POSTPARTUM
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : MASYITAH R
NIM : PO 03202160 54
D-III KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat serta
InayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian
Harapan kami semua semoga proposal penelitian ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
proposal penelitian ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Proposal penelitian ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
baru sedikit. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan proposal penelitian ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb ) dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat
besi, kekurangan asam folat , infeksi dan kelainan darah (Atikah, 2007).
Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan post partum dimana
kita ketahui bahwa perdarahan post partum merupakan penyebab kematian pada ibu. Istilah
perdarahan post partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml.
Perdarahan post partum sendiri terbagi menjadi:
perdarahan post partum primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan perdarahan
post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang terjadi setelah 24 jam pertama
(Nugroho, 2008)
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi
ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di
negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen
(36% atau sebesar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, dan menyebabkan terjadinya perdarahan sebesar
25%, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau sebesar 100 juta orang) dari
perkiraan populasi 1200 juta orang. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama
saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, Kekurangan Hb
dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak.
Ibu hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinan akan mengalami perdarahan
postpartum
(Manuaba, 2007).
Frekuensi perdarahan post partum 5-15% dari seluruh persalinan, penyebab atonia uteri
memiliki angka presentasi paling tinggi dari yang lainnya 50-60%, retensio plasenta 16-17% ,
sisa plasenta 23-24 %, laserasi jalan lahir 4-5%, dan kelainan pembekuan darah 0,5-0.6
(Nugroho, 2010).
Untuk mengatasi kejadian anemia pada ibu hamil diperlukan suatu upaya pencegahan yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan memberi suplementasi Fe, yang mana
biasanya diberikan secara rutin pada wanita hamil untuk mencegah penipisan simpanan besi
tubuh untuk mencegah anemia (Proverawati,2011).
Dan juga dapat pula dengan cara pemenuhan nutrisi atau gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil,
seperti halnya makanan yang mengandung vitamin, B6, B12, asam folat, Fe dan mineral
(Sholihah, 2005).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : apakah ada pengaruh anemia pada kehamilan terhadap perdarahan
postpartum ?
C. Tujuan
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara anemia pada kehamilan terhadap perdarahan
postpartum.
Tujuan Khusus
Mengetahui variasi kadar Hb pada ibu hamil
Mengetahui jumlah ibu bhamil dengan anemia
Mengetahui jumlah kasus perdarahan post partum
Membuktikan adanya pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap perdarahan
postpartum
D. Manfaat
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester II. Nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama
pada trimester II.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19% . Bertambahnya darah dalam kehamilan
sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara
32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja
jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut:
Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang,
sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia
defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
melakukan pemeriksaan kadar Hb.
3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan
sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan
288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil.
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folat 15 – 30 mg per hari
b. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
c. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah
darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.
4.Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila
ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia
hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak memberi hasil. Tranfusi
darah, kadang dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari
bahaya hipoksia janin.
.
4. Penanganan anemia dalam kehamilan menurut tingkat pelayanan
Polindes :
Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium
Memberikan terapi oral : tablet besi 90 mg/hari.
Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.
Puskesmas :
Membuat dignosis dan terapi. Xx
Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan penanganannya
.
Rumah Sakit :
Membuat diagnosis dan terapi.
Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata pembawa
sifat, perlu tes pada suami untuk menentukan risiko pada bayi
2.perdarahan postpartum
1.Definisi
Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah
setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria.
a. Insiden
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8 %.
Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan pada
kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah
yang hilang setelah persalinan.
b. Peningkatan angka kematian di Negara berkembang
Di negara kurang berkembang merupakan penyebab utama dari kematian maternal
hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya layanan transfusi,
kurangnya layanan operasi.
3. Etiologi
2. Tissue
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
c. Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus
atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali,
tidak terjadi pendarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta .
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus
desidva sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III.
Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25
% dari kasus perdarahan postpartum. Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang
echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika
perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada latepostpartum hemorraghe. Apabila
didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan dilatasi dan curettage.
3. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir
a. Ruptur uterus
b. Inversi uterus
c. Perlukaan jalan lahir
d. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan
dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut section scar
sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi
karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi
kehamilan dengan vacuum atau forcep, walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang
persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan
hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan
terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat
menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika
episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan
antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik
akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau
vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III
atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada korpus uteri
yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus.
Pada penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada
tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat
menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat
menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 – 70 % ). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
3. Thrombin : Kelainan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
Hipofibrinogenemia
Trombocitopeni
Idiopathic thrombocytopenic purpura
HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count )
Disseminated Intravaskuler Coagulation,
Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena
darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah
rusak.
Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan
bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter
intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien
dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi.Sangat dianjurkan pada pasien
dengan resiko perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat
persalinan.
Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur
sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau
terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa
mengganggu kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan
postpartum.
Kala tiga dan Kala empat
Uterotonica dapat diberikan segera sesudah bahu depan dilahirkan. Study memperlihatkan
penurunan insiden perdarahan postpartum pada pasien yang mendapat oxytocin setelah bahu
depan dilahirkan, tidak didapatkan peningkatan insiden terjadinya retensio plasenta. Hanya
saja lebih baik berhati-hati pada pasien dengan kecurigaan hamil kembar apabila tidak ada
USG untuk memastikan. Pemberian oxytocin selama kala tiga terbukti mengurangi volume
darah yang hilang dan kejadian perdarahan postpartum sebesar 40%.
Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam 5 menit setelah bayi lahir.
Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak ada untungnya justru dapat menyebabkan
kerugian. Pelepasan plasenta akan terjadi ketika uterus mulai mengecil dan mengeras, tampak
aliran darah yang keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat menonjol ke abdomen, dan
tali plasenta terlihat bergerak keluar dari vagina. Selanjutnya plasenta dapat dikeluarkan
dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati.Segera sesudah lahir plasenta diperiksa
apakah lengkap atau tidak. Untuk “ manual plasenta “ ada perbedaan pendapat waktu
dilakukannya manual plasenta. Apabila sekarang didapatkan perdarahan adalah tidak ada alas
an untuk menunggu pelepasan plasenta secara spontan dan manual plasenta harus dilakukan
tanpa ditunda lagi. Jika tidak didapatkan perdarahan, banyak yang menganjurkan dilakukan
manual plasenta 30 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta kesan
tidak lengkap, uterus terus di eksplorasi untuk mencari bagian-bagian kecil dari sisa plasenta.
Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan lahir yang dapat
menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup. Luka trauma ataupun episiotomi
segera dijahit sesudah didapatkan uterus yang mengeras dan berkontraksi dengan baik.
2. Ergotamine ( Methergine )
a. Dosing : 0.2 mg IM or PO every 6-8
b. Onset in 2 to 5 minutes
c. Kontraindikasi
Hypertensi
Pregnancy Induced hypertntion
hypersensitivity
3. Prostaglandin ( Hemabate )
a. Dosis : 0.25 mg Intramuscular or intra – myometrium
b. Onset < 5 minutes
c. Administer every 15 minutes to maximum of 2 mg
4. Misoprostol 600 mcg PO or PR
2.2 Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Terhadap Perdarahan Postpartum
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah
haemoglobin dalam darah. Berkurangnya jumlah haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen
yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-
organ vital.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan
nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
1.Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.
2.Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel
tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada
bayi yang dilahirkan.
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan maka
akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu dengan anemia, saat postpartum akan
mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang.
Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi
dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan banyak.
BAB 111
Kurangnya
Pengetahuan
tentang Anemia
Variable merupakan bagian penelitian dengan cara menentukan variabel variabel yang ada
dalam penelitian seperti variabel independen,dependen .
1.Variable l independen (variabel bebas )
Variable independen ini merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variable dependen ( terikat ).Variable ini juga dikenal dengan nama variable bebas artinya bebas
dalam mempengaruhi variable ,variable ini mempunyai nama lain seperti variable
predictor,risiko,atau kausal.
Variable dependen ini merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variable bebas .variable ini terngantung dari variable bebas terhadap perubahan.
2.Hipotesa merupakan tiap pertanyaan tentang suatu hal yang bersiafat sementara yang
belum dibuktikan kebenarannya secara empiris (Nasution ,2003 :39 )
BAB IV
METODE PENELITIAN
3.1JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian diarahkan untuk
menggambarkan suatu keadaan di dalam suatu komunitas (Notoadmodjo ,2010),bertujuan untuk
mengetahui pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap pendarahan post partum.
3.3 Populasi
Menurut machfoed ( 2019 ),populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian
yang diteliti .populasi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil di RSUD ACEH TAMIANG pada
bulan juni-juli tahun 2018 dengan jumlah populasi : 300 ibu hamil
Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, edisi Ketiga cetakan Kelima,Yayaan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999