KONSEP MEDIS
A. Definisi
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak [ CITATION
Tid16 \l 1033 ]. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak
seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial
[ CITATION Sme102 \l 1057 ]. Tumor intrakranial atau tumor otak merupakan suatu
massa abnormal dari jaringan didalam kranium, dimana sel-sel tumbuh dan membelah
normal[ CITATION Sim17 \l 1033 ]. Sol dapat pula didefinisikan sebagai tumor yang
jinak atau ganas baik bersifat primer atau sekunder, dan juga sebagai massa
inflamatorik maupun parasitic yang berletak pada rongga kranium [ CITATION Eja05
\l 1057 ]. Tumor intrakanial dapat mengarah pada defisit lokal tergantung pada
lokasinya. Lesi pada lobus frontalis tergantung pada sering mengarah pada penurunan
gangguan sikap, gangguan lapang pandang, ilusi audiotorik atau halusinasi auditorik.
kejang dan penurunan sensorik. Lesi pada lobus oksipitasis dapat menghasilkan
selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat
tuberose, neurofibromatosis.
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik dan virus.
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
beberapa faktor secara umum penyebab tumor sebagai berikut[ CITATION Nur151 \l
1033 ].
1. Herediter: Pada riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
Menurut Brunner & Suddart (2007), tanda dan gejala yang dapat muncul antara
lain:
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada
penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan
tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi ekstrim yang
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
fungsi motorik.
D. Komplikasi
Adapun gangguan sebagai komplikasi yang muncul yaitu [ CITATION Mea13 \l
1057 ].
1. Gangguan fungsi neurologis: Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami
sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama
akan menurun.
3. Gangguan tidur & mood: Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar
pireal, sehingga hormone melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit
tidur, badan malas, depresi, dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.
4. Disfungsi seksual: Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi
galaktorea (kelebihan atau aliran spontan susu). Pada pria dengan prolaktinoma
tingkat kepuasan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, Moorhouse, & Murr (2010), pemeriksaan penunjang untuk
tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang
sistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sol Intrakranial dapat meliputi
pembedahan. Ada pembedahan total dan parsial, hal ini tergantung jenis
tumornya. Pada kasus abses seperti loculated abscess, pembesran abses walaupun
jika terdapat subdural hematoma akut dengan middle shift > 5 mm. Operasi juga
cm.
2. Radioterapi: Ada beberapa jenis tumor yang sensitif terhadap radioterapi, seperti
low grade glioma. Selain itu radioterapi juga digunakan sebagai lanjutan terapi
pasien dengan gejala klinis kejang. Pasien SOL sering mengalami peningkatan
tekanan intrakranial, yang salah satu gejala klinis yang sering terjadi adalah
5. Antibiotik: Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya abses, maka antibiotik
merupakan salah satu terapi yang harus diberikan. Berikan antibiotik intravena,
sesuai kultur ataupun sesuai data empiris yang ada. Antibiotik diberikan 4-6
minggu atau lebih, hal ini disesuaikan dengan hasil pencitraan, apakah ukuran
abses sudah berkurang atau belum. Carbapenem, fluorokuinolon, aztreonam
memiliki penetrasi yang bagus ke sistem saraf pusat, tetapi harus memperhatikan
dosis yang diberikan (tergantung berat badan dan fungsi ginjal) untuk mencegah
toksisitas.
tetapi dosisnya dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang
darah ke otak sehingga terjadi peningkatan TIK, dengan cara hiperventilasi ringan
disertai dengan analisa gas darah untuk menghindari global iskemia pada otak..
9. Diuretika Osmosis: Manitol 20% dengan dosis 0,25-1 gr/kgBB diberikan cepat
dalam 30-60 menit untuk membantu mengurangi peningakatan TIK dan dapat
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
5. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
6. Pemeriksaan Fisik
a) Sirkulasi
Tanda : TD meningkat
pada vasomotor).
b) Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
c) Nutrisi
e) Neurosensori
f) Nyeri / kenyamanan
pungung kaku.
g) Pernapasan
h) Keamanan
tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal,
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan gangguan perfusi jaringan serebral
Massa dalam
-Faktor genetik Pertumbuhan sel
Tumor otak otak
- paparan bahan kimia otak abnormal
bertambah
Tumor di cerbelellum,
Hipoksia serebral
Perpindahan cairan hipotalamus,
kejaringan serebral fassaposterior
Peningkatan volume
intrakranial Tubuh melakukan
Resiko ketidakefetiktifan
kompensasi
perfusi jaringan otak
Weezing / Mengi
Nyeri kepala Tidak terkompensasi
Ketidakefektifan
Kompresi subkortikal &
pola napas
batang otak
Ketidakseimbangan
Gangguan sistem
nutrisi kurang dari
pencernaan
kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Andini, D., & Hanriko, R. (2016). Sefalgia kronik dan hemiparese sinistra e.e. space
occupying lesion. J Medula Unila, 5(1), 45-49.
Brunner, & Suddart. (2007). Textbook of Medical-Surgical Nursing. 10th edition. Vol.2.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (6 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.)
Philadephia: Elsevier.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care plans ed.8.
Philadelphia: F.A Davis Company.
Ejaz, M., Saeed, A., Naseer, A., Chaudrhy, & Qureshi, G. (2005). Intra-cranial Space
Occupying Lesions A Morphological Analysis, Department of Pathology,
Postgraduate Medical Institute, Lahore – Pakistan. Biomedica Vol. 21, 50-62.
Heather, H. T. (2015). Nursing Diagnoses definitions and classification 2015-2017 (10 ed.).
(B. A. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono, & A. Subu, Penerj.) Jakarta: EGC.
Meagher, R. J., & Lutsep, H. L. (2013, Desember 10). Subdural Hematoma. Dipetik Juli 16,
2017, dari Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/113720
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
Classification (NOC) (5 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.)
Philadelphia: Elsevier.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & nanda nic-noc edisi revisi jilid 3. Yogyakarta: Mediactio.
Simamora, S. K., & Zanariah, Z. (2017). Space occupying lesion (SOL). J Medula Unila,
7(1), 68-73.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., & Hinkle, J. L. (2010). Textbook of medical-surgical nursing (12
ed., Vol. 1). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Tidy, C. (2016, December 2). Space ocuupying lesions of the brain. Patient, hal. 1-5.