KESELAMATAN
PASIEN DAN
PELAPORAN INSIDEN
KESELAMATAN
PASIEN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global pelayanan pada Puskesmas. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di Puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas. Namun harus
diakui kegiatan institusi Puskesmas dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu.
Di Puskesmas terdapat bermacam macam obat, bermacam tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
siap memberikan pelayanan pasien. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near miss)
masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang
belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien di Puskesmas Cot Girek maka manajemen Puskesmas Cot Girek
perlu membentuk Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan pasien Puskesmas Cot
Girek.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien di Puskesmas Cot Girek perlu dilakukan.
Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien
tersebut. Pedoman Keselamatan Pasien dan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
diharapkan dapat membantu petugas Puskesmas Cot Girek dalam melaksanakan
kegiatannya. Buku Panduan ini rencananya akan dilengkapi dengan Instandar umen
Penilaian yang akan dimasukkan di dalam program akreditasi Puskesmas Cot Girek.
2
BAB II
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Insiden Keselamatan adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Cot Girek
2. Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas Cot Girek terhadap pasien dan masyaraka
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas Cot Girek
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
3
STANDAR I. HAK PASIEN
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarga tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Standar :
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
4
Kriteria:
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari Puskesmas.
1. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, Puskesmas primer dan tindak lanjut lainnya.
3. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar :
Puskesmas mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Puskesmas melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan Puskesmas, kebutuhan pasien, petugas Puskesmas,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor- faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien”.
2. Puskesmas melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
3. Puskesmas melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4. Puskesmas menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
5
STANDAR V. PERAN KEPALA PUSKESMAS DALAM
MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN
Standar :
1. Kepala Puskesmas mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan
“Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien“.
2. Kepala Puskesmas menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
insiden.
3. Kepala Puskesmas mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
4. Kepala Puskesmas mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
5. Kepala Puskesmas mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD). Selain Insiden diatas, terdapat KTD yang mengakibatkan
kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempetahankan kehidupan, baik fisik
maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau
keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian sentinel
Contoh Kejadian sentinel antara lain Tindakan invasif/pembedahan
pada pasien yang salah, Tindakan invasif/ pembedahan pada bagian tubuh
yang keliru, Ketinggalan insrumen/alat/ benda-benda lain di dalam tubuh
pasien sesudah tindakan pembedahan, embolisme gas intravaskuler yang
mengakibatkan kematian/kerusakan neurologis, kematian ibu melahirkan,
kematian bayi “Full-Term” yang tidak di antisipasi, Penculikan bayi,
Bayi tertukar, Perkosaan /tindakan kekerasan terhadap pasien, staf, maupun
pengunjung.
Selain contoh kejadian sentinel diatas terdapat kejadian sentinel yang
berdampak luas/nasional diantaranya berupa Kejadian yang sudah terlanjur di
“ blow up” oleh media, kejadian yang menyangkut pejabat, selebriti dan
publik figure lainnya, kejadian yang melibatkan berbagai institusi maupun
Puskesmas lain, Kejadian yang sama yang timbul di berbagai Puskesmas
6
dalam kurun waktu yang relatif bersamaan, Kejadian yang menyangkut
moral, misalnya : perkosaan atau tindakan kekerasaan.
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (KNC/Near miss) dan
“Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan
proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam fasilitas Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar :
1. Puskesmas melaksanakan proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
1. Puskesmas memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
7
2. Puskesmas mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
in- service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3. Puskesmas menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukungpen dekatan interdisipliner dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien.
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
1. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
8
1. Maksud Dan Tujuan
Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek
diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya
error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam
keadaan terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya,
mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain.
Tujuan ganda dari sasaran ini adalah : pertama, cara yang dapat
dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan
untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau
tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, dengan dua nama pasien,
nomor identifikasi menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, atau cara
lain. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua
pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di Puskesmas,
seperti di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan yang lain, atau unit
gawat darurat. Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga
termasuk. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur untuk memastikan telah mengatur semua situasi yang
memungkinkan untuk diidentifikasi.
9
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan
peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon
unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau
memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh
penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah atau
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibacakan ulang dengan akurat. Untuk obat-obat yang termasuk obat
NORUM/LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau prosedur
mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali
(read back) tidak memungkinkan dalam situasi gawat darurat/emergensi di IGD.
10
adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium/potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)],
kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)],
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat [sama
dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak
mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat
kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien,
atau pada keadaan gawat darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk
mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan
mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan
datanya sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area
mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana
ditetapkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses
untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati hati.
11
tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada
prosedur untuk memverifikasi lokasi tindakan. Di samping itu juga asesmen pasien
yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang
tidak mendukung komunikasi terbuka antar petugas, permasalahan yang
berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan
pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Puskesmas perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Kebijakan memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang
menginvestigasi dan/atau mengobati penyakit dan kelainan/disorder pada tubuh
manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan
kesempatan diagnostik /terapeutik. Maksud dari proses verifikasi pratindakan
adalah untuk :
a. memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
b. memastikan bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberilabel dengan baik, dan dipampang;
c. Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi”/Time out memungkinkan setiap pertanyaan yang
belum terjawab atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat
tindakan akan dilakukan, tepat sebelum dilakukan tindakan.
12
1. Maksud Dan Tujuan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan dalam
pelayanan Puskesmas, yang meningkatkan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan Puskesmas tersebut. Infeksi umumnya dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan Puskesmas termasuk infeksi saluran kemih-terkait
kateter, infeksi aliran darah (blood standar eam infections) dan pneumonia (sering
kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi ini
maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand
hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO, Puskesmas
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara
umum untuk implementasi pedoman itu di Puskesmas.
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan
a. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
b. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan
Puskesmas.
13
E. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
Sangat penting bagi staf Puskesmas untuk dapat menilai kemajuan yang telah
dicapai dalam memberikan asuhan yang lebih aman. Dengan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien Puskesmas dapat memperbaiki keselamatan pasien, melalui
perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini
akan membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan seaman mungkin, dan jika
terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan yang tepat. Tujuh
langkah ini juga bisa membantu Puskesmas mencapai sasaran-sasarannya untuk
Tata Kelola Klinik, Manajemen Risiko, dan Pengendalian Mutu. Tujuh langkah
menuju keselamatan pasien terdiri dari :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Ciptakan budaya adil dan terbuka
2. Memimpin dan mendukung staf.
Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien
diseluruh lokasi Puskesmas .
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Bangun sistem danprosesuntuk mengelola risiko dan mengindentifikasi
kemungkinan terjadinya kesalahan
4. Mengembangkan sistem pelaporan
Pastikan staf mudah untuk melaporkan insiden secara internal (lokal )
maupun eksternal (nasional).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Kembangkan cara-cara berkomunikasi cara terbuka dan mendengarkan
pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien.
Dorong staf untuk menggunakan analisa akar masalah guna
pembelajaran tentang bagaimana dan mengapa terjadi insiden.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien
Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses
atau sistem. Untuk sistem yang sangat komplek seperti Puskesmas untuk
mencapai hal-hal diatas dibutuhkan perubahan budaya dan komitmen yang
tinggi bagi seluruh staf dalam waktu yang cukup lama.
14
lingkungan dengan budaya adil dan terbuka sehingga staf berani melapor dan
penanganan insiden dilakukan secara sistematik. Dengan budaya adil dan terbuka
ini pasien, staf dan Puskesmas akan memperoleh banyak manfaat.
15
LANGKAH 3 INTEGRASIKAN KEGIATAN MANAJEMEN RISIKO
16
LANGKAH 5 LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
DAN MASYARAKAT
17
b. Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak dan
berbagilah proses pembelajaran secara luas.
18
BAB III
PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Insiden keselamatan pasien (IKP) adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan penyakit, cedera, cacat,
kematian dan lain-lain yang tidak seharusnya terjadi.
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) suatu kejadian yang mengakibatkan
cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (“commission”)
atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying disease” atau
kondisi pasien.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) suatu Insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan" (misal; pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau "peringanan"
(suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya.
Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian Sentinel adalah Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya
Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.
Laporan insiden keselamatan pasien pelaporan secara tertulis setiap kejadian
nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian tidak
cedera (KTC) atau kondisi potensial cedera (KPC) yang menimpa pasien.
Faktor Kontributor adalah keadaan, tindakan, atau faktor yang
mempengaruhi dan berperan dalam mengembangkan dan atau meningkatkan risiko
suatu kejadian (misalnya pembagian tugas yang tidak sesuai kebutuhan) antara lain
faktor kontributor di luar organisasi (eksternal), faktor kontributor dalam
organisasi (internal) misalnya tidak ada prosedur, faktor kontributor yang
berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku petugas yang kurang,
lemahnya supervisi, kurangnya team work atau komunikasi) dan faktor kontributor
yang berhubungan dengan keadaan pasien.
Analisis Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses
berulang yang sistematik dimana faktor- faktor yang berkontribusi dalam suatu
insiden diidentifikasi dengan merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan
pertanyaan ‘mengapa' yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan
penjelasannya. Pertanyaan ‘mengapa' harus ditanyakan hingga tim investigator
mendapatkan fakta, bukan hasil.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
a. Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KNC, KTC dan KPC)
b. Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
19
2. Tujuan Khusus :
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien
di Puskesmas .
b. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
c. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar
dapat mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.
C. PELAPORAN INSIDEN
20
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang
dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal ( tabel 1).
b. Probabilitas / Frekuensi / /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi (tabel 2).
Tabel 1.
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
Tingkat Deskripsi Dampak
Risiko
1 Tidak Tidak ada cedera
signifikan
2 Minor - Cedera ringan mis. Luka lecet
- Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,
3 Moderat - Cedera sedang mis. Luka robek
- Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
intelektual (reversibel), tidak berhubungan dengan penyakit.
- Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Mayor - Cedera luas / berat misal cacat, lumpuh
- Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(irreversibel), tidak berhubungan dengan penyakit.
21
Tabel 2
Penilaian Probabilitas / Frekuensi
TINGKAT RISIKO
1 Sangat jarang / Rare (>5 thn/kali)
2 Jarang / Unlikely (>2-5 thn/kali)
3 Mungkin / Possible (1-2 thn/kali)
4 Sering / Likely (Bebrp kali /thn)
5 Sangat sering / Almost certain (Tiap minggu /bulan)
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks
Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
1. SKOR RISIKO
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di
Puskesmas terjadi pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu Skoring
risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
22
Tabel 3
Matriks Grading Risiko
Probabilitas Tdk
Signifikan Minor Moderat Mayor Katastropik
1 2 3 4 5
Sangat sering
terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiap minggu
/bulan)
5
Sering terjadi
(beberapa kali/thn) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
4
Mungkin
terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(1-<2 thn/kali)
3
Jarang terjadi
(>2-<5 thn/kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
2
23
Tabel 4
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
Extreme (sangat tinggi) Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan
tindakan segera, perhatian sampai ke Kepala Puskesmas,
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji dengan detil
& perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top
manajemen,
Moderate (sedang) Risiko sedang, dilakukan investig asi sederhana paling lama 2
minggu. Manajer / Pimpinan Klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola risiko
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
minggu diselesaikan dengan prosedur rutin
24
E. PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
I. DATA PASIEN
Data Pasien : Nama, No Medical Record hanya diisi di Formulir
Nama Pasien : (bisa diisi initial mis : Tn AR, atau NY SY)
No MR : (jelas)
Data Pasien : Umur, Jenis Kelamin, Penanggung biaya, Tgl masuk RS dan jam
2. Insiden
Diisi insiden misal:
Pasien jatuh , salah identifikasi pasien , salah pemberian obat, salah
dosis obat, salah bagian yang dioperasi, dll.
1) Grading Risiko : hijau /biru/kuning/merah
2) Kronologis insiden
Diisi ringkasan insiden mulai saat sebelum kejadian sampai
terjadinya insiden
Kronologis harus sesuai kejadian yang sebenarnya, bukan
pendapat / asumsi pelapor
3) Jenis insiden. Pilih salah satu Insiden Keselamatan Pasien (IKP) :
KTD / KNC / KTC / KPC. Untuk laporan eksternal, KPC tidak perlu
dilaporkan
4) Orang pertama yang melaporkan Insiden
Pilih salah satu pelapor yang paling pertama melaporkan terjadinya
insiden Misal : petugas / keluarga pasien dll
5) Insiden menyangkut pasien :
Pilih salah satu : Pasien rawat jalan / Pasien UGD
6) Tempat / Lokasi
Tempat pasien berada, ruang unit layanan pemeriksaan umum, UGD
7) Insiden sesuai kasus penyakit
8) Unit layanan yang menyebabkan insiden
Adalah Unit layanan yang menyebabkan insiden
a) Pasien DM ke UGD, diperiksa laboratorium, ternyata hasilnya
salah interpretasi.
Insiden : salah hasil lab. pada pasien DM
Jenis Insiden : K N C ( t i d a k t e r j a d i cedera)
Tempat / Lokasi : UGD
Unit penyebab : Laboratorium
b) Pasien anak berobat ke Ruang KIA, diberikan resep, ternyata
terjadi kesalahan pemberian obat oleh petugas farmasi. Hal ini
diketahu setelah pasien pulang. Ibu pasien datang kembali ke
Farmasi untuk menanyakan obat tersebut.
Insiden : Salah pemberian obat untuk pasien
anak
25
Jenis Insiden : K N C ( t i d a k t e r j a d i cedera)
Tempat / Lokasi : Farmasi
Unit penyebab : Farmasi
9) Akibat insiden
Pilih salah satu : (lihat tabel matriks grading risiko)
a) Kematian : jelas
b) Cedera berat : kehilangan fungsi motorik, sensorik atau
psikologis secara permanen misal lumpuh atau cacat.
c) Cedera sedang : kehilangan fungsi motorik, sensorik atau
psikologis tidak permanen misal luka robek
d) Cedera ringan : cedera yang dapat diatasi dengan
pertolongan pertama tanpa harus dirawat misal luka lecet
e) Tidak ada cedera
10) Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden
Ceritakan penanganan/tindakan yang saat itu dilakukan agar
insiden yang sama tidak terulang lagi
11) Tindakan dilakukan oleh
Pilih salah satu ;
Bila dilakukan Tim : sebutkan timnya terdiri dari siapa
saja misal: dokter, perawat.
Bila dilakukan petugas lain : sebutkan misal: analis, asisten
apoteker, bidan.
12) Apakah insiden yang sama pernah terjadi di unit pelayanan yang
lain: Jika ya dengan melanjutkan mengisi pertanyaan dibawahnya
yaitu:
Waktu kejadian : isi dalam bulan/tahun
Tindakan yang telah dilakukan pada unit pelayanan tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama, jelaskan.
26
BAB IV
PENUTUP
27
28