Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah satu
cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi merupakan
suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain
yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan
jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada
bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah satunya adalah asidimetri
dan alkalimetri (Keenan, W. Kleinfelter. 1999).
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama
dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidimetri dan
Alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar
(asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis
garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hydrogen dan ion hydroksida
untuk membentuk air (Keenan, W. Kleinfelter. 1999).
Asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena titrasi asam basa
sangat berguna dalam dunia industri. Contoh penggunaannya adalah dalam
bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam
pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji
dengan proses titrasi. Dalam industri makanan digunakan untuk penentuan
kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus dengan
plastik dan dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat warna
AZO yang berbahaya (Harjadi, W. 1990).
Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip
asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan
untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan
larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat (Harjadi, W.
1990).

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kadar NaHCO3 dengan metode asidimetri
2. Untuk menentukan kadar CH3COOH dalam cuka komersil dengan metode
alkalimetri.
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
3. Dapat mengetahui kadar NaHCO3 dengan metode asidimetri
4. Dapat mengetahui kadar CH3COOH dalam cuka komersil dengan metode
alkalimetri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan merupakan suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat
(dalam kimia). Zat yang jumlahnya lebih sedikit yang ada didalam larutan itu
(zat) solut atau terlarut, sedangkan zat yang memiliki jmlah zat lebih banyak
dibandingkan dengan zat-zat lain dalam larutan juga disebut solven atau
pelarut (Aan.2010).
Takaran atau komposisi zat terlarut serta pelarut dalam sebuh larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, dan sedangkan proses campuran zat
terlarut dan pelarut disebut pelarutan (solvasi) (Aan.2010).
2.2 Larutan Standar
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu
zat, dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi
sempurna disebut analisis volumetri. Analisis ini juga menyangkut
pengukuran volume gas (Zainul. 2013).
Proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna disebut titrasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya
disebut larutan standard. Proses penentuan konsentrasi larutan standard
disebut “menstandardkan” atau “membakukan” (Zainul. 2013).
Larutan standard adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan
digunakan pada analisis volumetrik. Ada cara dalam menstandarkan larutan
yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan
berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu
secara tepat. Larutan ini disebut larutan standard primer, sedangkan zat
yang digunakan disebut standard primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara
menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume
tertentu, tetapi dapat distandardkan dengan larutan standard primer,
disebut larutan standard sekunder.

3
2.1.1 Larutan Standra Primer
Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya.
Idealnya kita harus memulai dengan larutan standar primer. Larutan
standar primer dibuat dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang
tinggi (standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu
larutan yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup
murni, maka perlu distandardisasi dengan standar primer(Zainul. 2013).
Persyaratan standar primer :
1. Kemurnian tinggi
2. Stabil terhadap udara
3. Bukan kelompok hidrat
4. Tersedia dengan mudah
5. Cukup mudah larut
6. Berat molekul cukup besar

Contoh larutan standar primer :


1. Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium
arsenit NaASO2 yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium
periodat NaIO4, larutan iodine I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
2. Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,
isopropanol atau DMF.
3. Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat
Na2S2O3.
4. Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan
asam perklorat dan asam asetat.
5. Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan
HNO3.
6. Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3
7. Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk
standarisasi larutan natrium nitrit.
2.1.2 Larutan Standar Sekunder
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. NaOH

4
tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat
higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP
agar dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan
HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar
sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer
NaCO3 (Zainul. 2013).
2.1.3 Larutan Standar Tersier
Larutan standar tersier adalah larutan yang konseentrasinya
diperoleh dengan cara menitrasi dengan larutan standar sekunder yang
terlebih dahulu telah distandarisasi dengan larutan standar primer (Zainul.
2013).
2.3 Prinsip Dasar Titrasi
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi
asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara
umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut :
aA + tT  produk
Dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T.
untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut
salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui.
Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol
equivalennya juga berlaku sama (Zainul. 2013)..
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa
persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu
dan tidak adanya reaksi sampingan
2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik
ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi
tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi
perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada
titik ekivalensi.
3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik
ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau

5
metode instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan
titran
4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat
dilakukan hanya beberapa menit.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya (Zainul. 2013)..
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan
yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun
titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka
titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri
disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan
titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka
semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator
menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen
tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral) (Zainul.
2013)..
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap,
disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen
(setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume
dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Lengkapnya
titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh
mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam
sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu
reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Zainul. 2013).

6
2.4 Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur
jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan
lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan
pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis volumetri.Pada suatu
titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke
dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai
kran dan diberi skala dalam mililiter dan sepersepuluh milliliter
(Wiwidhikaru. 2015).
Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi,
larutan ini diteteskan secara perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer
yang mengandung larutan reaktan lain. Larutan penitrasi ditambahkan sampai
seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan berubahnya warna indikator,
suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam bejana
penerima dan yang mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir.
Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi
nama demikian karena pada titik ini, penetesan larutan penitrasi dihentikan
dan volumenya dicatat (Wiwidhikaru. 2015).
2.5 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes
demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Titrasi
asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran
(Wiwidhikaru. 2015).
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]

7
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir
titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai
titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut (Wiwidhikaru. 2015).
2.6 Asidi Alkalimetri

Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :


aA + tT hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi T.
Pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya
ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai.Agar
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan
sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya
titran berlebih dengan perubahan warna.Perubahan warna inidapat atau tidak
dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir (Wiwidhikaru. 2015).
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk
penentuan titrimetrik salah satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini
memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri. Terdapat banyak asam dan
basa yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam yang akan
ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :
HA + OH- A- + H2O
dan
BOH + H3O+ B+ + 2H2O

8
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti
natrium hidroksida dan asam klorida (Wiwidhikaru. 2015)..
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari
basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima
proton (basa) (Wiwidhikaru. 2015)..
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asm dengan menggunakan baku basa (Wiwidhikaru. 2015)..
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen
antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau
basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH
larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya
mencapai titik ekivalen (Wiwidhikaru. 2015)..
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Titrasi Asam Basa
2.6.1 Indikator Titrasi
Zat kimia yang digunakan untuk mengetahui bila penambahan titran
berhenti/titik ekivalen titran telah tercapai (Wiwidhikaru. 2015)..
2.6.2 Titik Ekivalen/ Titik Akhir Teoritis
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut
sebagai titik ekivalen (Wiwidhikaru. 2015)..
2.6.3 Titik Akhir Titrasi
Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah
menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan (Wiwidhikaru. 2015).
2.8 Metode Titimetri
Titrimetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif didasarkan
pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit.

9
Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat
yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya. Selanjutnya akan
dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Larutan standar
merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Agar diketahui
kapan harus berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan
bahan kimia, yaitu indikator, bereaksi terhadap kehadiran titran yang
berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa
saja terjadi persis pada titik ekivalen, tetapi bisa juga tidak. Titik dalam
titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Tentu saja
diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama (atau mengoreksi
perbedaan di antara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam
metode titrimetri.
2.9 Metode Volumetri
Metode volumetric adalah metode analisis kimia yang dilakukan
untuk menentukan banyaknya volume larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan tepat yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan yang
dianalisis. Teknik pelaksaaan analisis volumetri, mula-mula disiapkan larutan
baku dalam buret dan larutan sampel dalam labu titrasi. Larutan baku
diteteskan kedalam larutan sampel sampai titik ekivalen. Inilah yang biasa
dikenal dengan istilah Titrasi (Metode Titimeri). Pada titik ekivalen, V1 N1 =
V2 N2.
Apabila salah satu larutan berwarna, titik ekivalen dapat diamati.
Misalnya: titrasi asam oksalat yang tidak berwarna dengan larutan
KMnO4(ungu), akan didapatkan perubahan laurtan dari tidak berwarna
menjadi ungu muda.
Jika kedua larutan tidak berwarna, maka titik ekivalen tidak dapat
teramati. Sehingga perlu penambahan indikator sebagai zat pembantu dalam
pengamatan titik ekivalen. Titik ekivalen (TE) tidak dapat diamati dengan
mata secara langsung, akan tetapi yang bisa diamati hanya perubahan warna
dimana titrasi harus dihentikan. Tepat saat titik akhir titrasi (TAT). Pada
umumnya, titik akhir titrasi terjadi sesudah titik ekivalen.

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Gelas Kimia
6. Labu Ukur
7. Gelas Ukur
3.2 Bahan
1. Soda Kue
2. Indikator Metil Jingga
3. HCl 0,1 N
4. Aquadest
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Asidimetri
1. Pertama timbang sebanyak 3 gr soda kue dan dilarutkan dalam 250 ml
aquadest dalam labu ukur
2. Pipet sebanyak 25 ml sampel kedalam erlenmeyer
3. Tambahkan indicator metil jingga 3-5 tetes
4. Kemudian tirasi dengan HCl 0,1 N hingga berubah warna menjadi
rose
5. Terakhir catat volume HCl yang digunakan.
3.3.2 Prosedur Kerja Alkalimetri
1. Pertama pipet 10 ml cuka dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest dalam
labu ukur
2. Pipet sebanyak 10 ml sampel kedalam erlenmeyer
3. Tambahkan indicator PP 3-5 tetes
4. Kemudian tirasi dengan NaOH 0,1 N hingga berubah warna menjadi
rose
5. Terakhir catat volume NaOH yang digunakan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
GAMBAR KETERANGAN
Percobaan asidimetri untuk
menentukan kadar NaHCO3.
VHCl : 44,5 ml
Hasil : 124,6 %

Percobaan alkalimetri untuk


menentukan kadar CH3COOH dalam
cuka komersil
VNaOH : 35 ml
Hasil : 21%

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan kadar NaHCO3 menggunakan metode titrasi asidimetri
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar NaHCO3
atau Natrium Bikarbonat. Dalam menganalisis kadar NaHCO3 ini
menggunakan metode titrasi asidimetri dengan menggunakan larutan
standar HCl.. Metode titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya.

12
Penggunaan indikator metal jingga pada titrasi ini karena larutan
NaHCO3 ditambah HCl memiliki pH sekitar 3,9 pada titik akhir
titrasinya sehingga methil orange yang memiliki rentan pH 3,1 – 4,4
cocok untuk digunakan. Methil jingga memiliki perubahan warna
seiring dengan meningkatnya pH yaitu merah kekuningan (merah muda
tetap). Sehingga bila bila HCl yang ditambahkan, perubahan warna
akan menuju kearah merah muda tetap karena pH akan semakin turun
atau menjadi asam.
Kemudian dilakukan titrasi standarisasi penentuan kadar HCl
yang akan digunakan sebagai larutan standar untuk menentukan kadar
NaHCO3. Setelah itu barulah dilakukan titrasi untuk menentukan kadar
sampel NaHCO3 yang didapat dari soda kue.. Pada titik akhir titrasi,
titrasi dihentikan. Hal ini ditandai dengan larutan yang diperoleh
berubah warna menjadi merah muda tetap atau rose. Dimana hasil
titrasi rata-rata dari NaHCO3 yang diperoleh adalah 44,5 ml dan kadar
NaHCO3 yang diperoleh setelah melakukan titrasi 124,6 %. Dari hasil
kadar tersebut menurut Farmakope Indonesia tidak sesuai karena kadar
NaHCO3 tidak bole kurang dari 99,0 % dan tidak boleh lebih dari 100,5
%.
Perhitungan :
Vtitran x Ntitran x BE x Vsoda yang dibuat
% NaHCO3 : 100%
𝑊𝑠𝑜𝑑𝑎 𝑚𝑔 𝑥 𝑉𝑠𝑜𝑑𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
44,5 x 0,1 x 84 x 250
: 100 %
3000 𝑥 25
93.450
: 100%
75.000
: 1,246 x 100%
: 124,6 %
4.2.2 Pembahasan kadar CH3COOH dalam cuka komersil menggunakan metode
titrasi alkalimetri
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar CH3COOH.
Dalam menganalisis kadar CH3COOH ini menggunakan metode titrasi
alkalimetri dengan menggunakan larutan standar NaOH. Metode titrasi

13
merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
Indikator yang biasanya digunakan dalam titrasi asam basa adalah
indikator yang dapat berubah warna saat mencapai titik akhir titrasi. Pada
indikator asam basa, biasanya digunkan indikator fenolftalein atau lebih
dikenal dengan sebutan “pp”. Indikator pp dipilih karena biasanya basa
yang digunakan sebagai larutan standartnya, dan asam adalah larutan yang
dititrasi. Jadi ketika larutan yang dititrasi masih bersifat asam dan netral,
dia tidak akan berubah warna. Dan ketika larutan sudah mencapai titik
akhir titrasi akan memberikan mulai warna merah muda. Hal ini dapat
terjadi karena pp akan berubah warna jika larutan mencapai ph 8 atau
lebih.
Kadar yang diperoleh dari hasil pengujian yaitu 21 % sedangkan
yang tertulis pada botol yaitu 25 %. Hal ini disebabkan karena adanya
kesalahan pada saat proses penitrasian. Kemungkinan karena adanya
kelebihan indukator pp dan kelebihan zat penitrasi yang dapat berpengaruh
pada hasil akhir dalam perhitungan kadar cuka.
Perhitungan :
Vcuka pengencer
Vtitran x Ntitran x BE x Vcuka yang diencer
% CH3COOH : 100%
Vcuka yang dititrasi x 1000
35 x 0,1 x 60 x 100/10
: 100 %
10 𝑥 1000
2.100
: 100%
10.000
: 0,21 x 100%
: 21 %

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari titrasi asidimetri untuk
menentukan kadar NaHCO3 atau sering disebut soda kue adalah 124,6 % yang
tidak sesuai dengan farmakope Indonesia yang kadarnya NaHCO3 tidak bole
kurang dari 99,0 % dan tidak boleh lebih dari 100,5 %.
Untuk kesimpulan dari titrasi untuk menentukan kadar CH3COOH
dalam cuka komersil adalah 21% sedangkan yang tertulis pada botol yaitu 25
%. Hal ini karena ada factor kesalahan pada saat proses penitrasian.
Kemungkinan karena adanya kelebihan indukator pp dan kelebihan zat
penitrasi yang dapat berpengaruh pada hasil akhir dalam perhitungan kadar
cuka
5.2 Saran
Praktikan diharapkan memilih buret yang lebih baik, karena buret yang
kurang bagus dapat mempengaruhi pentitrasian dan persen ralat. Saat
melakukan titrasi praktikan harus memperhatikan tetesan larutan baku yang di
teteskan agar tidak mengenai dinding erlenmeyer tetapi langsung ke larutan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aan. 2010. Pengertian Larutan Dan Kelarutan Dalam Kimia Beserta Contohnya.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-larutan-dan-kelarutan-
dalam-kimia-beserta-contohnya/. Diakses pada tanggal

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta


Keenan, W. Kleinfelter. 1999. Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta

Wiwidhikaru. 2015. LAPORAN ASIDI ALKALIMETRI.


http://wiwidhikaru.blogspot.com/2015/02/laporan-oh-laporan-laporan-
asidi.html. Diakses pada tanggal

Zainul.2013. KIMIA ANALISIS KUANTITATIF METODA TITRIMETRI ASAM –


BASA. http://zainulautis.blogspot.com/2013/10/kimia-analisis-kuantitatif-
metoda.html. Diakses pada tanggal

16

Anda mungkin juga menyukai

  • DERMATOFITOSIS
    DERMATOFITOSIS
    Dokumen2 halaman
    DERMATOFITOSIS
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Profil Lipid
    Pemeriksaan Profil Lipid
    Dokumen19 halaman
    Pemeriksaan Profil Lipid
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Asam Urat
    Laporan Asam Urat
    Dokumen23 halaman
    Laporan Asam Urat
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Sgot Dan SGPT
    Laporan Sgot Dan SGPT
    Dokumen24 halaman
    Laporan Sgot Dan SGPT
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah Etika Profesi (Kel. 1) Fix
    Makalah Etika Profesi (Kel. 1) Fix
    Dokumen24 halaman
    Makalah Etika Profesi (Kel. 1) Fix
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Cara Determinasi Dan Investigasi
    Cara Determinasi Dan Investigasi
    Dokumen9 halaman
    Cara Determinasi Dan Investigasi
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • (01 SOP Pemeriksaan Laboratorium.
    (01 SOP Pemeriksaan Laboratorium.
    Dokumen2 halaman
    (01 SOP Pemeriksaan Laboratorium.
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Lporan Pemeriksaan Goldar
    Lporan Pemeriksaan Goldar
    Dokumen28 halaman
    Lporan Pemeriksaan Goldar
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN 3 Imunoserologi
    LAPORAN 3 Imunoserologi
    Dokumen15 halaman
    LAPORAN 3 Imunoserologi
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 3
    Laporan 3
    Dokumen20 halaman
    Laporan 3
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Cara Pengambilan, Penyimpanan Dan Pengiriman Spesimen Klinik
    Cara Pengambilan, Penyimpanan Dan Pengiriman Spesimen Klinik
    Dokumen20 halaman
    Cara Pengambilan, Penyimpanan Dan Pengiriman Spesimen Klinik
    Maydis stigma
    98% (65)
  • Laporan 2
    Laporan 2
    Dokumen22 halaman
    Laporan 2
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN 3 Imunoserologi
    LAPORAN 3 Imunoserologi
    Dokumen15 halaman
    LAPORAN 3 Imunoserologi
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 2
    Laporan 2
    Dokumen22 halaman
    Laporan 2
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah 2
    Makalah 2
    Dokumen16 halaman
    Makalah 2
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen21 halaman
    Makalah
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah 3
    Makalah 3
    Dokumen20 halaman
    Makalah 3
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pemeriksaan Mikrobiologi
    Laporan Pemeriksaan Mikrobiologi
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pemeriksaan Mikrobiologi
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 3
    Laporan 3
    Dokumen19 halaman
    Laporan 3
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fix
    Makalah Fix
    Dokumen22 halaman
    Makalah Fix
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah 1
    Makalah 1
    Dokumen29 halaman
    Makalah 1
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah 2
    Makalah 2
    Dokumen16 halaman
    Makalah 2
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Makalah 2
    Makalah 2
    Dokumen16 halaman
    Makalah 2
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1
    Laporan 1
    Dokumen19 halaman
    Laporan 1
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Hematologi
    Hematologi
    Dokumen13 halaman
    Hematologi
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1
    Laporan 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan 1
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 3
    Laporan 3
    Dokumen11 halaman
    Laporan 3
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 2
    Laporan 2
    Dokumen11 halaman
    Laporan 2
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1
    Laporan 1
    Dokumen28 halaman
    Laporan 1
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1
    Laporan 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan 1
    Sitti Isra Ningsih
    Belum ada peringkat