ASKEP TEORI
A. Pengkajian
1. Meliputi nama, tanggal lahir / umur, nama ayah / ibu, alamat, no.telfon, suku bangsa,
agama, pendidikan terakhir ayah / ibu, golongan darah ayah / ibu.
3. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas yang ditimbulkan
oleh diri sendiri / orang terdekat.
Tanda : perubahan tonus / kekuatan otot, gerakan involunter / kontraksi otot ataupun
sekelompok otot.
4. Sirkulasi
Gejala : iktal: hipertensi, peningkatan nadi, sianosis. Postiktal: tanda-tanda vital normal
atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.
5. Integritas ego
Gejala : stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan atau penanganan.
Peka rangsang: perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam
berhubungan.
6. Eliminasi
Gejala : inkontinensia episodik
Tanda : iktal: peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Postiktal: otot
relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urin / fekal).
7. Makanan / cairan
Gejala : sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang.
Tanda : kerusakan jaringan lunak / gizi (cidera selama kejang), hyperplasia ginggival
(efek samping pemakaian dilantin jangka panjang).
8. Neurosensori
Gejala : riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma
kepala, anoreksia dan infeksi serebral. Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area
halusinogen), postiktal: kelemahan, nyeri otot, area paralisis
Tanda : karakteristik kejang:
Fase prodromal: adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon afektif yang tidak
menentu yang mengarah pada fase aura dalam beberapa kasus dan berakhir beberapa
menit sampai beberapa jam
Kejang umum: tonik-klonik (grandmal): kekakuan dan postur menjejak, mengerang,
penurunan kesadaran, pupil dilatasi, inkontinensia urin / fekal, pernafasan stridor
(ngorok), saliva keluar secara berlebihan dan mungkin juga lidahnya tergigit.
Postiktal: pasien tertidur dalam 30 menit sampai beberapa jam, selanjutnya merasa
lemah, kacau mental dan amnesia selama beberapa waktu dengan merasa mual dan
nyeri otot. Absen (petit mal): periode gangguan kesadaran atau melamun (tidak sadar
lingkungan) yang diawali pandangan mata menerawang sekitar 5-30 detik saja, yang
dapat terjadi 100 kali setiap harinya, terjadinya kejang pada motorik minor mungkin
bersifat akinetik hilang gerakan, mioklonik (kontraksi otot secara berulang) atau
atonik (hilangnya tonus otot). Post iktal: amnesia terhadap peristiwa kejang, tidak
bingung, dapat melakukan kembali aktivitas.
Kejang parsial (kompleks): lobus psikomotor / temporal: pasien umumnya tetap sadar,
dengan reaksi seperti: bermimpi, melamun, benjolan-benjolan, peka rangsang,
halusinasi, bermusuhan atau takut. Dapat menunjukkan gejala motorik involunter
(seperti merasa-rasakan bibir) dan tingkah laku yang tampak bertujuan tetapi tidak
sesuai (involunter / automatisme) dan termasuk kerusakan penyesuaian, kegiatan
bersifat anti sosial. Post iktal: hilangnya memori terhadap peristiwa yang terjadi,
kekacauan mental ringan sampai sedang.
Kejang parsial (kompleks): motorik fokal: sering didahului oleh aura, berakhir 2-15
menit, tidak ada penurunan kesadaran (unilateral) atau penurunan kesadaran
(bilateral). Gerakan bersifat konvulsif dan terjadi gangguan sementara pada bagian
tertentu yang dikendalikan oleh bagian otak yang terkena (seperti lobus frontal:
disfungsi motorik, parietal: terasa baal, kesemutan, lobus oksipital: cahaya terang,
sinar lampu, lobus posterotemporal: kesulitan dalam berbicara, konvulsi dapat
mengenai seluruh tubuh atau bagian tubuh yang mengalami gangguan yang terus
berkembang). Jika dilakukan restrein selama kejang, pasien mungkin akan melawan
dan memperlihatkan tingkah laku yang tidak kooperatif.
Status epileptikus: aktivitas kejang yang terjadi terus menerus dengan spontan atau
berhubungan dengan gejala putus anti konvulsan tiba-tiba dan fenomena metabolik
lain. Jika hilangnya kejang mengikuti pola tertentu, masalah dapat menghilang, tidak
terdeteksi selama periode waktu tertentu sehingga pasien tidak kehilangan
kesadarannya.
9. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode postiktal, nyeri abnormal
paroksismal selama fase iktal (mungkin terjadi selama kejang fokal / parsial tanpa
mengalami penurunan kesadaran).
Tanda : sikap / tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku
distraksi / gelisah.
10. Pernafasan
Gejala : fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat, pengkajian
sekresi mukus. Fase post iktal: apnea.
11. Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh / trauma, fraktur, adanya alergi.
Tanda : trauma pada jaringan lunak / ekimosis, penurunan kekuatan / tonus otot secara
menyeluruh.