Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

DISTRIBUSI ENERGI ATOM


BERDASARKAN TEMPERATUR
PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

Oleh :
Agus Purwanto
Sumarna

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2002

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan fisika khususnya yang menyangkut fisika


atom mengalami kemajuan yang sangat pesat setelah J.J. Thomson menemukan
partikel elementer yang dinamakan elektron. Penemuan ini elektron merupakan hal
yang sangat penting dalam fisika atom sebab dengan penemuan ini telah berhasil
mengubah pendapat para ahli fisika pada saat itu. Atom bukan lagi merupakan bagian
terkecil dari suatu unsur karena ternyata masih bisa dibagi lagi ke dalam bagian-
bagian lain diantaranya ialah elektron.
Bertitik tolak dari penemuan tersebut mulailah para ahli fisika mereka-reka
gambaran (model) atom dari yang paling sederhana sampai yang kompleks. Salah
satu model atom tersebut adalah model atom yang dikembangkan oleh Niels Bohr.
Model atom ini berhasil menjelaskan spektrum garis radiasi atom hidrogen dengan
memperkenalkan adanya tingkat-tingkat energi diskrit dalam atom.
Pada tahun 1914, Franck dan Hertz secara eksperimental berhasil
membuktikan adanya tingkat-tingkat energi diskrit dalam atom dan tingkat-tingkat
energi ini sama dengan yang terdapat pada spektrum garis.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah teknik yang digunakan oleh Frank-Hertz untuk menyelidiki


tumbukan antar atom dalam gas, serta menyatakan adanya tingkat-tingkat
energi dalam atom ?
b. Berapakah besar tingkat-tingkat energi eksitasi pada atom gas neon ?
c. Bagaimanakah distribusi energi atom berdasarkan temperatur gas atom yang
bersangkutan ?

2
3. Tujuan

a. Menjelaskan teknik yang digunakan oleh Frank-Hertz untuk menyelidiki


tumbukan antar atom dalam gas, serta menyatakan adanya tingkat-tingkat
energi dalam atom.
b. Menghitung besar tingkat-tingkat energi eksitasi pada atom gas neon.
c. Mempelajari distribusi energi atom berdasarkan temperatur gas atom yang
bersangkutan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

Eksperimen Frank dan Hertz (1914) selain membuktikan bahwa keadaan


energi atom-atom adalah diskrit, juga menunjukkan tidak adanya perubahan tingkat-
tingkat energi atom apabila atom mendapat sumbangan energi lain (berasal dari luar)
yang lebih kecil dari beda tingkat energi antara satu tingkat energi ke tingkat energi
berikutnya.
Frank dan Hertz menggunakan tabung berisi uap air raksa (Hg) yang di
dalamnya terdapat anoda, katoda dan elektroda kolektor, seperti pada Gambar 2.1
sebagai berikut :

kolektor
Uap Hg
pemanas anoda

katoda

V 0,5 V
- + + -

Gambar 2.1 : Tabung Frank-Hertz

Bila katoda dipanaskan, elektron akan terlepas dari permukaannya. Elektron


ini ditarik oleh anoda yang berpotensial positif terhadap katoda. Elektron yang
menembus anoda dengan energi kecil akan ditolak oleh kolektor sehingga tidak
menyebabkan arus I pada mikroamperemeter. Bila energi elektron yang menembus
anoda lebih besar dari 0,5 eV, elektron memiliki energi cukup untuk melawan medan
listrik dari kolektor dan menyebabkan terjadinya aliran arus I pada

4
mikroamperemeter. Jalan pikiran Frank-Hertz adalah sebagai berikut : elektron yang
keluar dari katoda dipercepat oleh medan listrik antara anoda dan katoda. Energi
yang dimiliki elektron saat berada pada potensial V adalah U = eV. Bila elektron
dengan energi ini menumbuk atom dalam uap Hg dan atom Hg hanya dapat
mengambil energi dalam jumlah tertentu saja, misalnya U0, maka elektron yang telah
menumbuk atom Hg akan mempunyai sisa energi sebesar U – U0. Sisa energi ini
terbawa sebagai energi kinetik elektron. Bila sisa energi ini kurang dari 0,5 eV,
elektron akan ditolak oleh kolektor sehingga tidak terjadi aliran arus listrik I dalam
mikroamperemeter. Bila energi elektron U kurang dari harga U0, atom tidak
menambah energi dalam, dan tumbukan antara elektron dan atom bersifat elastik.
Bila ini terjadi, elektron dengan mudah akan sampai di kolektor sehingga terjadi
aliran arus listrik I dalam mikroamperemeter. Frank-Hertz berharap bila potensial
anoda diubah, maka mula-mula arus akan naik. Pada harga potensial anoda tertentu,
yaitu bila energi kinetik elektron sama dengan U0, maka arus akan berkurang, karena
energi diserap oleh atom sehingga sisa energi elektron tidak cukup untuk mengatasi
potensial kolektor. Akibatnya pada harga ini arus I akan turun, dan gejala yang
diharapkan oleh Frank-Hertz betul terjadi.

I I

4,9 V 4,9 V 4,9 V

hampa

Berisi uap Hg

V V
a b

Gambar 2.2. a. Perubahan arus I terhadap V, bila tabung Frank-Hertz


dibuat hampa udara.
b. Perubahan arus I terhadap V, bila tabung berisi uap Hg.

5
Eksperimen Frank-Hertz dijalankan sebagai berikut : bila tabung dibuat
I
hampa udara, dan bila potensial anoda diperbesar, maka arus I akan berubah seperti
ditunjukkan oleh Gambar 2.2a. Sedangkan bila tabung berisi uap Hg, maka akan
diperoleh arus I yang berubah seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2b.
Berdasarkan grafik yang diperoleh, tampak bahwa bila potensial anoda
mencapai 4,9 Volt, arus akan berkurang dan selanjutnya akan naik lagi, dan bila
potensial anoda mencapai kelipatan 4,9 Volt arus akan berkurang lagi. Dari
eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa atom Hg hanya mengambil energi dari
elektron sebesar 4,9 eV. Energi yang diambil ini menjadi energi dalam atom Hg. Bila
energi elektron kurang dari 4,9 eV, tumbukan bersifat elastik dan energi dalam atom
Hg tidak berubah. Bila energi elektron lebih besar dari 4,9 eV, sebagian energi
elektron diambil menjadi energi dalam atom Hg dan sisanya sebagai energi kinetik
elektron. Hal ini menunjukkan adanya suatu tingkat energi 4,9 eV di atas tingkat
dasar. Peristiwa ini sering disebut sebagai transfer energi resonan.
Adanya minimum kedua pada arus I bila potensial anoda V diubah adalah
karena elektron menumbuk atom Hg dua kali. Bila ini terjadi elektron akan
kehilangan energi sebesar 2 x 4,9 eV = 9,8 eV. Dalam eksperimen selanjutnya dengan
uap Hg juga didapatkan bahwa resonansi transfer energi terjadi pada energi sebesar
6,7 eV dan 10,4 eV.
Kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen ini adalah bahwa energi
dalam atom Hg hanya dapat berubah secara diskrit, jadi tidak akan dapat secara
sinambung. Beberapa harga energi dalam yang boleh dimiliki atom disebut tingkat
energi. Tingkat dasar menyatakan energi atom sebelum mengambil energi. Beberapa
tingkat energi di atasnya menyatakan keadaan eksitasi. Bila atom ditumbuk oleh
elektron dengan energi cukup, maka atom akan berpindah ke keadaan eksitasi. Bila
energi yang diberikan oleh kepada atom lebih dari 10,4 eV, maka atom Hg akan
tereksitasi ke keadaan ionisasi, artinya elektron terpental keluar dari atom.
Sebagaimana eksperimen yang dilakukan oleh Frank-Hertz, dalam percobaan
ini elektron-elektron dipercepat diantara sebuah filamen dan grid sebuah tabung yang
berisi gas neon (Ne) dengan sebuah potensial variabel V. Sebuah potensial balik

6
rendah VR ditempatkan diantara grid dan plat kolektor. Agar dapat mencapai
kolektor, maka elektron-elektron harus memiliki energi kinetik yang lebih besar dari
energi potensial balik VR diantara grid dan kolektor. Begitu potensial pemercepat
diperbesar, elektron-elektron memiliki energi kinetik yang semakin lama semakin
besar dan semakin banyak yang mencapai kolektor, sehingga menghasilkan
kenaikkan arus. Pada suatu ketika, elektron-elektron memperoleh energi kinetik yang
sama dengan energi keadaan eksitasi pertama atom Ne. Pada saat ini, elektron-
elektron dapat mengeksitasi atom-atom Ne ke keadaan ini, sehingga mereka
kehilangan nergi kinetik. Dengan demikian lebih sedikit elektron yang akan memiliki
cukup energi untuk mengatasi potensial balik VR, sehingga terjadi penurunan arus
kolektor.
Kenaikan V lebih lanjut menyebabkan arus kembali naik karena elektron-
elektron mendapat tambahan energi kinetik setelah mengeksitasi sebuah atom Ne.
Pada potensial pemercepat yang lebih tinggi, elektron-elektron akan memiliki energi
yang cukup untuk mengeksitasi dua atom Ne sehingga terjadi penurunan kedua untuk
arus I, dan seterusnya. Perbedaan tegangan diantara berbagai puncak arus tampak
berhubungan dengan energi yang diperlukan untuk mengeksitasi atom Ne ke keadaan
eksitasi pertamanya. Harga ini didapatkan dari selisih kedua lembah V dikalikan
dengan muatan elektron, sehingga :

 E = e V (1)

Selanjutnya dalam eksperimen ini akan diamati mengenai tingkat energi eksitasi
atom gas Ne yang dihasilkan oleh hubungan antara arus I dan potensial anoda V.
Telah dipelajari bahwa tiap-tiap atom mempunyai satu tingkat energi yang
paling rendah, yang merupakan energi minimum yang dapat dimiliki atom tersebut.
Tingkat energi yang paling rendah disebut keadaan dasar dan semua tingkat yang
lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi. Sebuah elektron akan memancarkan garis
spektrum ketika melakukan perpindahan dari suatu keadaan tereksitasi ke keadaan
yang lebih rendah.

7
Sebagai ilustrasi pada atom neon memancarkan cahaya tertentu dengan
panjang gelombang 743,7 A dan 735,9 A saat mengalami transisi dari 2 (dua) tingkat
yang ditandai dengan tingkat resonansi ke keadaan dasar. Misalkan elektron sebuah
atom neon dalam keadaan dasar berada dalam keadaan menyerap suatu kuantum
energi penyinaran dengan panjang gelombang 743,7 A dan 735,9 A, maka elektron
tersebut akan mengalami transisi berlawanan arah dan dinaikkan ke salah satu tingkat
resonansi. Beberapa saat setelah berdiam di tingkat energi ini, elektron akan
kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan kembali kuantum tersebut. Rata-
rata waktu tinggal disebut umur keadaan tereksitasi.
Berdasarkan panjang gelombang tersebut dapat dicari besarnya energi foton
yang dipancarkan, yaitu :
(i) untuk panjang gelombang 743,7 A, energi foton yang dipancarkan 16,71 eV
(ii) untuk panjang gelombang 735,9 A, energi foton yang dipancarkan 16,89 eV
Hal ini menunjukkan adanya suatu tingkat sebesar 16,71 eV dan 16,89 eV di atas
tingkat dasar.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Obyek Percobaan

Obyek dari percobaan ini adalah tingkat-tingkat energi eksitasi atom neon.
Cara mengeksitasi elektron-elektron di dalam atom neon adalah dengan pemanasan
dilanjutkan dengan pemberian tegangan listrik. Jika mungkin, hendak dipaljari pula
distribusi energi eksitasi berdasarkan temperatur pemanasannya.

2. Instrumen untuk Mendapatkan Data

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini perangkat peralatan


“Percobaan Frank-Hertz” dengan konstruksi alat sebagai berikut :

(i). Panel Permukaan :

6
Tabung vakum
(Tabung 12
Frank-Hertz) V A
5

9
ON
Lampu Pilot 11
OFF
10

1
2
3
4

9
(ii). Sisi Kanan 13

14

15

16

17

Gambar 3.1. i. Sisi depan peralatan percobaan Frank-Hertz


ii. Sisi kanan peralatan percobaan Frank-Hertz

Keterangan :

1. Saklar POWER
Jika saklar ini diposisikan ke atas dan daya dihubungkan dengan alat, maka
lampu indikator akan menyala.
2. Tombol HEATER VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur arus yang mengalir ke pemanas tabung Frank-
Hertz. Jika diputar searah jarum jam, arus yang mengalir semakin besar dan
semakin banyak elektron termal yang dihasilkan oleh katoda.
3. Tombol G1-K VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur tegangan antara grid pertama dengan katoda tabung
Frank-Hertz.
4. Tombol G2-P VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur tegangan pemblokade antara grid kedua dengan
plat tabung Frank-Hertz.
5. Tombol G2-K VOLT ADJUSMENT
Tombol ini untuk mengatur tegangan antara grid kedua dengan katoda tabung
Frank-Hertz.

10
6. VOLTMETER
Voltmeter ini menunjukkan tegangan antara grid kedua dengan dan katoda
tabung Frank-Hertz.
7. Tombol ZERO ADJUSMENT
Tombol ini untuk “zero adjusment” ammeter dengan menyeimbangkan “zero
point” amplifier DC
8. Tombol GAIN
Tombol ini untuk mengubah faktor penguatan amplifier DC. Biasanya, tombol
ini digunakan dengan cara menempatkan tanda pada tombol tersebut sedikit
melebihi posisi tengah. Namun demikian, jika mikroamperemeter pada panel
ini tidak digunakan, aturlah posisi tombol sekehendak kita)
9. Saklar AUTO MANU
Saklar ini digunakan untuk memilih penambahan secara otomatis tegangan
antara grid kedua dengan katoda tabung Frank-Hertz atau penambahan secara
manual dengan cara memutar tombol (5) secara manual. Jika dipilih “AUTO”,
tegangan bertambah secara otomatis ke tegangan yang ditentukan oleh tombol
(5). Oleh karena itu, jika saklar ini dpasang pada posisi “AUTO” tombol (5)
harus diputar penuh searah jarum jam.
10. Saklar EXTERNAL-INTERNAL
Saklar ini digunakan untuk memilih apakah arus antara grid kedua dan plat
tabung Frank-Hertz diukur dengan meter (12) pada panel atau meter yang
dihubungkan pada terminal (14).
11. Saklar METER-OSCILLOSCOP
Jika observasi dilakukan dengan terminal (13) terhubung ke terminal vertikal,
horizontal dan ground osciloscop, saklar ini harus diposisikan pada OSC.
Dengan konfigurasi ini, out put ada pada terminal (14), dan dengan demikian
dimungkinkan untuk memasang meter eksternal. Namun demikian, out put
menjadi agak besar.

11
12. AMMETER
Meter ini menunjukkan arus yang mengalir pada plat.

13. OSCILLOSCOP
Untuk mengamati bentuk gelombang energi eksitasi, hubungkan terminal V, E
dan H ke input vertikal, horisontal dan ground osiloskop
14. Terminal P-G2(I)
Untuk mengukur arus I antara plat dan grid dengan menggunakan
mikroamperemeter eksternal, hubungkan ammeter dengan terminal ini dan
posisikan saklar (10) ke EXTERNAL.
15. Terminal G2-K(K)
Untuk mengukur tegangan antara grid kedua dan katoda dengan menggunakan
voltmeter eksternal, hubungkan voltmeter dengan terminal ini.
16. Saklar HEATER, TERMINAL, SHORT SWITCH
Untuk mengukur arus heater, geserlah saklar ini ke OPEN dan hubungkan
ammeter AC ke terminal (17). Jika pengukuran arus tidak diperlukan, biarkan
saklar ini pada posisi SHORT.
17. Terminal HEATER (I)
Untuk mengukur arus heater, hubungkan ammeter AC ke terminal ini. (Full
scale 1A).

3. Cara Pengumpulan Data

Langkah kerja yang harus dilakukan untuk mengukur variabel-variabel yang


diperlukan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut :

1. Membuka tutup “acryl” dan pasang tabung Frank-Hertz ke dalam socket.


2. Memutar semua tombol berlawanan arah dengan arah jarum jam sejauh mungkin
dan ubah posisi saklar (9), (10) dan (11) ke bawah, serta posisi saklar (16) ke

12
SHORT. (Jika mengubah saklar (16) pada posisi OPEN, hubungkan ammeter
AC ke terminal (15)).
3. Menghubungkan kabel daya AC 220 V, selanjutnya ubah saklar POWER (1) ke
posisi “1”.
4. Mengatur jarum penunjuk ammeter (12) ke posisi nol dengan cara memutar
tombol ZERO ADJUSMENT (7). Selanjutnya, putar tombol GAIN (8) sehingga
tanda pada tombol tersebut sedikit melebihi posisi tengah. (Karena diperlukan 2-
3 menit agar penunjuk ammeter stabil pada posisi nol, kemudian lakukan “zero
adjusment” lagi).

Keterangan :
Arus pemanas, tegangan G1 ke K, tegangan G2 ke P dan arus G2 ke P adalah “4
point in the adjusment”. Tegangan G1 ke K ditentukan oleh tabung Frank-Hertz.
Selanjutnya, arus G2 ke P dapat diperbesar oleh amplifier. Tombol Gain (8)
untuk mengatur amplifier.

5. Memutar tobol G2-K VOLT ADJUSMENT (5) serah dengan arah jarum jam
untuk mengatur tegangan sehingga jarum indikator pada volmeter (6) sekitar 30
V.
6. Memutar tombol HEATER VOLT ADJUSMENT (2) searah dengan arah jarum
jam sehingga tanda pada tombol tersebut sedikit melebihi pada posisi tengah.
Tunggu sebentar, kemudian atur tombol G1-K VOLT ADJUSMENT (3) pada
posisi tertentu dengan memutar pelan-pelan tombol sedemikian rupa sehingga
jarum ammeter (12) menyimpang sejauh mungkin. (atur jarum penunjuk
ammeter pada skala tengah. Jika memutar tombol (3) lebih jauh, jarum ammeter
turun)

Keterangan :
 Jika jarum ammeter (12) menyimpang tidak teratur meskipun telah memutar
tombol G1-K VOLT ADJUSMENT (3) berlawanan arah jarum jam sejauh

13
mungkin, kemudian memutar tombol HEATER VOLT ADJUSMENT (2) searah
arah jarum jam sedikit saja dan mengatur arus dengan memutar pelan-pelan
tombol (3) sehingga jarum ammeter menyimpang dengan baik.

 Selanjutnya, jika jarum ammeter (12) terlalu menyimpang ke kanan setelah


langkah di atas, mengupayakan menurunkan arus dengan cara memutar pelan-
pelan tombol (2) berlawanan arah putar jarum jam. (Mengulangi langkah-
langkah di atas beberapa kali jika diperlukan). Ini berarti telah mengatur tombol
HEATER VOLT ADJUSMENT (2) dan tombol G1-K VOLT ADJUSMENT (3)
sedemikian rupa sehingga jarum ammeter (12) disimpangkan oleh arus G2-P
hingga jarum ammeter pada posisi tengah. Oleh karena itu, dikehendaki arus
pemanas sekecil mungkin dan jarum ammeter turun (arus G2-P turun) dari posisi
paling kanan jika memutar tombol G1-K VOLT ADJUSMENT (3) berlawanan
arah atau searah arah putar jarum jam.
7. Jika pengaturan sebagaimana yang tertulis pada point (6) telah selesai, kemudian
mengatur tombol G2-K VOLT ADJUSMENT (5) berlawanan arah putar jarum
jam sehingga tegangan G2-K nol, dan kemudian atur jarum ammeter (12) pada
posisi nol. Setelah “zero adjusment”, dengan memutar tombol (5), kembalikan
tombol G2-K sekitar 30 V. (Menjaga jarum ammeter agar tetap kembali pada
posisi tengah).
8. Memutar pelan-pelan tombol G2-P VOLT ADJUSMENT (4) sehingga jarum
ammeter turun ke 2/3 posisi tengah. Kemudian putar tombol (5) berlawanan arah
putar jarum jam sejauh mungkin.
9. Setelah operasi di atas, memutar pelan-pelan tombol G2-K VOLT ADJUSMENT
(5), gambar grafik tegangan yang ditunjukkan oleh voltmeter (V) dan arus yang
ditunjukkan oleh ammeter (I). Jika mengubah saklar (9) pada posisi “AUTO”,
selanjutnya memutar tombol G2-K VOLT ADJUSMENT (5) searah jarum jam
sejauh mungkin. (Tegangan G2-K secara otomatis berubah dengan kontinu)

14
Jika sekarang mengatur tegangan G2-P dengan tombol (4), bagian bawah grafik
menjadi dalam atau dangkal tergantung pada pengaturan yang dilakukan. Selain
itu, kedalaman atau kedangkalan grafik juga ditentukan oleh pengaturan arus
pemanas.

10. Masukkan hasil pengukuran pada tabel sebagai berikut :

No. I (μA) V (volt)

4. Cara Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam percobaan ini digunakan teknik analisa data
secara kuantitatif. Untuk mengetahui pengaruh penambahan tegangan anoda (V)
terhadap arus (I) digunakan analisa secara grafik. Berdasarkan data hasil percobaan
diharapkan diperoleh grafik seperti Gambar 3.2b. Penambahan tegangan anoda (V)
akan mengakibatkan kenaikkan arus (I), tetapi pada harga tertentu arus (I) akan
berkurang dan selanjutnya naik lagi dan pada harga tertentu arus (I) akan berkurang
lagi, demikian seterusnya.
Selisih antara kedua puncak V dikalikan dengan muatan elektron merupakan
energi eksitasi elektron atom gas neon, sehingga untuk menghitung energi eksitasi
digunakan persamaan (1) :

E1  E0  e(V1  V0 )
dan
E2  E1  e(V2  V1 )

atau
E  eV

dengan E = energi eksitasi

15
e = muatan elektron (1,6 x 10-19 C)
V0 = tegangan anoda (V) pada penurunan arus (I) yang pertama
V1 = tegangan anoda (V) pada penurunan arus (I) yang kedua
V2 = tegangan anoda (V) pada penurunan arus (I) yang ketiga

Untuk mencari besarnya ketidakpastian dari E digunakan perambatan ralat sebagai


berikut :

2 2
 ( E )  ( E )
 ( E )  ( V1 ) 2  ( V0 ) 2
V1 V0

16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disampaikan data hasil percobaan :

Percobaan 1 :

No. V (volt) I (μA) No. V (volt) I (μA)


1. 10 17 16. 40 40
2. 12 22 17. 42 46
3. 14 26 18. 44 58
4. 16 30 19. 46 68
5. 18 34 20. 48 76
6. 20 32 21. 50 84
7. 22 18 22. 52 88
8. 24 20 23. 54 87
9. 26 40 24. 56 80
10. 28 47 25. 68 70
11. 30 55 20. 60 75
12. 32 60 27. 62 80
13. 34 65 28. 64 88
14. 36 67 29. 66 97
15. 38 52 30. 68 100

17
Grafik hubungan antara V (volt) dan I (μA) berdasarkan data dari percobaan 1 di atas
adalah sebagai berikut :

120
100
I ( A) 80
60
40
20
0
0 20 40 60 80
V (volt)

Percobaan 2 :

No. V (volt) I (μA) No. V (volt) I (μA)


1. 12 7 20. 31 78
2. 13 12 21. 32 86
3. 14 20 22. 33 90
4. 15 26 23. 34 95
5. 16 30 24. 35 99
6. 17 35 25. 36 100
7. 18 42 26. 37 94
8. 19 46 27. 38 84
9. 20 33 28. 39 72
10. 21 20 29. 40 62
11. 22 10 30. 41 52
12. 23 9 31. 42 48
13. 24 9 32. 43 46
14. 25 11 33. 44 49
15. 26 12 34. 45 60
16. 27 20 35. 46 73
17. 28 40 36. 47 83
18. 29 52 37. 48 95
19. 30 68 38. 49 100

18
Grafik hubungan antara V (volt) dan I (μA) berdasarkan data dari percobaan 2 di atas
adalah sebagai berikut :

120
100
80
A)

60
I(

40
20
0
0 20 40 60
V (volt)

Dari kedua hasil percobaan di atas, diperoleh harga energi eksitasi dari atom
gas neon, setelah direrata, adalah E = 16,7  1,0 eV. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa atom gas neon hanya mengambil energi dari elektron sebesar ΔE = 16,7 ± 1,0
eV yang menjadi energi dalam dari atom gas neon. Energi elektron yang kurang dari
nilai tersebut menjadikan tumbukan elastis, sehingga elektron hanya terpental dalam
arah yang berbeda dengan datangnya tumbukan, dengan demikian energi atom gas
neon tidak berubah. Bila energi elektron lebih besar dari 16,7 ± 1,0 eV maka
sebagian lain energi elektron diambil menjadi energi dalam dan sisanya tetap sebagai
energi kinetik lektron. Dari peristiwa tersebut dapat dikatakan bahwa energi dalam
atom gas neon hanya dapat berubah secara diskrit (tidak berubah secara kontinyu).

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Terdapat tingkat-tingkat energi eksitasi pada gas atom neon. Cara


menunjukkan tingkat-tingkat tenaga tersebut adalah dengan mencari garfik
hubungan antara tegangan anoda dan kuat arus yang mengalir pada kolektor
di dalam tabung Frank Hertz. Pada grafik tersebut ditemukan adanya
beberapa puncak kurva yang menunjukkan tingkat-tingkat energi eksitasi.
2. Besar energi eksitasi gas atom neon adalah E = 16,7  1,0 eV.
3. Belum ditemukan indikasi distribusi energi atom berdasarkan temperatur gas
atom yang bersangkutan.

2. Saran

Oleh karena belum ditemukannya indikasi distribusi energi atom berdasarkan


temperatur gas atom yang bersangkutan, maka disarankan untuk meneliti lebih lanjut
tentang kemungkinan distribusi yang dimaksud. Penelitian yang lebih intensif pada
peninjauan secara teoritis mengenai diatribusi energi eksitasi atom berdasarkan
temperatur yang dikenakan pada model tabung Frank Hertz.

20
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A. (Trans : The Houw Liong), 1999, Konsep Fisika Moderen, Erlangga,
Jakarta.

Gautreau, R. dan Savin, W. (Trans : Hans. J. Wopspakirk), 1995, Fisika Moderen.


Teori dan Soal-soal. Erlangga, Jakarta.

McNally, J.R., 1967, Handbook of Physics, McGraw Hill Book Company, New
York.

21

Anda mungkin juga menyukai