Anda di halaman 1dari 26

KEDUDUKAN

PEREMPUAN DALAM
LINTASAN SEJARAH
Masa Yunani Kuno
 Perempuan kalangan bangsawan: dikurung
 Kalangan bawah, dianggap sebagai komoditi yang
dapat diperjual belikan
 Perempuan harus tunduk kepada laki-laki
 Perempuan yunani diklasifikasikaan ke dalam 3
kelompok:
1. Istri
2. Selir
3. Pelacur
Masa Romawi
 Perempuan seperti balita yang harus diawasi dan
dilindungi.
 Jika sudah menikah suami memiliki kekuasaan
penuh terhadap istri termasuk dalam hal
menjatuhkan hukuman
 Apabila suami meninggal maka semua laki-laki
(anak/saudara laki2) berhak atas dirinya
 Perempuan dianggap sebagai barang koleksi
India
 Wanita dianggap sumber dosa.
 Suami dianggap Tuhan
 Istri tidak mendapat waris karena hanya diturunkan
kepada anak laki-laki
Yahudi
 Ayah berhak menjual anak perempuan yang
menginjak dewasa
 Jika menikah maka harta perempuan menjadi milik
suami
 Perempuan tidak mendapat waris selama masih
memiliki saudara laki-laki
Kristen
 Perempuan adalah penyebab Adam keluar dari
surga
 Semua perempuan adalah penyebab dosa kecuali
Maryam/Bunda Maria
 Perempuan adalah manusia yang diciptakan
sebagai pelayan untuk keuntungan laki-laki
Arab
 Memiliki anak perempuan dianggap sebagai aib,
sehingga pilihannya ada 2: dibunuh atau dibiarkan
hidup tetapi dengan perlakuan yang tidak adil
 Istri dapat diwariskan
Islam
 Mengangkat derajat perempuan
 Hanya saja para mufasir yang kebanyak adalah
perempuan sehingga banyak ditemukan hadist
misoginis
MEMAHAMI LAKI-LAKI
DAN PEREMPUAN
Sex/Jenis Kelamin
 Merupakan pemberian dari Tuhan
 Identifikasi berdasarkan anatomi
 Tidak dapat ditukar
Gender
 Harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan
 Konstruksi budaya
Hubungan sex dan gender
 Gender memiliki kedudukan yang penting sebagai
faktor penentu: pendidikan, dunia kerja, harapan
hidup, ruang gerak sex
Diskriminasi
 Marginalisasi
 Subordinasi
 Stereotype
 Violence
 Double burden
Keadilan Gender(Gender Equity)
 Keadilan gender merupakan suatu proses untuk
menjadi fair baik pada perempuan maupun laki-
laki. Untuk memastikan adanya fair, harus tersedia
suatu ukuran untuk mengompensasi kerugian
secara histori maupun sosial yang mencegah
perempuan dan laki-laki dari berlakunya suatu
tahapan permainan.
 Strategi keadilan gender pada akhirnya digunakan
untuk meningkatkan kesetaraan gender.
Kesetaraan gender(Gender Equality)

 kesetaraan gender memberi kesempatan baik pada


perempuan maupun laki-laki untuk secara
setara/sama/sebanding menikmati hak-haknya
sebagai manusia, secara sosial mempunyai benda-
benda, kesempatan, sumberdaya dan menikmati
manfaat dari hasil pembangunan
 Keadilan merupakan cara, kesetaraan adalah
hasilnya
TEORI GENDER
Teori Nature
 Perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dikarenakan oleh proses sosialisasi dan internalisasi
secara kultural oleh masyarakat dalam berbagai
aspek kehidupan
 Sehingga gender yang bersifat bentukan seolah-
olah merupakan kodrat
Teori Nature
 Pencitraan perempuan merupakan tekanan, paksaan
dan rangsangan yang secara tidak sadar dilakukan
di lingkungan sekitar
 Perbedaan tersebut bersifat politis
Teori Equilibrium/keseimbangan
 Hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah
kemitraan yang harmonis
 Mengenai keadilan dan kesetaraan harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisinya
GERAKAN FEMINISME
Latar belakang
 asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya
ditindas dan dieksploitasikan
 didominasi laki-laki dalam sistem masyarakat
patrialis
 adanya pensubordinasian perempuan sehingga
perempuan terkumpul dan membuat aksi, sehingga
melahirkan gerakan feminisme.
TEORI FEMINISME
Merubah Nature perempuan Melestarika Nature perempuan

 Feminisme  Feminisme Radikal


Eksistensialisme  Ekofeminisme
 Feminisme Liberal
 Feminisme sosialis
 Teologi Feminisme
feminisme
 Berasumsi bahwa ketidakadilan yang menyudutkan pihak perempuan
disebabkankarena seksualitasnya
 Hakikatnya, feminisme menuntut persamaan dan keadilan bagi
perempuan
 Kemunculan Feminisme ini dikarenakan penindasan terhadap
perempuan yang berasal dari kekuasaan laki-laki (patriarki) yang
mengakar secara sistemik (diturunkan) dalam kehidupan sosial,
ekonomi, politik, budaya, yang kemudian disinyalir sebagai dasar dari
penindasan perempuan. Meskipun awalnya ingin mengangkat
martabat perempuan seutuhnya, namun kini feminisme memandang
perjuangan dan perubahan sebagai proses. Feminisme ingin mencapai
titik akhir perjuangan yaitu sebuah masyarakat yang berkeadilan,
berkesetaraan, dan kemanusiaan.
Feminisme Liberal
referensi
 Ibnu Ahmad Dahri, Peran Ganda Wanita Modern,
(Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1992)
 Imarah Muhammad Jamarah, Ketika Wanita Lebih
Utama dari Pria, (Pustaka Magrfirah, Jakarta,
2005)
 Said Abdullah Said al-Hatimy, Citra Sebuah
Identitas Wanita dalam Perjalan Sejarah, (Risalah
Gusti, Surabaya, 1994)

Anda mungkin juga menyukai