Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TEORITIS

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. Pengertian
Waham atau delusi adalah kesalahan dalam menilai diri sendiri
atau keyakinan tentang isi pikirnya pada hal tidak sesuai dengan kenyataan
atau kepercayaan yang telah terpaku/terpajang kuat dan tidak dibenarkan
berdasarkan fakta tetapi dipertahankan jika disuruh membuktikan
berdasarkan akal sehatnya tidak bisa, atau disebut juga kepercayaan yang
palsu dan sudah tak dapat dikoreksi.
Waham juga dapat diartikan sebagai suatu keyakinan kokoh yang
salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh
(misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa
pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya)
dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak
sistematis.
Menurut Depker RI (2000) Waham adalah keyakinan terhadap
sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (stuart
dan sundeen, 1998) waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat di ubah secara
logis oleh orang lain keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol.
Dapat menyimpulkan bahwa waham sebagai salah satu perubahan
proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-
ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan
logika atau bukti bukti yang ada.
B. Jenis – Jenis Waham
Ada beberapa jenis waham diantaranya :
1. Waham Kejar :
Keyakinan bahwa orang lain atau lingkungan memusuhi/mencurigai
dirinya, misalnya merasa ada orang yang ingin membunuhnya,
memata-matai atau membicarakan kejelekannya.
2. Waham Kebesaran :
Yakin bahwa dirinya mempunyai kekuatan, kekuasaan, kedudukan,
kekayaan berlimpah, pendidikan tinggi atau kepandaian yang luar
biasa, misalnya seorang yakin bahwa dirinya adalah seorang raja.
3. Waham Nihilistik :
Penyangkalan terhadap dirinya atau lingkungan, misalanya yakin
bahwa dirinya sendiri sudah mati dunia ini sudah tak ada, dsb.
4. Waham Keagamaan :
Yaitu waham yang berhubungan dengan keagamaan, misalnya merasa
dirinya adalah seorang nabi, merasa dalam waktu 10 hari terjadi kiamat
disuatu tempat.
5. Waham Dosa :
Keyakinan pada dirinya bahwa ia telah melakukan dosa yang sangat
besar dan tidak mungki terampuni dan karenanya ia bertanggung
jawab atas kejadian-kejadian tertentu.
6. Waham Pengaruh :
Keyakinan bahwa keadaan pikiran, emosi atau tingka lakunya
dipengaruhi oleh kekuatan dari luar yang tidak terlihat atau gaib.
7. Waham Somatik Dan Hipokondrik :
Keyakinan bahwa keadaan tubunya sudah tidak mungkin benar atau
sakit misalnya yakin bahwa ususnya telah busuk diperutnya ada
gejalah, dsb.
8. Waham Sakit :
Keyakinan bahwa seluruh atau sebagian tubuhnya sedang dilanda
penyakit kronis.
9. Waham Hubungan :
Interpretasi yang salah dari pembicaraan, kejadian atau gerak-gerik
yang didasarkan berhubungan langsung dengan dirinya.

C. Etiologi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis :
a. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu
kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal
di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-
asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial :
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu
hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego
menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri
dalam kepribadian.
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1. Biologis :
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stres Lingkungan :
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala :
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan
prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan,
rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah
perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan,
keputusasaan dan sebagainya.

D. Proses Terjadinya
1. Penyebab :
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri :
harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Akibat :
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah
beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

E. Fase – Fase Waham


Menurut Yosep (2013) proses terjadinya waham terdiri dari beberapa fase
yaitu :
1. Fase lack of human need :
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status social dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman
dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
2. Fase lack of self esteem :
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi linkunga tersebut. Padahal self reality jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external :
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environmental support :
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan berdosa saat berbohong.
5. Fase comforting :
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi sosial).
6. Fase improving :
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukakan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

F. Rentang Respon
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan
tentang rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif menurut (Stuart)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang respon neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses


pikir/delusi/waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi


dengan pengalaman
berlebihan atau kurang

Perilaku sesuai Perilaku aneh atau Perilaku disorganisasi


tidak biasa

Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Bagan 1. Rentang Respon neurobiologis


Dari rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila
individu merespon secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis.
Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif
kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu.
Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai
menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan dia akan
mengalami gangguan proses pikir : waham

G. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu :
1. Klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan,
2. Pendidikan atau kekayaan luar biasa
3. Klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang
4. Klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya
5. Menarik diri dan isolasi
6. Sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain
7. Rasa curiga yang berlebihan
8. Kecemasan yang meningkat
9. Sulit tidur
10. Tampak apatis
11. Suara memelan
12. Ekspresi wajah datar
13. Kadang tertawa atau menangis sendiri
14. Rasa tidak percaya kepada orang lain
15. Gelisah

H. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang
dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam
sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas
yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa
muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya
belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan
tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
I. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan Akibat

Gangguan Proses Pikir :


Waham Core Problem

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan konsep diri :


Etiologi
Harga diri rendah

J. Penatalaksanaan Medis / Keperawatan


Menurut Maramis (2009) pengobatan harus secepat mungkin. Disini
peran keluarga sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan
klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi :
1) Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada
penderita skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika
mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada
penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
b. Terapi Kejang Listrik / Elektro Convulsi Therapy (ECT) :
Cara kerja elektro convulsi therapy belum diketahui dengan jelas,
dapat di katakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek
serangan skhizofrenia dan mempermudah kontak dengan klien.
c. Psikoterapi dan Rehabilitasi :
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan klien kembali kemasyarakat. Selain itu terapi kerja
sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari :
1) Terapi aktivitas
a) Terapi musik
Fokus pada : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi
yaitu menikmati dengan relaksasi jenis musik yang disukai
klien.
b) Terapi seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
c) Terapi menari
Fokus pada : ekspresikan perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok. Rasional :
meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam
kehidupan.
2) Terapi sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
3) Terapi kelompok / Group terapi
a) Terapeutik group (kelompok terapeutik)
b) Adjuntive group activity therapy (terapi aktivitas kelompok
4) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga
(home like atmosphere).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. Pengkajian
Pengumpulan Data
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan isi pikir : waham
kebesaran yaitu :
1. Data Subjektif
Klien merasa dirinya sebagai orang besar, mempunyai kekuatan,
kepandaian yang luar biasa, misalnya dapat membaca atau membawa
pikiran orang lain, dialah ratu adil.
2. Data Objektif
Klien kadang-kadang tampak panik, tidak mampu untuk
berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka kadang
sedih kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dengan
kenyataan, sering tidak memperlihatkan kebersihan diri, gelisah, tidak
bisa diam (melangkah bolak-balik), mendominasi pembicaraan, mudah
tersinggung, menolak makan dan minum obat, menjalankan kegiatan
agama secara berlebihan atau tidak sama sekali melakukannya,
merusak diri-sendiri dan orang lain serta lingkungannya, jarang
mengikuti atau tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, sering
terbangun pada dini hari, penampilan kurang bersih.
3. Rumusan masalah
Dari pengkajian yang dilakukan pada klien dengan waham, rumusan
masalah yang lazim muncul pada klien dengan gangguan proses pikir
yaitu :
a. Gangguan isi pikir: waham.
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
d. Defisit perawatan diri
e. Risiko perilaku kekerasan
4. Analisa Data

NO Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif


1 Gangguan isi piker: waham  Klien mengatakan dirinya  Klien kadang –
orang besar, mempunyai kadang tampak
kekuatan yang luar biasa, panik, tidak
pendidikan yang tinggi, mampu untuk
kekayaan yang melimpah, berkonsentrasi
dikenal dan disukai banyak  waham atau ide-
orang. ide yang salah,
 klien mengatakan merasa tidak ekspresi muka
takut, perasaan tidak nyaman, kadang sedih,
merasa cemas, klien kadang - kadang
mengatakan sulit untuk tidur gembira, tidak
mampu
membedakan
khayalan dan
kenyataan,
2 Harga diri rendah  Mengungkapan ingin diakui  Tidak mau makan
jati dirinya dan tidak tidur
 Mengungkapkan tidak ada lagi  Perasaan malu
yang peduli  Tidak nyaman
 Mengungkapkan tidak bisa jika jadi pusat
apa-apa perhatian
 Mengungkapkan dirinya tidak
berguna
 Mengkritik diri sendiri
 Pasien mengatakan malu
 Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan orang lain

3 Isolasi sosial  Mengungkapkan enggan  Ekspresi wajah


berbicara dengan orang lain kosong
 Klien tidak mau  Tidak ada kontak
mengungkapkan perasaannya mata ketika diajak
bicara
 Suara pelan dan
tidak jelas
 Menarik diri dari
hubungan sosial
 Klien sering
duduk sendiri
 Klien hanya
berbicara bila
hanya ditanya,
jawaban singkat
4 Defisit perawatan diri  Mengungkapkan tidak pernah  Badan bau
mandi  Pakaian kotor
 Mengungkapkan tidak pernah  Rambut dan kulit
menyisir rambut kotor
 Mengungkapkan tidak pernah  Kuku panjang dan
menggosok gigi kotor
 Mengungkapkan tidak pernah  Gigi kotor dan
memotong kuku mulut bau
 Mengungkapkan tidak pernah  Penampilan tidak
berhias rapi
 Mengungkapkan tidak bisa  Tidak bisa
menggunakan alat menggunakan alat
mandi/kebersihan diri mandi
5. Risiko Perilaku Kekerasan  Klien mengatakan benci atau  Mata merah,
kesal pada seseorang. wajah agak
 Klien suka membentak dan merah.
menyerang orang yang  Nada suara tinggi
mengusiknya jika sedang dan keras, bicara
kesal atau marah. menguasai:
 Riwayat perilaku kekerasan berteriak,
atau gangguan jiwa lainnya. menjerit,
memukul diri
sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah
saat
membicarakan
orang, pandangan
tajam.
 Merusak dan
melempar barang
barang.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan
proses pikir yaitu:
1. Gangguan isi pikir: waham.
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
4. Defisit perawatan diri
5. Risiko perilaku kekerasan

C. Rencana keperawatan klien Gangguan Proses Pikir : Waham


Adapun tindakan keperawatan yang lazim dilakukan pada klien
dengan waham kebesaran antara lain :
Klien Keluarga
No
SP I Pasien SP I Keluarga
1. Membantu orientasi realita Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien

2. Mendiskusikan pasien memenuhi Menjelaskan pengertian, tanda dan


kebutuhannya gejala waham, dan jenis yang dialami
pasien besera proses terjadinya.

3. Membantu pasien memenuhi Menjelaskan cara-cara merawat pasien


kebutuhannya waham

4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP 2 Pasien SP 2 Keluarga
Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan cara
harian pasien merawat pasien dengan waham

Berdiskusi tentang kemampuan Melatih keluarga mempraktikkan cara


yang dimiliki merawat langsung kepada pasien
waham

Melatih kemampuan yang dimiliki


SP 3 Pasien SP 3 Keluarga
Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal
harian pasien. aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)

Memberikan pendidikan kesehatan Menjelaskan follow up pasien setelah


tentang penggunaan obat secara pulang.
teratur

Menganjurkan pasien memasukkan


dalam jadwal kegiatan.

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan perawat perlu menvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat
ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu diagnosa, pelaksanaan,
evaluasi, modifikasi dan paraf.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan
efek dari tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus
menerus, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil yang telah
ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat
diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif
untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P :
bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).
Hasil yang diharapkan pada klien dengan gangguan isi pikir: waham
adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis
5. Klien mendapat dukungan keluarga.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai