1
Indonesia, maupun atas sumpah khusus seperti tercantum dalam pasal 2,
mempunyai daya bukti yang sah dalam perkara pidana selama Visa et Reperta
tersebut berisi keterangan mengenai hal-hal yang diamati oleh dokter itu pada
benda-benda yang diperiksa”. (Anonim, 2006)
Dengan berlakunya KUHAP maka Lembaran Negara tahun 1937 Nomor 350 ini
seharusnya dicabut. Namun karena isi Lembaran Negara tersebut tidak bertentangan
dengan KUHAP sedang istilah Visum et Repertum tidak ditemukan dalam KUHAP,
maka Menteri Kehakiman dalam peraturan Nomor: M.04.UM.01.06 tahun 1983 pasal
10 menyatakan bahwa hasil pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik disebut Visum et
Repertum. Oleh karena itu keterangan ahli/keterangan hasil pemeriksaan Ilmu
Kedokteran Forensik seperti dimaksud KUHAP tidak lain adalah Visum et Repertum.
2
1. Keterangan saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa
Maka visum et repertum dapat dikatakan sebagai keterangan ahli maupun sebagai
surat. Hal ini tercantum dalam
Pasal 186
“Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli katakan di sidang pengadilan”.
Keterangan ahli dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik
atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
mengingat sumpah diwaktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. (Idries, 1997).
Di dalam penjelasan pasal 186 diterangkan bahwa keterangan ahli ini dapat
juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum
yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di
waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Jika hal itu tidak diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang,
diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan.
Keterangan tersebut diberikan setelah setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di
hadapan hakim.
Pasal 187
Visum et Repertum dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,
adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum
yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau
surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tatalaksana
3
yang menjadi tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan.
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
padanya.
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian lain.
4
Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai
hasil pemeriksan medik tersebut yang tertuang dalam bagian kesimpulan.
Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga dapat diketahui dengan jelas apa yang
terjadi pada seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma
hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh atau jiwa manusia. (Bagian
Kedokteran Forensik FKUI, 1997)
5
Kualifikasi luka dalam visum et repertum lanjutan dibuat setelah korban
selesai dirawat.
2. Visum et repertum mayat
3. Visum et repertum pemeriksaan TKP
4. Visum et repertum penggalian mayat
5. Visum et repertum mengenai umur
6. Visum et repertum psikiatrik
7. Visum et repertum mengenai bukti lain
(Hoediyanto, 2007; Mabes Polri, 1985)
6
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
Penyidik adalah polri dengan pangkat serendahrendahnya AIPDA (ajudan
berpangkat BRIPDA dapat diberi wewenang sebagai penyidik,oleh karena di
daerah tersebut tidak ada yang pangkatnya lebih tinggi.
2. Penyidik pembantu
Landasan hukum:
Pasal 1 KUHAP
(3) Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan
yang diatur dalam undang-undang ini.
Pasal 10 KUHAP
(1) Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia
yang diangkat oleh Kepala kepolisian negara Republik Indonesia berdasarkan
syarat kepangkatan dalam ayat (2) pasal ini.
Pasal 11 KUHAP
Penyidik pembantu mempunyai wewenang seperti tersebut dalam Pasal 7 ayat
(1), kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan
wewenang dari penyidik.
Pangkat terendah untuk penyidik pembantu adalah BRIPDA (Brigadir Dua).
7
3. HakimPidana
Landasan hukum:
Pasal 180
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang
timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli
dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
Hakim pidana biasanya tidak langsung meminta visum et repertum pada
kemudian jaksa melipahkan pemberitaan hakim kepada penyidik.
4. Hakim Perdata
Hakim perdata berwenang meminta visum et repertum. Hal ini diatur dalam
HIR (Herziene Inlands Reglement). Hal ini dikarenakan disidang pengadilan
perdata tidak ada jaksa, maka hakim perdata dapat langsung meminta visum et
repertum kepada dokter.
5. Hakim Agama
Bahwa hakim agama boleh meminta visum et repertum telah diatur dalam
undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kekuasaan kehakiman Pasal 10. Hakim agama hanya mengadili perkara yang
menyangkut agama Islam.
(Hoediyanto, 2007; http://asiatour.com/lawarchives/indonesia/kuhap; Mabes
Polri, 1985)
8
Pasal 120 KUHAP
(1)Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
9
c. Keterangan tentang identitas korban dengan menyebutkan nama, jenis
kelamin, umur, kebangsaan, agama, alamat, dan pekerjaan.
d. Keterangan tentang peristiwa yang dialami korban seperti kejahatan
kesusilaan, kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, dan sebagainya.
e. Permintaan pengobatan dan perawatan korban.
f. Harap dilaporkan kepada pihak pemohon visum et repertum bila korban
sembuh, pindah rumah sakit lain, pulang paksa, melarikan diri atau
meninggal.
g. Kolom untuk keterangan lain.
h. Keterangan tentang identitas pemohon visum et repertum dilengkapi dengan
tanda tangan dan cap dinas di sudut kanan bawah.
i. Keterangan tentang identitas penerima visum et repertum disertai tanda
tangan, tanggal dan jam di sudut kiri bawah.
2. Korban adalah barang bukti, maka surat permintaan visum et repertum harus
diserahkan sendiri oleh polisi bersama-sama korban kepada dokter.
3. Tidak dibenarkan mengajukan surat permintaan visum et repertum tentang
peristiwa yang telah lampau mengingat rahasia kedokteran (Instruksi Kapolri
No.Inst/E/20/IX/75).
Pasal 170 KUHAP
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
(Hoediyanto, 2007; Atmodirono, 1980; Ranoemihardja, 1991)
10
Visum et Repertum Korban Hidup
11
b. Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban
c. Tindakan-tindakan atau operasi yang telah dilakukan
d. Hasil pemeriksaan tambahan atau hasil konsultasi dengan dokter lain.
Di dalam bagian ini memakai bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga
orang awam (bukan dokter) dapat mengerti, hanya kalau perlu disertai istilah
kedokteran/asing di belakangnya dalam kurung. Angka harus ditulis dalam huruf,
misalnya 4 cm ditulis “empat sentimeter”. Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka,
misalnya luka bacok, luka tembak, luka harus dilukiskan dengan kata (to describe,
beschrijven).
Pemberitaan memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai apa yang
diamati, terutama apa yang dilihat dan ditemukan pada korban/benda oleh dokter.
4. KESIMPULAN
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai
hasil pemeriksaan sesuai dengan pengetahuannya yang sebaik-baiknya. Seseorang
melakukan pengmatan dengan kelima panca indera (penglihatan, pendengaran,
perasa, penciuman dan perabaan).
5. PENUTUP
Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat
sumpah pada waktu menerima jabatan”. Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.
Yang dimaksud dengan sumpah adalah:
- Untuk dokter pemerintah: sumpah pegawai negeri
- Untuk dokter swasta: sumpah lafal dokter yang diucapkan pada waktu dilantik
jadi dokter
- Untuk ahli lain: sumpah pegawai negeri atau disumpah khusus
Di samping hal-hal tersebut di atas perlulah diketahui pula:
- Dalam pemberitaan tidak boleh ditulis apa yang diketahui dokter dari orang lain.
- Kesimpulan bersifat subjektif, dan jika dalam keraguan harus berpegang pada
asas “in dubio pro rea”.
12
- Visum et repertum dibuat sejujur-jujurnya, bila sengaja menyimpang dapat
dituntut karena memberi keterangan palsu berdasarkan pasal 242 KUHP.
(Hoediyanto, 2005)
13
pekerjaan jabatan/mata pencaharian (Apuranto, Hariadi dan Hoediyanto, 2006). Jadi,
bila seseorang masih dipandang perlu oleh dokter untuk mendapatkan pengawasan,
maka dibuatlah visum et repertum sementara.
Visum et repertum sementara dapat digunakan sebagai bukti untuk menahan
terdakwa (Atmodirono, Haroen dan Atmodirono, Anna Haroen, 1980). Jadi dengan
menggunakan visum et repertum sementara, seseorang yang telah melakukan
penganiayaan sehingga menyebabkan luka yang membuat korban terhalang untuk
menjalankan pekerjaan atau pencaharian dapat ditahan.
Pada kesimpulan visum et repertum sementara tidak mencantumkan
kualifikasi luka, karena masih dalam pengobatan atau perawatan belum selesai
(Atmodirono, Haroen dan Atmodirono, Anna Haroen, 1980).
3. Visum et Repertum Lanjutan
Diberikan apabila setelah korban dirawat/diobservasi ternyata korban sembuh,
meninggal, pindah rumah sakit, atau pindah dokter. Dalam visum ini dimuat
kualifikasi luka setelah korban dirawat. Bila ternyata korban meninggal maka dibuat
visum et repertum jenazah.
3.1.3 Tata Cara Pembuatan Visum et Repertum Korban Hidup
Petunjuk pembuatan Visum et Repertum Korban Hidup adalah sebagai
berikut:
A. Petunjuk Umum
1. Karena untuk kepentingan penegakan hukum, maka Visum et Repertum dibuat
degan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh penegak hukum.
2. Isi harus relevan dengan maksud dan tujuan dimintakannya keterangan tersebut,
yaitu untuk membuat terang perkara pidana, dan harus mampu menjawab masalah
yang dihadapi penegak hukum dalam proses peradilan perkara pidana.
3. Memenuhi persyaratan formal, yaitu dibuat dengan sumpah atau janji yang
diucapkan di depan penegak hukum atau dengan mengingat sumpah atau janji
ketika menerima jabatan.
B. Petunjuk membuat diskripsi luka
14
Diskripsi luka harus seobjektif mungkin, meliputi :
1. Jumlah luka
2. lokasi luka, meliputi :
a. lokasi berdasarkan regio anatominya.
b. Lokasi berdasarkan garis garis koordinat atau bagian-bagian tubuh tertentu.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi :
a. Ukuran sebelum dirapatkan
b. Ukuran setelah dirapatkan
5. Sifat-sifat luka, yaitu :
a. Garis batas luka
- Bentuk (teratur atau tidak teratur)
- Tepi (rata atau tidak)
- Sudut luka (ada atau tidak, jumlahnya berapa dan bentuknya
runcing atau tidak)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi :
- Tepi luka (rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja)
- Antara kedua tebing ada jembatan jaringan atau tidak
- Dasar luka (terdiri atas jaringan apa, warnanya, perabaannya, ada apa saja
di atasnya.
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
- Tatoase (ada atau tidak)
- Jelaga (ada atau tidak)
- Bekuan darah (ada atau tidak)
- Lain-lain (ada atau tidak)
C. Petunjuk pembuatan kesimpulan
15
Kesimpulan harus memuat :
1. Jenis luka /kelainan yang ditemukan
2. Jenis benda penyebabnya
3. Bagaimana cara benda itu menimbulkan luka/kelainan
4. Apa akibatnya dan derajat lukanya.
Cara menyatakan derajat luka pada kesimpulan :
1. Luka derajat I ( luka yang tidak menimbulkan penyakit, atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian)
Contoh: Pada laki-laki yang berumur tujuh belas tahun ini didapatkan luka-luka
lecet dan memar akibat benda tumpul. Luka-luka tersebut tidak berakibat penyakit
atau halangan untuk melakukan jabatan atau pekerjaan.
2. Luka derajat II ( luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan jabatan atau pencaharian untuk sementara waktu)
Contoh: Pada laki-laki berumur sekitar dua puluh satu tahun ini didapatkan
adanya luka memar dan luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul. Luka-luka
tersebut mengakibatkan penyakit atau halangan melakukan jabatan atau pekerjaan
selama dua minggu.
3. Luka derajat III (luka berat, atau yanmg mengancam jiwa)
Contoh: Pada perempuan yang berumur sekitar dua puluh lima tahun ini
didapatkan luka-luka lecet, memar serta robeknya jaringan limpa. Luka-luka
tersebut selain mendatangkan bahaya maut juga tidak dapat diharapkan akan
sembuh dengan sempurna. (Idries,2002)
16
Pokok-pokok isi kesimpulan Contoh bunyi kesimpulan pada VR
1. Jenis luka/kelainan yang Telah diperiksa seorang wanita, umur 25 tahun.
ditemukan Ditemukan sebuah luka oleh senjata tajam yang
2. Bagaimana cara benda itu dibacokkan ke kepalanya sehingga
menimbulkan luka / kelainan mengakibatkan kerusakan pada otak. Sebab
3. Apa akibatnya atau derajat kematian karena rusaknya otak tersebut
lukanya
b. Luka sedang
Definisi luka sedang Contoh cara menulis kesimpulan
Luka yang dapat 1. Pada orang tersebut ditemukan luka tusuk di bahu kiri
menimbulkan penyakit akibat persentuhan dengan benda tajam. Akibatnya
atau halangan dalam korban menderita penyakit tetanus selama satu bulan
17
menjalankan pekerjaan 2. Ditemukan luka robek pada pelipis sebelah kanan. Luka
jabatan/pekerjaan tersebut diakibatkan oleh persentuhan dengan benda
pencaharian untuk tumpul. Akibatnya korban tidak dapat menjalankan
sementara waktu. pekerjaan mata pencahariannya sebagai sopir selama
(Sementara waktu harus tujuh hari
dinyatakan berapa 3. Pada perut orang tersebut ditemukan luka iris akibat
hari/berapa bulan persentuhan dengan benda tajam sehingga
menyebabkan yang bersangkutan mendapatkan
halangan menjalankan pekerjaan jabatannya sebagai
pelajar selama lima hari
4. Ditemukan luka etsa (luka bakar) akibat persentuhan
dengan zat kimia asam keras akibatnya korban tidak
dapat menjalankan pekerjaan jabatannya sebagai ibu
rumah tangga selama delapan hari
5. Pada orang tersebut ditemukan patah tulang sebelah
kanan akibat persentuhan dengan benda tumpul. Patah
tulang tersebut sekarang belum sembuh dan sudah 1,5
bulan lamanya menyebabkan korban tidak dapat
menjalankan pekarjaan mata pencahariannya sebagai
polisi. Diharapkan patah tulang tersebut akan sembuh
sempurna dalam waktu setengah bulan lagi dan selama
waktu tersebut korban juga tidak akan dapat
menjalankan pekerjaannya
c. Luka Berat
Definisi Luka Berat Contoh cara menulis kesimpulan
a.Penyakit atau luka 1. Pada orang tersebut ditemukan luka robek pada kornea
yang tak dapat (selaput bening mata) kiri akibat persentuhan dengan
diharapkan sembuh benda tumpul. Luka tersebut tidak dapat diharapkan
dengan sempurna sembuh dengan sempurna (fungsinya tidak dapat pulih
18
kembali)
b. Luka yang 2. Pada perut sebelah kiri orang tersebut ditemukan luka
datang / mendatangkan tusuk menembus limpa dan mengakibatkan perdarahan
bahaya maut sebanyak (500 cc) di rongga perut. Keadaan tersebut
dapat mendatangkan bahaya maut
c.Rintangan tetap 3. Pada tangan kiri orang tersebut ditemukan luka-luka
menjalankan pekerjaan serta remuknya tulang-tulang sehingga menyebabkan
jabatan atau pekerjaan kekakuan pada kelima jari tangannya. Akibatnya
mata pencaharian korban mendapat rintangan tetap (selamanya) dalam
menjalankan pekerjaan mata pencahariannya sebagai
pemain biola
d. Kehilangan salah 4. Pada orang tersebut ditemukan luka memar pada
satu panca indra kepalanya akibat persentuhan dengan benda tumpul
menyebabkan ia menderita gegar otak dan tidak
berfungsinya syaraf pendengaran
e.Cacat besar atau 5. Pada orang tersebut ditemukan luka-luka pada
kudung wajahnya serta hilangnya daun telinga sebelah kiri
karena persentuhan dengan benda tumpul. Akibatnya
yang bersangkutan menderita cacat besar
f. Menyebabkan 6. Pada orang tersebut ditemukan patah tulang punggung
kelumpuhan (vertebra) akibat persentuhan dengan benda tumpul.
Akibatnya ia mengalami kelumpuhan pada kedua
kakinya
g. Mengakibatkan 7. Pada orang tersebut ditemukan 5 buah memar pada
gangguan daya pikir 4 kepalanya akibat persentuhan dengan benda tumpul.
minggu lamanya atau Akibatnya ia mengalami gangguan daya pikir selama
lebih 38 hari
h. Mengakibatkan 8. Pada orang tersebut ditemukan memar pada perutnya
19
keguguran atau akibat persentuhan dengan benda tumpul sehingga bayi
matinya janin dalam yang dikandungnya meninggal dunia
kandungan
20
DAFTAR PUSTAKA
Hoediyanto, dr. Sp. F (K). 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Surabaya: Bagian IKF dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Unair.
Idries A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.
http://asiatour.com/lawarchives/indonesia/kuhap
21