasit

sampai pada meta antrasit.


2.1.7.2 Kualitas Batubara

Untuk memperoleh batubara dengan kualitas tertentu sesuai dengan

keinginan konsumen maka dilakukan blending dari tambang, dimana kualitas

abu, sulfur, dan kalorinya diketahui dari sampel yang diambil pada setiap Pit

yang berbeda, setelah itu dilakukan proses penganalisaan kadar di laboratorium

maka sehingga dari data tersebut dapat ditentukan kualitas batubara yang

diambil. Berikut kualitas batubara pada daerah penelitian adalah termasuk

kedalam rank lignit.

Tabel 2.1.7 Data Kualitas Batubara

Parameter Nilai

Total Moisture 49.40 % (a.r)

Ash Content 3.74 % (a.d.b)

Volatile Matter 44.03 % (a.d.b)

Fixed Carbon 40.16 % (a.d.b)

Total Sulfur 0.36 % (a.d.b)

Caloric Value 5.305 kcal/kg

Sumber : Laboratorium PT. LIM


2.1.8 Penambangan

2.1.8.1 Sistem Penambangan

Berdasarkan bentuk dan karakteristik cadangan batubara serta tanah

penutupnya, maka sistem tambang terbuka yang dapat diterapkan adalah

metode open pit dengan menambang lapisan batubara dari singkapan sampai

dengan kedalaman tertentu dan sepanjang daerah tambang dengan

memperhatikan Stripping OF Ratio (SR).

Terdapat beberapa blok penambangan yang direncanakan dimana setelah blok

awal dibuka dilanjutkan dengan membuka blok selanjutnya sehingga terdapat

kemudahan dalam membuang overburden dalam jumlah yang besar ke dalam

pit yang telah ditinggalkan. Sistem ini lebih dikenal dengan sistem Back

Filling.

Gambar 2.1.8 Aktivitas Penambangan


2.1.8.2 Metode Penambangan

Metode penambangan yang cocok untuk diterapkan di daerah prioritas

adalah metode konvesional dengan menggunakan kombinasi Excavator Back

Hoe dengan Dump Truck. Metode ini memiliki kelebihan dalam fleksibilitas

dan selektifitas dalam penggalian serta tersediannya dalam berbagai jenis dan

ukuran peralatan pasaran.

2.1.9.3 Tahapan Kegiatan Penambangan

A. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembersihan lahan merupakan kegiatan awal dari kegiatan

penambangan yaitu membersihkan pohon-pohon, baik yang besar maupun

yang kecil yang tumbuh pada lokasi kegiatan penambangan. Pada tahap ini

dilakukan dengan menggunakan bulldoser, yaitu dengan menggilas akar

pepohonan berkali-kali sehingga akar tersebut menjadi putus atau juga

dengan mendorong pohon tersebut hingga roboh.

B. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)

Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu ditempatkan

terpisah, agar pada saat pelaksanaan reklamasi dapat dimanfaatkan kembali.

Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan subsoil, yaitu

pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan yang tidak mengandung

unsur hara. Tanah pucuk ini dikupas dengan menggunakan bulldozer.

C. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)


Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu

pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan

bahan. galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk

mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik

diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik.

Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan yang

mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan

penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan

pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi,

semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka

rencana target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut

diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah

penutup.

D. Pembersihan Batubara (Coal Cleaning)

Setelah pengupasan tanah penutup selesai dan lapisan batubara mulai

terekspose, maka kegiatan penambangan berikutnya adalah proses

pembersihan lapisan batubara dari unsur pengotor (sisa lapisan tanah

penutup/parting). Proses pembersihan batubara ini dilakukan oleh alat

excavator yang telah dilengkapi dengan cutting blade pada sisi luar kuku

bucket. Hal ini menjadikan ujung bucket bukan berupa kuku tajam,

melainkan berupa ujung bucket yang datar rata.


E. Pemuatan Dan Pengangkutan

Proses pemuatan batubara dilakukan engan alat muat Excavator Doosan

S500 LC-V, dimana alat angkut yang digunakan Dump Truck Mercedes

Benz Actros 4043 AK dan 4046 AK. Selanjutnya batubara diangkut menuju

ke stockpile mini tambang (ROM). Hal ini dilakukan agar proses

penambangan batubara di front tambang dapat berlangsung lebih cepat.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang relief daerah

penelitian yang memberikan informasi topografi berupa perbedaan ketingian,

kemiringan lereng serta daerah aliran sungai, Sehingga untuk ketinggian

permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut yang digambarkan

dengan garis-garis kontur dapat diketahui secara detail. Informasi topografi yang

terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi

dari permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka objek

pada peta dilihat lebih hidup seperti pada keadaan sesungguhnya di alam,

sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi dapat lebih mudah dilakukan.

2.2.2 Pengukuran KemajuanTambang

Kemajuan tambang adalah perubahan - perubahan yang terjadi pada daerah

tambang setelah dilakukan kegiatan penambangan. Dalam hal ini adalah perubahan

bentuk permukaan pada PT. Surya Teknik Anugrah (STA) karena proses penambangan.
Perubahan ini diukur menggunakan alat ukur total station. Data hasil pengukuran ini

diolah menggunakan aplikasi program Aplikasi Minescape dalam pengambarannya,

sehinnga akan diketahui berberapa besar volume dan tonase yang telah terbongkar

selama satu bulan, serta tampilan peta topografi daerah tersebut sebelum dan sesudah

dilakukan penambangan.

Kegiatan pengukuran pada PT. Surya Teknik Anugerah dilakukan setiap hari pada

daerah yang telah ditambang. Hasil dari pengukuran tersebut yang nantinya akan

digunakan sebagai pembaharuan pada peta kemajuan tambang sebelumnya. Dalam

kegiatan pengukuran tersebut beberapa langkah, diantarannya dalah :

1. Pengukuran pada tiap lokasi yang telah ditambang, khususnya pada pit 2

 Pengukuran harian meliputi : Pick up batubara roof dan floor; pick up mine

out batubara; pemasangan patok srest, toe, limit coal, limit disposal, limit

band awal; pemasangan patok/pengecekan elevasi crest, toe, disposal,

band awal sekaligus pengecekan cat & fill berdasarkan design yang telah

ditentukan.

 Pengukuran Mingguan (weekly) : biasanya diadakan setiap hari kamis dan

dilakuan joint Survey, antara lain pengukuran batubara roof/floor, mine

out, OB, dan pengambilan data crest dan toe, pengukuran road/jalan,

disposal, In pit dump, band wall yang tujuannya untuk mengetahui

produksi batubara, OB. Weekly Plan dan mengetahui jumlah inventory

batubara yang telah terbuka agar lebih mudah membuat planning

mingguan maupun planning harian.


2. Proses pemindahan data hasil pengukuran dari total station ke computer

dengan menggunakan aplikasi leica Geo system, kemudian data tersebut

disimpan dalam bentuk Excel. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh nilai –

nilai koordinat dan elevasi, kemudian data dari total statio distansper kedalam

computer dalam bentuk file excel. Data ini akan diolah kedalam program

Aplikasi Minescape

2.2.3 Jenis Pekerjaan Dalam Survey Tambang

Mine Surveying/Tambang Survey adalah suatu cabang ilmu pertambnagn dan

teknologi. Ini mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang melayani

tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua tahap dari

prospeksi terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral bik oleh

permukaan dan bawah tanah bekerja.

Berikut adalah kegiatan utama Survey tambang :

1. Membuat dan merekam, dan perhitungn Survey pengukuran

2. Investigasi dan prediksi efek tambang bekerja pada permukaan dan strata bawah

tanah

3. Perancanaan tambang dalam konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi

selanjutnya.

Pada Surveyor sendiri dihadapkan oleh topografi yang setiap hari, bahkan setiap

jam pasti berubah karena adanya progress tambang sehingga harus menyajikan sebuah

peta topografi yang actual setiap jam. Topografi digital mapping menggunakan teknologi
geodetic untuk menetukan koordinat dan elevasi agar memperoleh pemetaan dengan

data kontur yang akurat.

Berbegai project pengukuran dan pemetaan yang menghasilkan data dan peta

baik dalam bentuk digital mapping maupun print out. Terpercaya dalam hasil

pengukuran yang diperoleh sehingga dapat mempermudah client dalam proses

perhitungan total cadangan bahan galian.

Proses pengolahan data hingga menghasilkan bentuk permukaan yang akuran

dan cepat dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak (Software) baik itu

untuk trimble maupun south. Bagian topografi dan digital mapping telah mengerjakan

berbagai project dan itu bukan hanya dalam dunia pertambangan, tetapi juga dalam

pemetaan tata kota, perkebunan, kehutangan, maupun dalam dinas pertambangan.

a. Alat Ukur Total Station

Total Station adalah alat ukur berbasis elektronik hasil pengembangan dari alat

ukur Theodolit. Total Station merupakan hasil gabungan antara teknologi Theodolit

dengan teknologi EDM (Electronic Distance Measurement). Total Station yang digunakan

dalam penelitian yaitu TS type TCRP1203 yang dilengkapi dua buah EDM (pengukur jarak

elektronik) yaitu:

1. Infra Red (IR)

 Memerlukan target berupa prisma

 Sinarnya tidak kelihatan

 Jangkauan jaraknya lebih jauh sampai 3000 meter menggunakan 1 prisma

 Waktu pengukuran lebih cepat dan ketelitiannya lebih tinggi


2. Laser (RL) dikenal dengan Reflektorless EDM

 Targetnya bisa apa saja (kayu, tembok, batuan kecuali air dan kaca)

 sinarnya kelihatan dan bahaya bila mengenai mata

 jangkauan jarak tanpa prisma maksimal 500 meter tergantung warna obyek

 waktu pengukuran lebih lama dan ketelitiannya lebih rendah.

b. Spesifikasi Alat Ukur Total Station

1. Bagian-bagian Total Station

Sumber : Arsip bagian pemetaan

Gambar 2.3 Alat Ukur Total Station (Type TCRP 1203+)


Keterangan Gambar:

1. Alat Bantu Bidik

2. Teropong atau Teleskop

3. Sekrup Gerak Vertikal

4. Nivo Tabung

5. Batu Baterai

6. Tombol Operasi

7. Layar

8. Sekrup Gerak Horizontal

9. Nivo Kotak

10. 3 (Tiga) Sekrup Penyetel Nivo

2. Cara Mengoperasikan Alat

1. Menghidupkan Alat/On

Tekan tombol On + PROG

2. Mematikan Alat/Off

Tekan tombol PROG + User secara bersamaan.

c. Langkah-langkah Pengukuran Menggunakan Alat Total Station

Adapun langkah – langka dalam penggunaan alat ukur total station (TS) adalah

sebagai berikut :

 Dirikan Tripod (tepat diatas titik kontrol/patok) sesuai dengan prosedur yang

telah ditentukan.
 Pasang Total Station di atas kepala Tripod dengan mengikatkan landasan

Total Station dengan sekrup pengunci di kepala Tripod.

 Fokuskan center point pada patok dimana alat Total Station akan didirikan

dengan tetap memperhatikan letak kepala Tripod tetap mendatar, dengan

cara: angkat dua kaki Tripod dengan posisi mata melihat pada teropong center

point untuk menempatkan titik yang akan didirikan Total Station.

 Setel nivo kotak dengan mengatur tinggi rendahnya kaki statif pada setiap

pergeseran gelembung nivo dengan menggunakan sekrup menyetel kaki statif

hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.

 Tempatkan kembali center point pada titik yang akan didirikan pesawat

dengan menyetel 3 sekrup penyetel, dengan cara memutar dua sekrup ke arah

dalam atau luar secara bersamaan, dan sekrup yang satu digunakan untuk

menempatkan center point tersebut.

 Setel nivo tabung dengan memutar salah satu 3 sekrup penyetel hingga

gelembung nivo bergeser ke tengah.

 Periksa kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan

memutar teropong ke segala arah, bila gelembung nivo itu bergeser lagi maka

lakukan penyetelan kembali.

 Setelah nivo kotak dan nivo tabung telah berada pada posisi tengah, maka

pengukuran dapat dimulai.

 Dirikan Prisma ditempat/posisi yang akan dicari kordinat X, Y, dan Z lalu

tembak menggunakan alat Total Station dengan menekan tombol F1(kordinat

dan elevasi akan secara otomatis dibaca dan direkan oleh alat)
2.3.5 Perhitungan Volume

Menggunakan metode Cross Section pada Surpac

Perhitungan volume menggunakan metode Cross Section pada Minescape serta

Microsoft Excel dalam perhitungannya. Sehingga untuk perhitungan luas tidak perlu

dilakukan karena dari penggambaran menggunakan Surpac luas area yang akan dihitung

dapat ketahui. Untuk menghitung volume kemajuan tambang maka digunakan rumus:

L1+L2
Volume = 2
x Jarak ...……………………………………………… ( 2.1 )

Dimana : L1 & L2 = Luas sayatan

Jarak = Jarak segmen 1, 2, 3, 4, dsb


2.3.6 Teori dasar Pengukuran Kemajuan Tambang

1. Azimuth (Sudut Jurusan)

Tg AB = X/Y

Xb - Xa
Tg AB =
Yb - Ya

Xb - Xa
αAB = Arc Tg ...…………………………………………… ( 2.2 )
Yb - Ya

Y
B

α
X
A
B
2. Jarak Datar (d)

Dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti pada halaman berikut :

D = ( BA – BB ) x 100 sin2 Z ...……………………………………… ( 2.3 )

Dimana : D = Jarak Datar

BA = Benang Atas

BB = Benang Bawah

Z = Zenit atau sudut vertical

3. Sudut Vertikal (Zenith)

Sudut antara PA dan garis mendatar dinamakan sudut miring h dan sudut antara

PA dan garis tegak lurus dinamakan sudut zenith z, karena garis tegak lurus yang ditarik

selalu melalui titik zenith. Hubungan antara sudut miring h dan sudut zenith z adalah h +

z = 900. Bila garis PA terletak di bawah garis mendatar maka sudut h akan diberi tanda

negatif. Nilai h berada pada 0 – 900 dengan tanda positif dan negatif. Sedangkan sudut

zenith selalu mempunyai tanda positif dengan nilai 0 – 1800.


4. Koordinat (x dan y)

X = Xawal + D x Sin  ...…………………………………………… ( 2.4 )

Y = Yawal + D x Cos  ...…………..……………………………… ( 2.5 )

Dimana :

X = Absis

 = Sudut Jurusan (Azimuth)

Y = Ordinat

D = Jarak datar

5. Beda Tinggi (H)

Beda Tinggi dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

H = ( BA – BB ) x 100 x cos Z + TA – BT ...…...……..……… ( 2.6 )

Dimana : H = beda tinggi

TA = tinggi alat theodolit

BT = benang tengah

Ketinggian = ketinggian titik + beda tinggi

Pengeplotan / Penggambaran Peta

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap pengeplotan dan penggambaran peta antara

lain:
1. Skala peta, tentukan skala peta terlebih dahulu sebelum memplot data

pengukuran di atas kertas gambar. Besarnya skala ditentukan oleh kegunaan

peta yang akan digambar.

2. Berikutnya tentukan interval kontur dengan menggunakan rumus

Skala Peta

IK = ………………………………………( 2.7 )

2000

3. Mulailah memplot titik poligon pertama, diteruskan dengan titik poligon

berikutnya hingga terbentuk poligon tertutup

4. Tariklah garis ketinggian ( kontur ) dengan menghubungkan titik-titik yang

mempunyai ketinggian yang sama.

2.2.3.1 Survei Tambang

Mine surveying /tambang survey adalah satu cabang ilmu pertambangan dan

teknologi. Ini mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang

melayani tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua

tahap dari prospeksi terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral

baik oleh permukaan dan bawah tanah bekerja.

Berikut adalah bagian utama survey tambang :

1. Penafsiran geologi deposit mineral dalam kaitannya dengan

eksploitasi ekonomi dari mineral tersebut.

2. Penyelidikan dan negosiasi hak penambangan mineral


3. Membuat dan merekam, dan perhitungan survei pengukuran

4. Pertambangan kartografi

5. Investigasi dan prediksi efek tambang bekerja pada permukaan dan strata

bawah tanah

6. Perencanaan tambang dalam konteks lingkungan setempat dan

rehabilitasi

2.2.2.3 Aktifitas Survey Tambang

A. Aktifitas Survey Harian

 Pengukuran kemajuan tambang dan disposal

 Pengukuran permukaan batubara (roof)

 Pengukuran dasar batubara (floor)

 Memasukkan data-data dari kartu memori Total Station ke dalam database

computer

 Data hasil pengukuran harian harus dipindahkan dan diproses pada hari yang

sama untuk mengoreksi setiap kesalahan data dilapangan

 Memperbaharui data harian sebagai referensi untuk membuat data mingguan

 Memasang patok batas tambang, batas tebing atas, batas tebing bawah, patok

kemiringan, batas jalan, batas penimbunan

 Join Survey dengan Kontraktor (Topo Rona Awal)

B. Aktifitas Survey Mingguan

 Melakukan pengukuran Stok Batubara

 Membuat perhitungan volume stok batubara


 Melakukan rekonsiliasi Stok batubara mingguan

C. Aktifitas Survey Bulanan

 setiap bulannya survey harus sudah menyelesaikan kegiatan survey seperti :

kegiatan penambangan atau pengupasan tanah penutup, penambangan

batubara serta jarak angkut rata-rata dalam satu bulan.

 Survey akan menghitung volume berdasarkan hasil dari kegiatan pengukuran

survey.

 hasil survey yang sudah diperbaiki yang dituangkan dalam satu laporan

 Semua perhitungan volume harus didasarkan pada survey feature : seperti

topography, tebing atas, tebing bawah, bench, kontur roof dan floor batubara

 Beberapa hal berikut juga harus dilakukan :

- Mengukur data ketinggian dari lokasi tambang

- Mengukur semua ujung atas lereng, kaki lereng, serta hal-hal yang

berkaitan dengan topography

- Mendownload data dari Total Station ke computer dan mengolah datanya

menjadi data topography

- Surveyor melakukan perhitungan volume material tambang (termasuk

batubara dan tanah penutup)

- Volume komulatif dihitung berdasarkan topography awal dibandingkan

dengan kondisi topography di akhir bulan untuk mengetahui kesalahan

perhitungan pada bulan-bulan sebelumnya.


- Perhitungan volume (Tonase) batubara dilakukan berdasarkan hasil

pengukuran (Volume Rom Tambang dibandingkan dengan data Roof dan

Floor actual dilapangan) dikalikan dengan berat jenis (Density = 1,17).

- Perhitungan volume tanah penutup dilakukan berdasarkan total material

yang dipindahkan dan dikurangi dengan volume batubara.

Anda mungkin juga menyukai