Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER

KU4078: STUDIUM GENERALE

Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme

Pembicara : Komjend Pol. Drs. Alius Suhardi, M.H.

(Kepala BNPT)

Dosen Pengampu : Dr. Umar Khayam, S.T., M.T.

Nama : Ichsan Afriansyah

Prodi / NIM : Teknik Geologi / 12014077

Kelas :1

MATA KULIAH DASAR DAN UMUM (MKDU)


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
ABSTRAK
Penggemaan rasa cinta terhadap bangsa, negara, dan ideologi, sangat dibutuhkan oleh suatu
bangsa untuk mengikat masyarakatnya agar bisa hidup bersama dalam kedamaian. Pancasila
sudah ditetapkan sebagai ideologi bangsa Indonesia, maka ideologi ini wajib dipatuhi dan
diikuti. Ideologi Pancasila dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika mengedepankan masyarakat
yang hidup secara toleran, damai, dan stabil.
Akhir-akhir ini, gerakan teroris dan paham radikalismenya makin meresahkan masyarakat,
dengan mengincar generasi muda dan terdidik sebagai targetnya, termasuk mahasiswa di
berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini diprakarsai oleh mudahnya arus komunikasi
melalui sosial media pada era globalisasi ini, dimana rekrutmen dan baiat teroris tidak lagi
dilakukan secara tatap muka, namun juga secara daring, melalui berbagai arus komunikasi
yang ada.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam tugas pokoknya berperan besar
dalam penanggulangan terorisme dan deradikalisasi di Indonesia dan koordinasi dengan
berbagai instansi terkait, termasuk diantaranya adalah mahasiswa. Dalam resonansi
kebangsaan, mahasiswa dituntut untuk memiliki sense of crisis dan naluri kebangsaan, agar
dapat turut berperan dalam pencegahan dan penanggulangan radikalisme.
Kata kunci: Radikalisme, Deradikalisasi, Resonansi Kebangsaan, Mahasiswa dan Generasi
Muda

ABSTRACT

Resonance of the love of the nation, state, and ideology, is needed by a nation to bind its
people to live together in peace. Pancasila has been defined as the ideology of the Indonesian
nation, that must be obeyed and followed. The ideology of Pancasila with the principle of
Bhinneka Tunggal Ika promotes tolerant, peaceful, and stable people.
Lately, the terrorist movement and its radicalism have become more and more disturbing for
the public, targeting the young and educated, including students at various universities in
Indonesia. This is prompted by the easy flow of communication through social media in this
era of globalization, where recruitment and terrorist’s baiat is no longer done face-to-face,
but also online, through various communications streams.
The National Counter-Terrorism Agency (BNPT) in its main duty plays a major role in
countering terrorism and deradicalization in Indonesia and coordinates with various related
institutions, including students. In national resonance, students are required to have a sense of
crisis and nationality instincts, in order to play a role in the prevention and mitigation of
radicalism.
Keywords: Radicalism, Deradicalization, National Resonance, Students and Youth
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terorisme dan radikalisme, merupakan masalah yang kerap terjadi di berbagai


negara, baik yang berkembang, maupun yang sudah maju. Indonesia, sebagai salah
satu negara berkembang dengan populasi muslim terbanyak di dunia sayangnya juga
terpapar dengan ideologi dan aksi terkutuk tersebut. Parahnya lagi, para pelaku dan
jaringannya melakukan tindakan teror tersebut untuk menciptakan revolusi dan
perubahan terhadap dasar dan ideologi kita bersama, yakni Pancasila, yang mereka
anggap sebagai berhala atau thaghut.

Di era globalisasi ini, lintas batas antar tempat tampak tidak terlihat, serta
media dan alur komunikasi melaju secara bebasnya. Generasi milenial, yang
merupakan pemuda-pemudi Indonesia, adalah yang paling rentan terkena dampak
globalisasi. Dampak negatif dari globalisasi ini diantaranya adalah terkikisnya
pemahaman dan kecintaan terhadap ideologi kebangsaan (Pancasila), yang dapat juga
diikuti dengan radikalisasi dan aksi terorisme. Terlebih, adanya paradigm shifting dari
jaringan-jaringan teroris yang meninggalkan perekrutan secara konvensional, menjadi
perekrutan secara daring (online) melalui media sosial seperti Facebook, Telegram,
Youtube, dan situs-situs lainnya.

Melalui PP No. 46 tahun 2010 dan PP No. 12 tahun 2012, Pemerintah


memang telah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang
memiliki beberapa tugas pokok dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme.
Namun, pencegahan radikalisasi dan terorisme tersebut bukan hanya tugas pemerintah
– dalam ini BNPT, namun juga merupakan tanggungjawab seluruh rakyat Indonesia,
termasuk mahasiswa sebagai generasi pemuda. Sense of crisis dan naluri kebangsaan
sangatlah diperlukan para pemuda Indonesia untuk membangkitkan resonansi
kebangsaan, dalam memerangi radikalisasi dan penyebaran ajaran teror, yang
menargetkan para pemuda dan kaum terdidik. Harapannya, pemuda dan mahasiswa
bukan hanya terhindar dari radikalisasi dan aksi terorisme, namun juga menjadi garda
terdepan dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran paham-paham
menyimpang dan subversif tersebut.
1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan makalah ini, terdapat rumusan masalah


sebagai berikut

a) Bagaimana peranan mahasiswa (dan generasi muda pada umumnya) dalam


resonansi kebangsaan?
b) Bagaimana peranan mahasiswa (dan generasi muda pada umumnya) dalam
pencegahan radikalisme?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut

a) Merumuskan peranan mahasiswa (dan generasi muda pada umumnya) yang tepat
dalam resonansi kebangsaan
b) Merumuskan peranan mahasiswa (dan generasi muda pada umumnya) yang tepat
dalam pencegahan radikalisme

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini dibagi kedalam 4 bab yaitu pendahuluan, metodologi,


pembahasan (yang temasuk diantaranya: data, analisis, dan rekomendasi/saran) serta
kesimpulan.
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alur Penulisan Makalah

Alur yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Latar belakang
Membahas selayang pandang mengenai permasalahan radikalisme ini dalam
kaitannya dengan resonansi kebangsaan.

2) Perumusan masalah
Merumuskan masalah yang berkaitan dengan radikalisasi dan resonansi
kebangsaan, dalam kaitannya terhadap peran dari mahasiswa, dan seluruh generasi
muda pada umumnya.

3) Pengumpulan dan pengolahan data


Mengumpulkan data-data sekunder yang relevan. Data tersebut diperoleh dari
situs-situs resmi dan terpercaya di internet, baik itu berupa berita, jurnal, maupun
laman website dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Data-
data tersebut digunakan sebagai acuan studi literatur dalam menganalisis
permasalahan radikalisme yang terjadi, dalam kaitannya dengan resonansi
kebangsaan.

4) Rekomendasi dan saran


Berupa hal-hal yang tepat untuk dilakukan mahasiswa, dan generasi muda pada
umumnya, berdasar dari hasil studi literatur dan analisis yang telah dilakukan
sebelumnya. Harapannya, rekomendasi dan saran tersebut dapat dilaksanakan dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa, pelajar, dan generasi
muda Indonesia agar terhindar dari marabahaya radikalisasi dan aksi terorisme.
Lebih besar lagi, mahasiswa dan pemuda dapat menjadi benteng rakyat dalam
mencegah dan menanggulangi akar permasalahan dari radikalisasi dan aksi-aksi
terorisme yang merebak di Indonesia.
2.2. Metodologi Penelitian

A. Metodologi Pengumpulan Data

Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data-data, berupa data


sekunder, informasi, dan teori-teori relevan yang dapat mendukung penulisan
makalah ini. Perlu ditekankan bahwa data yang didapat bersifat sekunder dan
diperoleh dari sumber-sumber berupa berita, jurnal, laman website dari Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) atau penelitian lain yang sudah ada
dan masih berhubungan dengan topik makalah ini.

B. Metodologi Pengolahan Data

Pada makalah ini, pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif


analitis, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu obyek
penelitian yang diteliti berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan serta
membuat kesimpulan dan saran serta rekomendasi yang berlaku secara umum,
untuk dapat diterapkan di kalangan mahasiswa/pelajar/generasi muda Indonesia.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Resonansi Kebangsaan dan Mahasiswa

Resonansi kebangsaan adalah suatu konsep yang mengusung penggemaan dan


perkuatan kembali dari idealisme nasional bangsa Indonesia, yang bersumber kepada
Pancasila dan UUD 1945. Resonansi kebangsaan pada jiwa masyarakat dianggap
sangat penting ditengah derasnya arus informasi dan pergaulan antar negara dan
identitas pada era globalisasi yang berlangsung sekarang ini.

Konsep ini menitikberatkan pada penguatan semangat nasionalisme dari


lunturnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat, terutama generasi muda, yang
merupakan generasi milenial yang paling aktif terpapar derasnya arus globalisasi. Di
era globalisasi ini, semua ide-ide dapat masuk dan merasuk kedalam jiwa pemuda
secara bebas. Sayangnya, tidak semua ide-ide tersebut sesuai dengan karakteristik
bangsa Indonesia yang toleran dan cinta damai. Dampak dari merebaknya Arab
Spring dan Perang terhadap Terorisme (War on Terror) yang terjadi secara global,
membuat Indonesia, dan generasi muda terdidik pada khususnya, menjadi target
operasi empuk bagi berkembangnya kelompok-kelompok dan jaringan radikal yang
melakukan aksi terorisme atas nama Tuhan dan agama Islam, yang lebih dikenal
dengan ekstrimisme Islam (Islamic extremism).

Dari sudut pandang keamanan dan stabilitas nasional, tentunya konsep


resonansi kebangsaan ini dapat menjadi titik terang bagi pencegahan dan
penanggulangan radikalisme yang banyak menyasar kalangan muda dan kalangan
terdidik di negeri ini. Mahasiswa, pelajar, dan generasi muda dapat berperan dalam
resonansi kebangsaan dengan melakukan hal berikut:
- Memiliki dan mempertajam sense of crisis. Mahasiswa dan generasi muda harus
memiliki kesadaran mengenai permasalahan yang ada disekitarnya, dan dapat
mengidentifikasi mana langkah yang baik maupun yang buruk untuk diambil.
- Memperkuat naluri kebangsaan. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam
latar belakang, dimana perbedaan pendapat acapkali terjadi. Disinilah, naluri
kebangsaan berfungsi sebagai perekat menuju masyarakat yang hidup dalam
toleransi dan kebhinekaan.
3.2. Pencegahan Radikalisme dan Mahasiswa

Salah satu dampak dari era globalisasi adalah perubahan terhadap nilai-nilai
bangsa Indonesia yang bersumber dari ideologi Pancasila, terutama toleransi dan
kebhinekaan. Patut juga menjadi perhatian, bahwa adanya paradigm shifting dari
jaringan terorisme di Indonesia, yang menularkan ajaran radikalnya dan melakukan
rekrutmen secara daring, diantaranya media sosial dan website yang mereka miliki,
sehingga generasi muda dan terdidik adalah sasaran empuknya. Pada era sebelumnya,
jaringan teroris hanya melakukan rekrutmen secara konvensional, yakni melalui
rumah-rumah ibadah, lembaga pendidikan, dan kelompok-kelompok pertemanan.

Ironisnya, berdasarkan fakta dari aksi terorisme yang terjadi di Indonesia,


hampir seluruh pelaku berasal dari kalangan muda dan terdidik. Hasil survei dari
Wahid Foundation pada 2016 lebih memprihatinkan lagi. Dari 1.520 umat Islam
Indonesia yang menjadi responden, 72 persen menolak untuk berbuat radikal – seperti
melakukan penyerangan terhadap tempat peribadatan agama lain, 7,7 persen bersedia
melakukan tindakan radikal bila ada kesempatan, dan sebanyak 0,4 persen justru
pernah melakukan tindakan radikal. Jika persentase tersebut dikalkulasikan pada 150
juta umat Islam di Indonesia, angka 7,7 dan 0,4 persen itu setara dengan 12,1 juta
jiwa; jumlah yang sangat mengkhawatirkan dalam radikalisasi di Indonesia.

Oleh karena itu, pencegahan radikalisme dan terorisme bukan hanya


merupakan tanggungjawab pemerintah – dalam hal ini BNPT, namun juga merupakan
tanggungjawab masyarakat, terutama mahasiswa dan generasi muda yang paling
rawan terpapar ideologi ini. Mahasiswa dapat berperan konkrit dalam pencegahan
radikalisme dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:
- Memperkuat moral (akhlak) dan profesionalisme. Pemuda dapat terpapar oleh
radikalisme dan pemikiran sempit akibat minimnya pemahaman agama, yang
diperparah dengan minimnya keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki.
- Melaporkan kegiatan radikalisasi kepada pihak berwenang. Hal ini merupakan hal
pertama yang dapat dilakukan bagi generasi muda yang merupakan target utama
radikalisasi, agar tindakan tersebut dapat langsung dicegah sebelum berkembang.
- Menyaring dan memastikan kebenaran dari segala informasi yang didapatkan.
Propaganda radikalisasi yang dilakukan dapat dibedakan dengan ciri-ciri berupa
ujaran kebencian maupun hoax yang masif, terstruktur, dan sistematis.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan studi literatur, data-data sekunder yang dikumpulkan, dan analisis yang
telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Resonansi Kebangsaan merupakan salah satu konsep yang dinilai efektif dalam mencegah
dan menanggulangi akar permasalahan dari radikalisme dan terorisme yang marak terjadi.
2. Peran dan tindakan yang tepat dari mahasiswa, pelajar, dan generasi muda dalam
Resonansi Kebangsaan adalah sebagai berikut:
▪ Memiliki dan mempertajam sense of crisis.
▪ Memperkuat naluri kebangsaan.
3. Peran dan tindakan yang tepat dari mahasiswa, pelajar, dan generasi muda dalam
pencegahan radikalisme adalah sebagai berikut:
▪ Memperkuat moral (akhlak) dan profesionalisme.
▪ Melaporkan segala bentuk kegiatan radikalisasi kepada pihak berwenang.
▪ Menyaring dan memastikan kebenaran dari segala informasi yang didapatkan.

REFERENSI

Resume Kuliah KU4078: Studium Generale tanggal 8 November 2017, sesuai topik makalah.
Admin BNPT. 2017. Resonansi Bangsa Bentengi Negara dari Terorisme. Online. Tersedia
pada link: http://www.bnpt.go.id/, diakses pada 18 Desember 2017.
Admin unpad.ac.id. 2016. Kuliah Umum “Resonansi Kebangsaan dan Mencegah
Radikalisme di Lingkungan Muda/Pelajar/Mahasiswa”. Online. Tersedia pada link:
http://fisip.unpad.ac.id/, diakses pada 18 Desember 2017.
Bizina, Margarita dan Gray, David H. 2014. Radicalization of Youth as a Growing Concern
for Counter-Terrorism Policy. Global Security Studies, Winter 2014, Volume 5,
Issue 1. Online. Tersedia pada link: https://pdfs.semanticscholar.org/, diakses pada
18 Desember 2017.
Counter Extremism Project. 2017. Indonesia: Extremism & Counter-Extremism. Online.
Tersedia pada link: https://www.counterextremism.com/, diakses pada 18 Desember
2017.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai