Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Melalui makalah ini kami akan menjelaskan tentang Mikosis pada Manusia. Semoga
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pembaca, khususnya mahasiswa program studi keperawatan.

Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang.

Penyusun

Kelompok X
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………... 4

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………..... 6

A. Pengertian ………………………………………………………………………… 6
B. Klasifikasi ………………………………………………………………………… 6
C. Penyebab Mikosis berdasarkan habitat …………………………………………… 19

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………. 21
B. Saran ……………………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat
mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis
dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis
superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi
yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat.
Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat
mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun
demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses
penyembuhan.

Jamur diklasifikasikan terpisah dari tumbuhan dan hewan. Lebih dari 300.000 spesies
diketahui tetapi seperti bakteri, sebagian besar adalah saprofit yang tidak berbahaya.
Sekitar 200 spesies menyebabkan penyakit pada manusia. Seperti mikro-organisme
lainnya, sebagian jamur (mis. Candida albicans) dapat menyebabkan infeksi
oportunistik pada orang yang mengalami gangguan kekebalan (immunocompromised).
Semua jamur bersifat eukariotik, dan karena kemiripan sel jamur dan mamalia, maka
tidak mudah kita mengembangkan obat anti jamur. Obat-obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi jamur sering tidak sangat toksik, dan hanya sedikit yang tersedia tanpa
resep (white, 1991). Sebagian jamur, misalnya ragi (yeast), mengambil bentuk yang
sederhana dan eksis sebagai sel tunggal, tetapi dapat berbentuk struktur yang lebih
kompleks dengan hifa filamentosa bercabang-cabang membentuk jalinan luas yang
disebut miselium. Bentuk ini dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi karena
diperlukan pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi, maka diagnose infeksi jamur
(mikosis) dibuat di laboraturium mikrobiologi.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Mikosis?
2. Apa saja klasifikasi dari mikosis?
3. Apa saja penyebab mikosis berdasarkan habitat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengerian dari mikosis
2. Untuk mengetahui klasifikasi pengelompokkan mikosis
3. Untuk mengetahui penyebab mikosis berdasarkan habitat

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur.

B. Klasifikasi

Berdasarkan tempat infeksinya pada jaringan, mikosis dapat dikelompokkan sebagai


berikut:

1. Mikosis superficial

Mikosis superficial adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan


kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superficial dibagi dalam dua
kelompok yaitu yang disebabkan oleh jamur bukan golongan dermatofita yaitu non-
dermatofitosis, seperti pitiriasis versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih,
onikomikosis dan Tinea Nigra Palmaris; dan yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita yaitu dermatofitosis, seperti Tinea Capitis, Tinea Corporis, Tinea
Imbricata, Tinea Cruris, Tinea Barbae dan Tinea Ungium.

a. Non-dermatofitosis

Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang


paling luar. Hal ini disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan
zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit
yang paling luar. Yang masuk golongan ini adalah sebagai berikut:

1) Pitiriasis versikolor

Pitiriasis versikolor atau panu sudah lama dikenal, tetapi penyebabnya


baru pada 1846 dan 1847 dibuktikan oleh Eichstedt dan Sluyter.

5
Pada tahun 1889 Baillon memberi nama Malassezia fufur. Pitiriasis versikolor
adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomik serta ditandai
dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang-kadang terlihat diketiak, sela paha, tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala.

Penyebab

Pitiriasis versikolor atau panu disebabkan oleh 7 spesies Malassezia


yaitu Malassezia furfur, Malassezia globosa (serovar B. M. furfur),
Malassezia obtuse, Malassezia slooffiae, Malassezia pachydermatis dan
Malassezia restricta (serovar. C. m. furfur). Jamur ini ditemukan saprofit pada
kulit manusia.

Patologi dan gejala klinis

Jamur Malassezia bersifat lipofilik dimorfik yang membutuhkan lipid


untuk pertumbuhannya, sedangkan Malassezia pachydermatis bersifat non-
lipofilik yang tidak membutuhkan lipid.

Manusia mendapatkan infeksi bila sel jamur Malassezia melekat pada


kulit. Awal infeksi jamur tampak sebagai sel ragi saprofit) dan berubah
menjadi patogen setelah sel ragi menjadi miselium (hifa) sehingga
menyebabkan timbulnya lesi di kulit. Terjadinya kolonisasi jamur di kulit
akibat pertumbuhan jamur meningkat.

6
Hal ini sering dihubungkan dengan beberapa factor tertentu, sperti
kulit yang berminyak, prematuritas, pengobatan antimicrobial dalam waktu
lama, kortikosteroid, penumpukan glikogen ekstraseluler, infeksi kronik,
keringat berlebihan, pemakaian pelumas kulit dan kadang kehamilan. Lesi
dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian menjadi banyak dan
menyebar disertai sisik. Kelainan kulit pada penderita panu tampak jelas,
sebab pada orang kulit ini dapat bermacam-macam (versikolor). Kelainan
kulit terutama pada tubuh bagian atas (leher, muka, lengan, dada, perut, dan
lain-lain), berupa bercak yang bulat-bulat kecil (nummular), atau bahkan leher
seperti plakat pada panu yang sudah menahun. Gejala panu berupa rasa gatal
bila berkeringat, meskipun demikian kadang-kadang panu tidak memberikan
gejala subjektif.

2) Otomikosis

Penyebab

Otomikosis adalah penyakit jamur pada liang telinga yang disebabkan


oleh berbagai jamur, yang terbanyak ialah aspergillus, penciluium, mucor,
rhizopus dan candida.

Patologi dan gejala klinis

Otomikosis mengenai kulit liang telinga dan dapat bersifat akut atau
menahun, biasanya unilateral tetapi dapat juga dilateral. Liang telinga
merupakan tempat yang paling baik sekali untuk tumbuhnya jamur karena
suasananya yang lembab. Apalagi keadaan yang terbuka, memudahkan jamur
kontaminan di udara bebas masuk di dalam liang telinga. Rasa penuh di dalam
telinga tersebut timbul karena jamur-jamur kontaminan tumbuhnya sangat
cepat, sehingga menutup liang telinga.

7
Kadang-kadang pendengaran dapat terganggu. Pada otomikosis yang sudah
menahun, sisik-sisik yang mengandung jamur dapat meliputi kulit sekitar liang
telinga bagian luar. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder dan rasa gatal
dan nyeri.

3) Piedra

Kata piedra berarti batu. Piedra adalah infeksi jamur pada rambut
berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih
kekuningan. Ada dua jenis piedra yaitu:

a) Piedra hitam adalah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh
jamur Piedraia hortae termasuk Dematiachae. Patologi dan gejala klinis
yaitu infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur dan jamur
akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Kelainan
berupa benjolan yang sangat keras berwarna coklat kehitaman. Benjolan
piedra sulit dilepaskan bila dipaksa maka rambut akan patah. Penyakit ini
tidak menimbulkan keluhan tetapi bila rambut disisir selain mudah patah
sering terjadi bunyi karena benjolan atau nodul yang melekat erat pada
rambut.
b) Piedra putih yaitu infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh
Trichosporon berigelii, ditemukan pada rambut ketiak dan pubis. Patologi
dan gejala klinis yaitu pada piedra putih kelaianan rambut tampak sebagai
benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala,
dapat juga menyebabkan kelainan kulit pada rambut janggut.

4) Onikomikosis

Penyebab

Onimikosis adalah penyakit jamur pada kuku yang dapat disebabkan


oleh berbagai macam jamur, terutama Candida dan kadang-kadang dapat juga
disebabkan Usarium aspergillus.

8
Patologi dan gejala klinis

Jamur masuk ke dalam kuku melalui empat cara yaitu melalui daerah
distal subugual, samping kuku, permukaan lempeng kuku dan di bawah kuku
bagian proksimal. Infeksi jamur ini dapat mengenai satu kuku atau lebih.
Kuku yang menderita onikomikosis mempunyai permukaan yang tidak rata
dan tidak mengkilat. Selain itu kuku menjadi rapuh dan mengeras. Kelainan
ini dapat dimulai dari bagian proksimal hingga distal kuku. Bila penyebabnya
Candida maka terjadi radang jaringan disekitar kuku.

5) Tinea Nigra Palmaris

Penyebab

Penyebab penyakit jamur ini adalah Cladosporium wernecki atau


Cladosporium mansoni.

Patologi dan gejala klinis

Penyakit ini mengenai stratum korneum telapak tangan atau kaki.


Menimbulkan bercak-bercak berwarna terguli hitam, kadang-kadang tampak
bersisik. Keluhan penderita ialah dari segi kosmetik karena bercak tersebut
memberikan kesan kotor pada tangan atau kaki.

b. Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah mikosis


superficialis yang disebabkan oleh jamur

9
golongan dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinize sehingga mampu
mencerna keratin pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit. Yang
termasuk golongan ini yaitu sebagai berikut:

1) Tinea Capitis

Tinea Capitis adalah dermatifitosis yang mengenai kulit kepala dan


folikel rambut.

Penyebab

Tinea Capitis disebabkan oleh berbagai spesies Microsporum dan


Trichophyton.

Patologi dan gejala klinis

Kelainan ini terlihat pada kulit dan rambut kepala. Hal ini sering
diemukan pada anak yang berusia 3 - 7 tahun. Infeksi Microsporum jarang
terjadi pada anak yang telah mengalami masa puber. Walaupun demikian jika
terjadi infeksi biasanya akan sembuh spontan. Hal ini diduga karena
perubahan kimia sebum. Berbeda dengan Microsporum, infeksi Trichophyton
walaupun lebih sering terjadi pada anak, tetapi kelompok umur remaja dan
dewasa juga dapat terinfeksi dan biasanya merupakan infeksi ringan. Terdapat
3 bentuk klinis Tinea Capitis:

- Bentuk kerion : merupakan kelainan yang bersifat akut disertai


peradangan dan pembentukan pustul.
Rambut yang terinfeksi tidak
mengkilat lagi, mudah rontok dan
tidak nyeri bila dicabut. Hal ini
mengakibatkan terjadinya alopesia
(botak). Umumnya disebabkan oleh

10
infeksi jamur zoofilik atau geofilik. Pada rambut terdapat infeksi ektotriks,
yakni jamur tampak sebagai spora di dalam dan terutama diluar rambut.

- Bentuk grey patch : kelainan ini juga disebabkan oleh infeksi ektotriks
spesies lain dari Trichophyton dan
Microsporum. Pada infeksi ini ada
rasa gatal, alopesia yang bersisik
tanpa peradangan, rambut tidak
mengkilat lagi dan patah di atas
permukaan kulit. Pada Tinea Capitis
yang disebabkan M.Canis dan
M.Gypseum. tampak fluoresensi hijau kekuningan bila disinari dengan
sinar UV (wood’s light) yang berarti reaksi positif khas. M. audouini,
T.schoenleini dan T.tonsurans bereaksi positif tidak khas (tidak hijau
kekuningan). Spesies jmaur lainnya memberikan reaksi wood’s light
negatif.
- Bentuk black dot : pada kulit kepala tampak bintik-bintik hitam karena
rambut patah pada folikel. Infeksi jamur
bersifat endotriks, spora terdapat di dalam
rambut dan memberikan hasil negatif pada
pemeriksaan dengan wood’s light.
Kelainan ini disebabkan oleh T.tonsurans,
T.violaceum dan T.schoenleini. Jarang
ditemukan di Indonesia.

2) Tinea Corporis

Dermatofitosis pada kulit wajah yang berminyak (jenggot), tubuh dan


tungkai (termaksuk punggung, tangan dan kaki).

11
Penyebab

Spesies dari Trichophyton, Microsporum dan E.floccosum.

Patalogi dan gejalah klinis

Kelainan pada Tinea Corporis bervariasi mulai dari lesi tanpa


peradangan, bentuk plakat yang bersisik sampai peradangan yang disertai
pustul. Variasi tersebut tergantung pada spesies penyebab. Infeksi yang
disebabkan spesies dermatofita antrofilik memberikan gambaran klinik yang
khas. Pada stadium akut lesi berbentuk plakat anural dengan sisik pada bagian
tepi dan bagian tengah tampak lebih bersih. Bila telah menahun, batas sering
tidak jelas dan dapat terlihat infeksi skunder oleh kuman karena garukan. Lesi
yang disebabkan oleh spesies dermatofita geofillik dan zoofilik seringkali
disertai peradangan mulai dari vesikel dari pustul sampai bula. Semua lesi
pada Tinea Corporis biasanya disertai rasa gatal.

3) Tinea Imbricata

Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh satu spesies saja yaitu T.concentrium.


penyakit ini juga dikenal sebagai Tokelau dan Dajakse Schrurft.

Patologi dan gejalah klinis

12
Kelainan dapat meliputi seluruh badan kecuali kepala yang berambut,
telapak tangan dan kaki. Kelainan berupa sisik kasar yang terbentuk secara
konsentris dan sisik itu terlepas di bagian dalam lingkaran sehiungga terlihat
seperti susunan genteng. Pada stadium lanjut banyak timbul pusat-pusat
susunan sisik konsentris sehingga tidak terlihat lagi susunan sisik konsentris,
tetapi sisik kasar yang tidak beraturan melapisi kulit.

4) Tinea Favosa

Penyebab

T.schoenleini, kadang-kadang T.violaceum dan M.gypseum.

Patologi dan gejalah klinis

Kelainan terdapat di kulit kepala namun dapat menyebar ke tubuh dan


kuku. Menimbulkan bau yang khas, disebut mousy other. Kelainan berupa
scutula di bentuk oleh sisik-sisik yang tersusun seperti kerucut. Di bagian
kepala dapat menyebabkan botak yang menetap (alopesia permanen) bila idak
cepat diobati.

5) Tinea Cruris

Dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah


inguinal, pubis, perineum, dan daerah perianal.

13
Penyebab

Spesies dari Trichopyhton, Microsporum dan E.floccosum.

Patologi dan gejalah klinis

Kelainan mengenai kulit di daerah inguinal, pada bagian dalam dan


perineum. Kelainanya seperti telah diterangkan di bagian umum. Kelainan
yang disebabkan Trichophyton rubrum atau Epidermatophyton floccosum
bersifat kronik tanpa peradangan. Lesi hanya tampak sebagai eritema ringan
dengan daerah tepi yang tampak tidak begitu aktif. Kelainan oleh
Trichophyton mentagrophytes terlihat akut dengan peradangan, bagian tepi
lesi tampak aktif disertai vesikel dan sering kali disertai rasa gatal yang hebat.

6) Tinea Pedis

Dermatofitosis pada telapak kaki dan sela jari kaki.

Penyebab

14
Semua genus dermatofita terutama Trychophyton rubrum dan
Trychopyton mentagrophytes.

Patologi dan gejalah klinik

Kelainan mengenai kulit di antara jari-jari kaki, terutama antara jari ke


3 - 4 dan 4 - 5, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Karena tekanan dan
kelembapan maka gambaran klinis khas dermatofitosis tidak terlihat. Bila
terjadi infeksi sekunder oleh kuman dapat timbul pustul dan rasa nyeri. Faktor
perdisposisi berupa kaki yang selalu basa, baik oleh air (tukang cuci), maupun
oleh keringat (sepatu tertutup dan memekai kaos kaki). Sering terjadi maserasi
kulit.

7) Tinea Barbae

Penyebab

Penyakit ini terutama disebabkan oleh berbagai spesies jamur yang


zoofilik, misalnya T.verrucosum.

Patologi dan gejalah klinik

Kelainan pada kulit disertai folikulitis (radang pada folikel rambut)


terdapat di daerah dagu dan dapat menyebar. Bila disebabkan oleh jamur
zoofilik, kelainan ini dapat menyebabkan semua rambut yang terinfeksi
menjadi rontok. Tinea Barbae dapat sembuh tanpa pengobatan.

15
8) Tinea Ungium

Penyebab

Kelainan ini disebabkan oleh jamur dermatofita biasanya spesies


E.floccosum dan genustricopitom. Pernah dilaporkan genus Microsporum
menginveksi kuku.

Patologi dan gejala klinis

Kelainan dapat mengenai satu kuku atau lebih. Permukaan kuku tidak
rata. Kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena dapat terkikis.
Penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu beberapa bulan sampe satu
tahun.

2. Mikosis Subkutan

Adalah infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit
melipui otot dan jaringan konekif (subkuis) dan tulang.

1) Sporotrichosis : akibat infeksi Sporothix schenekii, yang merupakan jamur dengan


habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Infasi terjadi ke dalam kulit melalui
trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening.
Klinis : terbentuk abses atau tukak pada lokasi yangterinfeksi. Getah bening
menjadi tebal. Hamper tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi
terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah
terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
2) Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebakan
oleh Fonsecaca pedrosoi, Fronsecaca compacta, Phialophora verrucosa,
Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropic, terdapat di
dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur
masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk
pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening.

16
3) Mycetoma (Madura foot) : infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh
jamur Eumycotic mycetoma dan aau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang
disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang
bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk
abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat sebagai granula
padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke
dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.

3. Mikosis Sistemik

Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru kemudian menyebar melalui darah.
Masing-masing jamur cendenrung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat
dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 30oC. Mikosis subkutan
akut kerap kali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya
infeksi sekunder.

1) Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernapasa, menyerang pada


kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan system saraf yang diakibatkan oleh
jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi.
Klinis : kasusnya bervariasi dari ringan hingga berat, pada masa ringan biasanya
dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak
dapat dibedakan infeksi pernapasan bawah akut lain (demam, batuk, berkeringat
malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi
pada permukaan terbuka (leher, muka, lengan dan kaki).
2) Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah,
mikosis ini menyerang paru-paru.
Klinis : infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum imbul adalah
demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam
Valley atau Desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.

17
3) Hitoplasmosis : disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada
tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan
kotoran unggs atau ternak).
Klinis : infeksi terjadi melalui proses pernapasan. Konidia yang terhirup diliputi
oleh makrofag Arcolar akhirnya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun
infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik.
Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada
erjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi, anemia. Juga dapat terjadi
tukak-tukak pada hidung, mulut, lidah dan usus halus.
4) Parakoksidiomikosis : mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides
brasiliensis (Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses
pernapasan.
Klinis : gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening
atau gangguan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada
paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa
dan kulit.

C. Penyebab Mikosis berdasrkan Habitat

1. Habitat Tanah (Geofilik)

Menyebabkan penyakit pada manusia melalui :

a. Inhalasi (pernapasan):

Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, sehingga


biasanya menyebabkan penyakit pada organ dalam (mikosis sistemik). Contoh:
Aspergillosis paru, Histoplasmosis, Cryptococosis, Blastomyces.

b. Traumatik/Luka/Lesi:

18
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia karena adanya luka dan dapt
menyebabkan penyakit pada mikosis subcutan. Contoh: Cladosporium corioni,
Phialospora verukosa.

c. Kontak Kulit

Jamur ini pathogen pada manusia karena kontak antara kulit sehingga
menyebabkan mikosis superficial (jamur kulit). Contoh: Malazezia furfur/panu,
Microsporum, Trypchophyton, Epidermophyton.

2. Habitat Hewan (Zoofilik)

Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulitb dengan
hewan, menyebabkan mikosis superficial. Contoh: Microsporum, Trypchophyton,
Epidermophyton.

3. Habitat Air (Aquatik)

Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui mulut, luka kontak
dengan kulit, menyebabkan mikosis subkutan. Contoh: Cladosporium, Phialospora
verucosa, Candida.

4. Habitat pada manusia (Anthropofilik)

Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulit,


menyebabkan penyakit mikosis superficial. Contoh: Malazezia furfur/panu,
Epidermophyton, Candida.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Berdasarkan tempat


infeksinya pada jaringan, mikosis dapat dikelompokkan menjadi:

1. Mikosis Superficial
Terjadi apabila infeksi terletak superficial atau terbatas di kulit dan apendiksnya
(rambut dan kuku), misalnya kutu air (athlete’s foot; Trychophyton interdigitale)
atau selaput lender, seperti pada kasus sariawan vagina (Candida albicans).
2. Mikosis Subcutan (mis. misetoma)
Mengenai kulit, jaringan subkutis dan tulang. Terjadi penyebaran yang local dan
lambat.
3. Mikosis Sistemik (disebabkan, mis. oleh Cryptococcus)
Terbentuk bila hifa menembus jaringan yang lebih dalam. Pada lingkungan
dengan cuaca sedang, mikosis sistemik jarang terjadi kecuali pada pasien dengan
gangguan kekebalan.

Penyebab mikosis berdasarkan habiatnya yaitu:

1. Habitat Tanah (Geofilik); menyebabkan penyakit pada manusia melalui:


pernapasan, luka dan kontak kulit.
2. Habitat Hewan (Zoofilik); menyebabkan penyakit pada manusia melalui: kontak
kulit dengan hewan.
3. Habitat Air (Aquatik); menyebabkan penyakit pada manusia melalui: luka dan
kontak kulit.
4. Habitat pada Manusia (Anthropofilik); menyebabkan penyakit pada manusia
melalui: kontak kulit.

20
B. Saran

Demikian makalah yang kami buat. Kami mengarapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi menyempurnakan pembuatan makalah bagi kami
di masa yang akan datang

21
DAFTAR PUSTAKA

Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Entjang. Indan.2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.

Siregar,R.S..2004. Peyakit Jamur Kulit Edisi 2. Palembang: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai