Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Meningitis bakterial adalah inflamasi meningen, terutama araknoid dan


piamater, yang terjadi karena invasi bakteri ke dalam ruang subaraknoid. 1
Meningitis bakterial merupakan kegawatdaruratan medis penyebab kematian dan
morbiditas pada neonatus dan anak-anak. Morbiditas dan mortalitas bervariasi
menurut umur dan lokasi geografis pasien dan organisme penyebab. 2,3 Meningitis
bakterial sangat rentan terjadi pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
yang relatif belum matang, terutama sistem imunitas yang terganggu terhadap
kapsul polisakarida bakteri yang umumnya terkait dengan meningitis bakterial.4
Meningitis bakterial masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global
yang sangat signifikan terutama di negara-negara yang miskin terhadap sumber
daya seperti beberapa wilayah di Afrika Sub-Sahara, Asia Tenggara, dan Amerika
Latin. WHO memperkirakan bahwa sekitar 170.000 kematian terjadi setiap
tahunnya akibat meningitis bakterial di seluruh dunia dengan angka fatalitas kasus
dapat setinggi 50% jika tidak disertai terapi yang adekuat. 4,5 Di Amerika Serikat
sendiri, kejadian meningitis tahunan secara keseluruhan adalah antara 2 hingga 10
kasus per 100.000.6 Meningitis bakterial paling sering terjadi pada anak usia di
bawah 4 tahun, dengan kejadian puncak usia 3-8 bulan. Bayi laki-laki memiliki
kejadian meningitis neonatal gram negatif yang lebih tinggi sedangkan bayi
perempuan lebih rentan terhadap infeksi L monocytogenes. S agalactiae (GBS)
mempengaruhi kedua jenis kelamin secara setara. Meningitis bakterial tlebih
sering terjadi pada anak-anak kulit hitam, Amerika Asli, dan Hispanik. Hal ini
dianggap berkaitan dengan faktor sosioekonomi.7
Hampir seluruh mikroba yang pathogen terhadap manusia berpotensi
untuk menyebabkan meningitis, namun sejumlah kecil pathogen dilaporkan pada
sebagian besar kasus meningitis bacterial meliputi Streptokokus kelompok B,
Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Haemophilus influenzae tipe B [HiB],
S pneumoniae, dan Neisseria meningitides.1,2
Gambaran klinis meningitis bakteri pada bayi dan anak-anak bisa jadi
tidak terlihat, variabel, tidak spesifik, atau bahkan tidak ada. Pada bayi, akan

1
didapatkan gambaran kinis seperti demam, hipotermia, kelesuan, iritabilitas yang
meningkat, kurang makan, muntah, diare, distres pernapasan, kejang, atau
fontanela menonjol. Sedangkan pada anak yang lebih besar, gambaran klinis
mungkin termasuk demam, sakit kepala, fotofobia, mual, muntah, bingung, lesu,
atau iritabilitas yang meningkat. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda
meningeal seperti tanda Kernig, tanda Brudzinski, penemuan neurologis fokal,
dan peningkatan tekanan intracranial.2 Diagnosis meningitis bakterial ditegakkan
melalui analisis cairan serebrospinal, kultur darah, pewarnaan cairan
serebrospinal, dan biakan cairan serebrospinal sehingga pungsi lumbal harus
dikerjakan pada setiap kecurigaan meningitis dan/atau ensefalitis.1
Sebagai salah satu kegawatdaruratan medis, langkah segera harus
dilakukan pada dugaan meningitis bacterial untuk menegakkan diagnosis spesifik,
dengan terapi antimikroba empiris harus segera dimulai. Kematian akibat mengitis
bacterial yang tidak mendapatkan terapi mendekati 100% dan, bahkan dengan
pengobatan optimal, mortalitas dan morbiditas mungkin terjadi. 2 Selain itu,
banyak gejala sisa yang telah dilaporkan pada orang-orang yang selamat dari
meningitis bakterial masa kanak-kanak meliputi gangguan kejang, defisit
neurologis fokal, kehilangan pendengaran atau penglihatan, dan gangguan fungsi
kognitif.6 Berdasarkan hal ini, klinisi perlu untuk memahami mengenai penyakit
meningitis bakterial dengan baik sehingga strategi pencegahan dan penatalaksaan
yang tepat dapat dilakukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat
meningitis bakterial.

Anda mungkin juga menyukai