Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Istilah peta berasal dari bahasa Inggris, yaitu map. Adapun kata map
berasal dari bahasa Yunani, yaitu mappa yang berarti taplak atau kain penutup
meja. Namun, secara umum Pengertian Peta adalah gambaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan
menggunakan skala tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang peta disebut
kartografi.

Pengetahuan peta telah dikenal manusia sejak sebelum masehi. Benda


bersejarah yang berhubungan dengan pembuatan peta adalah berupa
lempengan tanah liat peninggalan bangsa Babilonia, Mesir, dan Cina. Benda
tersebut saat ini dapat disaksikan di Museum Semit Harvard, Amerika Serikat..

Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi
titik- titik di bumi dan di peta. Karenapermukaan bumi secar a fisik tidak teratur,
sehingga sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan dari hasil ukuran
(pengukuran). Untuk itu dipilih suatu bidang yang teratur yang mendekati bidang
fisis bumi yaitu bidang Elipsoida dengan besaran-besaran tertentu. .
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Peta dan Jenis-jenisnya
B. Menentukan metode SIG ( Sistem informasi Geogrsfis )

C. Tujuan

A. Untuk mengetahui Pengertian Peta dan Jenis-jenisnya

C. Untuk mengetahui metode SIG ( Sistem Informasi Geografis )

Page | 1
SEJARAH SURVEI DAN PEMETAAN

SERTA PERKEMBANGAN PERALATANNYA


Kisah lama yang terekam oleh sejarah pada saat ini,
menunjukan perkembangan ilmu dibidang survey pertama kali
di daerah Mesir. Herodotus menjelaskan bahwa di era Sesostris
(sekitar 1400 SM) dibagi tanah mesir ke dalam sebuah gambar
untuk tujuan perpajakan. sungai nil menyapu sebagian dari
plot ini, dan surveyor ditunjuk untuk menggantikan batas. Pada
awalnya surveyor disebut tali tandu, karena pengukuran
mereka dibuat dengan tali yang memiliki penanda di setiap
satuan jarak.

Sebagai konsekuensi dari pekerjaan ini, pemikir Yunani mulai


mengembangkan ilmu geometri. Mereka sangat
mengutamakan kemajuan dari ilmu tersebut. Seorang penemu
kebangsaan Yunani bernama Heron berusaha menerapkan ilmu
pengetahuan untuk melakukan survei di sekitar 120 SM. Ia
adalah penulis dari beberapa buku tentang surveyor. termasuk
dioptra, yang menceritakan Métode survei di lapangan,
menggambar perencanaan, dan membuat perhitungan. Ini juga
termasuk menjelaskan salah satu bagian yang pertama dari
peralatan survey yang terekam, yaitu Diopter. Bertahun-tahun Heron berkuasa di
kalangan surveyor Yunani dan Mesir.

Perkembangan yang signifikan dalam seni


survei berasal dari pemikir-pemikir praktis
Romawi, yang paling terkenal tulisan di survei
adalah tulisan Frontinus. Meskipun naskah asli
menghilang, sebagian karyanya telah
tersimpan. Berikut video penggunaa groma di
masa romawi kuno:

Frontinus adalah seorang insinyur romawi di bidang survey dan tercatat hidup pada
abad pertama, adalah seorang pelopor di lapangan, dan tulisannya menjadi acuan
selama bertahun-tahun. Kemampuan keteknikan bangsa Romawi telah
didemonstrasikan oleh pekerjaan proses konstruksi yang luas untuk membangun
kekaisaran. Survey yang diperlukan untuk konstruksi ini mengakibatkan terbentuknya
organisasi serikat surveyor. Peralatan canggih terus dikembangkan dan dipergunakan.
Diantaranya yaitu Groma, dipergunakan untuk pengamatan; LIbella; dengan pemberat
(unting-unting) untuk pengukuran kedataran; Chorobates, terbuat dari kayu,

Page | 2
berbentuk horisontal / lurus, memiliki ketinggian sekitar 20 kaki (6 meter) dengan
dukungan 4 buah lengan dan bagian atas digenangi air untuk menunjukan ketinggian.

Salah satu naskah latin tertua yang ada adalah naskah kuno Acerianus, yang ditulis
pada sekitar abad keenam. Ini berisi hitungan survei seperti yang dilakukan oleh
Romawi dan termasuk beberapa halaman dari risalah Frontinus itu. Naskah ini
ditemukan pada abad kesepuluh oleh Gerbert dan naskah tersebut sebagai dasar
untuk panduan mempelajari geometri, tentang survei. Selama abad pertengahan, ilmu
bangsa Arab, yunani dan romawi terus berkembang. Sedikit kemajuan dibuat dalam
seni survei, dan semua tulisantulisan yang berhubungan dengan hal tersebut disebut
“geometri praktis.”.

Pada abad 13, Von Piso menulis sebuah buku yang berjudul Practica Geometri, berisi
petunjuk tentang survei. Dia juga menulis LIber Quadratorium yang membahas tentang
kwadran, dengan menciptakan sebuah alat berupa bingkai kuningan berbentuk persegi
dengan sudut 900 dan skala yang berbeda-beda. Dengan menggunakan pointer yang
bergerak untuk penunjuk. Astrolabe adalah sebuah Instrumen lainnya yang
diciptakan. Astrolabe berupa lingkaran logam dengan berengsel pointer di pusatnya
terdapat cincin di atas, jalur pembidik. Alat ini dipergunakan untuk mengukur jarak dan
sudut.

Pada awal peradapan bumi diasumsikan seperti permukaan datar, tetapi tapi dengan
mencatat bumi bayangan melingkar bumi di bulan selama gerhana bulan dan melihat
kapal berangsur-angsur hilang saat mereka berlayar ke arah cakrawala, perlahan
disimpulkan bahwa planet ini sebenarnya melengkung ke segala arah.Menentukan
ukuran dan bentuk bumi secara tepat telah menjadi topik yang menarik untuk

Page | 3
dipelajarai selama berabad-abad. Sejarah mencatat bahwa ilmuwan Yunani bernama
Eratosthenes adalah di antara yang pertama untuk menghitung dimensi bumi secara
ilmiah, yang terjadi sekitar 200 sm.

Eratosthenes menyimpulkan bahwa kota-kota Mesir dan Iskandariyah itu terletak


pada meridian yang sama, dan dia juga mengamati bahwa di tengah hari pada titik
balik matahari dikala musim panas, matahari berada tepat di atasnya, (Ini jelas karena
pada saat hari itu, citra matahari bisa terlihat mencerminkan dari bagian bawah
vertikal sumur di sana). Dia beralasan bahwa pada saat itu, matahari didaerah
Iskandariyah berada di sebuah jalur meredian umum, dan jika ia dapat mengukur
panjang busur antara dua kota, dan sudut itu cenderung di pusat bumi, ia bisa
menghitung lingkar bumi. Dia menentukan sudut dengan mengukur panjang bayangan
di Alexandria dari st vertikal panjang dikenal ditemukan dari mengalikan jumlah hari
kafilah antara Syene dan Alexandria dengan jarak rata-rata harian bepergian. Dari
pengukuran ini Eratosthenes menghitung keliling bumi menjadi sekitar 25.000 mil.

Page | 4
Pada abad 18 dan 19, seni survei maju lebih cepat. Kebutuhan untuk peta dan lokasi
batasbatas nasional yang disebabkan kebutuhan Inggris dan Perancis untuk membuat
titik-titik triangulasi yang akurat melahirkan periode survei geodetik. Survei pantai
yang dilakukan AS (sekarang Survei Geodesi nasional dari Departemen Perdagangan
AS) telah membuat monumen referensi posisi yang dapat diketahui secara tepat di
seluruh negeri. Peningkatan harga nilai tanah dan pentingnya batas-batas yang tepat,
bersama dengan permintaan untuk perbaikan publik di kanal, kereta api, dan jalan tol,
membawa survei ke posisi penting. Baru-baru ini, pada pekerjaan seperti; konstruksi
umum skala besar, pengelolaan lahan dengan subdivisi yang banyak dengan catatan
yang lebih baik diperlukan, dan tuntutan yang ditimbulkan oleh bidang eksplorasi dan
ekologi telah mensyaratkan betapa pentingnya peran survei dan pemetaan. Survei
masih merupakan tanda kemajuan dalam, penggunaan, pelestarian, dan
pengembangan sumber daya bumi.

Selain untuk memenuhi sejumlah kebutuhan sipil yang terus berkembang, survei
selalu memainkan peran penting dalam kegiatan pertahanan bangsa. Perang dunia I
dan II, konflik Korea dan Vietnam, dan konflik yang lebih baru di timur tengah dan
Eropa telah menciptakan tuntutan yang mengejutkan untuk pengukuran yang tepat
dan peta yang akurat. Ini operasi militer juga memberikan stimulus untuk
meningkatkan instrumen dan metode untuk memenuhi kebutuhan ini. Survei juga
memberikan kontribusi, dan manfaat, program ruang di mana peralatan baru dan
sistem yang diperlukan untuk memberikan kontrol yang tepat untuk penyelarasan
rudal dan untuk pemetaan dan memetakan bagianbagian dari bulan dan planet-planet
di dekatnya. Perkembangan peralatan survei dan pemetaan kini telah berkembang ke
titik di mana instrumen tradisional yang digunakan sampai sekitar tahun 1960-an atau
1970 mengalami perubahan.

Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN

PERPETAAN DAN SIG MODEREN


(Sistem Informasi Geografis)

PERPETAAN

A. PENGERTIAN PERPETAAN

Pengertian Perpetaan :Segala sesuatu yang berhubungan dengan peta.


Segala sesuatu yang berhubungan dengan peta banyak sekali, antara lain : arti peta itu
sendiri,fungsi peta, klasifikasi peta, cara pembuatan dan sebagainya.

Peta adalah penyajian informasi spasialpermukaan/bawah permukaan bumi


dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidangdatar melalui sistem proyeksi.
Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa peta merupakan alat untuk
menyampaikan informasi(alat komunikasi). Informasi yang disampaikan adalah unsur –
unsur permukaan/bawah bumisecara grafis.

Penyajian informasi dalam bentuk grafis akan mempersoalkan beberapa


pengertian yang perludiketahui, yaitu :
 visualisasi : data yang akan dirubah menjadi gambar,
 universal : sesuatu yang akan disajikan/digambar haruslah difahami
oleh setiap orang,
 grafik : gambar tersebut harus dapat diperkecil skalanya,
direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar tentang
sesuatu informasi.

A.1 KARAKTERISTIK dan MANFAAT PEMETAAN

A.1.1 Karakteristik
Peta merupakan gambaran dalam bentuk 2(dua) dimensi,gambaran yang
disajikan adalah dalam bentuk hasil reduksi dari keadaan
yangsebenarnya, informasi/data yang disajikan merupakan suatu bentuk
penegasan dari unsur yang ada. Fungsi :

 memperlihatkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam


hubungannyaterhadap tempat lain di permukaan bumi),

Page | 6
 memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak
jarak di permukaan bumi.
 memperlihatkan bentuk (dari peta dapat dilihat bentuk -bentuk
daerah bergunung, permukiman, dataran, dan obyek lain yang cukup
besar, sehingga dimensinya dapatdiperlihatkan dalam peta topografi.

A.1.2 Manfaat Peta


 Sebagai Dasar Penetapan Kebijaksanaan pembangunan.
 Sebagai alat dalam proses perencanaan.
 Sebagai alat dalam pelaksanaan pembangunan.
 Sebagai alat monitoring.
 Untuk presentasi data.

Page | 7
A.2 METODE MEMBUAT PETA

Metode yang sering digunakan untuk mebuat peta (peta garis) adalah metode
terestris danfotogrametris dan salah satu yang akan dipelajari di sini adalah cara
membuat peta denganmetode terestris – yaitu dengan melakukan pengukuran-
pengukuran langsung di lapangan.

Kalau diperhatikan dengan cermat, peta garis merupakan kombinasi secara


sistematis dariunsur -unsur ilmu ukur Euclidian (titik, garis, dan luasan). Data dasar
yang diperlukanadalah jarak, sudut, asimut, dan tinggi (untuk kontur). Masingmasing
data dasar tersebutakan dijelaskan pada bab selanjutnya.

Peralatan yang digunakan :


BAGIAN THEODOLIT
Bagian
-bagian yang penting dari alat theodolit
antara lain:
 Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik
 Sumbu mendatar
 Indeks pembaca lingkaran skala tegak
 Penyangga sumbu mendatar
 Indeks pembaca lingkaran skala mendatar
 Sumbu tegak

Page | 8
A.3 METODE PENGUKURAN / PEMETAAN

Metode atau cara pengukuran digunakan untuk perhitungan, pengolahan, dan


koreksi data untuk menentukan posisi (koordinat) setiap titik yang terukur dalam
wilayah pemetaan. Secara umum metode ini dapat dibagi sebagai berikut : Metode
pengukuran pada alat ukur sederhana :

A.3.1 Pengukuran jarak


Apabila jarak antara dua titik yang akan diukur lebih panjang dari alat
ukur yang ada maka dua tahapan yang harus dilakukan :

 Pelurusan (pembanjaran)
Pembanjaran dilakukan oleh dua orang, seorang membidik
sementara yang lain menancapkan yalon sesuai dengan komando
dari si pembidik. Seprti yang terlihat pada gambar x, misalnya akan
diukur jarak AB, dua buah yalon harus ditancapkan di atas titik A dan
B. Selanjutnya pembidik berdiri di belakang yalon A dan mengatur
agar mata pembidik satu garis dengan yalon A dan B. Keadaan ini
dapat diketahui jika mata si pembidik hanya melihat satu yalon saja.
Di antara yalon A dan B harus ditancapkan beberapa yalon atau
patok yang jaraknya terjangkau oleh alat ukur. Seringkali dijumpai
rintangan pada areal yang akan diukur sehingga pembanjaran tidak
dapat dilakukan seperti gambar diatas. Maka pembanjaran disini
perlu perlakuan yang berbeda, dikarenakan :
a. Kondisi lapangan yang bergelombang/curam/berbatasan
dengan tembok tinggi.
b. Ada bangunan/rintangan di tengah areal yang akan diukur, dan
sebagainya.

 Pengukuran jarak secara langsung


Pengukuran jarak dua titik dapat dilakukan dengan menggunakan
kayu meter, rantai meter, pita meter.

Untuk permukaan tanah yang miring, pengukuran dapat dilakukan


dengan dua cara, yaitu dengan pita/kayu ukur yang diatur horizontal
dengan bantuan nineau serta mengukur langsung tanah yang miring.

A.3.2 Pengukuran sudut miring


Pengukuran sudut miring sangat diperlukan dalam memperoleh
informasi jarak (D) dan beda tinggi (BT) secara tidak langsung.
Alat yang biasanya digunakan adalah abney level, yang penggunaannya
dengan membidik langsung pada puncak obyek yang diinginkan
Page | 9
kemudian menggerakkan niveau yang dihubungkan dengan penunjuk
skala hingga berada pada posisi tengah benang. Hasilnya dapat dibaca
langsung pada penunjuk skala tersebut.
A.3.3 Pengukuran Beda Tinggi (BT)
Pengukuran beda tinggi antara dua titik di lapangan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu cara langsung dengan menggunakan alat ukur
yang dipasang mendatar, serta cara tidak langsung dengan mengukur
panjang miringnya dan sudut yang terbentuk terhadap lereng.

A.3.4 Pengukuran dengan waterpass instrumen Pengukuran


Jarak dan Beda Tinggi
Pada waterpass pengukuran jarak memiliki rumus :
D = 100. (Ca – Cb)
Untuk pengukuran beda tinggi (BT) antar dua titik dapat dihitung
berdasarkan tinggi alat dan nilai kurva tengah, sehingga dirumuskan
menjadi :
BT = TA-Ct

A.3.5 Pengukuran Dengan Theodolit

a. Pembacaan sudut horizontal (Az)


Sudut arah adalah sudut horisontal yang dibentuk oleh perpotongan
suatu garis dengan meridian bumi ( utara-selatan). Dalam
pengukuran, untuk menyatakan besarnya sudut dikenal dua cara,
yaitu : “Bearing” dan “Azimuth”.
Bearing merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan
magnet bumi ke titik lain yang searah/berlawanan dengan arah
putaran jarum jam, dengan sudut kisaran antara 0-90. Azimuth
merupakan sudut arah yang diukur dari utara magnet bumi ke titik
yang lain searah jarum jam sehingga mempunyai kisaran antara 0360.

b. Pembacaan sudut miring (V)


Sudut miring merupakan sudut yang dibentuk oleh garis bidik
teropong dengan bidang horisontal. Pada umumnya besarnya sudut
horisontal dan vertikal terdapat dalam satu mikrometer, namun
adapula yang dipisahkan.

c. Pengukuran jarak (D) dan beda tinggi (BT)


Jarak horisontal (H) dan Jarak (D)
D = 100 ( Ca-Cb). Cos α
H = D. Cos α
H = 100 ( Ca – Cb). Cos2 α
Page | 10
d. Penggambaran posisi tiap titik kenampakan pada peta
Penggambaran dapat dilakukan secara grafis dengan busur derajat
untuk menentukan sudut arah dan jaraknya dengan mistar (sesuai
skala). Cara lain adalah menggunakan sistem koordinat yang terdiri
atas dua saling tegak lurus. Posisi tiap sasaran yang diukur
digambarkan dengan menghitung harga absis dan ordinatnya.
e. Poligon
Poligon adalah rangkaian titik-titik yang dihubungkan secara
berurutan. Jika titik awal dan titik akhir bertemu, disebut sebagai
poligon tertutup. Sebaliknya jika titik awal dan titik akhir tidak
bertemu maka disebut sebagai poligon terbuka.
Poligon digunakan sebagai kerangka dasar di dalam pengukuran
kenampakan di lapangan. Poligon terbuka lebih sering untuk
pekerjaan perencanaan/perbaikan jalan, saluran, irigasi dll. Poligon
tertutup untuk pembuatan peta areal/wilayah dan kontur. Untuk
pembuatan poligon tertutup, pengukuran sudut arah cukup dilakukan
pada awal pengukuran saja. Sudut arah untuk titik berikutnya
didasarkan pada sudut arah awal (titik sebelumnya) dari sudut dalam
bersangkutan. Sudut dalam untuk menghitung sudut arah (azimuth)
adalah sudut dalam terkoreksi.
Tiga parameter yang digunakan sebagai pedoman adanya
penyimpanan dan perlu koreksi adalah :
1. Σ sudut dalam = (n-2) x 180
2. Σ D sin α = 0 3. Σ D cos α = 0

Jika data pengukuran menyompang dari syarat di atas, maka poligon


tidak tertutup dan perlu adanya koreksi. Persamaan umum dalam
menghitung sudut arah adalah :

Azimuth (α)n = α (n-1) + 1800 – Sn

Untuk koreksi secara grafis, maka polygon yang tidak tertutup setelah
tergambar dapat dikoreksi dengan menghitung sudut atau cara
graphical plot.

Page | 11
A.4 KLASIFIKASI PETA

A.4.1 Klasifikasi Peta berdasarkan bentuk penyajiannya

 Peta Garis (Line Map): peta yang menyajikan gambaran dari


permukaan bumi dalam bentuk garis atau grafis.
 Peta Foto (Photo Map): gambaran dari permukaan bumi disajikan
dalam bentuk fotografis, hasil dari pemotretan udara.
 Peta Dijital (Digital Map): suatu peta yang data-datanya (nomor titik,
koordinathorisontal, vertikal) tersimpan dalam media komputer.

A.4.2 Klasifikasi Peta berdasarkan isi peta

a. Peta Topografi (Topographic Map)/Rupabumi


BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional)
mendefinisikanPeta Topografi/Rupabumi sebagai :
 Peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur -unsur pada
permukaan dan di bawah bumi yang meliputi :
 hipsografi (tinggi rendahnya lasekap dalam bentuk
kontur),hidrografi (tatanan air : sungai, danau, dan
sebagainya),vegetasi (budidaya dan non budidaya),toponimi
(nama-nama generik unsur -unsur muka bumi),batas-batas
administrasi,unsur -unsur buatan manusia (jalan, bendungan,
permukiman, termasuk peninggalan purbakala, dan
sebagainya),rujukan geografis baku.

b. Peta Tematik (Thematic Map)

Peta yang menyajikan informasi unsur -unsur tertentu dari permukaan


bumi sesuai dengantema peta bersangkutan dan umumnya
mempunyai hubungan tertentu dengan informasitopografi.

c. Chart,
Suatu peta untuk kegunaan bersifat khusus, dalam hal ini data-data yang
disajikan berhubungan dengan masalah navigasi.

A.4.3 Klasifikasi Peta berdasarkan kegunaan peta

Page | 12
Peta Referensi atau Peta Serbaguna
Peta yang dijadikan dasar dari perencanaan pembangunan nasional dan
regional, umumnyadiproduksi dalam satu seri peta, jenis dari peta referensi
antara lain :
 Peta Planimetris, Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari
unsur -unsur permukaan bumi tanpamenyajikan data ketinggian.
 Peta Kadaster,Peta yang menyajikan batas pemilikan tanah.
 Peta Topografi/Rupabumi, Peta yang menggambarkan tidak hanya
detil planimetris dari unsur -unsur di permukaan bumi, tetapi juga
menggambarkan bentuk terein/relief. Seri pemetaan nasional
adalah dalam bentuk Peta Topografi/Rupabumi.

A.4.4 Klasifikasi Peta berdasarkan kegunaan peta

a. Peta Tematik
Dalam pembuatan peta tematik, diperlukan dua elemen penting, yaitu
peta dasar sertadata/informasi spesifik yang akan disajikan.
Contoh peta tematik antara lain :
 Peta Geologi,
 Peta Geomorfologi,
 Peta Sumber Daya Alam,
 Peta Jaringan Jalan,
 Peta Tanah,
 Peta Pariwisata,
 Peta Sumber Daya Hutan,
 Peta Tata Guna Lahan,  Peta Sumber Daya Air,  dan sebagainya.

A.4.5 Syarat-syarat Peta

 Conform. Yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar, serta harus
sebangun dengan keadaan asli yang ada atau yang sebenarnya di wilayah asal
atau di lapangan.
 Equidistance. Yaitu jarak yang ada pada peta, apabila dikalikan dengan skala yang
sudah ditentukan, sesuai dengan jarak yang ada di lapangan.
 Equivalent. Yaitu daerah atau bidang yang digambar pada peta, setelah
dihitung dengan skalanya, maka akan sama dengan keadaan yang ada di lapangan
Page | 13
2. Jenis Peta Berdasarkan Isinya

Peta Umum, via saga-sigi.blogspot.com

a. Peta Umum
Peta Umum menggambarkan seluruh atau sebagian dari permukaan
bumi secara umum, baik itu akan kenampakan alamnya, ataupun buatan
manusia. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Peta Topografi

Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan permukaan bumi,


lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi di dalam peta
digambar dengan bentuk garis kontur.

Garis kontur adalah garis yang ada pada peta, yang bisa menghubungkan
tempat yang memiliki ketinggian sama.

Karakteristik yang cukup unik, yang mampu membedakan antara peta


topografi dengan jenis peta yang lain ialah, peta ini mampu menunjukkan kontur
topografi atau bentuk tanah di samping fitur yang lain, seperti jalan, danau,
sungai, dan masih banyak lagi yang lain.

Tujuan dibuatnya peta topografi ini agar bisa memberikan informasi


mengenai keberadaan, lokasi, serta jarak, contohnya meliputi lokasi rumah

Page | 14
penduduk, rute perjalanan, hingga komunikasi. Di dalamnya juga bisa
menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, serta tingkat tutupan vegetasi.

Peta pilihan bagi para navigator ialah peta topografi yang memiliki skala
1:50.000. Saat sedang beroperasi di tempat yang asing, kita mungkin akan
menemukan jika produk peta memang belum diproduksi untuk bisa mencakup
daerah tertentu yang ada di lokasi operasi kita, atau malah mungkin saja tidak
tersedianya unit di saat kita sedang benar-benar membutuhkannya.

Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus siap menggunakan peta yang
diproduksi oleh pemerintah asing, yang mana mungkin juga tidak memenuhi
standar akurasi yang telah ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol
yang hampir sama, atau malah mirip seperti yang ada pada peta negara kita
produksi. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan, simbol tersebut ternyata malah
memiliki makna yang berbeda.

Peta Korografi

Peta korografi merupakan suatu peta yang menggambarkan seluruh atau


sebagian permukaan bumi yang bercorak umum.Pada peta korografi ini,
biasanya memiliki skala sedang hingga kecil, yakni antara 1:250.000 hingga
di atas
1:1.000.000.

Perbedaan antara peta korografi dan topografi itu sendiri lebih condong
terhadap penggunaan garis-garis kontur, karena pada peta topografi itu
lebih kepada penggambaran bentuk relief alias tinggi rendahnya permukaan
bumi, dan skala yang digunakan itu juga skala besar.

Sudah jelas terlihat jika skala yang digunakan pada peta korografi adalah skala kecil, dan
penggambaran kenampakan yang ada pada suatu wilayah tersebut juga terlihat dengan jelas,
walaupun hanya dengan menggunakan simbol saja.

Page | 15
Peta Dunia

Peta dunia merupakan peta permukaan bumi yang bisa dibuat


dengan menggunakan berbagai macam proyeksi peta. Peta dunia ini juga bisa
berupa seperti peta politik maupun fisik.

Tujuan utama dari adanya peta politik untuk menunjukkan batas-batas


teritorial. Sementara itu, tujuan dari adanya peta fisik untuk menampilkan suatu
fitur geografi, seperti contohnya pegunungan, jenis tanah, hingga penggunaan
tanah.

Dalam artian yang lain, peta dunia ini menggambarkan segala macam
sesuatu yang ada pada permukaan bumi secara menyeluruh atau secara
keseluruhan, dari utara, hingga selatan, serta dari barat, hingga ke timur, tanpa
ada yang tertinggal satupun.

Di dalam peta dunia, hanya menggambarkan permukaan bumi secara


sepintas saja, jadi tidak menyeluruh, seperti menggambarkan adanya letak dari
sebuah benua, hingga letak dari samudera dan pulau-pulau yang besar.
Sementara itu, jika pulau-pulau kecil tak akan bisa digambarkan dengan jelas,
karena skala yang digunakan tidak cukup.

Page | 16
b. Peta Khusus (Tematik)

Peta Khusus, via pengayaangeografi.blogspot.com

Peta khusus merupakan suatu peta yang di dalamnya hanya menggambarkan


1 aspek saja dari gejala yang ada pada permukaan bumi. Dengan kata lain,
peta khusus ini juga disebut dengan nama peta tematik, karena hanya
menggambarkan tema tertentu yang ada pada permukaan bumi.
Contoh dari penggunaan peta khusus ini, antara lain :

1. Kepadatan penduduk
2. Persebaran hasil tambang
3. Arus laut
4. Angin muson di Indonesia
5. Penggunaan lahan
6. Jaringan jalan
7. Persebaran hewan di Indonesia
8. Persebaran Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia

berhasil menghasilkan peta ukiran tembaga kecil yang mana di dalamnya


menggambarkan arah angin perdagangan yang terjadi di Samudera Atlantik.
 John Snow. Salah satu contoh terkenal dari peta tematik awal berasal dari ahli
medis dari London, yang bernama John Snow. Meskipun penyakit sudah dipetakan

Page | 17
menjadi tematik, map kolera Snow di tahun 1855 merupakan salah satu contoh
terbaik dalam penggunaan peta tematik dalam kegiatan analisis. Teknik dan
metodogoli yang ada menggambarkan prinsip dari sistem informasi geografis.

c. Jenis Peta Berdasarkan Sumbernya (Data)

Peta Induk, via bphmigas.go.id

1. Peta Induk (Basic Map)


Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari adanya survei yang dilakukan
secara langsung di lapangan.
Peta induk ini sendiri bisa dengan mudah digunakan menjadi dasar
pembuatan peta topografi, sehingga bisa dikatakan juga sebagai peta dasar. Peta
dasar inilah yang menjadi acuan dalam pembuatan peta yang lain.
2. Peta Turunan (Derived Map)
Peta turunan adalah peta yang memang dibuat berdasarkan dari adanya
acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan adanya survei langsung di
lapangan.
Sementara itu, peta turunan ini tak bisa digunakan sebagai peta
dasar.

Page | 18
d. Peta Berdasarkan Bentuknya (Simetris)

Peta Timbul, via news.okezone.com

1. Peta Datar (Peta Planimetri)


Peta datar adalah sebuah peta yang dibuat pada bidang yang datar, seperti
contohnya pada kain, kertas, kanvas, hingga triplek.
Seperti pada peta-peta yang lain, peta ini mempunyai berbagai macam
simbol yang digambarkan dengan bentuk serta warnanya yang berbeda-beda.
2. Peta Timbul (Peta Relief)
Peta timbul atau yang biasa disebut dengan nama peta relief merupakan
peta yang dibuat secara 3 dimensi, sehingga sesuai dengan bentuk dari permukaan
bumi yang nyata, yang sebenarnya.
Peta ini mempunyai beragam kontur-kontur dan permukaan bumi yang
terlihat dengan jelas, seperti sebagaimana contohnya pegunungan tampak
menjulang, perbedaan dari dataran tinggi dan dataran rendah, dan lain sebagainya.
3. Peta Digital
Peta Digital adalah peta yang proses pembuatannya dengan menggunakan
sebuah komputer. Data-data kenampakan pada permukaan bumi yang ada pada
peta biasanya akan disimpan pada sebuah disket, harddisk, atau pada CD.
Penampilan dari gambar peta ini nantinya akan ditayangkan dengan melalui layar
monitor komputer, dengan menggunakan program seperti map info dan arc info.

Page | 19
5. Peta Garis
Peta garis adalah peta yang menyajikan data alam serta kenampakan buatan
dari manusia, yang disertai dalam bentuk garis, titik, dan luasan.

e. Peta Berdasarkan Tingkat Skala/Kedetailannya

Peta Kadaster, via farid-rizky.blogspot.com

1. Peta Kadaster
Peta kadaster memiliki skala 1:100 hingga 1:5000. Pada umumnya, peta jenis
ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah, atau peta yang ada pada sertifikat
tanah.
2. Peta Skala Besar
Peta skala besar memiliki skala 1:5000 hingga 1:250.000. Biasanya, peta skala
besar digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah atau daerah yang memang
sempit. Salah satu contohnya seperti peta kelurahan, hingga peta kecamatan suatu
daerah.
3. Peta Skala Menengah/Sedang
Peta skala menengah atau sedang memiliki skala 1:250.000 hingga 1:500.000.
Peta ini biasanya akan digunakan untuk menggambarkan suatu daerah yang cukup
luas, biasanya mencakup hingga suatu provinsi.

Page | 20
4. Peta Skala Kecil
Peta skala kecil memiliki skala 1:500.000 hingga 1:1.000.000 atau bahkan
lebih. Peta skala kecil ini biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu
daerah atau wilayah yang luas, semisal peta dari sebuah negara.
5. Peta Geografis
Peta geografis memiliki skala >1:1.000.000 yang berarti bisa menampakkan
atau menampilkan wilayah dari sebuah benua, samudera, hingga dunia.

Page | 21
SIG(Sistem Informasi Geografis)

B. PENGERTIAN SIG (Sistem Informasi Geografis)

Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris : Geographic Information


System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki
informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem
komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut
lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun
dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG
bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi
bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang
membutuhkan perlindungan dari polusi.

B.1 PENGERTIAN MENURUT AHLI

 Menurut Aronaff (1989)


SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer
yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa
data serta memberi uraian.

 Menurut Rifhi Siddiq


SIG adalah sistem informasi untuk memasukkan, pengelolaan,
memanipulasi, menganalisa, pengumpulan, menampilkan,
menghasilkan data untuk dilakukan pengujian, penggabungan,
pengamanan, manajemen yang ditujukan untuk mendukung segala
perencanaan di masa mendatang.

 Menurut Burrough (1986)


SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan,
penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan
penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.

 Menurut Kang-Tsung Chang (2002)


SIG sebagai a computer system for capturing, storing, querying,
analyzing, and displaying geographic data.
Page | 22
 Menurut Murai (1999)
SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial,
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan
dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam,
lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya.

 Menurut Marble et al (1983)


SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.

 Menurut Bernhardsen (2002)


SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi
data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat
keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi
dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan
dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data,
manipulasi data, pemanggilan
dan presentasi data serta analisa data

 Menurut Gistut (1994)


SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan
spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsideskripsi lokasi
dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di
lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan
teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras,
perangkat lunak dan struktur organisasi

 Menurut Berry (1988)


SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta
otomatisasi data keruangan.

 Menurut Calkin dan Tomlison (1984)


SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.

 Menurut Linden, (1987)


SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan
(manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait
dengan muka bumi.

Page | 23
 Menurut Alter
SIG adalah sistem informasi yang mendukung
pengorganisasian data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk
daerah pada sebuah peta.

 Menurut Prahasta
SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk
pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran
informasi geografis berikut atribut-atributnya.

 Menurut Petrus Paryono


SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk
menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi. Dari
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan
pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer
(mesin).

B.2. SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Pada ±35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-
Magnon menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya
sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua
elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis
yang terhubung ke database atribut.

Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan,
termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data
sensus.
Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta
dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras
komputer yang dipacu oleh penelitiansenjata nuklir membawa aplikasi pemetaan
menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an.

Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa,
Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya.
Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS
- SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data
yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land
Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah
pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian,
pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000.

Page | 24
Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis. GIS
dengan gvSIG

CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi
pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan,
pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat
national yang membentang di atas benua Amerika , memasukkan garis sebagai
arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada
berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson
kemudian disebut "Bapak SIG".

CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk
penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga
aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph.
Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti
ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung
pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya,
dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur
database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi
pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad
ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan
distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai
mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar
pada format data dan transfer.

Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang
UNESCO dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun
Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan
riset.

Jenjang pendidikan SMU/senior high school melalui kurikulum pendidikan


geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di
Indonesia yang membuka programDiploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun
1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam
Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada. Penekanan pengajaran pada analisis spasial sebagai ciri geografi.
Lulusannya tidak sekedar mengoperasikan software namun mampu menganalisis
dan menjawab persoalan keruangan. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir
di semua universitas di Indonesia melalui laboratoriumlaboratorium, kelompok
studi/diskusi maupun mata pelajaran.

Page | 25
B.3. KOMPONEN SIG ( Sistem Informasi Geografis)

Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja


secara terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),
data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:

B.3.1 Perangkat Keras (hardware)


Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan
bagian dari sistem komputer yang mendukung analisis goegrafi dan
pemetaan. Perangkat keras SIG mempunyai kemampuan untuk
menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi serta
mendukung operasioperasi basis data dengan volume data yang besar
secara cepat. Perangkat keras SIG terdiri dari beberapa bagian untuk
menginput data, mengolah data, dan mencetak hasil proses.

Berikut ini pembagian berdasarkan proses :

 Input data: mouse, digitizer, scanner


 Olah data: harddisk, processor, RAM, VGA Card  Output
data: plotter, printer, screening.

B.3.2 Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan,


menganalisa, memvisualkan data-data baik data spasial maupun
nonspasial. Perangkat lunak yang harus terdapat dalam komponen
software SIG adalah:

 Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG


 Data Base Management System (DBMS)
 Alat untuk menganalisa data-data
 Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa

B.3.3 Data

Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu :
Data Spasial

 Data Spasial
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di
permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta,
Page | 26
gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk
koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang
memiliki nilai tertentu.

 Data Non Spasial (Atribut)


Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel
tersebut berisi informasi- informasi yang dimiliki oleh obyek dalam
data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular yang saling
terintegrasi dengan data spasial yang ada.

B.3.4 Manusia
Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah perencana
dan pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada
sistem informasi lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan
mengelola sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk
membantu pekerjaannya sehari-hari.

B.4 METODE SIG ( Sistem Informasi Geografis)


Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG
yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.

B.5 RUANG LINGKUP SIG ( Sistem Informasi Geografis)

Pada dasarnya pada SIG terdapat lima (5) proses yaitu:

B.5.1 Input Data


Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data
non-spasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus
menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi
ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain
proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan
proses scanning pada peta analog.

B.5.2 Manipulasi Data


Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu
dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu
SIG mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun non-
spasial.

Page | 27
B.5.3 Manajemen Data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data non-spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi
penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.

B.5.4 Query dan Analisis


Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara
fundamental SIG dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu:

B.5.5 Analisis Proximity


Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak
antar layer. SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan
pendukung di sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan
dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.

B.5.6 Analisis Overlay


Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda.
Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang
membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.

Page | 28
BAB III

CONTOH KASUS
GARIS KONTUR
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang
sama dari suatu datum/bidang acuan tertentu. Konsep dari garis kontur dapat dengan mudah
dipahami dengan membayangkan suatu kolam air. Jika air dalam keadaan tenang, maka tepi
permukaan air menunjukkan garis yang mempunyai ketinggian yang sama dan garis tersebut
akan menutup pada tepi kolam membentuk garis kontur.
Jika permukaan air turun, sebagai contoh permukaan air turun 5 meter, maka tepi dari
permukaan air akan membentuk garis kontur yang kedua. Demikian selanjutnya setiap
permukaan air turun akan membentuk garis kontur yang lainnya (gambar 10.1.1.1)

Garis-garis kontur merupakan garis-garis yang kontinu dan tidak dapat bertemu atau
memotong garis kontur lainnya dan tidak pula dapat bercabang menjadi garis kontur yang
lain, kecuali pada hal kritis seperti jurang atau tebing.

Gambar 10.1.2 memperlihatkan gambar garis kontur dan gambar irisan dari pulau tersebut.
Garis pasang di sebelah kiri ditunjukkan dengan garis kontur yang mempunyai ketinggian nol,
jika permukaan air naik setiap l0cm pada jarak tertentu, maka tepi permukaan air pada
permukaan tanah akan membentuk garis kontur yang mempunyai ketinggian 10 m, 20 m, 30
m, dan 40 m.

Page | 29
ALAT TITIK BACAAN RAMBU UKUR ( BT BEDA TINGGI TINGGI KETERANGAN
) TITIK
BELAKANG LAINLAIN MUKA NAIK TURUN

P1 BM 4.940 1.190 100.000


A 3.750 101.190 PILAR

2.540

1 1.210 103.730

0.240

2 0.970 103.970

-3.180

3 4.150 100.790

2.870

4 1.280 103.660

0.470

6 0.810 104.130

-1.360

7 2.170 102.770

1.160

8 1.010 103.930

0.250

13 0.760 104.180

-0.560

14 1.320 103.620

0.640

15 0.680 104.260
Kemiringan tanah
Ketinggian antara garis-garis kontur yang berurutan disebut selang vertikal atau selang kontur
dan besarannya selalu tetap pada peta. Pada irisan dari selang vertikal diperlihatkan oleh garis
AB. Jarak mendatar antara dua buah kontur digambarkan oleh jarak BC. Jarak tersebut disebut
jarak horizontal.

Page | 30
Kemiringan permukaan tanah antara titik A dan C adalah : kemiringan

AB/BC = Selang Vertikal/Jarak Horisontal

Karena selang vertikal merupakan besaran yang tetap pada kemiringan masing-masing peta,
maka akan berubah jika jarak horizontal berubah.

Contoh : Cara menggambar peta kontur Tanah

Setelah sebelumnya tentang artikel pengertian Peta kontur selanjutnya kita akan mencoba
membuat tutorial cara menggambar peta kontur tanah sehingga dapat digunakan sebagai
acuan untuk membangun struktur rumah, gedung, jalan raya maupun infrastruktur lainya.

misal kita melakukan sebuah pengukuran satu bidang tanah sehingga mendapat data ukuran
tanah dan hasil perhitungan pengukuran tanah untuk peta kontur sebagai berikut:

setelah melihat dan mempelajari data pengukuran tersebut kemudian kita lanjutkan ke
langkah selanjutnya:Data yang akan digunakan untuk membuat peta kontur adalah tinggi tiap
titik, caranya adaah seperti berikut:

Pertama kali kita tentukan skala jarak untuk menggambar denah dan skala tinggi untuk
menggambar potongan kontur

Page | 31
misal diambil skala
jarak : 100

Menggambar letak titik titik yang akan digambar sebagai be

rikut:

selanjutnya menentukan koefisien garis tinggi yang akan digambar, misal disini diambil 102.00
, 102.25 , 102.5 , 102.75 , 103.00 dst, titik-titik ini terserah kita dalam menentukanya karena
semakin rapat maka akan semakin akurat.

Page | 32
Dalam gambar diatas dapat kita lihat bahwa

• Tinggi titik A :101.9


• Tinggi titik B :103.75
• Jarak titik A-B :1000
• Maka jarak Titik dengan ketingggian 102.00 adalah
• selisih tinggi 102.00-101.9=0.1
• Tinggi B-A= 103.75-101.9=1.85
• Maka jarak tinggi titik 102.00 ke titik A = (0.1/1.85)x1000 mm =54.0541 mm

“Prinsipnya adalah perbandingan antara segitiga kecil dan segitiga besar” sehingga dapat
dicari jarak titik dengan ketinggian tertentu.

Begitu juga dengan ketinggian titik lainya dihitung satu persatu sehingga di temukan lokasi
titiknya untuk kemudianmenghubungkan tinggi titik yang sama dengan garis sebagai
berikut,

PENGUKURAN POLIGON TERBUKA

A.Latar Belakang

Poligon disebut juga pengukuran segi banyak yang merupakan salah satu cara untuk
menentukan satu titik dilapangan.

B.Teori Singkat

Dapat dilakukan dengan 3 cara:


 Poligon bebas
 Poligon terikat (terikat oleh syarat)
 Poligon terikat sempurna
Page | 33
Kegunaaan:
 Untuk membuat kerangka peta
 Pengukuran-pengukuran rencana jalan raya dan jalan kereta api  Pengukuran
rencana saluran air

C. Langkah kerja

Stel alat sesuai dengan ketentuan


 Letakkan alat di titik P15 kemudian letakkan bak ukur di titik P16,nolkan kearah P15 putar
sudut kearah P17,letakkan bak ukur di P17 baca Ba,Bt dan Bb  Lakukan kegiatan ke-3
hingga ketitik A

D. Buat Sket

P20

P17 P19

P16

P15 A

E.Hasil Data Di Lapangan

Topic : pengukuran poligon terbuka

Lokasi praktek : samping blok mesin ,depan blok elektronika dan halaman RSG

Situasi dan Cuaca : saat praktek cuaca mendukung dan cerah .

Page | 34
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
 Dalam pengukuran sangat dipengaruhi dan diperlukan kerja sam team yang solid
 Koordinat akhir(A) x=39,4; y= -177,5
 Pengukuran kurang teliti dikarenakan adanya data yang meleset dari yang
sebenarnya

B. Saran
Ada pun sa ra n s a ya d a lam p em bu at an m ak al ah ini P et a ya n g b aik ha rus
dilen gka pi d en gan kom po nen -ko m pon en k el en gk ap an p eta a ga r si
pem aka i mudah membacanya. Komponen-komponen tersebut adalah: judul peta,
skala peta, legenda, tanda arah,sumber peta, tahun pembuatan, proyeksi peta, simbol-
simbol, warna, garis tepi (border), garis lintang dangaris buju

Page | 35
Daftar Pustaka

1. Sudaryatno, 2001, Petunjuk PraktIkum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Fakultas


Geografi Universitas Gadjah Mada
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis
3. www.ilmusipil.com/cara-menggambar-peta-kontur-tanah
4. http://ilmusurveypemetaan.wordpress.com/author/ilmusurveypemetaan/

Page | 36

Anda mungkin juga menyukai