A. Pengertian
Waham atau delusi adalah kesalahan dalam menilai diri sendiri
atau keyakinan tentang isi pikirnya pada hal tidak sesuai dengan kenyataan
atau kepercayaan yang telah terpaku/terpajang kuat dan tidak dibenarkan
berdasarkan fakta tetapi dipertahankan jika disuruh membuktikan
berdasarkan akal sehatnya tidak bisa, atau disebut juga kepercayaan yang
palsu dan sudah tak dapat dikoreksi.
Waham juga dapat diartikan sebagai suatu keyakinan kokoh yang
salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh
(misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa
pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya)
dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak
sistematis.
Menurut Depker RI (2000) Waham adalah keyakinan terhadap
sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (stuart
dan sundeen, 1998) waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat di ubah secara
logis oleh orang lain keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol.
Dapat menyimpulkan bahwa waham sebagai salah satu perubahan
proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-
ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan
logika atau bukti bukti yang ada.
B. Jenis – Jenis Waham
Ada beberapa jenis waham diantaranya :
1. Waham Kejar :
Keyakinan bahwa orang lain atau lingkungan memusuhi/mencurigai
dirinya, misalnya merasa ada orang yang ingin membunuhnya,
memata-matai atau membicarakan kejelekannya.
2. Waham Kebesaran :
Yakin bahwa dirinya mempunyai kekuatan, kekuasaan, kedudukan,
kekayaan berlimpah, pendidikan tinggi atau kepandaian yang luar
biasa, misalnya seorang yakin bahwa dirinya adalah seorang raja.
3. Waham Nihilistik :
Penyangkalan terhadap dirinya atau lingkungan, misalanya yakin
bahwa dirinya sendiri sudah mati dunia ini sudah tak ada, dsb.
4. Waham Keagamaan :
Yaitu waham yang berhubungan dengan keagamaan, misalnya merasa
dirinya adalah seorang nabi, merasa dalam waktu 10 hari terjadi kiamat
disuatu tempat.
5. Waham Dosa :
Keyakinan pada dirinya bahwa ia telah melakukan dosa yang sangat
besar dan tidak mungki terampuni dan karenanya ia bertanggung
jawab atas kejadian-kejadian tertentu.
6. Waham Pengaruh :
Keyakinan bahwa keadaan pikiran, emosi atau tingka lakunya
dipengaruhi oleh kekuatan dari luar yang tidak terlihat atau gaib.
7. Waham Somatik Dan Hipokondrik :
Keyakinan bahwa keadaan tubunya sudah tidak mungkin benar atau
sakit misalnya yakin bahwa ususnya telah busuk diperutnya ada
gejalah, dsb.
8. Waham Sakit :
Keyakinan bahwa seluruh atau sebagian tubuhnya sedang dilanda
penyakit kronis.
9. Waham Hubungan :
Interpretasi yang salah dari pembicaraan, kejadian atau gerak-gerik
yang didasarkan berhubungan langsung dengan dirinya.
C. Etiologi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis :
a. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu
kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal
di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-
asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial :
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu
hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego
menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri
dalam kepribadian.
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1. Biologis :
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stres Lingkungan :
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala :
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan
prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan,
rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah
perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan,
keputusasaan dan sebagainya.
D. Proses Terjadinya
1. Penyebab :
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri :
harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Akibat :
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah
beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
F. Rentang Respon
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan
tentang rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif menurut (Stuart)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang respon neurobiologis
H. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang
dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam
sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas
yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa
muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya
belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan
tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
I. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan Akibat
A. Pengkajian
Pengumpulan Data
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan isi pikir : waham
kebesaran yaitu :
1. Data Subjektif
Klien merasa dirinya sebagai orang besar, mempunyai kekuatan,
kepandaian yang luar biasa, misalnya dapat membaca atau membawa
pikiran orang lain, dialah ratu adil.
2. Data Objektif
Klien kadang-kadang tampak panik, tidak mampu untuk
berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka kadang
sedih kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dengan
kenyataan, sering tidak memperlihatkan kebersihan diri, gelisah, tidak
bisa diam (melangkah bolak-balik), mendominasi pembicaraan, mudah
tersinggung, menolak makan dan minum obat, menjalankan kegiatan
agama secara berlebihan atau tidak sama sekali melakukannya,
merusak diri-sendiri dan orang lain serta lingkungannya, jarang
mengikuti atau tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, sering
terbangun pada dini hari, penampilan kurang bersih.
3. Rumusan masalah
Dari pengkajian yang dilakukan pada klien dengan waham, rumusan
masalah yang lazim muncul pada klien dengan gangguan proses pikir
yaitu :
a. Gangguan isi pikir: waham.
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
d. Defisit perawatan diri
e. Risiko perilaku kekerasan
4. Analisa Data
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2 Pasien SP 2 Keluarga
Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan cara
harian pasien merawat pasien dengan waham
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan perawat perlu menvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat
ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu diagnosa, pelaksanaan,
evaluasi, modifikasi dan paraf.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan
efek dari tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus
menerus, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil yang telah
ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat
diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif
untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P :
bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).
Hasil yang diharapkan pada klien dengan gangguan isi pikir: waham
adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis
5. Klien mendapat dukungan keluarga.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.