PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit kulit yang disebabkan oleh beberapa jenis jamur merupakan salah satu
masalah utama negara-negara di daerah tropis seperti di Indonesia. Kondisi kulit yang mudah
berkeringat dan lembab, kebersihan diri yang tidak terjaga dan kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan merupakan faktor yang memungkinkan pertumbuhan jamur penyebab
penyakit kulit. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Salah satu
penyebab mikosis adalah jamur golongan Candida (Salni dkk, 2013).
Mikosis yang banyak ditemukan pada manusia adalah kandidiasis. Pada saat ini di
Indonesia ada kecendrungan peningkatan insidensi kandidiasis vagina. Pemakaian antijamur
secara tidak benar dapat menyebabkan toksisitas dan resisten. Oleh karena itu, pencarian
senyawa antijamur harus terus dilakukan supaya didapatkan senyawa antijamur yang aktivitas
antijamurnya lebih efektif sehingga dapat digunakan sebagai bahan aktif obat dan dapat
menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans (Salni dkk, 2013).
Indonesia memiliki beraneka ragam tanaman yang berkhasiat mencegah, mengurangi
atau menghilangkan gangguan fisiologik tubuh, serta ada pula yang memiliki daya antibakteri
dan antijamur, diantaranya adalah lengkuas. Lengkuas (Alpinia galanga) adalah salah satu
jenis rempah-rempah yang telah banyak dimanfaatkan sebagai produk fitofarmaka Khasiat
lengkuas sebagai bahan antijamur disebabkan oleh kandungan zat kimianya, seperti basonin,
eugenol, galangan, galangol, dan kandungan senyawa kimia 1’-asetoksi kavikol asetat dalam
minyak atsirinya (Rini Budiarti, 2006). Hasil penelitian Mulyaningsih (1996) menyatakan
bahwa minyak atsiri lengkuas mempunyai aktivitas antifungi dengan konsentrasi hambat
minimum 3,13% (v/v) terhadap C. albicans (Salni dkk, 2013).
1
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi bahan aktif rimpang lengkuas
putih yang dapat menghambat pertumbuhan jamur penyebab kandidiasis.
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini untuk jangka pendek adalah publikasi
artikel ilmiah, sedangkan untuk luaran jangka panjangnya adalah memformulasikan ekstrak
rimpang lengkuas sebagai sabun cair untuk Candida albicans.
1.5 Kegunaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lengkus
Lengkuas termasuk terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai 2 – 2,5
meter. Ada 2 jenis lengkuas yang dikenal yaitu varietas dengan rimpang berwarna putih dan
merah. Tanaman ini memiliki akar tak teratur. Pada lapisan luar terdapat kulit tipis berwarna
coklat sedangkan di bagian tangkai yang berbentuk umbi berwarna merah. Bagian dalam
berwarna putih dan jika dikeringkan menjadi kehijau-hijauan. Lengkuas mempunyai batang
pohon yang terdiri atas susunan pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat
panjang dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri atas pelepah-pelepah saja,
sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun.
Bunganya juga muncul pada pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas
selain berserat kasar juga memiliki aroma yang khas . (Sinaga, 2000)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobioma
Superdivisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Subklas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
3
Keluarga : Zingiberaceae
A. Klasifikasi
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
4
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
B. Morfologi
Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari
beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi
serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel
dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. C. albicans mempunyai struktur dinding sel
yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan
dan khitin. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponenkomponen ini
menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel C. albicans terdiri dari lima lapisan yang
berbeda (Yulianti, 2016).
C.Patogenitas
Pada manusia C. albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah
kuku orang sehat. C. albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan
maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat
jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang
menyebabkan kelainan dalam jaringan (Jawetz, et. al., 2005).
Kandidiasis superficial (kulit atau mukosa) ditandai oleh penambahan cacah lokal
Candida dan kerusakan kulit atau epitel yang memungkinkan invasi lokal oleh ragi dan
5
pseudohifa. Histologi lokal lesi kulit atau mukokutan ditandai oleh reaksi peradangan yang
bervariasi dari abses pyogenik sampai granuloma kronis. Lesi ini mengandung pseudohifa
dan sel ragi bertunas yang berlimpah-limpah (Jawetz, et. al., 2005).
D. Sabun Cair
Sabun cair adalah sadiaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar
sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan tanpa menimbulkan iritasi
pada kulit ( Andrelina, 2014). Syarat mutu sabun cair yang telah ditentukan oleh SNI pada
bahan dasar sabun adalah bentuk sediaan cair yang homogen dengan bau dan warna yang
khas, pH sabun pada suhu 250C 8-11, alkalis brbas maksimum 0,1%, bahan aktif minimal
15%, bobot jenis 1,01-1,10 dan Angka Lempeng Total (ALT) cemaran mikroba maksimal
1x105 . Sedangkan persyaratan sabun cair dengan bahan dasar detergen adalah bentuk
sediaan cairan yang homogeny dengan bau khas, pH sabun pada suhu 250C 6-8, bahan aktif
minbimal 10%, bobot jenis 1,01-1,10 dan ALT cemaran mikroba maksimal 1x105
(Widiawati, U.T., dkk, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN
6
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung di laboratorium Biologi Farmasi,
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman dan di
laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman selama 5
bulan.
8
ke dalam medium biakan kemudian diinkubasi selama 48 jam pada inkubator
dengan suhu 37°C lalu diukur diameter zona hambat yang terbentuk (Salni, dkk,
2013).
Cocamidopropyl betaine 5
Propilenglykol 10
9
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
11
Material Kuantitas Harga Satuan Jumlah (Rp)
(Rp)
Rimpang Lengkuas 1 kg 30.000,-/kg 30.000,-
putih
Etil asetat 60% 500 mL 200.000,-/L 50. 000,-
SDA (Sabourand 10 mL 987.500,-/10 mL 987.500,-
Dextrose Agar)
Candida albicans 1 mL 150.000/mL 150.000,-
Larutan DMSO 25 mL 5.200/ml 130.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Andrelina Y, 2014. Formulasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol herba seledri (Apium
graviolens L) tanpa Akar, serta Uji Aktifitas Antifungi Terhadap Candida albicans
penyebab Keputihan. Jurnal Farmasi Vol. 5. Bandung.
Hernani, Tri Marwati dan Christina Winarti. 2007. Pemilihan Pelarut pada Pemurnian Ekstrak
Lengkuas (Alpinia galanga) secara Ekstraksi. Jurnal Pasca Panen 4 (1) : 1-8. Bogor.
Jawetz, Melnick, et. al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: salemba medika.
12
Mandal, S.C., et. al. 2015. Essential of Botanical Extraction Principles and Applications.
Academic Press, New York, 122.
Mutiatikum, D, dkk. 2010. Standarisasi Simplisia dari Buah Miana (Plectranthus
Seutellaroides (L) R.Btlz ) yang Berasal dari 3 Tempat Tumbuh Menado, Kupang dan
Papua. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 38, No.1 : 1-16. Menado.
Rusmarilin, H. 2003. Aktivitas antikanker ekstrak lengkuas lokal (Alpinia galanga (L) Sw)
pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditrasplantasi dengan sel tumor
primer. Thesis S3, IPB, Bogor.
Salni, Nita Aminasih, dan Reny Sriviona. Isolasi Senyawa Antijamur Dari Rimpang
Lengkuas Putih (Alpinia galanga L.) Wild) dan Penentuan Konsentrasi Hambat
Minimum Terhadap Candida albicans. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung. 2013; 301-307.
Sinaga, E. 2000. Lengkuas (lengkuas galangal). Pusat Pengembangan dan Penelitian
Tumbuhan Obat UNAS/P3TO UNAS, diakses tgl 10 mei 2017.
Siregar R.S. 2005. Kandidiasis Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: EGC.
Widiawati, U.T., dkk. 2016. Formulasi Sabun Cair Minyak Serai Wangi (Cymbopogon
winterianus Jowitt) untuk Keputihan dan Penentuan Aktivitas Antifungi terhadap
Candida albicans. Prosiding Farmasi, Gelombang 2. Bandung.
Yulianti, Ira. 2016. Optimasi Analisis Senyawa Eugenol pada Ekstrak Etanol Lengkuas
dengan KLT-Densitometer. Fitoterapia, Vol. 79 : 27-31. Surakarta.
13