Anda di halaman 1dari 3

BAB 12 (KAS DAN SURAT-SURAT BERHARGA)

Penelian dan pelaporan kas

Dari segi akunansi, yang dimaksud dengan kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau
bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagi alat pelunas kewajiban pada nilai
nominalnya. Termasuk sebagai kas adalah rekening giro di bank dan uang kas yang ada di perusahan.

Diterima pada nilai nominal sewaktu diuangkan merupakan petunjuk untuk menentukan apakah
suatu surat berharga dapat dianggap sebagai kas. Criteria lain untuk dapat dianggap sebagi kas
adalah dapat digunakan segera. Artinya , apabila diminta dapat segera dikeluarkan.

Pengendalian kas

Mengingat sifat-sifatnya, mengelola kas dalam perusahaan memerlukan perhatian yang cukup serius.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu mengelola kas adalah:

1. Perencanaan arus kas (cash flow planning)


2. Pengendalian penerimaan kas
3. Pengendalian pengeluaran kas
4. Melakukan rekonsiliasi bank
5. Penerapan system dana tetap untk kas kecil

Daftar surat-surat berharga

Saldo akun surat-surat berharga pada tanggal di neraca perlu didukung dengan rincian menurut
jenisnya. Rincian ini harus cocok dengan surat-surat berharga yang secara fisik ada di perusahaan.

Nomor Nama surat berharga Jumlah lembar Nilai nominal Total harga perolehan
Saham
1 PT BTA 1.000 Rp. 1.000 Rp. 4.059
2 PT Uni 2.000 2..000 15.000
3 PT Senen Cibinung 1.500 5.670 54.086
4 PT Badyear 5.000 17.422
Rp. 90.717

BAB 13 (PIUTANG)

Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para
pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya
dalam bentuk memeoerbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudaian atas penjualan
barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.
Sisi lain dari penjualan kredit adalah timbulnya piutang. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim
terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat
menunutut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak
dengan siapa ia berpiutang. Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang
dan lain-lain. Disamping piutang dagang terdapat piutang-piutang usaha (trade receiveable), piutang
pegawai, piutang bungan, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain.

BAB 14 (WESEL TAGIH)

Ada dua macam wesel, yaitu yang merupakan perintah membayar dan janji membayar sehjumlah
uang tertentu. Wesel yang merupakan janji membayar disebut promes, surat aksep atau surat
sanggup. Pihak yang membuat janji membayar, dan dengan demikian yang menegeluarkan wesel
disebut penarik wesel (drawer). Pihak yang akan menerima pembayaran disebut penerima wesel
(payee). Promes harus ditandatangani oleh penariknya. Wesel yang merupakan perintah membayar
ditandatangani oleh pihak yang mengeluarkan perintah (penarik). Wesel/promes dapat berbuga
(interest bearing notes) atau tidak berbunga (non-interest bearing notes).

BAB 15 (PERSEDIAAN BARANG DAGANG PENETEPAN HARGA POKOK)

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan
untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termask ke dalam persediaan adalah barang-barang
yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri
dari persediaan bahan baku, dan persediaan dalam proses barang jadi. Persediaan barang dagang
pada umumnya dinilai pada harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar atau nilai yang
diharapkan dapat direalisasikan. Cara penilaian dan metode penetapan harga pokok harus diungkap
dalam laporan keuangan.

Harga Pokok Penjualan Persediaan Akhir

1. Alternative I Rp. 18.000 Rp. 15.000

2. Alternative II 25.000 8.000

3. Alternative III 22.000 11.000

Konsep table diatas merupakan dasar dari metode penetapan harga pokok persediaan. Alternative
pertama disebut metode pertama masuk pertama keluar (first in-first out atau FIFO). Alternative
kedua disebut metode terakhir masuk pertama keluar (last in-first out atau LIFO) sedangkan
alternative ketiga disebut metode rata-rata (average). Apabila ketiga metode tersebut
diperbandingkan akan tampak bahwa nilai persediaan dan harga pokok penjualan yang dihasilkan
berbeda. Akibat dari berbedanya nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah
berbedanya laba bersih, total aktiva maupun total modal.

BAB 16 (PERSEDIAAN BARANG DAGANG PENILAIAN DAN PENCATATAN)

Persediaan harus dinilai pada harga yang terendah antara harga pokok dan harga pasar. Apabila
persediaan dinilai berdasarkan harga terendah , maka harga pokok persediaan (yang telah ditetapkan
berdasarkan metode FIFO, LIFO, AVERAGE) dibandingkan dengan harga pasarnya. Pada dasarnya,
yang dimaksud dengan harga pasar adalah harga untuk mengganti barang bersangkutan pada tanggal
neraca. Harga yang terendah di antara keduanya dipilih untuk penilaian dan digunakan untuk
penyajian di laporan keuangan. Metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar dapat
diterapkan dengan tiga cara yaitu:

a) Pada tiap-tiap jenis barang

b) Pada tiap-tiap kelompok besar barang

c) Pada nilai persediaan secara keseluruhan

Pencatatan:

Persediaan barang dagang pada awal periode


Ditambah
Pembelian bersih selama periode
Sama dengan
Persediaan tersedia terjual
Dikurangi
Persediaan barang dagang pada akhir periode
Sama dengan
Harga pokok penjualan

Anda mungkin juga menyukai