PENDAHULUAN
1
(Gigantolochloa apus) adalah jenis rebung bambu yang jarang dikonsumsi
masyarakat karena rasa yang pahit. Rebung dan daun dari bambu apus
memiliki kandungan saponin dan pada daun mengandung flafonoida,
polifenol, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, dan
sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan
kolesterol. Senyawa utama pada rebung mentah adalah air yaitu 91%.
Disamping itu, rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A,
thiamin, riboflavin, vitamin c, serta mineral lain seperti kalsium, fosfor,
besi, dan kalium. Kandungan kalium yang terdapat pada rebung setiap 100
gram adalah 533 mg, sedangkan makanan yang serat kalium yaitu minimal
400 mg, sehingga rebung dapat mengurangi resiko stroke.
1.3 Tujuan
1. Mempelajari kandungan zat aktif dalam rebung bambu apus
2. Menentukan konsentrasi ekstrak rebung bembu apus sebagai kontrol
berat badan dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler
1.5 Luaran
1. Artikel ilmiah
2. Produk
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3
dikenal sebutan bamboo shoot.Rebung tumbuh dibagian pangkal rumput
bambu dan biasanya dipenuhi oleh glugut yang gatal. Morfologi rebung
berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun
bambu. Bambu banyak ditanam didaerah tropis Asia. Tanaman ini dapat
tumbuh di daratan rendah sampai ditempat ketinggian 2.000 meter diatasa
permukaan laut. Panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara
bulan Desember-Februari. Rebung Apus biasanya dipanen saat tingginya
mencapai 7 cm.Apabila terlambat dipanen,dalam 2-4 bulan saja rebung
sudah menjadi tanaman bambu lengkap. Biasanya rebung yang diambil
adalah rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa.Tidak semua rebung yang
tumbuh dapat hidup menjadi bambu dewasa (Andoko, 2003).
Untuk mengambil rebung dari rumpun bambu tidaklah sulit. Dengan
menggunakan pisau besar, sabit, rebung dapat dipotong pada bagian
pangkalnya.Setelah itu rebung dikupas untuk dibuang glugutnya. Rebung
bambu apus ini tergolong rebung yang tidak biasa dikonsumsi karena
rasanya pahit disebabkan banyaknya kadar sinida didalamnya. Rebung
bambu apus tidak biasa dikonsumsi bukan berarti rebung bambu apus tidak
dapat diperoleh manfaatnya. Pada penelitian mengenai rebung
bambu,rebung bambu apus ini dapat dimanfaatkan sebagai obat demam,
karna didalamnya mengandung senyawa kimia saponin. Komposisi serat
pangan pada rebung cukup tinggi yaitu sekitar 2,56 %, lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sayuran tropis lainnya, seperti kecambah kedelai 1,27
%, ketimun 0,61%, dan sawi 1, 0 1 %. Oleh sebab itu rebung cukup baik
untuk dimanfaatkan menjadi jenis bahan makanan makanan ataupun bahan
obat(Hermawati, 2005).
a. Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadinya
penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Peyakit
jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh
darah koroner. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan
aliran darah ke otot jantung yang dapat ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
1999).
4
gejala gizi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angin
pectori (Moore,1997).
b. Stroke
Stoke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkaan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala
pada daerah yang terganggu (Irfan, 2010).Terdapat dua macam stroke yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik.Stroke iskemik merupakan 80% dari
penyebab stroke, disebabkan oleh gangguan pasokan oksigen dan nutrisi
selotak akibat bentukan trombus atau emboli.Keadaaan ini diperparah oleh
terjadinya penurunan perfusi sistemik yang mengaliri otak, sedangkan
stroke hemoragik intraserebral dan subrakhnoid disebablan oleh pecahnya
pembuluh darah kranial (Smith, 2006).
5
bahasa (Fagan and Hess, 2008).Sebagian besar manifestasi klinis timbul
setelah bertahun-tahun, berupa:
c. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya
ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan
kadang terjadi perluasan kedalam jaringan organnya (Misnadiarly,
2007).Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan
antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh , sehingga
terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto,
2009).Inti dari obesitas ini adalah terjadinya keseimbangan energipositif
yang tidak diinginkan dan bertambahnya berat badan.Obesitas tidak sama
dengan overwight.Overwight adalah kelebihan berat badan dibandingkan
dengan berat ideal yang disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak-noin
lemak, misalnya pada seseorang atlet binaragawan kelebihan berat badan
dapat disebabkan oleh hipertrofi otot (Damayanti, 2002).Obesitas pada anak
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas
saat dewasa.Sekitar 26% bayi dan anak-anak dengan status obes akan tetap
menderita dua puluh tahun kemudian (Dietz, 1987).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Tahapan penelitian
7
kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 2 ekor mencit dan diberi
perlakuan selama 14 hari. Sebelum perlakuan berat badan awal mencit
ditimbang menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.
c. Cara pengujian
4. Rancangan penelitian
8
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya
Total Rp.9.670.000
2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan selama 3 bulan, adapun rincian jadwal kegiatan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan PKM-P
Bulan
No. Jadwal kegiatan
1 2 3
1. Konsultasi dosen
5. Pengujian
6. Pengamatan
7. Evaluasi
8. Pembuatan laporan
9
Daftar Pustaka
Andoko, A., 2003. Budidaya Bambu Rebung. Yogyakarta:Kanisius
Berlin, N.V.A., dan Estu. R., 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu.
Jakarta:Penebar Swadaya
Corwin,E,J. 2001.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Fagan, S.C., Hess, D.C., 2008, Stroke in Dipiro ,. J.T., Talbert, R.L., Yee,
G.C.,Matzke, G.R.,Wells, B.G., Posey, L.M., Pharmacotheraphy
A Pathophysiologic Approach,7th ed,The McGraw-Hills
Companies, United States of America, p 379-380
Sumanto, agus. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.
Bogor: Herbarium Bogoriense,Balitbang Botani, Puslitbang Biologi-LIPI
10