Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Kelautan XI

” Penguatan Riset dan Teknologi dalam Rangka Meningkatkan Pengelolaan Sumberdaya Laut dan Pesisir”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 2 Juni 2016

“PERAN MANAJER RUMAH TANGGA” SEBAGAI STRATEGI


DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR
DI KABUPATEN SITUBONDO

Setya Prihatiningtyas

Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstrak: Pelaksanaan otonomi daerah bagi Pemerintah Kota/Kabupaten yang


diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah akan
dihadapkan pada berbagai tantangan. Tantangan tersebut ialah bagaimana suatu
daerah dapat mengelola sumber daya manusia sebagai salah satu sumber
kekuatan keberhasilan otonomi daerah. Melalui UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Pemerintah menunjukkan political will untuk melaksanakan
otonomi daerah yang desentralisasi, agar daerah lebih mampu mengembangkan
inisiatif dan kreativitas daerah dan sumber dayanya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta
meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat seharusnya mampu berperan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, terutama dalam pembentukan dan perubahan perilaku masyarakat
untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas, termasuk masyarakat pesisir
yang merefleksikan kehidupan nelayan. Arah pengembangan perikanan ke depan
adalah agrobisnis, yaitu mengembangkan agroindustri atau industri yang mengolah
hasil perikanan dan jasa-jasa yang menunjangnya, karena di Indonesia bahan
baku untuk industri tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan dan
penguasaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis, atau penekanan
masalah dalam peningkatan sumber daya manusia (termasuk bagi para nelayan
kecil). Dengan memperhatikan arah tantangan perikanan yang seharusnya
dikembangkan ke arah agrobisnis, maka perlu ditekankan bahwa sasaran strategis
pemberdayaan masyarakat bukanlah hanya pada peningkatan pendapatan semata,
melainkan juga sebagai upaya untuk membangun basis-basis ekonomi yang
bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumber daya lokal yang handal. Oleh
karenanya penguatan peran serta masyarakat nelayan kecil sebagai pelaku
pembangunan harus didorong seluas-luasnya melalui program pendampingan yang
mengarah kepada kemandirian, sehingga pada akhirnya dapat membebaskan
mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan menuju kehidupan yang lebih baik.

Kata Kunci: masyarakat pesisir, program pemberdayaan ekonomi masyarakat


pesisir (PEMP)

LATAR BELAKANG

Kabupaten Situbondo membentang di pantai utara Jawa Timur sepanjang kurang


lebih 168 km, mempunyai potensi sumber daya alam yang cocok untuk pengembangan
sektor kelautan dan perikanan. Kabupaten Situbondo, khususnya pembangunan
ekonomi sebaiknya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang berbasis pada
sektor kelautan dan perikanan.
Besarnya potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki, sudah selayaknya
dikembangkan agar dapat mendukung pembangunan secara nasional khususnya dalam

Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga” A-133


Seminar Nasional Kelautan XI
” Penguatan Riset dan Teknologi dalam Rangka Meningkatkan Pengelolaan Sumberdaya Laut dan Pesisir”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 2 Juni 2016

upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir. Berdasarkan pada


potensi sumber daya yang ada, maka pembangunan kelautan dan perikanan di
Kabupaten Situbondo mengusahakan potensi kelautan dan perikanan menjadi berbagai
kegiatan yang perlu dipacu melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup dalam upaya Pembangunan Nasional dan Pembangunan Kabupaten Situbondo.
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir adalah wilayah transisi, yang menandai tempat perpindahan antara
wilayah daratan dan laut atau sebaliknya (Dahuri dalam bukunya Kusnadi, 2006). Di
wilayah ini, sebagian besar masyarakatnya hidup dari mengelola sumber daya pesisir
dan laut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Di kawasan pesisir yang sebagian besar penduduknya bekerja menangkap ikan,
kelompok masyarakat nelayan merupakan unsur terpenting bagi eksistensi masyarakat
pesisir. Masyarakat nelayan memiliki peranan yang besar dalam mendorong kegiatan
ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir.
Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di
kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai
suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk
kesatuan sosial. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak
langsung menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumber
daya perikanan.
Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah
masalah sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut (Kusnadi, 2006) :
(1) Kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap
saat.
(2) Keterbatasan akses modal, teknologi, dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika
usaha.
(3) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada.
(4) Kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan,
kesehatan, dan pelayanan publik.
(5) Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama
pembangunan nasional.

Kita tidak dapat menutup mata dengan kenyataan bahwa mayoritas penduduk di
pinggiran pantai hidup dalam kemiskinan. Kehidupan mereka sangat tergantung
dengan laut. Bila laut tidak sedang bersahabat, tentu mereka tidak bisa pergi melaut.
Dengan kata lain, nelayan tidak bisa mendapatkan penghasilan yang pasti. Di satu sisi,
kemiskinan ini menjadikan banyak nelayan yang tidak memiliki cukup uang untuk
membeli atau merawat peralatan melautnya. Akibatnya mereka harus meminjam uang
kepada para tengkulak. Imbalan yang harus mereka berikan yaitu mereka harus
menjual hasil tangkapannya pada tengkulak tersebut dengan harga yang jauh lebih
murah dari harga pasaran. Dengan kondisi seperti ini, nelayan tidak punya cukup uang
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, dan pendidikan anak bukan lagi menjadi
prioritas, hal inilah yang menyebabkan banyaknya anak-anak nelayan yang putus dari
sekolah.
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) menjadi program
unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui
pemberdayaan masyarakat dan pendayagunaan sumber daya pesisir dan laut secara
optimal dan berkelanjutan.

A-134 Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga”


Berdasarkan pada masalah-masalah di atas dan potensi sumber daya yang ada,
maka pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Situbondo mengusahakan
potensi kelautan dan perikanan menjadi berbagai kegiatan yang perlu dipacu melalui
pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup agar mampu memberikan
sumbangan yang lebih besar pada upaya Pembangunan Nasional karena
pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mengatasi dampak negatif atau menjadi
wacana alternatif terhadap kebijakan pembangunan yang ada.
Kedudukan dan peranan kaum perempuan pesisir atau istri nelayan pada
masyarakat pesisir sangatlah penting menurut Kusnadi (2006), yakni : “Pertama,
dalam sistem pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum
perempuan pesisir atau istri nelayan mengambil peranan yang besar dalam kegiatan
sosial-ekonomi didarat, sementara laki-laki berperan di laut untuk mencari nafkah
dengan menangkap ikan. Dengan kata lain, darat adalah ranah perempuan, sedangkan
laut adalah ranah laki-laki. Kedua, dampak dari sistem pembagian kerja di atas
mengharuskan kaum perempuan pesisir untuk selalu terlibat dalam kegiatan publik,
yaitu mencari nafkah keluarga sebagai antisipasi jika suami mereka tidak memperoleh
penghasilan. Kegiatan melaut merupakan kegiatan yang spekulatif dan terikat oleh
musim. Oleh karena itu, nelayan yang melaut belum bisa dipastikan memperoleh
penghasilan. Ketiga, sistem pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya
kepastian penghasilan setiap hari dalam rumah tangga nelayan telah menempatkan
perempuan sebagai salah satu pilar penyangga kebutuhan hidup rumah tangga.
Dengan demikian, dalam menghadapi kerentanan ekonomi dan kemiskinan masyarakat
nelayan, pihak yang paling terbebani dan bertanggung jawab untuk mengatasi dan
menjaga kelangsungan hidup rumah tangga adalah kaum perempuan, istri nelayan”.
Keterlibatan perempuan pesisir dalam aktivitas ekonomi di ranah publik tidak
hanya bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga, meningkatkan
kapasitas diri, dan status sosial dalam struktur sosial masyarakatnya, tetapi juga
memberi kontribusi terhadap dinamika sosial-ekonomi masyarakat lokal. Dilihat dari
perspektif gender berdasarkan hasil pengamatan, keterlibatan perempuan pesisir di
Kabupaten Situbondo masih relatif rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Untuk
itu, dalam kaitannya dengan penentuan subyek pemberdayaan masyarakat pesisir,
maka kaum perempuan yakni istri nelayan harus dipertimbangkan posisinya sebagai
pelaku utama pemberdayaan masyarakat pesisir. Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan Kusnadi (2006) tentang kebijakan pembangunan daerah telah
menempatkan kaum perempuan sebagai target pemberdayaan sehingga memiliki
kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan policy research


(penelitian kebijakan) yang merupakan penelitian terapan (applied research). Dalam
Sugiyono (2003), Majchrzak mengemukakan policy research ialah proses penelitian
yang dilakukan terhadap masalah-masalah sosial mendasar, sehingga temuannya
dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis
dalam menyelesaikan masalah.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo,
dimana lokasi tersebut merupakan lokasi yang sebagian besar wilayahnya lautan
dengan luas 1.142,4 km2 dengan mata pencaharian penduduk sebagai nelayan, serta

Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga” A-135


Seminar Nasional Kelautan XI
” Penguatan Riset dan Teknologi dalam Rangka Meningkatkan Pengelolaan Sumberdaya Laut dan Pesisir”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 2 Juni 2016

menjadi pusat pelaksanaan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir


(PEMP) yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha pengembangan peranan wanita, termasuk peran wanita nelayan dalam


pembangunan terus ditingkatkan. Peran wanita nelayan disini tidak hanya sebagai ibu
rumah tangga tetapi lebih dari itu yaitu sebagai pencari nafkah. Wanita nelayan adalah
suatu istilah untuk wanita yang hidup di lingkungan keluarga nelayan, baik sebagai istri
maupun anak dari nelayan pria. Kaum wanita di keluarga nelayan umumnya terlibat
dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya. Selama ini wanita nelayan bekerja
menjadi pengumpul kerang-kerangan, pengolah hasil ikan, pembersih perahu yang
baru mendarat, pengumpul nener, membuat atau memperbaiki jaring, pedagang ikan,
dan membuka warung. Akan tetapi peran wanita di lingkungan nelayan ini belum
dianggap berarti, sebagai penghasil pendapatan keluarga pun dianggap income
tambahan. Selain itu, wanita nelayan biasanya menanggung resiko tinggi akibat
tingginya kecelakaan kerja usaha penangkapan ikan di laut sehingga peranan wanita
nelayan mempunyai peran ganda dalam keluarganya.
Sesuai dengan program pembangunan kelautan dan perikanan tingkat nasional,
maka Kabupaten Situbondo khususnya dinas kelautan dan perikanan melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir. Dimana pemberdayaan ini dilakukan
melalui program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan masyarakat berkembang secara optimal.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melibatkan
peran masyarakat serta swasta pada proses penyusunan perencanaan pembangunan
yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat pesisir.
Program PEMP ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir melalui pengembangan kultur wirausaha, penguatan lembaga keuangan mikro,
penggalangan partisipasi masyarakat, dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya
yang berbasis pada sumber daya lokal dan berkelanjutan.
Program PEMP meliputi beberapa kegiatan yang menjadi bagian dari program
besar PEMP, yakni antara lain :
1. Klinik Bisnis.
Memberikan konsultasi dan pedampingan bisnis bagi masyarakat terutama
penerima Bantuan Sosial Mikro dengan output layanan konsultasi yang berkaitan
dengan rencana bisnis, pangsa pasar, mitra usaha, rasio keuntungan dan
pengembangan bisnis termasuk tata cara proposal ke LKM atau Bank.
2. Kedai Pesisir.
Melayani dan menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan usaha
bagi masyarakat pesisir berbentuk outlet dengan sistem swalayan yang berlokasi
di pusat kegiatan usaha masyarakat pesisir, sebagai pemasok bagi warung-warung
sejenis di sekitarnya.
3. Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPPM3) melalui Unit
Usaha Kedai Pesisir dengan Output layanan.
4. Program Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) / Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Minyak untuk Nelayan (SPBBMN).
Melayani kebutuhan BBM bagi nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil dengan
harga sesuai ketetapan pemerintah.

A-136 Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga”


Dalam Program PEMP di atas, juga perlu dilaksanakan kegiatan pendukung agar
dapat berjalan dengan lancar dan optimal serta berkelanjutan, yakni :
1. Pusat Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir (P3MP) yang merupakan
unit usaha nirlaba / non profit yang berperan dalam mendorong peran serta
masyarakat di bidang sosial budaya termasuk kebutuhan kesehatan, pendidikan,
pelestarian lingkungan dan pemberdayaan keluarga pesisir. Untuk masa yang akan
datang, P3MP ini akan menjadi lembaga yang menjadi koordinator dalam
Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir (PSBMP).
2. Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui peran serta Lembaga Keagamaan / Adat
yang merupakan kegiatan pemberdayaan sosial budaya di masyarakat pesisir.
Peran serta lembaga keagamaan / adat sebagai agen sosial dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pesisir
sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan di wilayah pesisir yang
berbasis lokal.
3. Program Regenerasi Nelayan merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pemberian
pengetahuan, keterampilan dan kecakapan kepada generasi muda / anak nelayan
sehingga memiliki kapasitas lebih dibanding pendahulunya. Program regenerasi
nelayan ini dilakukan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan sehingga
diharapkan para generasi muda / anak nelayan mampu mengembangkan akses
permodalan, pasar, dan teknologi serta mampu mendorong masyarakat pesisir
umumnya untuk meningkatkan kapasitas usahanya dengan memanfaatkan
teknologi terapan.
4. Pemberdayaan Perempuan Pesisir merupakan penguatan kapasitas para
perempuan di wilayah pesisir untuk mampu mengembangkan dan meningkatkan
potensi perempuan pesisir agar keterlibatan mereka dalam kegiatan perikanan
dapat lebih optimal dan dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi kehidupan
perempuan pesisir, serta dapat berperan serta dalam kegiatan usaha yang
dilakukan secara berkelompok.
5. Peningkatan Sumber Daya Manusia Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan
kegiatan pelatihan yang ditujukan kepada para pengelola LKM Swamitra Mina
untuk penguatan LKM sehingga dapat meningkatkan profesionalitas dan pelayanan
bagi nasabah khususnya masyarakat pesisir.

Dari pendekatan program yang digunakan pada Program PEMP dapat dinilai
sebagai berikut: a. Masyarakat berpartisipasi dalam proses pelaksanaan, pengawasan
dan pengambilan keputusan. Ini dilihat dari proses pelaksanaan yang
mengikutsertakan masyarakat dimana mereka sebagai sasaran program. Selain itu,
masyarakat juga melakukan pengawasan terhadap jalannya program seperti adanya
kecurangan dari pihak LEPPM3 dan ketua kelompok sasaran. Pengambilan keputusan
juga dilakukan secara bersama-sama mengenai keputusan dalam perubahan
kepengurusan LEPPM3 dan keputusan mengenai cara dan waktu pengembalian dana
pinjaman; b. Dalam kemandiriannya masyarakat masih belum sepenuhnya terbentuk.
Masyarakat masih belum mampu menjalankan program dengan baik dan bergantung
pada tengkulak. Meskipun dengan adanya program PEMP ini, masyarakat masih tetap
meminjam pada tengkulak; c. Adanya kemitraan yang dilakukan antar masyarakat,
aparat pemerintah dan swasta. Ini dibuktikan dari kemitraan antar bank (lembaga
keuangan perbankan) dengan koperasi dalam pelaksanaan program.

Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga” A-137


Seminar Nasional Kelautan XI
” Penguatan Riset dan Teknologi dalam Rangka Meningkatkan Pengelolaan Sumberdaya Laut dan Pesisir”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 2 Juni 2016

Peran manajer rumah tangga sebagai strategi dalam pemberdayaan perempuan


pesisir di Kabupaten Situbondo menghasilkan sebagai berikut: a) Dalam keluarga
nelayan sudah terjadi keseimbangan peran antara suami dengan istri nelayan. Para
istri nelayan ikut melakukan perencanaan ekonomi keluarga dengan baik terbukti
segala keperluan rumah-tangga maupun keperluan melaut sudah disiapkan dengan
baik termasuk perencanaan untuk masa depan keluarga; b) Para istri nelayan juga
terlibat dalam pengorganisasian kebutuhan keluarga dan kebutuhan melaut; c) Para
istri nelayan juga berperan untuk memberi sumbang saran, pengarahan dalam
mengatasi masalah yang timbul dalam keluarga dan dapat mengingatkan para suami
dalam melaut; d) Para istri nelayan juga dilibatkan dalam pengawasan keluarga, dan
mengelola penghasilan melaut untuk mencukupi ekonomi keluarga. Dengan demikian
dalam penelitian ini telah terjadi pergeseran sebagian peran dari yang dominan bapak
menjadi kerja sama yang seimbang antara suami dan istri, hal ini secara tidak
langsung disebabkan oleh tekanan ekonomi ”kemiskinan”.

PENUTUP

Upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia dalam pembangunan merupakan


bagian integral dan tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional.
Pemberdayaan perempuan di berbagai bidang kehidupan mencerminkan kesetaraan
hak, kewajiban, peranan, dan kesempatan antara keduanya sesuai dengan falsafah
dan budaya bangsa yang diusahakan dengan senantiasa mengarah ke terwujudnya
kesetaraan. Kesetaraan adalah kondisi dinamis dimana laki-laki dan perempuan sama-
sama memiliki hak dan kewajiban, peranan, dan kesempatan yang dilandasi oleh saling
menghormati dan menghargai serta membantu di berbagai sektor. Tujuan yang ingin
dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan dalam menjaga
kelangsungan hidup rumah tangganya maka perempuan pesisir yakni istri nelayan dan
anak perempuan mempunyai peranan sebagai pencari nafkah di ranah daratan.
Perempuan pesisir selalu berusaha dan bekerja semaksimal mungkin dalam memenuhi
kebutuhan hidup dengan bersedia bekerja apa saja yakni sebagai pengumpul kerang-
kerangan, pengolah hasil ikan, pembersih perahu yang baru mendarat, pengumpul
nener, membuat atau memperbaiki jaring, pedagang ikan, dan membuka warung, agar
dapat menghasilkan uang dan untuk mengoptimalkan peranan ekonomi kaum
perempuan melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP),
dimana kegiatan ini bertujuan untuk untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat
krisis ekonomi, kenaikan BBM, kesenjangan, kemiskinan, dan rendahnya kapasitas
sumber daya manusia masyarakat pesisir serta upaya mengoptimalkan pemanfaatan
potensi sumber daya kelautan dan perikanan. Perempuan merupakan sosok sentral
dalam mengelola potensi sumber daya sosial ekonomi rumah tangga, kebutuhan hidup,
dan harapan-harapan tentang kehidupan masa depan. Dengan adanya legitimasi
budaya lokal yang menempatkan kaum perempuan sebagai “pemegang keuangan
rumah tangga”, kedudukan dan peranan ini merupakan modal sosial yang sangat
strategis untuk membangun masa depan keluarga, meningkatkan kesejahteraan sosial,
dan menjaga kesinambungan rumah tangga. Sekalipun demikian, upaya mencapai
tujuan tersebut tidaklah mudah karena faktor-faktor lain yang menghambat cukup
besar, oleh karena itu “peran manajer rumah tangga” sebagai strategi dalam

A-138 Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga”


pemberdayaan perempuan pesisir di Kabupaten Situbondo diharapkan dapat
memperkuat kapasitas dalam mengelola keuangan rumah tangga untuk menjamin
kelangsungan hidup mereka.

REFERENSI

Kusnadi, 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung : Humaniora.

Kusnadi, 2006. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.

Kusnadi. 2006. Perempuan Pesisir. Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi Aksara.

Pedoman Umum Program PEMP. 2001. Departemen Kelautan dan Perikanan -


Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Setya Prihatiningtyas: “Peran Manajer Rumah Tangga” A-139

Anda mungkin juga menyukai