Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah cair
dan limbah padat, tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran yang lebih
berbahaya dibandingkan limbah padatnya. Limbah cair industri tahu mengandung
kadar senyawa organik yang cukup tinggi, tanpa proses penanganan yang tepat,
limbah tahu dapat menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber
penyakit, bau tidak sedap dan meningkatkan pertumbuhan nyamuk (Christina
Desiana dkk, 2013). Salah satu kandungan senyawa organik yang terdapat pada
limbah tahu adalah amonia. Nitrogen yang terdapat pada amonia dapat
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Apabila kandungan nitrogen
dengan konsentrasi tinggi didalam air akan menyebabkan kematian biota dalam
air, dan senyawa nitrogen juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia
apabila terkontaminasi. Senyawa nitrogen menimbulkan efek toksik apabila
senyawa tersebut dalam da;am bentuk nitrit. Efek toksik dari nitrit dapat
menyebabkan methemoglobin yang merupakan penghambatan terhadap
pengangkutan oksigen didalam aliran darah. Jika jumlah hemoglobin lebih dari
15% dari total hemoglobin maka akan menyebabkan sianosis, dimana sianosis
adalah suatu keadaan dimana seluruh jaringan manusia kekurangan oksigen
(Irmanto and Suyata, 2009).
Berdasarkan (Faisal et al., 2015) karakteristik limbah tahu yang tedapat di
desa Lampaseh, Banda Aceh didapat Kandungan BOD (Biological Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan amonia secara berturut-turut
adalah 3.575,5 mg/L, 6.500 mg/L dan 36,1 mg/L . Sedangkan berdasarkan
Kepmen LH. No. 15 tahun 2008 menyebutkan bahwa kadar maksimum BOD,
COD dan amonia secara berturut-turut adalah 150 mg/L, 300 mg/L dan 23,3-23,5
mg/L. Dapat dilihat denga jelas bahwa kandungan limbah cair tahu di Punge
sangat jauh dari standar yang telah ditetatapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu

1
2

perlu teknologi untuk mengolah limbah cair tahu tersebut salah satunya ialah
adsorpsi.
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan yang terjadi ketika suatu
fluida (cairan atau gas) terikat oleh suatu padatan dan membentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan tersebut (Syauqiah, Amalia and Kartini, 2011).
Kelebihan adsorpsi dibandingkan dengan proses lainnya ialah biaya yang
dibutuhkan cukup murah, pengerjaanya yang mudah,relatif aman dari kontaminasi
zat-zat kimia serta tidak memberikan dampak bagi lingkungan (Lesbani, Yusuf
and Yeni Iswanti, 2013).
Pada penelitian ini kami menggunakan sorben dari tanah diatomeae yang
dikombinasikan dengan sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan limbah hasil
pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Sabut kelapa
mengandung lignin, selulosa serta strukturnya yang berpori dan melalui
pembakaran yang terkontrol sabut kelapa dapat diubah menjadi abu yang
merupakan sumber silika dalam bentuk amorf sehingga cocok digunakan sebagai
sorben. Tanah Diatomeae merupakan tanah yang berasal dari proses sedimentasi
yang terdiri dari fosil-fosil plankton yang terdapat pada samudera dan laut. Tanah
diatomeae memiliki kandungan silika yang tinggi, berpori serta densitas dan
koefisien konduktivitas yang rendah (Nasir et al., 2016). Keunggulan tanah
diatomeae sebagai sorben ialah memiliki daya serap yang tinggi, mudah
diperoleh, dapat diperbarui dan harganya murah (Rahmah, Ramlawati and Side,
2011).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Maradang, Mirzan and
Prismawiryanti, 2014) dengan menggunakan sorben tanah lempung yang
teraktivasi dapat menurunkan kadar kadar amonia, nitrat dan nitrit dalam limbah
tahu sebesar 47.52%, 54.00% dan 58.89%. Pada penelitian (Sarengat, Setyorini
and Prayitno, 2015) menggunakan kombinasi sorben sabut kelapa, zeolit, arang
kayu dan sekam bakar mempunyai kemampuan mengadsorpsi amonia pada
limbah tahu sebesar 59,68 – 74,15 % pada sistem IPAL. Penelitian (Mariana and
Oobuchi, 2004) menggunakan kombinasi sorben tanah diatomeae dengan
Ca(OH)2 dapat menurunkan kadar HCl sebesar 65%.
3

Pada penelitian ini kami akan menggunakan tanah diatomeae yang


dikombinasikan dengan sabut kelapa sebagai sorben untuk menurunkan kadar
nitrat dan nitrit yang terdapat pada limbah tahu.

1.2 Rumusan Masalah


Limbah tahu merupakan salah satu penyebab pencemaran terhadap perairan
terutama pada kandungan amoniaknya. Kandungan amoniak tersebut dapat
menyebabkan kematian biota perairan serta dapat mengganggu kesehatan
masyarakat.
Pengolahan limbah tahu telah banyak dilakukan dengan berbagai macam
metode seperti menggunakan teknologi membran dan adsorpsi dengan berbagai
sorben. Penggunaan sorben yang tepat akan memberikan hasil penyerapan yang
optimal. Salah satu jenis sorben yang memiliki potensi yang bagus adalah tanah
diatomeae. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanah diatomeae memiliki
kemampuan adsorpsi yang cukup baik terhadap berbagai limbah cair, namun
untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya perlu terus dilakukan penelitian-
penelitian lanjutan, seperti mengkombinasikan tanah diatomeae dengan jenis
sorben lainnya, seperti sabut kelapa.
Oleh karena itu perlu untuk mengetahui perbandingan yang tepat kombinasi
antara tanah diatomeae dengan sabut kelapa agar diperoleh nilai adsorpsi yang
optimal terhadap penurunan amonia, yang terdapat dalam limbah cair tahu.

1.3 Tujuan Penelitian


 Untuk mempelajari variable proses (konsentrasi amoniak, berat sorben,
kombinasi sorben dan waktu pengambilan).
 Untuk melihat karakterisasi sorben
 Untuk mengetahui kinetika adsorpsi
4

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui potensi tanah diatomeae
dan sabut kelapa dalam menyisihkan limbah cair tahu dan berbagi informasi
teknologi sederhana yang tepat dalam mengolah limbah cair tahu secara alamiah
sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai