Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Melalui makalah ini kami akan menjelaskan tentang Mikosis pada Manusia. Semoga
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pembaca, khususnya mahasiswa program studi keperawatan.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang.
Penyusun
Kelompok X
DAFTAR ISI
A. Pengertian ………………………………………………………………………… 6
B. Klasifikasi ………………………………………………………………………… 6
C. Penyebab Mikosis berdasarkan habitat …………………………………………… 19
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………. 21
B. Saran ……………………………………………………………………………… 22
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat
mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis
dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis
superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi
yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat.
Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat
mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun
demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses
penyembuhan.
Jamur diklasifikasikan terpisah dari tumbuhan dan hewan. Lebih dari 300.000 spesies
diketahui tetapi seperti bakteri, sebagian besar adalah saprofit yang tidak berbahaya.
Sekitar 200 spesies menyebabkan penyakit pada manusia. Seperti mikro-organisme
lainnya, sebagian jamur (mis. Candida albicans) dapat menyebabkan infeksi
oportunistik pada orang yang mengalami gangguan kekebalan (immunocompromised).
Semua jamur bersifat eukariotik, dan karena kemiripan sel jamur dan mamalia, maka
tidak mudah kita mengembangkan obat anti jamur. Obat-obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi jamur sering tidak sangat toksik, dan hanya sedikit yang tersedia tanpa
resep (white, 1991). Sebagian jamur, misalnya ragi (yeast), mengambil bentuk yang
sederhana dan eksis sebagai sel tunggal, tetapi dapat berbentuk struktur yang lebih
kompleks dengan hifa filamentosa bercabang-cabang membentuk jalinan luas yang
disebut miselium. Bentuk ini dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi karena
diperlukan pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi, maka diagnose infeksi jamur
(mikosis) dibuat di laboraturium mikrobiologi.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Mikosis?
2. Apa saja klasifikasi dari mikosis?
3. Apa saja penyebab mikosis berdasarkan habitat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengerian dari mikosis
2. Untuk mengetahui klasifikasi pengelompokkan mikosis
3. Untuk mengetahui penyebab mikosis berdasarkan habitat
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Klasifikasi
1. Mikosis superficial
a. Non-dermatofitosis
1) Pitiriasis versikolor
5
Pada tahun 1889 Baillon memberi nama Malassezia fufur. Pitiriasis versikolor
adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomik serta ditandai
dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang-kadang terlihat diketiak, sela paha, tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala.
Penyebab
6
Hal ini sering dihubungkan dengan beberapa factor tertentu, sperti
kulit yang berminyak, prematuritas, pengobatan antimicrobial dalam waktu
lama, kortikosteroid, penumpukan glikogen ekstraseluler, infeksi kronik,
keringat berlebihan, pemakaian pelumas kulit dan kadang kehamilan. Lesi
dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian menjadi banyak dan
menyebar disertai sisik. Kelainan kulit pada penderita panu tampak jelas,
sebab pada orang kulit ini dapat bermacam-macam (versikolor). Kelainan
kulit terutama pada tubuh bagian atas (leher, muka, lengan, dada, perut, dan
lain-lain), berupa bercak yang bulat-bulat kecil (nummular), atau bahkan leher
seperti plakat pada panu yang sudah menahun. Gejala panu berupa rasa gatal
bila berkeringat, meskipun demikian kadang-kadang panu tidak memberikan
gejala subjektif.
2) Otomikosis
Penyebab
Otomikosis mengenai kulit liang telinga dan dapat bersifat akut atau
menahun, biasanya unilateral tetapi dapat juga dilateral. Liang telinga
merupakan tempat yang paling baik sekali untuk tumbuhnya jamur karena
suasananya yang lembab. Apalagi keadaan yang terbuka, memudahkan jamur
kontaminan di udara bebas masuk di dalam liang telinga. Rasa penuh di dalam
telinga tersebut timbul karena jamur-jamur kontaminan tumbuhnya sangat
cepat, sehingga menutup liang telinga.
7
Kadang-kadang pendengaran dapat terganggu. Pada otomikosis yang sudah
menahun, sisik-sisik yang mengandung jamur dapat meliputi kulit sekitar liang
telinga bagian luar. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder dan rasa gatal
dan nyeri.
3) Piedra
Kata piedra berarti batu. Piedra adalah infeksi jamur pada rambut
berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih
kekuningan. Ada dua jenis piedra yaitu:
a) Piedra hitam adalah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh
jamur Piedraia hortae termasuk Dematiachae. Patologi dan gejala klinis
yaitu infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur dan jamur
akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Kelainan
berupa benjolan yang sangat keras berwarna coklat kehitaman. Benjolan
piedra sulit dilepaskan bila dipaksa maka rambut akan patah. Penyakit ini
tidak menimbulkan keluhan tetapi bila rambut disisir selain mudah patah
sering terjadi bunyi karena benjolan atau nodul yang melekat erat pada
rambut.
b) Piedra putih yaitu infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh
Trichosporon berigelii, ditemukan pada rambut ketiak dan pubis. Patologi
dan gejala klinis yaitu pada piedra putih kelaianan rambut tampak sebagai
benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala,
dapat juga menyebabkan kelainan kulit pada rambut janggut.
4) Onikomikosis
Penyebab
8
Patologi dan gejala klinis
Jamur masuk ke dalam kuku melalui empat cara yaitu melalui daerah
distal subugual, samping kuku, permukaan lempeng kuku dan di bawah kuku
bagian proksimal. Infeksi jamur ini dapat mengenai satu kuku atau lebih.
Kuku yang menderita onikomikosis mempunyai permukaan yang tidak rata
dan tidak mengkilat. Selain itu kuku menjadi rapuh dan mengeras. Kelainan
ini dapat dimulai dari bagian proksimal hingga distal kuku. Bila penyebabnya
Candida maka terjadi radang jaringan disekitar kuku.
Penyebab
b. Dermatofitosis
9
golongan dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinize sehingga mampu
mencerna keratin pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit. Yang
termasuk golongan ini yaitu sebagai berikut:
1) Tinea Capitis
Penyebab
Kelainan ini terlihat pada kulit dan rambut kepala. Hal ini sering
diemukan pada anak yang berusia 3 - 7 tahun. Infeksi Microsporum jarang
terjadi pada anak yang telah mengalami masa puber. Walaupun demikian jika
terjadi infeksi biasanya akan sembuh spontan. Hal ini diduga karena
perubahan kimia sebum. Berbeda dengan Microsporum, infeksi Trichophyton
walaupun lebih sering terjadi pada anak, tetapi kelompok umur remaja dan
dewasa juga dapat terinfeksi dan biasanya merupakan infeksi ringan. Terdapat
3 bentuk klinis Tinea Capitis:
10
infeksi jamur zoofilik atau geofilik. Pada rambut terdapat infeksi ektotriks,
yakni jamur tampak sebagai spora di dalam dan terutama diluar rambut.
- Bentuk grey patch : kelainan ini juga disebabkan oleh infeksi ektotriks
spesies lain dari Trichophyton dan
Microsporum. Pada infeksi ini ada
rasa gatal, alopesia yang bersisik
tanpa peradangan, rambut tidak
mengkilat lagi dan patah di atas
permukaan kulit. Pada Tinea Capitis
yang disebabkan M.Canis dan
M.Gypseum. tampak fluoresensi hijau kekuningan bila disinari dengan
sinar UV (wood’s light) yang berarti reaksi positif khas. M. audouini,
T.schoenleini dan T.tonsurans bereaksi positif tidak khas (tidak hijau
kekuningan). Spesies jmaur lainnya memberikan reaksi wood’s light
negatif.
- Bentuk black dot : pada kulit kepala tampak bintik-bintik hitam karena
rambut patah pada folikel. Infeksi jamur
bersifat endotriks, spora terdapat di dalam
rambut dan memberikan hasil negatif pada
pemeriksaan dengan wood’s light.
Kelainan ini disebabkan oleh T.tonsurans,
T.violaceum dan T.schoenleini. Jarang
ditemukan di Indonesia.
2) Tinea Corporis
11
Penyebab
3) Tinea Imbricata
Penyebab
12
Kelainan dapat meliputi seluruh badan kecuali kepala yang berambut,
telapak tangan dan kaki. Kelainan berupa sisik kasar yang terbentuk secara
konsentris dan sisik itu terlepas di bagian dalam lingkaran sehiungga terlihat
seperti susunan genteng. Pada stadium lanjut banyak timbul pusat-pusat
susunan sisik konsentris sehingga tidak terlihat lagi susunan sisik konsentris,
tetapi sisik kasar yang tidak beraturan melapisi kulit.
4) Tinea Favosa
Penyebab
5) Tinea Cruris
13
Penyebab
6) Tinea Pedis
Penyebab
14
Semua genus dermatofita terutama Trychophyton rubrum dan
Trychopyton mentagrophytes.
7) Tinea Barbae
Penyebab
15
8) Tinea Ungium
Penyebab
Kelainan dapat mengenai satu kuku atau lebih. Permukaan kuku tidak
rata. Kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena dapat terkikis.
Penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu beberapa bulan sampe satu
tahun.
2. Mikosis Subkutan
Adalah infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit
melipui otot dan jaringan konekif (subkuis) dan tulang.
16
3) Mycetoma (Madura foot) : infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh
jamur Eumycotic mycetoma dan aau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang
disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang
bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk
abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat sebagai granula
padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke
dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
3. Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru kemudian menyebar melalui darah.
Masing-masing jamur cendenrung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat
dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 30oC. Mikosis subkutan
akut kerap kali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya
infeksi sekunder.
17
3) Hitoplasmosis : disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada
tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan
kotoran unggs atau ternak).
Klinis : infeksi terjadi melalui proses pernapasan. Konidia yang terhirup diliputi
oleh makrofag Arcolar akhirnya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun
infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik.
Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada
erjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi, anemia. Juga dapat terjadi
tukak-tukak pada hidung, mulut, lidah dan usus halus.
4) Parakoksidiomikosis : mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides
brasiliensis (Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses
pernapasan.
Klinis : gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening
atau gangguan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada
paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa
dan kulit.
a. Inhalasi (pernapasan):
b. Traumatik/Luka/Lesi:
18
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia karena adanya luka dan dapt
menyebabkan penyakit pada mikosis subcutan. Contoh: Cladosporium corioni,
Phialospora verukosa.
c. Kontak Kulit
Jamur ini pathogen pada manusia karena kontak antara kulit sehingga
menyebabkan mikosis superficial (jamur kulit). Contoh: Malazezia furfur/panu,
Microsporum, Trypchophyton, Epidermophyton.
Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulitb dengan
hewan, menyebabkan mikosis superficial. Contoh: Microsporum, Trypchophyton,
Epidermophyton.
Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui mulut, luka kontak
dengan kulit, menyebabkan mikosis subkutan. Contoh: Cladosporium, Phialospora
verucosa, Candida.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mikosis Superficial
Terjadi apabila infeksi terletak superficial atau terbatas di kulit dan apendiksnya
(rambut dan kuku), misalnya kutu air (athlete’s foot; Trychophyton interdigitale)
atau selaput lender, seperti pada kasus sariawan vagina (Candida albicans).
2. Mikosis Subcutan (mis. misetoma)
Mengenai kulit, jaringan subkutis dan tulang. Terjadi penyebaran yang local dan
lambat.
3. Mikosis Sistemik (disebabkan, mis. oleh Cryptococcus)
Terbentuk bila hifa menembus jaringan yang lebih dalam. Pada lingkungan
dengan cuaca sedang, mikosis sistemik jarang terjadi kecuali pada pasien dengan
gangguan kekebalan.
20
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat. Kami mengarapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi menyempurnakan pembuatan makalah bagi kami
di masa yang akan datang
21
DAFTAR PUSTAKA
Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
22