Anda di halaman 1dari 9

51

KRITERIA TANAH TERLANTAR


DALAM PERATURAN PERUNDANGAN INDONESIA
Supriyanto
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah

Abstract

When the State grants the person or legal entity is always accompanied by the obligations set forth
in the BAL and the decision letter granting rights. Therefore prohibited from abandoning their land
rights holders, and if the rights holders to abandon their land, the BAL has set the legal
consequences of the disappearance of the relevant land rights and legal termination and affirmed as
the soil directly controlled by the State. Criteria for determining the land has been abandoned, both
under Customary Law, Islamic Law, Agrarian Law, Government Regulation No 36, 1998 and also No.
11, 2010 is substantially the same which includes wasteland Object land rights, land rights and
management that have a basic mastery land; These lands are not cultivated, not utilized or not
utilized in accordance with the circumstances, or the nature and purpose of the rights or basic
mastery Therefore land should be maintained. To determine whether a field or farm land has been
declared abandoned, the only criterion according to customary law used a specific period.

Keywords: Wasteland, State, Rights Holders, A Result Of Law, Land Tenure

Abstrak

Ketika Negara memberikan hak kepada orang atau badan hukum selalu diiringi kewajiban-kewajiban
yang ditetapkan dalam UUPA dan surat keputusan pemberian haknya. Karena itu Pemegang Hak
dilarang menelantarkan tanahnya, dan jika Pemegang Hak menelantarkan tanahnya maka UUPA telah
mengatur akibat hukumnya yaitu hapusnya hak atas tanah yang bersangkutan dan pemutusan
hubungan hukum serta ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Kriteria untuk
menentukan tanah telah diterlantarkan, baik berdasarkan Hukum Adat, Hukum Islam, UUPA, PP No 36
Th 1998 maupun juga PP No 11 Th 2010 secara substansial adalah sama yaitu Obyek tanah terlantar
meliputi hak atas tanah, Hak Pengelolaan dan tanah yang mempunyai dasar penguasaan atas tanah;
Tanah-tanah tersebut tidak diusahakan, tidak dipergunakan atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan
keadaannya, atau sifat dan tujuan pemberian haknya atau dasar penguasaannya Oleh karena itu
tanah harus dipelihara. Untuk menentukan apakah suatu bidang atau lahan tanah telah dinyatakan
terlantar maka hanya menurut Hukum Adat digunakan kriteria jangka waktu tertentu.

Kata kunci: Tanah terlantar, Negara, Pemegang Hak, Akibat Hukum, Penguasaan Tanah

Pendahuluan tanami dengan tanaman pangan semakin mere-


Negara menyelenggarakan pembangunan bak. Obyeknyapun beragam meliputi tanah-ta-
untuk kesejahteraan rakyat. Dalam realitasnya, nah yang dikuasai oleh badan hukum maupun
dijumpai praktik di mana pemerintah berdasar- instansi pemerintah.1
kan keyakinannya secara yuridis dalam melak- Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha
sanakan pembangunan tidak segan-segan lagi Esa bagi rakyat, bangsa dan Negara Indonesia,
melakukan “kekerasan” terhadap rakyatnya yang harus diusahakan, dimanfaatkan, dan di-
yang secara yuridis memang banyak yang tidak pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmur-
mempunyai landasan hukum. Ketimpangan yang an rakyat. Saat ini tanah yang telah dikuasai
selalu terjadi yang biasanya selalu diikuti de-
ngan konflik yaitu pendudukan tanah oleh bu- 1
Maria SW Sumardjono, 2001, Kebijakan Pertanahan,
kan pemegang haknya untuk kemudian di- antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta,
hlm.188.
52 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 1 Januari 2010

dan/atau dimiliki baik yang sudah ada hak atas Hak menelantarkan tanahnya maka UUPA (Un-
tanahnya maupun yang baru berdasar peroleh- dang Undang No 5 Th 1960) telah mengatur
an tanah di beberapa tempat masih banyak akibat hukumnya yaitu hapusnya hak atas tanah
dalam keadaan terlantar, sehingga cita-cita yang bersangkutan dan pemutusan hubungan
luhur untuk meningkatkan kemakmuran rakyat hukum serta ditegaskan sebagai tanah yang
tidak optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan dikuasai langsung oleh Negara.
penataan kembali untuk mewujudkan tanah se- UUPA (Undang Undang Pokok Agraria) se-
bagai sumber kesejahteraan rakyat, untuk me- bagai dasar kebijakan pertanahan nasional yang
wujudkan kehidupan yang lebih berkeadilan, memang sejak awal berciri populis,3 maka
menjamin keberlanjutan sistem kemasyarakat- pemerintah yang mendapat legitimasi dari
an dan kebangsaan Indonesia, serta memper- Negara berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) UUPA
kuat harmoni sosial. Selain itu, optimalisasi mempunyai wewenang untuk:
pengusahaan, penggunaan, dan pemanfaatan a. mengatur dan menyelenggarakan peruntuk-
semua tanah di wilayah Indonesia diperlukan an, penggunaan, persediaan dan pemeliha-
untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup, raan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
mengurangi kemiskinan dan menciptakan la- b. menentukan dan mengatur hubungan-hu-
pangan kerja, serta untuk meningkatkan ke- bungan hukum antara orang-orang dengan
tahanan pangan dan energi.2 bumi, air, dan ruang angkasa;
Penelantaran tanah di pedesaan dan per- c. menentukan dan mengatur hubungan-hubu-
kotaan, selain merupakan tindakan yang tidak ngan hukum antara orang-orang dan per-
bijaksana, tidak ekonomis (hilangnya peluang buatan-perbuatan hukum mengenai bumi,
untuk mewujudnyatakan potensi ekonomi ta- air dan ruang angkasa.
nah), dan tidak berkeadilan, serta juga me- Ketentuan Pasal 2 ini kemudian dijadikan
rupakan pelanggaran terhadap kewajiban yang dasar bagi negara untuk mengatur pemberian
harus dijalankan para Pemegang Hak atau pihak hak-hak atas tanah seperti tersebut Pasal 4
yang telah memperoleh dasar penguasaan ta- Ayat (1) dan (2) UUPA. Pasal 4 menentukan
nah. 1) Atas dasar hak menguasai dari sebagai yang
Dampak lain penelantaran tanah juga dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya
menjadi terhambatnya pencapaian berbagai macam-macam hak atas permukaan bumi,
tujuan program pembangunan, rentannya ke- yang disebut tanah, yang dapat diberikan
tahanan pangan dan ketahanan ekonomi nasio- kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik
nal, tertutupnya akses sosial-ekonomi masya- sendirimaupun bersama-sama dengan orang-
rakat khususnya petani pada tanah, serta ter- orang lain serta badan-badan hukum;
usiknya rasa keadilan dan harmoni sosial. 2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam
Pada dasarnya Negara memberikan hak ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk
atas tanah atau Hak Pengelolaan kepada Peme- mempergunakan tanah yang bersangkutan,
gang Hak untuk diusahakan, dipergunakan, dan demikian pula tubuh bumi dan air serta
dimanfaatkan serta dipelihara dengan baik ruang yang ada di atasnya sekedar diper-
selain untuk kesejahteraan bagi Pemegang Hak- lukan untuk kepentingan yang langsung ber-
nya juga harus ditujukan untuk kesejahteraan hubungan dengan penggunaan tanah itu
masyarakat, bangsa dan negara. Tentu saja dalam batas-batas menurut undang-undang
ketika Negara memberikan hak kepada orang ini dan peraturan-peraturan hukum lain
atau badan hukum selalu diiringi kewajiban- yang lebih tinggi.
kewajiban dalam surat keputusan pemberian Kemudian berdasarkan Pasal 16 UUPA di-
haknya. Karena itu Pemegang Hak dilarang atur tentang macam-macam hak atas tanah
menelantarkan tanahnya, dan jika Pemegang
3
Maria SW Sumardjono, 2008, Tanah Dalam Prespektif
2
Penjelasan PP No 11 Tahun 2010 tentang Penertiban Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas, Jakarta, hlm.
Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar 36.
Kriteria Tanah Terlantar dalam Peraturan Perundangan Indonesia 53

yang diberikan negara adalah Hak Milik, Hak 1945 yaitu untuk sebesar-barnya kesejahteraan
Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), rakyat.
Hak Pakai, Hak Sewa , Hak Membuka Hutan, Dalam rangka untuk mencapai tujuan ter-
Hak Memungut Hasil Hutan dan hak-hak lain sebut maka UUPA juga mengatur berakhirnya
yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di hak-hak atas tanah yang antara lain karena
atas yang akan ditetapkan dengan undang un- diterlantarkan. Hak Milik berakhir karena di-
dang serta hak-hak lain yang sifatnya semen- telantarkan (Pasal 27), HGU (Pasal 34) dan HGB
tara. (Pasal 40) berakhir juga karena diterlantarkan.
Jadi bagi tanah yang belum ada hak atas Hak Pakai dan hak–hak lain tidak ada ketentuan
tanahnya, tetapi ada dasar penguasaannya, tentang berakhirnya karena diterlantarkan.
penggunaan atas tanah tersebut harus dilandasi Artinya, setiap pemberian hak oleh negara ke-
dengan sesuatu hak atas tanah harus sesuai pada perorangan atau badan-badan hukum
dengan ketentuan Pasal 4 juncto Pasal 16 UU- haruslah bersama-sama dengan kewajiban-ke-
PA. Oleh karena itu orang atau badan hukum wajiban yang harus dilaksanakan oleh peme-
yang telah memperoleh dasar penguasaan atas gang hak sesuai dengan peruntukan dan per-
tanah, baik dengan pengadaan tanah itu dari syaratan sebagaimana ditetapkan dalam ke-
hak orang lain, memperoleh penunjukan dari putusan pemberian haknya.4
pemegang Hak Pengelolaan, karena memper- Oleh sebab itu, penelantaran tanah harus
oleh izin lokasi, atau memperoleh keputusan dicegah dan ditertibkan untuk mengurangi atau
pelepasan kawasan hutan berkewajiban meme- menghapus dampak negatifnya. Dengan demi-
lihara tanahnya, mengusahakannya dengan kian pencegahan, penertiban, dan pendaya-
baik, tidak menelantarkannya, serta meng- gunaan tanah terlantar merupakan langkah dan
ajukan permohonan untuk mendapatkan hak prasyarat penting untuk menjalankan program-
atas tanah. Meskipun yang bersangkutan belum program pembangunan nasional, terutama di
mendapat hak atas tanah, apabila menelan- bidang agraria yang telah diamanatkan oleh
tarkan tanahnya maka hubungan hukum yang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-
bersangkutan dengan tanahnya akan dihapus- nesia Tahun 1945, Peraturan Dasar Pokok-Pokok
kan dan ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai Agraria, serta Rencana Pembangunan Jangka
langsung oleh Negara. Panjang Nasional.
Hal yang perlu ditegaskan disini karena Sebenarnya telah banyak dibuat peratur-
bersifat sangat mendasar adalah bahwa dalam an tentang tanah terlantar. Antara lain pada
menggunakan atau mengambil manfaat macam- tahun 1973 pernah dikeluarkan Keputusan
macam hak atas tanah tersebut adalah prinsip Menteri Dalam Negeri No 88 Tahun 1973 ten-
yang sangat penting dalam Hukum Tanah kita tang Penguasaan Tanah Perkebunan Terlantar
yaitu bahwa semua hak atas tanah mempunyai dan atau Diterlantarkan Di Daerah Propinsi
fungsi sosial (Pasal 6 UUPA). Fungsi ini pada Jawa Barat, PP No 36 Th 1998 tentang Pe-
intinya memberikan pengaturan tentang larang- nerbitan dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
an penggunaan tanah untuk semata-mata ke- yang didikuti dengan SK Kepala BPN No 24 Th
pentingan perseorangan tanpa mengindahkan 2002 tentang Pelaksanaan PP No 36 Th 1998.
kepentingan masyarakat dan negara. Kepen- Berdasarkan Keputusan Kepala BPN No 24 Th
tingan masyarakat dan kepentingan perseorang- 2002 tersebut maka diperintahkan kepada ja-
an haruslah saling mengimbangi hingga akhirnya jaran BPN yang berada di bawah koordinasinya
akan tercapai tujuan pokok yaitu kemakmuran, yang ada di Kantor Wilayahnya, Dikantor Kota
keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruh- Madya/Kabupaten untuk melakukan identifikasi
nya. Jadi yang perlu ditegaskan adalah bahwa dan dalam waktu tertentu membentuk Tim
pemanfaatan sumber daya agraria sebagai-
mana tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 4
Suhariningsih, 2009, Tanah Terlantar, Jakarta: Penerbit
Prestasi Pustaka Raya, hlm. 14.
54 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 1 Januari 2010

Penilai dalam rangka mentertibkan tanah-tanah pat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
terlantar. Pekerjaan melakukan identifikasi bu- tanah terlantar adalah tanah yang pernah
kanlah pekerjaan yang mudah karena memerlu- dibuka, dikerjakan oleh pemilik/penggarapnya
kan kejelasan konsep dan kriteria tanah sampai 1 kali atau 2 kali panen, kemudian di-
terlantar.5 Kemudian karena PP No 36 Th 1998 tinggalkan oleh pemiliknya dalam waktu ter-
sudah tidak dapat lagi dijadikan acuan penye- tentu sampai menjadi hutan kembali. Secara
lesaian penertiban dan pendayagunaan tanah yuridis kemudian tanah ini kembali pada hak
terlantar dan dikatakan menurut Usep Setiawan ulayatnya.7 Jadi unsur tanah disebut terlantar
Ketua KPA (Komite Pembaharuan Agraria) menurut Hukum Adat :
sudah tidak efektif di lapangan dan banyak a. Penggarap pernah membuka tanah ulayat;
yang menyulitkan pada saat implementasinya b. Penggarap mengerjakan/menggarap sampai
sehingga perlu dilakukan penggantian maka 1 kali atau 2 kali panen;
pada era Reformasi terakhir pada tanggal 22 c. Penggarap meninggalkan dalam waktu ter-
Januari telah dikeluarkan PP No 11 Th 2010. tentu sehingga menjadi hutan kembali;
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai d. Tanah kembali menjadi milik masyarakat
berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun hukum adat.
1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Dari pengertian tanah terlantar menurut
Tanah Terlantar dan peraturan pelaksanaannya Hukum Adat ini maka tanah dikatakan telah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ber- diterlantarkan kalau kriterianya adalah tanah
dasarkan uraian latar belakang tersebut di atas telah dengan sengaja tidak dikerjakan oleh
maka tulisan ini dimaksudkan untuk menge- penggarapnya/pemiliknya dalam waktu terten-
tahui kriteria tanah yang diterlantarkan menu- tu sehingga kemudian menjadi belukar kembali.
rut Hukum Tanah Nasional. Untuk mengukur apakah tanah sudah dapat
dikatakan diterlantarkan ataukah belum me-
Pembahasan nurut Hukum Adat adalah dengan melihat se-
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, cara nyata/konkrit apakah tanah tersebut da-
air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepan- lam kenyataannya dengan sengaja tidak digarap
jang tidak bertentangan dengan kepentingan atau dikerjakan secara aktif oleh penggarap/
nasional dan negara, yang berdasarkan atas pemiliknya. Jadi dalam menentukan sudah di-
persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia terlantarkan ataukah belum tidak digantungkan
serta dengan peraturan-peraturan yang ter- pada jangka waktu tertentu tetapi hanya
cantum dalam undang-undang ini dan dengan dengan melihat kenyataan jika tanah dibiarkan
peraturan perundangan lainnya, serta dengan membelukar kembali karena sudah tidak untuk
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada ditanami kembali maka hal ini sudah dapat
hukum agama. Demikian dinyatakan dalam dikualifikasi sebagai telah diterlantarkan.
Pasal 5 UUPA. Hukum adat dijadikan dasar di- Dalam Pasal 5 UUPA, selain Hukum Agra-
karenakan hukum tersebut dianut oleh sebagian ria mendasarkan diri pada Hukum Adat juga
besar rakyat Indonesia sehingga Hukum Adat harus mengindahkan unsur-unsur yang ber-
mempunyai kedudukan yang istimewa dalam sandar pada Hukum Agama. Menurut Hukum
pembentukan Hukum Agraria.6 Memperhatikan Islam tanah terlantar dalam Islam dikenal
ketentuan pasal ini maka untuk itu perlu dengan tanah mati atau ihya al-mawat. Al-
kiranya mengetahui batasan tanah terlantar Mawat secara etimologi berarti yang mati atau
menurut Hukum Adat. lawan dari hidup. Al-mawat memiliki arti yaitu
Berdasarkan kajian atas keragaman arti sesuatu yang tidak mempunyai roh atau tanah
tanah terlantar menurut Hukum Adat maka da- yang tidak berpenghuni atau tidak seorangpun
memanfaatkannya. Al-Mawat berarti sesuatu
5
Ibid hal 20. yang tidak mempunyai roh dan tanah tidak
6
Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas
Tanah, Jakarta: Kencana Perdana Media Grup, hlm.64-
7
65. Suhariningsih, op.cit, hlm. 245.
Kriteria Tanah Terlantar dalam Peraturan Perundangan Indonesia 55

berpenghuni atau berarti sesuatu yang tidak c. Tanah yang berada jauh di luar perkam-
mempunyai roh, juga berarti tanah yang tidak pungan.
dimiliki serta tidak dimanfaatkan. Dalam bu- Dengan perkataan lain sebetulnya menu-
ku Nataij al-Afkar, tanah mati yaitu tanah yang rut Hukum Islam semua tanah yang tidak di-
tidak dimanfaatkan karena ketidakadaan air, miliki oleh seseorang baik orang Islam maupun
serta susah pula memanfaatkannya, tidak non Islam dan tidak dimanfaatkan oleh sebab
dimiliki, atau terdapat atas tanah tersebut hak apapun juga maka dapat digolongkan sebagai
milik, tetapi tidak diketahui pemiliknya serta tanah yang terlantar. Jadi pada prinsipnya
jauh dari perkampungan.8 Hukum Islam memandang kalau tanah tidak
Secara terminologi terdapat beberapa pe- dimanfaatkan maka tanah tersebut digolongkan
ngertian al-mawat yang drkemukakan para sebagai tanah yang terlantar.
ulama fikih, ulama Syafi'iyah, Malikiyah dan Selanjutnya berdasarkan UUPA maka ada
Hambaliah mengemukakan definisi al-mawat beberapa azas yang perlu diperhatikan dalam
dalam persepsi tentang tanah yang tidak di- masalah penelantaran tanah. Dinyatakan dalam
miliki dan tidak dimanfaatkan oleh seseorang. Pasal 6 UUPA bahwa semua hak atas tanah
Ulama Syafi'iyah mendefinisikan sebagai lahan mempunyai fungsi sosial. Hal ini bermakna
yang belum digarap orang dan tidak pula bahwa penggunaan tanah harus disesuaikan
terlarang untuk digarap baik lahan itu jauh dari dengan keadaannya dan sifat haknya sehingga
pemukiman maupun dekat. Pengikut mazhab bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan ke-
Hambali menyebutkan bahwa al-mawat adalah bahagiaan yang mempunyainya maupun ber-
lahan yang tidak diketahui pemiliknya. Di manfaat bagi masyarakat dan negara.10
kalangan mazhab Hanafi, tanah al-mawat tidak Untuk itu hak atas tanah apapun yang
hanya diartikan sebagai tanah yang tidak dipunyai seseorang/badan hukum tidaklah da-
dimiliki dan tidak dimanfaatkan, tetapi tanah pat dibenarkan bahwa tanahnya itu diperguna-
itu disyaratkan berada di luar perkampungan kan atau tidak dipergunakan semata-mata
penduduk. Sebagaimana pengertian al-mawat hanya untuk kepentingan pribadinya apalagi
yang diungkapkan oleh Hanafiyah bahwa tanah sampai merugikan kepentingan umum. Peman-
yang berada di luar perkampungan, tidak faatan ataupun penggunaan tanah oleh orang/
dimiliki oleh siapapun, tidak pula terdapat hak badan hukum sebenarnya adalah untuk men-
khusus atasnya.9 capai kesejahteraan rakyat. Sehubungan de-
Berdasarkan definisi al-mawat yang dike- ngan hal ini maka ditentukan dalam Pasal 15
mukakan oleh fuqaha di atas, maka kriteria UUPA bahwa :
tanah yang digolongkan menjadi tanah Memelihara tanah, termasuk menambah ke-
terlantar menurut Hukum Islam adalah: suburannya serta menjegah kerusakannya
a. Tanah yang tidak dimiliki oleh seseorang adalah kewajiba tiap– tiap orang, badan
hukum atau instansi yang mempunyai hu-
atau tanah yang tidak terdapat hak milik bungan hukum dengan tanah itu, dengan
atasnya, baik hak milik orang Islam maupun memerhatikan pihak yang ekonomis lemah.
hak milik non nuslim.
b. Tanah yang tidak digarap. Lahan yang tidak Memang seharusnya tanah dipelihara agar
digarap dapat dibuktikan dengan tanda- baik agar bertambah subur dan di cegah keru-
tanda pada lahan tersebut seperti pemagar- sakannya. Kesuburan tanah mudah berkurang
an, bekas penggarapan dan tanda-tanda dan tanahpun mudah menjadi rusak jika pe-
lainnya yang biasa dipakai oleh masyarakat ngunaannya tidak teratur, padahal seluruh ke-
setempat. hidupan manusia di bumi ini menurut para ahli
tergantung pada lapisan bumi yang tebalnya

8
Pangiuk Ambok, “ Tanah Terlantar Dalam Hukum dan
10
Kemaslahatan”, http://kontekstualita.com. Diakses tgl Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, 2008,
21 April 2010. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakar-
9
Ibid ta: Rajawali Pers, hlm. 70.
56 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 1 Januari 2010

tidak lebih dari hanya 20 cm saja. Oleh karena mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 36 Th
itu ketentuan Pasal 15 tersebut di sertai pula 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
suatu sanksi pidana. Menurut Pasal 52 ayat 1 Tanah Terlantar.
barang siapa dengan sengaja melanggar ke- Dalam Pasal 1 ayat (5) Peraturan Peme-
tentuan dalam Pasal 15 itu pidana dengan hu- rintah No 36 Th 1998 dinyatakan bahwa Tanah
kuman kurangan selama–lamanya 3 bulan dan/ terlantar adalah tanah yang diterlantarkan oleh
atau denda setinggi–tingginya Rp 10.000,.- pemegang hak atas tanah, pemegang hak pe-
Soal ini bersangkutan dengan apa yang ngelolaan atau pihak yang telah memperoleh
disebut masalah ”land utilazation” dan ”soil dasar penguasaan atas tanah, tetapi belum
conservation” tidak hanya bertujuan mencegah memperoleh hak atas tanah sesuai ketentuan
terjadinya kerusakan dalam penggunaannya peraturan perundang-undangan yang berlaku.
tetapi juga dimana mungkin memperbaiki Ketentuan hal ini sebetulnya juga telah
sumber-sumber alam yang rusak sebagai akibat ditentukan dalamUUPA Pasal 27, 34 dan 40
penggunan yang salah.Sumber-sumber alam itu UUPA yaitu bahwa Hak Milik, HGU, HGB dapat
ada yang ”renewable” atau terbaharukan, te- dinyatakan sebagai tanah terlantar dan jatuh
tapi sumber-sumber alam yang ”non renew- menjadi tanah negara apabila tanah tersebut
able” (bahan–bahan galian). Mengenai sumber– dengan sengaja tidak dipergunakan oleh peme-
sumber alam yang ”non renewable” conser- gang haknya sesuai dengan keadaannya atau
vation eksploitasi secara teratur dan pencegah- sifat dan tujuan haknya atau tidak dipelihara
an pemborosan penggunaannya. Dari sudut dengan baik.
strategi, conservation ” non renewable” (tidak Memperhatikan ketentuan di atas maka
terbaharukan) resources merupakan penang- dapat disimpulkan bahwa tanah terlantar ter-
guhan eksploitasi endapan–endapan sebagai jadi karena ada faktor kesengajaan (kata “di-
cadangan di waktu perang.11 terlantarkan” awalan di dan akhiran kan) dari
Selanjutnya ketentuan mengenai tanah pemegang hak atas tanah (Hak Milik, HGU, HGB
terlantar dalam Pasal 27, 34 dan 40 UUPA ataupun Hak Pakai) atau pemegang Hak Penge-
dengan redaksi yang sama dinyatakan bahwa lolaan atau hak-hak lain yang terbatas yang
Hak Milik, HGU dan HGB dapat hapus karena diberikan Pemerintah tidak menggunakan atau
diterlantarkan. Tanah diterlantarkan kalau de- berbuat sesuatu terhadap tanah yang ber-
ngan sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan sangkutan. Hal ini kemudian dipertegas lagi
keadaannya atau sifat dan tujuan daripada dengan ketentuan Pasal 3 s/d Pasal 8 Peraturan
haknya Penjelasan Pasal 27 UUPA). Dengan Pemerintah No 36 Th 1998. Pasal 3 menentukan
demikian hapusnya hak-hak tersebut karena Tanah Hak Milik, HGU, HGB atau Hak Pa-
hukum yaitu tidak dipenuhinya suatu kewajiban kai dapat dinyatakan sebagai tanah ter-
atau dilanggarnya suatu larangan. Dalam hal lantar apabila tanah tersebut dengan se-
ngaja tidak dipergunakan oleh pemegang
penelantaran tanah ini maka tampak adanya haknya sesuai dengan keadaannya, tidak
kesengajaan dari pemegang hak/subyek hak dipergunakan oleh pemegang haknya
tidak menggunakan sesuai dengan tujuan dan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan
sifat daripada haknya. tujuan haknya atau tidak dipelihara
Melihat rumusan tanah terlantar dalam dengan baik.
UUPA yang masih begitu abstrak dan juga me- Pasal 4 menentukan bahwa
ngingat UUPA adalah merupakan undang-un- Tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan
dang pokok serta mencermati fenomena yang atau Hak Pakai yang tidak dimaksudkan
terjadi akan banyaknya tanah-tanah yang ter- untuk dipecah menjadi beberapa bidang
lantar maka tentu saja diperlukan peraturan tanah dalam rangka penggunaannya tidak
yang bersifat operasional. Untuk itu pemerintah dipergunakan sesuai dengan keadaannya
atau sifat dan tujuan haknya sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 3, apabila
11
Budi Harsono, 1997, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: tanah tersebut tidak dipergunakan sesuai
Jambatan, hlm. 271.
Kriteria Tanah Terlantar dalam Peraturan Perundangan Indonesia 57

dengan peruntukannya menurut Rencana pemberian pelimpahan kewenangan ter-


Tata Ruang Wilayah yang berlaku pada sebut.
waktu permulaan penggunaan atau Pada dasarnya tanah terlantar yang di-
pembangunan fisik di atas tanah ter-
sebut. maksud adalah tanah negara yang ada hak
penggunaannya, tapi tidak dimanfaatkan. Jadi
Pasal 5 menentukan bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa tanah terlantar
Tanah HGU tidak dipergunakan sesuai ke- terjadi apabila pemegang atau yang menguasai
adaan atau sifat dan tujuan haknya hak atas tanah atau pemegang hak pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, tidak melakukan aktivitas terhadap tanah
apabila tanah itu tidak diusahakan sesuai
dengan kriteria pengusahaan tanah per- tersebut.12
tanian yang baik sesuai ketentuan per- Kemudian hal yang masih belum jelas
aturan perundang-undangan yang ver- dari ketentuan pasal-pasal tersebut adalah me-
laku. ngenai perumusan apa yang dimaksud dengan
tanah yang tidak dipergunakan sesuai dengan
Pasal 6 menentukan bahwa
keadaannya atau sifatnya ataupun tanah tidak
Tanah Hak Guna Bangunan atau Hak Pa-
kai yang dimaksudkan untuk dipecah dipergunakan sesuai dengan tujuan pemberian
menjadi beberapa bidang tanah dalam haknya. Menyadari hal ini dan juga yang lebih
rangka penggunaannya tidak diperguna- penting lagi karena Pemerintah kesulitan
kan sesuai dengan keadaannya atau sifat menertibkan tanah terlantar karena PP No 36
dan tujuan haknya sebagaimana dimak- Tahun 1998 tidak efektif di lapangan dan sulit
sud dalam Pasal 3, apabila tanah tersebut
tidak dipecah dalam rangka pengembang- dalam implementasinya. Salah satu akibat-
annya sesuai dengan rencana kerja yang nya, niat pemerintah untuk mulai menjalankan
telah disetujui oleh instansi yang ver- reforma agraria menjadi terkendala, salah sa-
wenang. tunya karena objek tanah yang dapat didistri-
busikan bagi kepentingan rakyat miskin, pe-
Pasal 7 menyatakan:
nguasaannya masih berada di berbagai pihak
Tanah Hak Pengelolaan dapat dinyatakan
sebagai tanah terlantar, apabila kewe- yang menelantarkan tanah. Pendek kata, ke-
nangan hak menguasai dari Negara atas beradaan tanah terlantar dalam skala yang luas
tanah tersebut tidak dilaksanakan oleh menjadi ganjalan penting bagi guliran reforma
pemegang Hak Pengelolaan sesuai tujuan agraria. Menurut kalangan pecinta pembaruan
pemberian pelimpahan kewenangan ter- agraria, PP yang terdahulu (PP 36/1998) tidak
sebut.
cukup kuat menertibkan tanah terlantar yang
Dari bunyi ketentuan pasal-pasal tersebut ada. Bahkan disinyalir sebagai peraturan yang
maka menurut PP No 36 Th 1998 maka kriteria melindungi tanah terlantar tidak bisa di-
tanah dengan status Hak Milik, HGU, HGB, Hak tertibkan.13
pakai dan Hak Pengelolaan adalah: Atas dasar pertimbangan tersebut dan
1. Apabila tanah tersebut dengan sengaja tidak juga untuk menghindari implikasi yang menim-
dipergunakan sesuai dengan keadaannya bulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan me-
atau sifatnya; wujudkan kesejahteraan rakyat, serta me-
2. Apabila tanah tersebut tidak dipergunakan nurunkan kualitas lingkungan, maka sebagai
sesuai dengan tujuan pemberian haknya; salah-satu Rencana Aksi yang harus diselesaikan
3. Tanah tersebut tidak dipelihara dengan dalam Program 100 Hari Kabinet Indonesia
baik; Bersatu II, Pemerintah menerbitkan Peraturan
4. Khusus untuk tanah Hak Pengelolaan, apa- Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
bila kewenangan hak menguasai dari Negara Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
atas tanah tersebut tidak dilaksanakan oleh
12
Supriadi, 2006, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta,
pemegang hak pengelolaan sesuai tujuan hlm. 124
13
Iwan Nurdin, Setelah PP Tanah Terlantar disyahkan,
Http//M, diakses tanggal 21 April 2010.
58 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 1 Januari 2010

(PP PPTT) Lembaran Negara Republik Indo- 2. Tanah yang tidak diusahakan, tidak diper-
nesiaTahun 2010 Nomer 16 dan Tambahan Lem- gunakan atau tidak dimanfaatkan;
baran Negara Republik Indonesia Nomer 5098, 3. Yang sesuai dengan keadaannya, atau sifat
yang ditandatangani oleh Presiden Dr. H. Susilo dan tujuan pemberian haknya atau dasar pe-
Bambang Yudhoyono pada tanggal 22 Januari nguasaannya;
2010, untuk dijadikan acuan penertiban dan 4. Tidak termasuk tanah terlantar adalah:
pendayagunaan tenah terlantar guna penyele- a. Tanah Hak Milik atau HGB atas nama per-
saian dampak tersebut di atas.14 seorangan yang secara tidak sengaja
Pengertian tanah terlantar dalam PP No tidak dipergunakan sesuai dengan keada-
10 Tahun 2010 sebagaimana produk peraturan an atau sifat dan tujuan pemberian
lainnya dapat dilihat pada Pasal 2, menentukan haknya; dan
Obyek penertiban tanah terlantar meli- b. tanah yang dikuasai pemerintah baik se-
puti tanah yang sudah diberikan hak oleh cara langsung maupun tidak langsung dan
Negara berupa Hak Milik, Hak Guna sudah berstatus maupun belum berstatus
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai,
dan Hak Pengelolaan, atau dasar pe- Barang milik Negara/Daerah yang tidak
nguasaan atas tanah yang tidak diusaha- sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan
kan, tidak dipergunakan, atau tidak keadaan atau sifat dan tujuan pemberian
dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya haknya.
atau sifat dan tujuan pemberian hak atau Dalam penjelasan Pasal 3 dijelaskan bah-
dasar penguasaannya.
wa yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak
Pasal 3, menyatakan : dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat
Tidak termasuk obyek penertiban tanah dan tujuan pemberian haknya” dalam keten-
terlantar sebagaimana dimaksud dalam tuan ini adalah karena Pemegang Hak perse-
Pasal 2 adalah: orangan dimaksud tidak memiliki kemampuan
a. tanah Hak Milik atau Hak Guna Ba- dari segi ekonomi untuk mengusahakan, mem-
ngunan atas nama perseorangan yang
secara tidak sengaja tidak diperguna- pergunakan, atau memanfaatkan sesuai dengan
kan sesuai dengan keadaan atau sifat keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian
dan tujuan pemberian haknya; dan haknya. Yang dimaksud dengan “tidak sengaja
b. tanah yang dikuasai pemerintah baik tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau
secara langsung maupun tidak lang- sifat dan tujuan pemberian haknya” dalam
sung dan sudah berstatus maupun be-
lum berstatus Barang Milik Negara/ ketentuan ini adalah karena keterbatasan ang-
Daerah yang tidak sengaja tidak di- garan negara atau daerah untuk mengusahakan,
pergunakan sesuai dengan keadaan mem-pergunakan, atau memanfaatkan sesuai
atau sifat dan tujuan pemberian hak- dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pem-
nya. berian haknya.
Jadi pada dasarnya tanah terlantar yang Keberadaan PP No.11 Th 2010 dinilai sa-
dimaksud adalah tanah negara yang ada hak ngat penting dalam merestrukturisasi pemilikan
penggunaannya tetapitidak dimanfaatkan oleh dan penguasaan tanah lebih adil bagi rakyat.
pemegang haknya. Berdasarkan pengertian ter- Tanah terlantar antara lain untuk masyarakat
sebut maka kriteria untuk menentukan tanah dalam rangka reformasi agraria, untuk kepen-
dikualisir sebagai telah diterlantarkan menurut tingan strategi negara dan pemerintah di an-
PP No 11 Th 2010 adalah : taranya untuk ketahanan pangan, ketahanan
1. Obyek tanah terlantar meliputi hak atas ta- energi dan pengembangan perumahan rakyat.
nah, Hak Pengelolaan dan tanah yang mem- Setelah ditetapkan sebagai bagian dari
punyai dasar penguasaan atas tanah; program 100 hari pemerintahan SBY-Boediono,
PP ini memang pada akhirnya disyahkan de-
14
ngan segala kekurangannya. Namun demikian
Ahmad Redi, 2010, “Reforma Agraria Melalui Pertiban
Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar”, http://Ahmad
Redi 2003.blogspot.com. diakses tanggal 19 April 2010
Kriteria Tanah Terlantar dalam Peraturan Perundangan Indonesia 59

ada beberapa hal yang perlu dikritisi antara Saran


lain: 1. Perlu segera ditindak lanjuti dengan
1. PP ini tidak berani menyentuh tanah-tanah peraturan pelaksanaan yang lebih detail
yang terkait dengan pemerintah dan BUMN, seperti misalnya mengenai penentuan
tanpa membedakan apakah sudah mendapat kriteria suatu tanah dikualisir sebagai tanah
hak atau belum. Tanah-tanah tersebut di- terlantar apakah hanya memperhatikan
kecualikan dari penelantaran tanah. Jadi normanya saja tanpa melihat hal-hal yang
asset negara/pemerintah itu tidak bisa secara khusus yang terjadi di lapangan.
dikategorikan terlantar; 2. Agar masyarakat dalam artian yang luas bisa
2. PP ini tetap tidak berani menjangkau kawa- segera mengetahui akan adanya PP No 11 Th
san hutan dan tambang. Jadi, hanya wilayah 2010 maka perlu segera diadakan sosialisasi
diluar kawasan tersebut; dengan melalui media TV, Koran, Majalah
3. Setelah ditertibkan tanah-tanah tersebut ataupun juga terjun langsung ke masyarakat
dapat dijadikan objek pembaruan agraria. dengan cara penyuluhan hukum.
Padahal, peraturan tentang atau PP tentang
Reforma Agraria belum ada.15
Mengingat akan arti pentingnya maka
tentu saja PP ini perlu segera ditindak lanjuti
dengan peraturan pelaksanaan yang lebih detail
seperti misalnya mengenai penentuan kriteria
suatu tanah dikualisir sebagai tanah terlantar
apakah hanya memperhatikan normanya saja
tanpa melihat hal-hal yang secara khusus yang
terjadi di lapangan.

Penutup
Simpulan
1. Kriteria untuk menentukan tanah atau lahan
tanah telah diterlantarkan, baik berdasarkan
Hukum Adat, Hukum Islam, UUPA, PP No 36
Th 1998 maupun juga PP No 11 Th 2010
secara substansial adalah sama yaitu :
a. Obyek tanah terlantar meliputi hak atas
tanah, Hak Pengelolaan dan tanah yang
mempunyai dasar penguasaan atas tanah;
b. Tanah-tanah tersebut tidak diusahakan,
tidak dipergunakan atau tidak dimanfaat-
kan sesuai dengan keadaannya, atau si-
fat dan tujuan pemberian haknya atau
dasar penguasaannya;
c. Oleh karena itu tanah harus dipelihara.
2. Untuk menentukan apakah suatu bidang
atau lahan tanah telah dinyatakan terlantar
maka hanya menurut Hukum Adat digunakan
kriteria jangka waktu tertentu.

15
Henry Saragih, “Kategori Tanah Terlantar Harus Rinci”
http://mobile.inilah.com. Diakses tanggal 22 April 2010

Anda mungkin juga menyukai