Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan
sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam
Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak
selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie,
epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock
(Soegijanto, 2006).
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap
hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi
menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.

1.2 Rumusan Masalah.


1.2.1 Bagaimana pengertian, patofisiologi, klasifikasi DHF, penyebab, gejala, pencegahan, cara
pengobatan DHF?
1.2.2 Bagaimana cara penulisan Asuhan Keperawatan DHF. Pengkajian hingga evaluasi?
1.3 Tujuan.
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pengertian, patofisiologi, klasifikasi, penyebab, gejala,
pencegahan, dan cara pengobatan DHF.
1.3.2 Untuk mengetahui cara penulisan Asuhan Keperawatan DHF. Pengkajian hingga
Evaluasi.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang
ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula
Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

2.2 PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF
dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat.

2
2.3 KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt
) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80  120/100 
120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 )
d. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

2.4 Penyebab dan Ciri-Ciri DHF


2.1.1 Penyebab DHF.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.
2.1.2 Ciri-Ciri Nyamuk.
 Hidup di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh
 Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.
 Mereka menggigit pada pagi atau siang hari
 Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau
pergelangan kaki
 Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang tergigit.
Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah
gelap. Tempat beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di
lemari pakaian atau lemari, di tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka,
3
di ruang yang gelap dan tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau
perabot.
Nyamuk demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah
cara yang efektif untuk membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa
insektisida ke daerah di mana mereka lebih suka untuk beristirahat.
Nyamuk demam berdarah terkadang dijuluki ‘kecoa nyamuk’ karena benar-
benar dijinakkan dan lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk.
Mereka berkembang biak bukan di rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit
pada malam hari.

2.5 Gejala DHF


Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah
sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah
(Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas
20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

2.6 Pencegahan DHF


Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna
(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan
4
nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat
mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, sebagai berikut:
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan
melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air,
dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik
nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat
menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-
ulang.
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan
bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk
memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk.
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita
mengalami demam atau panas tinggi.

2.7 Cara Pengobatan DHF


Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika
tepat sasaran dapat disembuhkan. Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan
demam berdarah. Untuk beberapa jenis obat seperti aspirin, obat anti-inflammatory drugs
(NSAID), dankortikosteroid harus dihindari sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.
Pasien dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus memiliki jumlah
trombosit dan hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari setelah
penurunan suhu badan normal. Pasien dengan tingkat hematokrit yang meningkat atau
jumlah trombosit menurun harus memiliki penggantian defisit volume intravaskular.
Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda
dehidrasi, seperti takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit berbintik-bintik,
status mental berubah, penurunan output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi
menyempit, atau hipotensi, memerlukan cairan infus.
Keberhasilan pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan perhatian khusus,
seperti cairan dan perawatan proaktif. Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki dengan
cairan isotonik seperti larutan Ringer laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih

5
dari 20 menit dan dapat diulang. Jika ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit
harus ditentukan dan jika naik informasi klinis yang terbatas menunjukkan bahwa plasma
expander dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin 5% pada dosis 10-20 kg mL juga dapat
digunakan. Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan darah harus dipertimbangkan.
Pasien dengan perdarahan internal atau pencernaan mungkin memerlukan transfusi. Pasien
dengan koagulopati mungkin memerlukan plasma beku segar.
Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan
infus tidak lebih dari 24-48 jam. cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat hematokrit
turun dibawah 40% dan volume intravaskuler cukup.
Transfusi plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan
parah. Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah
pemberian globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum
pengobatan demam berdarah dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau konsultasi kepada
dokter adalah jalan yang terbaik, pastikan penderita berada pada kondisi yang stabil karena
jika dibiarkan akan menjadi semakin parah sehingga menyebabkan kematian.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 17
Alamat : Malang
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. W
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Ayah : Tn. R
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Diagnosa Medik : DHF
Pengkajian tanggal : 08 Mei 2016

2. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh panas.

3. Riwayat penyakit sekarang.


P : Sejak badannya terasa panas?
Ibu px: Senin pagi badannya panas.
P : Apa sudah minum obat ibu? Lalu obat yang diberikan apa?
Ibu px: Sudah, waktu badannya panas langsung saya bawa ke puskesmas dan
mendapatkan obat parasetamol.
P : Setelah minum obat apa panasnya turun?
Ibu px : Iya, tetapi rabu malam panasnya naik lagi lalu muntah-muntah air, tidak mau
makan tapi kalau minum masih mau. Kamis jam 3 pagi keluar darah dari hidung saat
bersin, kemudian mengeluh pusing, lalu saya bawa ke IGD.
P : baik lah ibu akan saya laporkan ke dokter.

4. Riwayat penyakit dahulu.

7
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.

5. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

8
ANALISA DATA

Nama pasien : Tn S
Umur : 17
No. Register : 00876

DATA PENUNJANG MASALAH KEMUNGKINAN


PENYEBAB
Data Subjektif: Hipertermi Gigitan nyamuk

1.pasien mengatakan
Infeksi dengue
badannya lemas. ↓
Beredar di aliran darah
2.klien mengatakan badan

terasa tidak nyaman karena Mengaktifkan sistem
komplemen
suhu tubuh yang tinggi

3. pasien mengatakan Hipertermi
meminum air putih 4 gelas.
4. pasien mengatakan BAK Kekurangan Cairan Permeabilitas meningkat

2-3 kali per hari.
Trombositopenia
5. pasien mengatakan warna ↓
Kebocoran plasma
urine kuning pekat.

Pendarahan

Data Objektif:
Ketidakseimbangan cairan
1. TTV. TD: 110/70 mmHg ↓
Ke extravaskuler
N: 88 kali per menit

RR: 28 kali per
Paru-paru, hepar, abdomen
menit
Suhu: 38,5˚C Kekuranagan Nutrisi
Ketidakefektifan pola nafas,
2. Turgor kulit kembali
nyeri, ketidakseimbangan
kurang dari 2 detik.
nutrisi kurang dari
3. pasien tidak mual dan
kebutuhan tubuh
muntah.

9
DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS)

Nama pasien : Tn S

Umur : 17 tahun

No. Register : 00876

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN MASALAH


MASALAH SELESAI
Tgl. Paraf Tgl. Paraf
1. Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi virus.

2. Kekurangan volume cairan


berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif dan kegagalan
mekanisme regulasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

10
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn S

No.registrasi : 00876

NO Diagnosa Keperawatan Intervensi


Tujuan dan NOC Tindakan Rasional
keperawatn NIC
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1.Observasi 1.Tanda-tanda
berhubungan dengan tindakan tanda-tanda vital merupakan
proses infeksi virus. keperawatan vital acuan untuk
selama 3 x 24 tiap 3 jam. mengetahui
jam, pasien akan : 2. Beri keadaan umum
- Menunjukkan suhu kompres pasien.
tubuh dalam hangat pada 2. Kompres hangat
rentang normal. bagian lipatan dapat
- TTV normal. tubuh ( Paha mengembalikan
dan aksila ). suhu normal
3. Monitor memperlancar
intake dan sirkulasi.
output 3. Untuk
4. Berikan obat mengetahui
anti piretik. adanya
Beri banyak ketidakseimbangan
minum ( ± 1- cairan tubuh.
1,5 liter/hari) 4. Dapat
sedikit tapi menurunkan
sering demam
6. Ganti 5. Peningkatan
pakaian klien suhu tubuh akan
dengan bahan menyebabkan
tipis menyerap penguapan tubuh
keringat. meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak.
6. Pakaian yang
tipis menyerap
keringat dan
membantu
11
mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.

2. Kekurangan volume 1. Tekanan darah,


1. monitor 1. diharapkan
cairan berhubungan nadi, suhu, dan
status hidrasi dengan mengkaji
dengan kehilangan pernafasan dalam
(kelembapan status hidrasi
cairan aktif dan batas normal.
mukosa, nadi pasien dapat
kegagalan mekanisme 2. Tidak ada tanda-
adekuat, memantau
regulasi tanda dehidrasi.
tekanan darah perkembangan
3. Elastis turgor
ortostatik). status hidrasi.
kulit, baik membran
2. kolaborasi 2. diharapkan
mukosa lembab, dan
pemberian dengan pemberian
mampu berkeringat.
cairan IV. cairan IV dapat
4. Mempertahankan
3. dorong memenuhi
urine output sesuai
masukan oral kebutuhan cairan
dengan usia dan
dan tawarkan pasien.
berat badan.
snack (jus buah 3. dengan
dan buah segar). pemberian jus dan
4. monitor buah segar yang
tingkat HB dan tinggi anti oksidan
Hematokrit. dapat menambahh
5. monitor TTV. imun tubuh.
4. diharapkan dapat
mengetahui
perkembangan nilai
HB dan hematokrit
klien.
5. diharapkan
dapat memantau
perkembangan
pasien.

12
3. Ketidakseimbangan 1. Adanya 1. Kolaborasi
1. Diharapkan
nutrisi kurang dari peningkatan dengan ahli
dengan
kebutuhan tubuh berat badan gizi untuk
berkolaborasi
sesuai dengan menentukan
dengan ahli gizi
tujuan jumlah kalori
dapat
2. Berat badan dan nutrisi
memantau
ideal sesuai 2. Kaji
perkembangan
dengan tujuan kemampuan
nutrisi pasien
3. Mampu pasien untuk
2. Diharapkan
mengidentifikasi mendapatkan
dengan
kebutuhan nutrisi yang
mengkaji
nutrisi dibutuhkan
kemampuan
3. Monitor
pasien untuk
kalori dan
mendapatkan
intake nutrisi
nutrisi yang
dibutuhkan
dapat
meningkatkan
kesembuhan
pasien
3. Memonitor
kalori dan
intake nutrisi
pasien untuk
memamntau
perkembangan
nutrisi pasien

13
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn S

Umur : 17 tahun

No. Register : 00876

Tanggal, No. Dx Kep Tindakan Keperawatan Respon Pasien Tanda


Jam Tangan
00007 1.Observasi ttv suhu : 38,5ºc
TD: 110/70 mmHg Nadi:
100x/menit RR: 44x/menit
2. Memberikan kompres
hangat pada dahi, axila,
dan lipat paha
3. Memberikan paracetamol
160 mg tablet
4. Memberi penjelasan
kepada klien mengapa
suhu tubuh tidak segera
turun
5. Menganjurkan klien untuk
memakai pakaian yang
menyerap keringat

1. mengukur TTV pasien.


00027
2. anjurkan pasien membatasi
mobilisasi.
3. beri posisi nyaman.
4. anjurkan pasien
mengkonsumsi makanan
antioksidan tinggi.
5. mengkaji output pasien.
6. memberikan obat peroral.
7. beri kompres hangat.

00002 1. Berikan substansi gula

14
2. berikan makanan yang
terpilih (sesuai konsultasi
ahli gizi)
3. berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi

15
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn S
Umur :17 tahun
No. Register : 00876
No Dx Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Keperawatan
00007 S: S: S:
pasien mengeluh masih pasien sudah merasa pasien menyatakan
panas dan tidak nyaman menurun namun masih sudah merasa bisa
O: terasa belum menurun beraktifitas serta sudah
1. TD: 110/70 mmHg. O: merasa nyaman dengan
Nadi: 88 x/menit, RR: 28 1. TD: 110/80 mmHg, suhu pada tubuhnya
x/menit, Suhu: 38,8˚C. Nadi: 86 x/menit, RR: O:
A: 26 x/menit, Suhu: 1. TD: 110/70 mmHg,
masalah belum teratasi 38,3˚C. Nadi: 84 x/menit, RR:
P: A: 22 x/menit, Suhu:
melanjutkan intervensi masalah belum teratasi 37,9˚C.
P: A:
melanjutakan intervensi masalah sebagian
teratasi
P:
mempertahankan suhu
tubuh adekwat

00027 S: S: S:
1. pasien mengatakan 1. pasien mengatakan 1. pasien mengatakan
badannya terasa masih badannya sudah tidak badannya sudah tidak
lemas. terlalu lemas. lemas.
2. pasien mengatakan 2. pasien mengatakan 2. pasien mengatakan
warna kencingnya masih warna kencingnya warna kencingnya
pekat. kuning tetapi tidak kuning bening.
3. pasien mengatakan terlalu pekat. 3. pasien mengatakan
sudah minum 4-6 gelas air. sudah meminum lebih
O: dari 8 gelas air.

16
1. Aktivitas seperti makan, 3. pasien mengatakan O:
minum dan kekamar mandi sudah minum 6-8 gelas 1. aktivitas makan
masih dibantu orang lain. air. minum, dan kekamar
A: O: mandi sudah bisa
Masalah Belum teratasi. 1. Aktivitas makan, mandiri dan sudah bisa
P: minum mandiri dan berjalan-jalan keluar
Lanjutkan Intervensi. kekamar mandi masih kamar.
dibantu orang lain. A:
A: Masalah teratasi.
Masalah teratasi P:
sebagian. Hentikan Intervensi.
P:
Lanjutkan Intervensi.

00002 S: S:
S:
Pasien mengatakan nyeri Mengatakan sedikit Sudah tidak nyeri
nyeri abdomen
abdomen abdomen
O:
O: Berat badan pasien O:
sedikit naik
Berat badan menurun Berat badan pasien
A:
A: Masalah sedikit teratasi sudah kembali normal
P:
Masalah belom teratasi A:
Melanjutkan intervensi
P: Masalah teratasi
Lanjutkan Intervensi P:
Hentikan intervensi

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Demam
berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat sasaran
dapat disembuhkan. Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan demam berdarah.
Untuk beberapa jenis obat seperti aspirin, obat anti-inflammatory drugs
(NSAID), dankortikosteroid harus dihindari sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.
Terdapat diagnosa Hipertermi b.d proses infeksi virus, ketidakseimbangan volume
cairan b.d kehilangan cairan aktif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu makan menurun.

4.2 Saran
Diharapkan untuk semua orang agar menjaga kebersihan lingkungan, dan hindari
tempat yang terdapat genangan air.

18
DAFTAR PUSTAKA

(http;//www.litbang.depkes.go.id, 2005).
Anton, S. Hubungan perilaku tentang pemberantasan sarang nyamuk dan kebiasaan keluarga
dengan kejadian DBD di kec. Medan perjuangan kota Medan. 2008
Isha, H. 2006. Upaya strategis dalam penanggulangan DBD di Indonesia. Jakarta: Bakti Husada
Kristina. 2005. Demam berdarah dengue. Jakarta: Litbang Depkes RI
Amin, H. Nanda NIC NOC jilid 1 (DHF).2015
Judith, M. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

19

Anda mungkin juga menyukai