Oleh :
Agus Purwanto
Sumarna
1
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
2
3. Tujuan
3
BAB II
KAJIAN TEORI
kolektor
Uap Hg
pemanas anoda
katoda
V 0,5 V
- + + -
4
mikroamperemeter. Jalan pikiran Frank-Hertz adalah sebagai berikut : elektron yang
keluar dari katoda dipercepat oleh medan listrik antara anoda dan katoda. Energi
yang dimiliki elektron saat berada pada potensial V adalah U = eV. Bila elektron
dengan energi ini menumbuk atom dalam uap Hg dan atom Hg hanya dapat
mengambil energi dalam jumlah tertentu saja, misalnya U0, maka elektron yang telah
menumbuk atom Hg akan mempunyai sisa energi sebesar U – U0. Sisa energi ini
terbawa sebagai energi kinetik elektron. Bila sisa energi ini kurang dari 0,5 eV,
elektron akan ditolak oleh kolektor sehingga tidak terjadi aliran arus listrik I dalam
mikroamperemeter. Bila energi elektron U kurang dari harga U0, atom tidak
menambah energi dalam, dan tumbukan antara elektron dan atom bersifat elastik.
Bila ini terjadi, elektron dengan mudah akan sampai di kolektor sehingga terjadi
aliran arus listrik I dalam mikroamperemeter. Frank-Hertz berharap bila potensial
anoda diubah, maka mula-mula arus akan naik. Pada harga potensial anoda tertentu,
yaitu bila energi kinetik elektron sama dengan U0, maka arus akan berkurang, karena
energi diserap oleh atom sehingga sisa energi elektron tidak cukup untuk mengatasi
potensial kolektor. Akibatnya pada harga ini arus I akan turun, dan gejala yang
diharapkan oleh Frank-Hertz betul terjadi.
I I
hampa
Berisi uap Hg
V V
a b
5
Eksperimen Frank-Hertz dijalankan sebagai berikut : bila tabung dibuat
I
hampa udara, dan bila potensial anoda diperbesar, maka arus I akan berubah seperti
ditunjukkan oleh Gambar 2.2a. Sedangkan bila tabung berisi uap Hg, maka akan
diperoleh arus I yang berubah seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2b.
Berdasarkan grafik yang diperoleh, tampak bahwa bila potensial anoda
mencapai 4,9 Volt, arus akan berkurang dan selanjutnya akan naik lagi, dan bila
potensial anoda mencapai kelipatan 4,9 Volt arus akan berkurang lagi. Dari
eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa atom Hg hanya mengambil energi dari
elektron sebesar 4,9 eV. Energi yang diambil ini menjadi energi dalam atom Hg. Bila
energi elektron kurang dari 4,9 eV, tumbukan bersifat elastik dan energi dalam atom
Hg tidak berubah. Bila energi elektron lebih besar dari 4,9 eV, sebagian energi
elektron diambil menjadi energi dalam atom Hg dan sisanya sebagai energi kinetik
elektron. Hal ini menunjukkan adanya suatu tingkat energi 4,9 eV di atas tingkat
dasar. Peristiwa ini sering disebut sebagai transfer energi resonan.
Adanya minimum kedua pada arus I bila potensial anoda V diubah adalah
karena elektron menumbuk atom Hg dua kali. Bila ini terjadi elektron akan
kehilangan energi sebesar 2 x 4,9 eV = 9,8 eV. Dalam eksperimen selanjutnya dengan
uap Hg juga didapatkan bahwa resonansi transfer energi terjadi pada energi sebesar
6,7 eV dan 10,4 eV.
Kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen ini adalah bahwa energi
dalam atom Hg hanya dapat berubah secara diskrit, jadi tidak akan dapat secara
sinambung. Beberapa harga energi dalam yang boleh dimiliki atom disebut tingkat
energi. Tingkat dasar menyatakan energi atom sebelum mengambil energi. Beberapa
tingkat energi di atasnya menyatakan keadaan eksitasi. Bila atom ditumbuk oleh
elektron dengan energi cukup, maka atom akan berpindah ke keadaan eksitasi. Bila
energi yang diberikan oleh kepada atom lebih dari 10,4 eV, maka atom Hg akan
tereksitasi ke keadaan ionisasi, artinya elektron terpental keluar dari atom.
Sebagaimana eksperimen yang dilakukan oleh Frank-Hertz, dalam percobaan
ini elektron-elektron dipercepat diantara sebuah filamen dan grid sebuah tabung yang
berisi gas neon (Ne) dengan sebuah potensial variabel V. Sebuah potensial balik
6
rendah VR ditempatkan diantara grid dan plat kolektor. Agar dapat mencapai
kolektor, maka elektron-elektron harus memiliki energi kinetik yang lebih besar dari
energi potensial balik VR diantara grid dan kolektor. Begitu potensial pemercepat
diperbesar, elektron-elektron memiliki energi kinetik yang semakin lama semakin
besar dan semakin banyak yang mencapai kolektor, sehingga menghasilkan
kenaikkan arus. Pada suatu ketika, elektron-elektron memperoleh energi kinetik yang
sama dengan energi keadaan eksitasi pertama atom Ne. Pada saat ini, elektron-
elektron dapat mengeksitasi atom-atom Ne ke keadaan ini, sehingga mereka
kehilangan nergi kinetik. Dengan demikian lebih sedikit elektron yang akan memiliki
cukup energi untuk mengatasi potensial balik VR, sehingga terjadi penurunan arus
kolektor.
Kenaikan V lebih lanjut menyebabkan arus kembali naik karena elektron-
elektron mendapat tambahan energi kinetik setelah mengeksitasi sebuah atom Ne.
Pada potensial pemercepat yang lebih tinggi, elektron-elektron akan memiliki energi
yang cukup untuk mengeksitasi dua atom Ne sehingga terjadi penurunan kedua untuk
arus I, dan seterusnya. Perbedaan tegangan diantara berbagai puncak arus tampak
berhubungan dengan energi yang diperlukan untuk mengeksitasi atom Ne ke keadaan
eksitasi pertamanya. Harga ini didapatkan dari selisih kedua lembah V dikalikan
dengan muatan elektron, sehingga :
E = e V (1)
Selanjutnya dalam eksperimen ini akan diamati mengenai tingkat energi eksitasi
atom gas Ne yang dihasilkan oleh hubungan antara arus I dan potensial anoda V.
Telah dipelajari bahwa tiap-tiap atom mempunyai satu tingkat energi yang
paling rendah, yang merupakan energi minimum yang dapat dimiliki atom tersebut.
Tingkat energi yang paling rendah disebut keadaan dasar dan semua tingkat yang
lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi. Sebuah elektron akan memancarkan garis
spektrum ketika melakukan perpindahan dari suatu keadaan tereksitasi ke keadaan
yang lebih rendah.
7
Sebagai ilustrasi pada atom neon memancarkan cahaya tertentu dengan
panjang gelombang 743,7 A dan 735,9 A saat mengalami transisi dari 2 (dua) tingkat
yang ditandai dengan tingkat resonansi ke keadaan dasar. Misalkan elektron sebuah
atom neon dalam keadaan dasar berada dalam keadaan menyerap suatu kuantum
energi penyinaran dengan panjang gelombang 743,7 A dan 735,9 A, maka elektron
tersebut akan mengalami transisi berlawanan arah dan dinaikkan ke salah satu tingkat
resonansi. Beberapa saat setelah berdiam di tingkat energi ini, elektron akan
kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan kembali kuantum tersebut. Rata-
rata waktu tinggal disebut umur keadaan tereksitasi.
Berdasarkan panjang gelombang tersebut dapat dicari besarnya energi foton
yang dipancarkan, yaitu :
(i) untuk panjang gelombang 743,7 A, energi foton yang dipancarkan 16,71 eV
(ii) untuk panjang gelombang 735,9 A, energi foton yang dipancarkan 16,89 eV
Hal ini menunjukkan adanya suatu tingkat sebesar 16,71 eV dan 16,89 eV di atas
tingkat dasar.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Obyek Percobaan
Obyek dari percobaan ini adalah tingkat-tingkat energi eksitasi atom neon.
Cara mengeksitasi elektron-elektron di dalam atom neon adalah dengan pemanasan
dilanjutkan dengan pemberian tegangan listrik. Jika mungkin, hendak dipaljari pula
distribusi energi eksitasi berdasarkan temperatur pemanasannya.
6
Tabung vakum
(Tabung 12
Frank-Hertz) V A
5
9
ON
Lampu Pilot 11
OFF
10
1
2
3
4
9
(ii). Sisi Kanan 13
14
15
16
17
Keterangan :
1. Saklar POWER
Jika saklar ini diposisikan ke atas dan daya dihubungkan dengan alat, maka
lampu indikator akan menyala.
2. Tombol HEATER VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur arus yang mengalir ke pemanas tabung Frank-
Hertz. Jika diputar searah jarum jam, arus yang mengalir semakin besar dan
semakin banyak elektron termal yang dihasilkan oleh katoda.
3. Tombol G1-K VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur tegangan antara grid pertama dengan katoda tabung
Frank-Hertz.
4. Tombol G2-P VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur tegangan pemblokade antara grid kedua dengan
plat tabung Frank-Hertz.
5. Tombol G2-K VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur tegangan antara grid kedua dengan katoda tabung
Frank-Hertz.
10
6. VOLTMETER
Voltmeter ini menunjukkan tegangan antara grid kedua dengan dan katoda
tabung Frank-Hertz.
7. Tombol ZERO ADJUSMENT
Tombol ini untuk “zero adjusment” ammeter dengan menyeimbangkan “zero
point” amplifier DC
8. Tombol GAIN
Tombol ini untuk mengubah faktor penguatan amplifier DC. Biasanya, tombol
ini digunakan dengan cara menempatkan tanda pada tombol tersebut sedikit
melebihi posisi tengah. Namun demikian, jika mikroamperemeter pada panel
ini tidak digunakan, aturlah posisi tombol sekehendak kita)
9. Saklar AUTO MANU
Saklar ini digunakan untuk memilih penambahan secara otomatis tegangan
antara grid kedua dengan katoda tabung Frank-Hertz atau penambahan secara
manual dengan cara memutar tombol (5) secara manual. Jika dipilih “AUTO”,
tegangan bertambah secara otomatis ke tegangan yang ditentukan oleh tombol
(5). Oleh karena itu, jika saklar ini dpasang pada posisi “AUTO” tombol (5)
harus diputar penuh searah jarum jam.
10. Saklar EXTERNAL-INTERNAL
Saklar ini digunakan untuk memilih apakah arus antara grid kedua dan plat
tabung Frank-Hertz diukur dengan meter (12) pada panel atau meter yang
dihubungkan pada terminal (14).
11. Saklar METER-OSCILLOSCOP
Jika observasi dilakukan dengan terminal (13) terhubung ke terminal vertikal,
horizontal dan ground osciloscop, saklar ini harus diposisikan pada OSC.
Dengan konfigurasi ini, out put ada pada terminal (14), dan dengan demikian
dimungkinkan untuk memasang meter eksternal. Namun demikian, out put
menjadi agak besar.
11
12. AMMETER
Meter ini menunjukkan arus yang mengalir pada plat.
13. OSCILLOSCOP
Untuk mengamati bentuk gelombang energi eksitasi, hubungkan terminal V, E
dan H ke input vertikal, horisontal dan ground osiloskop
14. Terminal P-G2(I)
Untuk mengukur arus I antara plat dan grid dengan menggunakan
mikroamperemeter eksternal, hubungkan ammeter dengan terminal ini dan
posisikan saklar (10) ke EXTERNAL.
15. Terminal G2-K(K)
Untuk mengukur tegangan antara grid kedua dan katoda dengan menggunakan
voltmeter eksternal, hubungkan voltmeter dengan terminal ini.
16. Saklar HEATER, TERMINAL, SHORT SWITCH
Untuk mengukur arus heater, geserlah saklar ini ke OPEN dan hubungkan
ammeter AC ke terminal (17). Jika pengukuran arus tidak diperlukan, biarkan
saklar ini pada posisi SHORT.
17. Terminal HEATER (I)
Untuk mengukur arus heater, hubungkan ammeter AC ke terminal ini. (Full
scale 1A).
12
SHORT. (Jika mengubah saklar (16) pada posisi OPEN, hubungkan ammeter
AC ke terminal (15)).
3. Menghubungkan kabel daya AC 220 V, selanjutnya ubah saklar POWER (1) ke
posisi “1”.
4. Mengatur jarum penunjuk ammeter (12) ke posisi nol dengan cara memutar
tombol ZERO ADJUSMENT (7). Selanjutnya, putar tombol GAIN (8) sehingga
tanda pada tombol tersebut sedikit melebihi posisi tengah. (Karena diperlukan 2-
3 menit agar penunjuk ammeter stabil pada posisi nol, kemudian lakukan “zero
adjusment” lagi).
Keterangan :
Arus pemanas, tegangan G1 ke K, tegangan G2 ke P dan arus G2 ke P adalah “4
point in the adjusment”. Tegangan G1 ke K ditentukan oleh tabung Frank-Hertz.
Selanjutnya, arus G2 ke P dapat diperbesar oleh amplifier. Tombol Gain (8)
untuk mengatur amplifier.
5. Memutar tobol G2-K VOLT ADJUSMENT (5) serah dengan arah jarum jam
untuk mengatur tegangan sehingga jarum indikator pada volmeter (6) sekitar 30
V.
6. Memutar tombol HEATER VOLT ADJUSMENT (2) searah dengan arah jarum
jam sehingga tanda pada tombol tersebut sedikit melebihi pada posisi tengah.
Tunggu sebentar, kemudian atur tombol G1-K VOLT ADJUSMENT (3) pada
posisi tertentu dengan memutar pelan-pelan tombol sedemikian rupa sehingga
jarum ammeter (12) menyimpang sejauh mungkin. (atur jarum penunjuk
ammeter pada skala tengah. Jika memutar tombol (3) lebih jauh, jarum ammeter
turun)
Keterangan :
Jika jarum ammeter (12) menyimpang tidak teratur meskipun telah memutar
tombol G1-K VOLT ADJUSMENT (3) berlawanan arah jarum jam sejauh
13
mungkin, kemudian memutar tombol HEATER VOLT ADJUSMENT (2) searah
arah jarum jam sedikit saja dan mengatur arus dengan memutar pelan-pelan
tombol (3) sehingga jarum ammeter menyimpang dengan baik.
14
Jika sekarang mengatur tegangan G2-P dengan tombol (4), bagian bawah grafik
menjadi dalam atau dangkal tergantung pada pengaturan yang dilakukan. Selain
itu, kedalaman atau kedangkalan grafik juga ditentukan oleh pengaturan arus
pemanas.
Untuk menganalisis data dalam percobaan ini digunakan teknik analisa data
secara kuantitatif. Untuk mengetahui pengaruh penambahan tegangan anoda (V)
terhadap arus (I) digunakan analisa secara grafik. Berdasarkan data hasil percobaan
diharapkan diperoleh grafik seperti Gambar 3.2b. Penambahan tegangan anoda (V)
akan mengakibatkan kenaikkan arus (I), tetapi pada harga tertentu arus (I) akan
berkurang dan selanjutnya naik lagi dan pada harga tertentu arus (I) akan berkurang
lagi, demikian seterusnya.
Selisih antara kedua puncak V dikalikan dengan muatan elektron merupakan
energi eksitasi elektron atom gas neon, sehingga untuk menghitung energi eksitasi
digunakan persamaan (1) :
E1 E0 e(V1 V0 )
dan
E2 E1 e(V2 V1 )
atau
E eV
15
e = muatan elektron (1,6 x 10-19 C)
V0 = tegangan anoda (V) pada penurunan arus (I) yang pertama
V1 = tegangan anoda (V) pada penurunan arus (I) yang kedua
V2 = tegangan anoda (V) pada penurunan arus (I) yang ketiga
2 2
( E ) ( E )
( E ) ( V1 ) 2 ( V0 ) 2
V1 V0
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1 :
17
Grafik hubungan antara V (volt) dan I (μA) berdasarkan data dari percobaan 1 di atas
adalah sebagai berikut :
120
100
I ( A) 80
60
40
20
0
0 20 40 60 80
V (volt)
Percobaan 2 :
18
Grafik hubungan antara V (volt) dan I (μA) berdasarkan data dari percobaan 2 di atas
adalah sebagai berikut :
120
100
80
A)
60
I(
40
20
0
0 20 40 60
V (volt)
Dari kedua hasil percobaan di atas, diperoleh harga energi eksitasi dari atom
gas neon, setelah direrata, adalah E = 16,7 1,0 eV. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa atom gas neon hanya mengambil energi dari elektron sebesar ΔE = 16,7 ± 1,0
eV yang menjadi energi dalam dari atom gas neon. Energi elektron yang kurang dari
nilai tersebut menjadikan tumbukan elastis, sehingga elektron hanya terpental dalam
arah yang berbeda dengan datangnya tumbukan, dengan demikian energi atom gas
neon tidak berubah. Bila energi elektron lebih besar dari 16,7 ± 1,0 eV maka
sebagian lain energi elektron diambil menjadi energi dalam dan sisanya tetap sebagai
energi kinetik lektron. Dari peristiwa tersebut dapat dikatakan bahwa energi dalam
atom gas neon hanya dapat berubah secara diskrit (tidak berubah secara kontinyu).
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A. (Trans : The Houw Liong), 1999, Konsep Fisika Moderen, Erlangga,
Jakarta.
McNally, J.R., 1967, Handbook of Physics, McGraw Hill Book Company, New
York.
21