PENDAHULUAN
1
didapatkan gambaran kinis seperti demam, hipotermia, kelesuan, iritabilitas yang
meningkat, kurang makan, muntah, diare, distres pernapasan, kejang, atau
fontanela menonjol. Sedangkan pada anak yang lebih besar, gambaran klinis
mungkin termasuk demam, sakit kepala, fotofobia, mual, muntah, bingung, lesu,
atau iritabilitas yang meningkat. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda
meningeal seperti tanda Kernig, tanda Brudzinski, penemuan neurologis fokal,
dan peningkatan tekanan intracranial.2 Diagnosis meningitis bakterial ditegakkan
melalui analisis cairan serebrospinal, kultur darah, pewarnaan cairan
serebrospinal, dan biakan cairan serebrospinal sehingga pungsi lumbal harus
dikerjakan pada setiap kecurigaan meningitis dan/atau ensefalitis.1
Sebagai salah satu kegawatdaruratan medis, langkah segera harus
dilakukan pada dugaan meningitis bacterial untuk menegakkan diagnosis spesifik,
dengan terapi antimikroba empiris harus segera dimulai. Kematian akibat mengitis
bacterial yang tidak mendapatkan terapi mendekati 100% dan, bahkan dengan
pengobatan optimal, mortalitas dan morbiditas mungkin terjadi. 2 Selain itu,
banyak gejala sisa yang telah dilaporkan pada orang-orang yang selamat dari
meningitis bakterial masa kanak-kanak meliputi gangguan kejang, defisit
neurologis fokal, kehilangan pendengaran atau penglihatan, dan gangguan fungsi
kognitif.6 Berdasarkan hal ini, klinisi perlu untuk memahami mengenai penyakit
meningitis bakterial dengan baik sehingga strategi pencegahan dan penatalaksaan
yang tepat dapat dilakukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat
meningitis bakterial.