MT
PROSES PEMBUATAN
ASPALT
Genesa
Aspal berasal dari bahasa inggris berupa Asphalt atau pitch yang
artinya bahan lekat.
senyawa kimia yang kompleks dengan komponen utama Hidrogen
dan Karbon dengan sedikit Belerang dan Nitrogen, berwarna
coklat tua sampai hitam komponen berupa Bitumen
padat/setengah padat, sifatnya yang termoplastik dan Viskoplastik
yaitu melunak dan mencair bila dipanaskan atau dibebani dalam
waktu yang lambat atau mengental dan memadat serta elastic bila
didinginkan atau dibebani dalam waktu yang singkat, dengan titik
lebur 145 – 210 0F
Material ini larut dalam karbon disulfide tahan air dan Asam.
Aspal dapat digunakan sebagai bahan perekat batu dan bata untuk
bangunan atau perekat agregat kerikil, juga dapat digunakan
sebagai landasan peswat terbang, pelapis untuk bahan yang tahan
air dll.
Aspal terdiri dari dua jenis :
Aspal Alam
Aspal Industri
- Minyak diesel
- Minyak pelumas
Bitumen (BFS/Bitumen Feed Stock)
yang ada di tanki timbun kemudian
dialirkan ke Kilang Aspal dan untuk
seterusnya dipompakan ke Heater
(tempat pemanasan) agar mudah
disalurkan atau dimasukkan ke Still
(semacam bejana).
Di dalam Heater, bitumen itu dipanaskan
dengan sistem pembakaran dengan gas yang
diperoleh dari sumur gas yang terdapat di
(studi : Kecamatan Pangkalansusu) dengan
temperatur berkisar antara 400 hingga 450
derajat Farrenheit untuk
membuat/mengilangkan kadar air dan elemen
lainnya yang redapat dalam persenyawaan
bitumen. Sebab apabila kadar tersebut tidak
dibuang atau dibersihkan, maka mutu aspal
yang dihasilnya jadi rendah.
Setelah mencapai suhu 400 hingga 450
derajat Farrenheit, maka bitumen yang
mencair itu kemudian diproses melalui
sistem peranginan (blowing) yaitu dengan
cara memasukkan udara (angin) melalui
blower (semacam kipas angin besar) ke
dalam tabung bejana (still) bersamaan
dengan “disuntikkannya” uap air (steam).
Proses ini berlangsung selama sekitar 5
sampai 7 jam.
Empat jam setelah “diangin-anginkan”,
maka diambil contoh (sample) dari
dalam Still untuk diperiksa di dalam
laboratorium guna diketahui diketahui
daya rekatnya dan penetrasi aspal
(kekenyalan/kekerasan aspal – kalau
tanah misalnya CBR nya) apa sudah
memenuhi syarat atau belum.
Selama blowing berlangsung, terjadilah proses oksidasi di
dalam Still sehingga tercipta gas gas SO₂, H₂S dan CO₂.
Semetara uap Solar nya dialirkan melalui pipa ke column
(semacam bak) untuk didinginkan. Sistem pendingan di sini
dilakukan dengan air. Sedangkan solar bercampur air
pendingin ditampung di sebuah bak pemisah, dimana air
dikumpulkan dalam bak penampungan, dan solar ditampung
di tanki terpisah.
Sementara gas yang tidak “sempat” terkondensir (tersaring)
dimasukkan ke Scrubber untuk diproses lebih lanjut.
Sedangkan gar yang ringan (eks crubber) dibuang atau
dibakar melalui cerobong pembakar (flare) demi untuk
menghindari terjadinya pencemaran (polusi) udara di sekitar
di sekitaran kawasan kilang.
Sementara aspal yang dihasilkan
oleh Still kemudian dipompakan ke dalam
tanki penampungan aspal, tapi sebelumnya
harus didinginkan dulu melalui double pipe
cooler atau box cooler. Setelah itu baru
diperiksa kembali di laboratorium secara lebih
cermat lagi oleh para tenaga ahli Pertamina
(bangsa Indonesia). Apabila mutu dan
persyaratan aspal sudah terpenuhi, maka
aspal tersebut diisikan ke dalam drum aspa
Lapisan aspal yang baik haruslah
memenuhi 4 syarat yaitu stabilitas,
durabilitas, fleksibilitas dan tahanan
geser