Anda di halaman 1dari 22

sPROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH ANEMIA DALAM KEHAMILAN TERHADAP PERDARAHAN

POSTPARTUM

DI RSUD KOTA JOBLANG

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : MASYITAH R

NIM : PO 03202160 54

D-III KEPERAWATAN

POLTEKES KEMENKES ACEH KOTA LANGSA

TAHUN AJARAN 2018 - 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat serta
InayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian

“Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Terhadap Perdarahan Postpartum di RSUD


TAMIANG ” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan kami semua semoga proposal penelitian ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
proposal penelitian ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Proposal penelitian ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
baru sedikit. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan proposal penelitian ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb ) dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat
besi, kekurangan asam folat , infeksi dan kelainan darah (Atikah, 2007).

Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan post partum dimana
kita ketahui bahwa perdarahan post partum merupakan penyebab kematian pada ibu. Istilah
perdarahan post partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml.
Perdarahan post partum sendiri terbagi menjadi:
perdarahan post partum primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan perdarahan
post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang terjadi setelah 24 jam pertama

(Nugroho, 2008)

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi
ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di
negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen
(36% atau sebesar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, dan menyebabkan terjadinya perdarahan sebesar
25%, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau sebesar 100 juta orang) dari
perkiraan populasi 1200 juta orang. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama
saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, Kekurangan Hb
dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak.
Ibu hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinan akan mengalami perdarahan
postpartum

(Manuaba, 2007).
Frekuensi perdarahan post partum 5-15% dari seluruh persalinan, penyebab atonia uteri
memiliki angka presentasi paling tinggi dari yang lainnya 50-60%, retensio plasenta 16-17% ,
sisa plasenta 23-24 %, laserasi jalan lahir 4-5%, dan kelainan pembekuan darah 0,5-0.6
(Nugroho, 2010).

Untuk mengatasi kejadian anemia pada ibu hamil diperlukan suatu upaya pencegahan yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan memberi suplementasi Fe, yang mana
biasanya diberikan secara rutin pada wanita hamil untuk mencegah penipisan simpanan besi
tubuh untuk mencegah anemia (Proverawati,2011).

Dan juga dapat pula dengan cara pemenuhan nutrisi atau gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil,
seperti halnya makanan yang mengandung vitamin, B6, B12, asam folat, Fe dan mineral
(Sholihah, 2005).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : apakah ada pengaruh anemia pada kehamilan terhadap perdarahan
postpartum ?

C. Tujuan

Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara anemia pada kehamilan terhadap perdarahan
postpartum.

Tujuan Khusus
 Mengetahui variasi kadar Hb pada ibu hamil
 Mengetahui jumlah ibu bhamil dengan anemia
 Mengetahui jumlah kasus perdarahan post partum
 Membuktikan adanya pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap perdarahan
postpartum

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis Dapat vmemberikan informasi mengenai pengaruh anemia pada


kehamilan terhadap perdarahan postpartum.
2. Manfaat Praktis
 Memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai pentingnya
memeriksakan kadar Hb supaya bisa diketahui tingkat anemia ibu sehingga timbul
ketaatan untuk mengkonsumsi tablet besi dan makanan bergizi.
 Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan mengenai bahaya
anemia dalam kehamilan dan perdarahan postpartum, pemeriksaan deteksi anemia serta
pemberian konseling mengenai persiapan menghadapi persalinan.

E.RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian dilakukan di RSUD ACEH TAMIANG DI DESA ALUR JOHAR KEC


KARANG BARU .Penelitian ini dituju untuk ibu hamil dan faktor yang menyebabkan ibu hamil
mengalami anemia .bisa saja faktor gizi yang buruk ,umur,usia kehamilan ,dan jarak kehamilan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia Pada Kehamilan

1. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester II. Nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama
pada trimester II.

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19% . Bertambahnya darah dalam kehamilan
sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara
32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja
jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)


2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu,
5. . Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

2. Gejala dan tanda

Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang,
sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia
defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
melakukan pemeriksaan kadar Hb.
3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2002), adalah sebagai


berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat
atau Natrium ferobisitrat. Pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60
mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.
b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per
oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
c. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)
intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu
2 gr%.

Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengana


anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia


2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan
sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan
288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil.
2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folat 15 – 30 mg per hari
b. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
c. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah
darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.

4.Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila
ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia
hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak memberi hasil. Tranfusi
darah, kadang dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari
bahaya hipoksia janin.

.
4. Penanganan anemia dalam kehamilan menurut tingkat pelayanan

Polindes :
 Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium
 Memberikan terapi oral : tablet besi 90 mg/hari.
 Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.

Puskesmas :
 Membuat dignosis dan terapi. Xx
 Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan penanganannya
.

Rumah Sakit :
 Membuat diagnosis dan terapi.
 Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata pembawa
sifat, perlu tes pada suami untuk menentukan risiko pada bayi

2.perdarahan postpartum

1.Definisi

Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah
setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria.

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian:


a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc
yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahann
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan
lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc
setelah 24 jam pasca persalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta.
2. Epidemiologi

a. Insiden
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8 %.
Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan pada
kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah
yang hilang setelah persalinan.
b. Peningkatan angka kematian di Negara berkembang
Di negara kurang berkembang merupakan penyebab utama dari kematian maternal
hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya layanan transfusi,
kurangnya layanan operasi.

3. Etiologi

Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum, faktor-


faktor yang menyebabkan hemorrhage postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan
lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.

1. Tone Dimished : Atonia uteri


Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil
sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di control oleh
kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium
tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek
pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta,
sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama
perdarahan postpartum.
Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar kemungkinan
infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan yang banyak bisa
menyebabkan “Sindroma Sheehan “sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars anterior
sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut dengan gejala : astenia, hipotensi, dengan anemia,
turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi
alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan
hipotensi, amenorea dan kehilangan fungsi laktasi.
Beberapa hal yang dapat mencetuskan terjadinya atonia meliputi :
 Manipulasi uterus yang berlebihan,
 General anestesi (pada persalinan dengan operasi ),
 Uterus yang teregang berlebihan :
 Kehamilan kembar
 Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 – 5000 gram )
 polyhydramnion
 Kehamilan lewat waktu
 Portus lama
 Grande multipara ( fibrosis otot-otot uterus ),
 Anestesi yang dalam
 Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ),
 Plasenta previa,
 Solutio plasenta,

2. Tissue
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
c. Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus
atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali,
tidak terjadi pendarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
 kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta .
 Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus
desidva sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III.
Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25
% dari kasus perdarahan postpartum. Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang
echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika
perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada latepostpartum hemorraghe. Apabila
didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan dilatasi dan curettage.
3. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir
a. Ruptur uterus
b. Inversi uterus
c. Perlukaan jalan lahir
d. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan
dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut section scar
sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi
karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi
kehamilan dengan vacuum atau forcep, walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang
persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan
hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan
terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat
menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika
episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan
antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik
akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau
vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III
atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
 Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
 Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
 Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada korpus uteri
yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus.
Pada penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada
tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat
menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat
menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 – 70 % ). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
3. Thrombin : Kelainan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
 Hipofibrinogenemia
 Trombocitopeni
 Idiopathic thrombocytopenic purpura
 HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count )
 Disseminated Intravaskuler Coagulation,
 Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena
darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah
rusak.

F. Pencegahan Dan Manajemen


1. Pencegahan Perdarahan Postpartum
 Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin
tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik.
Menangani anemia dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi
atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.

 Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan
bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter
intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien
dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi.Sangat dianjurkan pada pasien
dengan resiko perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat
persalinan.

 Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur
sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau
terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa
mengganggu kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan
postpartum.
 Kala tiga dan Kala empat
Uterotonica dapat diberikan segera sesudah bahu depan dilahirkan. Study memperlihatkan
penurunan insiden perdarahan postpartum pada pasien yang mendapat oxytocin setelah bahu
depan dilahirkan, tidak didapatkan peningkatan insiden terjadinya retensio plasenta. Hanya
saja lebih baik berhati-hati pada pasien dengan kecurigaan hamil kembar apabila tidak ada
USG untuk memastikan. Pemberian oxytocin selama kala tiga terbukti mengurangi volume
darah yang hilang dan kejadian perdarahan postpartum sebesar 40%.
Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam 5 menit setelah bayi lahir.
Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak ada untungnya justru dapat menyebabkan
kerugian. Pelepasan plasenta akan terjadi ketika uterus mulai mengecil dan mengeras, tampak
aliran darah yang keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat menonjol ke abdomen, dan
tali plasenta terlihat bergerak keluar dari vagina. Selanjutnya plasenta dapat dikeluarkan
dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati.Segera sesudah lahir plasenta diperiksa
apakah lengkap atau tidak. Untuk “ manual plasenta “ ada perbedaan pendapat waktu
dilakukannya manual plasenta. Apabila sekarang didapatkan perdarahan adalah tidak ada alas
an untuk menunggu pelepasan plasenta secara spontan dan manual plasenta harus dilakukan
tanpa ditunda lagi. Jika tidak didapatkan perdarahan, banyak yang menganjurkan dilakukan
manual plasenta 30 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta kesan
tidak lengkap, uterus terus di eksplorasi untuk mencari bagian-bagian kecil dari sisa plasenta.
Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan lahir yang dapat
menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup. Luka trauma ataupun episiotomi
segera dijahit sesudah didapatkan uterus yang mengeras dan berkontraksi dengan baik.

2. Manajemen Perdarahan Postpartum


Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum adalah menemukan
dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin.Terapi pada pasien dengan
hemorraghe postpartum mempunyai 2 bagian pokok :
a. Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan
Pasien dengan hemorraghe postpartum memerlukan penggantian cairan dan
pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ – organ penting. Pantau terus perdarahan,
kesadaran dan tanda-tanda vital pasien. Pastikan dua kateler intravena ukuran besar (16) untuk
memudahkan pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila diperlukan resusitasi
cairan cepat.
 Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate
 Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell
 Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine (dikatakan perfusi
cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc atau lebih)
b. Manajemen penyebab hemorraghe postpartum
Tentukan penyebab hemorraghe postpartum :
 Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus uteri
dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila
terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase yang lebih
keras dan pemberian oxytocin. Pengosongan kandung kemih bisa mempermudah kontraksi
uterus dan memudahkan tindakan selanjutnya. Lakukan kompres bimanual apabila
perdarahan masih berlanjut, letakkan satu tangan di belakang fundus uteri dan tangan
yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan ditekankan pada fornix anterior. Pemberian
uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan kompresi
bimanual gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.
 Sisa plasenta
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual
ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi.
Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulit dilakukan
tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan pemberian
uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi
bimanual ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum
luas setelah tindakan ekslorasi dan manual removal. Apabila perdarahan masih berlanjut dan
kontraksi uterus tidak baik bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan
tamponade uterrovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama
persiapan operasi
 Trauma jalan lahir
Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus sudah berkontraksi
dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari
perlukaan jalan lahir dengan penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah
diketahui sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir
dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai. Hematom jalan
lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi laserasi pembuluh darah dibawah
mukosa, penetalaksanaannya bisa dilakukan incise dan drainase. Apabila hematom sangat
besar curigai sumber hematom karena
pecahnya arteri, cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
 Gangguan pembekuan darah
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa plasenta dan
perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik mak kecurigaan penyebab perdarahan
adalah gangguan pembekuan darah. Lanjutkan dengan pemberian product darah pengganti (
trombosit,fibrinogen).
 Terapi pembedahan
 Laparatomi
Pemilihan jenis irisan vertical ataupun horizontal (Pfannenstiel) adalah tergantung operator.
Begitu masuk bersihkan darah bebas untuk memudahkan mengeksplorasiuterus dan jaringan
sekitarnya untuk mencari tempat rupture uteri ataupun hematom. Reparasi tergantung tebal
tipisnya rupture. Pastikan reparasi benar-benar menghentikan perdarahan dan tidak ada
perdarahan dalam karena hanya akan menyebabkan perdarahan keluar lewat vagina.
Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan ditemukan uterus intact dan
tidak ada perlukaan ataupun rupture lakukan kompresi bimanual disertai pemberian
uterotonica.
 Ligasi arteri
Ligasi uteri uterine
Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal dari uterus karena uteri
ini mensuplai 90% darah yang mengalir ke uterus. Tidak ada gangguan aliran menstruasi
dan kesuburan.
Ligasi arteri ovarii
Mudah dilakukan tapi kurang sebanding dengan hasil yang diberikan
Ligasi arteri iliaca interna
Efektif mengurangi perdarahan yany bersumber dari semua traktus genetalia dengan
mengurangi tekanan darah dan circulasi darah sekitar pelvis. Apabila tidak berhasil
menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah histerektomi.
 Histerektomi
Merupakan tindakan curative dalam menghentikan perdarahan yang berasal dari uterus.
Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus ini walaupun subtotal histerektomi
lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan subtotal histerektomi tidak begitu efektif
menghentikan perdarahan apabila berasal dari segmen bawah rahim, servix,fornix vagina
Referensi pemberian uterotonica :
1. Pitocin
a. Onset in 3 to 5 minutes
b. Intramuscular : 10-20 units
c. Intravenous : 40 units/liter at 250 cc/

2. Ergotamine ( Methergine )
a. Dosing : 0.2 mg IM or PO every 6-8
b. Onset in 2 to 5 minutes
c. Kontraindikasi
 Hypertensi
 Pregnancy Induced hypertntion
 hypersensitivity

3. Prostaglandin ( Hemabate )
a. Dosis : 0.25 mg Intramuscular or intra – myometrium
b. Onset < 5 minutes
c. Administer every 15 minutes to maximum of 2 mg
4. Misoprostol 600 mcg PO or PR
2.2 Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Terhadap Perdarahan Postpartum
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah
haemoglobin dalam darah. Berkurangnya jumlah haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen
yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-
organ vital.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan
nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
1.Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.
2.Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel
tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada
bayi yang dilahirkan.
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan maka
akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu dengan anemia, saat postpartum akan
mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang.
Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi
dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan banyak.
BAB 111

2.3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
( Notoatmodjo,2005)

Untuk mengetahui gambaran pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap pendarahan


post partum di RSUD ACEH TAMIANG ,maka disusun kerangkan konsep sebagai berikut :

Variabel independen variabel dependen

Anemia dalam Pendarahan post


kehamilan partum

Kurangnya
Pengetahuan
tentang Anemia

2.4 VARIABLE PENELITIAN

Variable merupakan bagian penelitian dengan cara menentukan variabel variabel yang ada
dalam penelitian seperti variabel independen,dependen .
1.Variable l independen (variabel bebas )

Variable independen ini merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variable dependen ( terikat ).Variable ini juga dikenal dengan nama variable bebas artinya bebas
dalam mempengaruhi variable ,variable ini mempunyai nama lain seperti variable
predictor,risiko,atau kausal.

2.Variable dependen ( variable terikat )

Variable dependen ini merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variable bebas .variable ini terngantung dari variable bebas terhadap perubahan.

2.5 HIPOTESA DALAM PENELITIAN


1.Definisi hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian
( Nursalam ,2003:55 )

2.Hipotesa merupakan tiap pertanyaan tentang suatu hal yang bersiafat sementara yang
belum dibuktikan kebenarannya secara empiris (Nasution ,2003 :39 )

MACAM – MACAM HIPOTESA


Menurut Yatim Riyanto,( 2001 : 17 ),macam – macam hipotesa adalah ;
(1).Hipotesa dilihat dari kategori rumusan nya dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1.Hipotesis nihil ( Ho )
Hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variable
dengan variable lain.

2.Variable alternatif ( Ha)


Hipotesa yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variable dengan v
ariable lain.

2.6 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik


yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
dengan menggunakan parameter yang jelas ( A.AZIZ ALIMUL H.2007 )
Identivikasi Variable dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Hasil/kriteria Skala
1. Independen Anemia dalam kehamilan 1. Mengalami nominal
Anemia dalam adalah kondisi ibu anemia
kehamilan dengan kadar 2. Tidak
haemoglobin di bawah mengalami
11 gr% pada kehamilan anemia
trimester III berdsarkan
data yang diperoleh dari
rekam medik 150 ibu
hamil dengan diagnosa
anemia dalam kehamilan
dalam waktu 1 bulan di
RSUD ACEH
TAMIANG .
2. Dependen Perdarahan pasca 1. mengalami nominal
Perdarahan persalinan didefinisikan perdarahan
postpartum sebagai kehilangan 500 postpartum
ml atau lebih darah 2. tidak mengalami
setelah persalinan perdarahan post
pervaginam atau 1000 ml
atau lebih setelah seksio
sesaria berdsarkan data
yang diperoleh dari
rekam medik 150 ibu
bersalin dengan
perdarahan postpartum
dalam waktu 1 bulan di
RSUD ACEH
TAMIANG .

BAB IV
METODE PENELITIAN

3.1JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian diarahkan untuk
menggambarkan suatu keadaan di dalam suatu komunitas (Notoadmodjo ,2010),bertujuan untuk
mengetahui pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap pendarahan post partum.

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan di RSUD ACEH TAMIANG yang dilaksanakan pada bulan juni-juli
tahun 2018

3.3 Populasi
Menurut machfoed ( 2019 ),populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian
yang diteliti .populasi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil di RSUD ACEH TAMIANG pada
bulan juni-juli tahun 2018 dengan jumlah populasi : 300 ibu hamil

3.4 Sampel dan Sampling


Dari 300 ibu hamil, diambil 150 ibu hamil di RSUD ACEH TAMIANG pada bulan juni-
juli 2018
Tehnik sampling yang digunakan adalah propability sampling dengan menggunakan
simple random sampling.

3.5 Cara pengumpulan data


1.Data primer
Data yang diperoleh langsung dengan menyebarkan kuesioner dan diisi oleh seluruh
responden yang berada diruang kebidanan RSUD ACEH TAMIANG
2.Data sekunder
Data yang diperoleh langsung dari RSUD ACEH TAMIANG ,referensi dan perpusatakaan.

3.6 Rencana pengolahan data


3.6.1.pengolahan data
Menurut Budiarto ( 2003 ) dan Arikunto (2006 ) data yang telah terkumpul dari sejumlah
kuisioner yang telah disebarkan kepada responden ,kemudian diolah secara manual dengan cara :
a.Editing
peneliti melakukan pengecekan kembali pada kuesioner yang telah diisi apakah jawaban
yang ada dikuesioner sudah lengkap,jelas,relevan,dan konsisten.
b.Coding
peneliti melakukan proses pengkodean dengan cara mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka.
c.Processing
setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar ,serta sudah melewati pengkodean ,maka
penelitian melakukan pengolahan dengan memproses data agar data yang sudah di – entry dapat
dianalisis.
d.Cleaning
peneliti melakukan pembersihan data dengan cara mengecek kembali data yang sudah di-
entry apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6 ANALISIS DATA


Hasil penelitian dari analisa secara deskritif berdasarkan tabel distribusi frekuensi dengan
rumus (Mahfoedz,2009 )
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, 2007. Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Essential. Edisi 3. Jakarta:


Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, edisi Ketiga cetakan Kelima,Yayaan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999

Anda mungkin juga menyukai